Anda di halaman 1dari 53

 

TUGAS MANAGERIAL 
STUDI KELAYAKAN APOTEK DI PULAU KAWE

Oleh: 

Ni Wayan Wahyuni Citradewi (1808611015)


I Gusti Ayu Artini Ekajaya Amandari (1808611016)
Putu Irma Handayani (1808611017)
Ni Made Dwi Andani (1808611018)
Ni Luh Nyoman Niti Kurniasari (1808611020)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA 
2019
BAB I
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 


Kesehatan merupakan suatu hal yang dicari oleh semua orang. Menurut
World Health Organization (WHO), kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang
utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari
 penyakit. Untuk mempperoleh hal ini, maka dilakukan upaya kesehatan. Upaya
kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
 berkesinambungan. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan

dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang


dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh serta berkesinambungan. Salah satu
upaya

kesehatan yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan derajat kesehatan adalah


dengan menyediakan sarana kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien (Budiarto, 2015).
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya
 praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apotek adalah jenis usaha bisnis yang
komoditasnya terdiri dari perbekalan farmasi dan perbekalan keshatan, Dalam
 pengoperasiannya, apotek memiliki dua aspek yang harus diperhatikan, yaitu

aspek pelayanan dan aspek manajerial. Pelayanan kefarmasian adalah suatu


 pelayanan langsung kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sejalan dengan perkembangan ilmu
 pengetahuan dan teknologi, di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran
orientasi pelayanan kefarmasian dari drug oriented ke  patient oriented dengan
mengacu pada  pharmaceutical care, sedangkan aspek manajerial berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
 pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusahan, pengendalian, serta pencatatan

dan pelaporan. Selain itu berkaitan dengan pengelolaan administrasi dan keuangan

 
yang baik agar dapat memperoleh keuntungan (Menkes RI, 2017; Seto dkk.,
2008). Maka dari itu, apoteker diharapkan dapat menjalankan kedua aspek
tersebut karena apotek bukanlah suatu usaha yang semata-mata hanya mengejar

keuntungan namun juga memiliki fungsi sosial.


Hal yang penting diperhatikan dalam memulai usaha apotek adalah studi
kelayakan apotek. Studi kelayakan adalah suatu metode yang digunakan untuk
menilai apakah usulan proyek dapat diterima atau ditolak (Afiyah dkk., 2015).
usulan dinyatakan diterima apabila dapat memberikan manfaat dan keuntungan
sesuai dengan tujuan pendiriannya. Keuntungan yang dimaksud tidak hanya bagi
 perusahaan, melainkan juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat
(Kasmir dan Jakfar, 2008). Tujuan dari studi kelayakan bisnis ini adalah untuk
menghindari penanaman modal yang besar untuk kegiatan yang kurang memberikan

keuntungan serta mempelajari usulan proyek dari segala sisi atau aspek profesional
agar dapat mencapai segala sesuatu yang direncanakan (Sulastri, 2016).

Terdapat beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam melakukan studi


kelayakan apotek, antara lain aspek pemasaran, lingkungan, demografi,
 pelayanan, teknis, organisasi dan manajemen, yuridis, serta finansial. Lokasi
usaha merupakan salah satu bagian dalam aspek yang mempengaruhi keberhasilan
apotek dan menciptakan minat beli konsumen (Usfa, 2017). Pemilihan lokasi
dilakukan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya jumlah penduduk, pendapatan
 per kapita penduduk, akses lalu lintas masyarakat, adamya pusat wisata dan hiburan,

sarana pelayanan penunjang kesehatan, hingga analisis pesaing (Seto skk., 2008).
Apotek sebaiknya berdiri di lokasi strategis, diketahui masyarakat, dekat
dengan pemukiman dan pusat keramaian, serta mudah dijangkau masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dipilih daerah ungasan
sebagai lokasi pendirian apotek, tepatnya di Jalan Pulau Kawe. Dipilihnya lokasi
ini karena lokasi masuk dalam beberapa kriteria yang dipetimbangkan, yaitu
berada di daerah keramaian yang banyak dilalui kendaraan, dekat dengan
pemukiman dan pusat keramaian,

 
dan mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu di daerah tersebut terdapat
 banyak praktik dokter. Maka dari itu, dalam makalah ini penulis
memulai untuk melakukan studi kelayakan pendirian apotek yang
rencananya dibangun di Jalan Pulau Kawe untuk menilai apakah usulan
 pendirian apotek dapat diterima atau ditolak.

