Anda di halaman 1dari 5

NAMA : RIZKY ADITYA ANANDA

KELAS : PERBANKAN SYARIAH 7B

NIM : 0503183337

MATA KULIAH : ASPEK HUKUM DASAR PERBANKAN SYARIAH

JAWABAN

1. Sumber hukum bank yang berlaku di indonesia tertulis pada:


Undang-undang No.7 Tahun 1992 Jo undang-undang No.10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan.
Undang-undang No.23 tahun 1999 JoUndang-undang No.3 Tahun 2004 Tentang
Bank indonesia.
Undang-undang No.24 Tahun 1999 Tentang Lalulintas Devisa dan sistem Nili Tukar.

2. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat
banyak. Tujuan didirikannya lembaga perbankan :
1) Sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari orang / pihak yang memiliki
kelebihan dana ke pihak yang membutuhkan.
2) Sebagai lembaga yang dapat menghimpun pendanaan.
3) Sebagai penggerak pembangunan melalui pinjaman pinjaman pendanaan.
4) Sebagai tempat investasi bagi para nasabahnya.

3. Asas-asas perbankan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.
4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika

dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena BPR dilarang menerima simpanan
giro, kegiatan valas, dan perasuransian. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
adalah lembaga keuangan Bank yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang
melakukan kegiatan ekonominya berdasarkan prinsip Islam atau syariah, tanpa
menghalalkan adanya riba atau suku bunga yang berorientasi pada masyarakat di
tingkat desa ataupun kecamatan.

5. Modal bank sentral adalah modal awal pada saat pendirian bank yang jumlahnya telah
ditetapkan dalam suatu ketentuan atau pendirian bank. Sebagai Badan Hukum
berdasarkan Undang-Undang maka Bank Sentral mempunyai modal yang merupakan
kekayaan Negara yang dipisahkan. Dengan demikian, maka untuk selanjutnya Bank
dalam menjalankan usahanya terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Dasar hukum bank sentral terletak pada UU 13 tahun 1968 yaitu:
a. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23 dan Pasal 33 Undang-undang Dasar
1945
b. Pasal 55 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor
XXIII/MPRS/1966.
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor XLIV/MPRS/1968.
d. Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan
e. Undang-undang Nomor 32 tahun 1964 tentang Peraturan Lalu-Lintas Devisa.

6. Pada Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank disebutkan


sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Akibat hukum nya dapat
di temukan di pasal 362 kitab UU Hukum Pidana (KUHP) tentang pencurian, pasal
372 KUHP tentang penggelapan dan pasal 378 KUHP tentang perbuatan curang.
7. Sumber dana bank adalah kegiatan bank dalam bentuk penghimpunan dana dari
masyarakat baik melalui rekening atau giro. Dan dana yane terkumpul nantinya dapat
di gunakan oleh bank untuk meminjamkan nasabah atau masyarakatyang
membutukan.

8. Untuk membuat suatu perjanjian kredit harus memenuhi syarat-syarat supaya


perjanjian tersebut diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Menurut Pasal
1320 KUHPER, ada 4 (empat) syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian,
yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, maksudnya bahwa pada pihak yang
membuat perjanjian telah sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok dari perjanjian
yang dibuat. Kesepakatan itu dianggap tidak ada apabila sepakat itu diberikan karena
kekeliruan/kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, maksudnya cakap adalah orang yang
sudah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak dilarang oleh suatu peraturan
perundangundangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.
3) Suatu hal tertentu, artinya dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus
jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan.

4) Suatu sebab yang halal, artinya suatu perjanjian harus berdasarkan sebab yang halal
atau diperbolehkan oleh undang – undang. Prosedur perjanjian kredit adalah sebagai
berikut:

1. Pengajuan berkas-berkas Pengajuan proposal kredit hendaklah berisi antara lain:


(a) latar belakang perusahaan/kelompok usaha

(b) maksud dan tujuan

(c) besarnya kredit dan jangka waktu

(d) cara pengembalian kredit

(e) jaminan kredit.


2. Pemeriksaan berkas-berkas Untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang
diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika belum lengkap atau
cukup, maka nasabah diminta

untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak
sanggup melengkapi kekurangannya, maka permohonan kreditnya dapat dibatalkan.
3. Wawancara I Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung
berhadapan dengan calon peminjam.

4. On the Spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau


berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya
dicocokkan dengan hasil wawancara I.

5. Wawancara II Merupakan bagian perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan


pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

6. Penilaian dan analisis kebutuhan modal Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
rangka menilai kebutuhan kredit yang sebenarnya.

7. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit
akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya.

8. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan


dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon
nasabah menandatangani akad kredit.

9. Realisasi Kredit Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan


dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

10. Penyaluran/Penarikan Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening


sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan
kredit.

11. Penilaian Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa
yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.

9. Adapun tindakan dapat dilakukan BI adalah sesuai dengan Pasal 37 Ayat 1


UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyatakan bahwa dalam hal suatu bank
mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia
dapat melakukan tindakan agar:
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.
c. Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak
lain.
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank
atau pihak lain.
Apabila tindakan sebagaimana dimaksud diatas belum cukup untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi bank dan menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu
bank dapat membahayakan sistem Perbankan. Pimpinan Bank Indonesia dapat
mencabut izin usaha bank dan memerintahkan Direksi bank untuk segera
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum
bank dan membentuk tim likuidasi.

Anda mungkin juga menyukai