1.2
Tujuan 
Untuk mengetahui kelayakan pendirian usaha apotek di Jalan
Pulau Kawe serta memperkirakan potensi pendirian usaha tersebut.

 
BAB II
STUDI KELAYAKAN

2.1.   Aspek Pasar dan Pemasaran


2.1.1   Bentuk pasar dari apotek yang akan didirikan

Menurut Hasibuan (1994) pasar secara sederhana disebut sebagai


 pertemuan antara penjual dengan pembeli. Pengertian penjual telah mencakup
setiap individu perusaahn dalam industri, sedangkan pengertian pembeli telah
tergabung dalam sejumlah pembeli. Bentuk pasar didifenisikan sebagai
karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat kompetisi atau persaingan
dan harga di dalam pasar. Pada dasarnya dikenal empat bentuk pasar dipandang dari
sudut banyaknya penjual atau produsen di pasar, yaitu persaingan sempurna ( pure

or perfect competition), persaingan monopolistik (monopolistic competition),


oligopoli (oligopoly), dan monopoli (monopoly). 
1.   Persaingan Sempurna

Struktur pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling


ideal, karena sistem pasar ini dianggap struktur pasar yang akan menjamin
terwujudnya kegiatan produksi barang atau jasa yang tinggi efisiensinya. Pasar
 persaingan sempurna adalah struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak
 penjual dan pembeli dan setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi
keadaan di pasar (Sukirno, 2004).

2.   Persaingan Monopolistik
Pasar yang dibayangkan dalam persaingan monopolistik ini lebih mirip dengan
 persaingan sempurna karena dalam pasar tersebut terdapat banyak perusahaan
dengan entry dan exit yang relatif mudah. Tetapi pasar tersebut berbeda, setiap
 perusahaan sedikit banyak mampu mempengaruhi harga karena masing-masing
menjual produk yang memiliki perbedaan yang signifikan dengan produk para
 pesaingnya.
3.  Oligopoli
Dalam struktur pasar oligopoli terdapat sedikit penjual yang menjual produk

subtitusi (barang pengganti). Pasar oligopoli dapat diartikan sebagai pasar yang

 
hanya terdiri atas beberapa perusahaan atau penjual yang menjual produk
homogen (sejenis). Produk yang dijual dapat berupa produk yang identik
(homogen) maupun
 produk yang terdiferensiasi. Adapun yang dimaksud dengan diferensiasi produk

adalah produk yang memiliki karakteristik yang bervariasi (Widjajanta dan


Widyaningsih, 2007).
4.  Monopoli
Pasar monopoli timbul akibat adanya praktek monopoli, yaitu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh satu pelaku usaha/penjual yang mengakibatkan
dikuasainya
 produksi dan atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan
 persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Kekuatan
monopoli membatasi perusahaan lain untuk masuk dalam pasar industri melalui
kebijaksanaan harga. Kebijaksanaan harga lewat pengaturan jumlah produk yang

dipasarkan dapat menimbulkan kenaikan harga barang atau jasa, dengan begitu
munculnya perlakuan harga tidak wajar.
Berdasarkan beberapa definisi struktur pasar di atas diatas, maka apotek yang
akan didirikan di daerah Pulau Kaweini termasuk dalam bentuk pasar oligopoli.
Dari hasil survei ditemukan bahwa terdapat 5 apotek pesaing dalam radius ± 1 km
dari apotek yang akan didirikan. Keputusan mengenai harga dan output   dari
 perusahaan-perusahaan yang ada dalam pasar oligopoli akan saling tergantung satu
sama lain. Setiap perusahaan atau penjual dalam pasar oligopoli akan saling
 bersaing, baik dalam produk maupun harga. Lokasi apotek berada pada jalur yang

 padat pendudukyang ramaisehingga apotek berpotensi mendapat banyak


kunjungan. Selain itu, terdapat beberapa pusat pelayanan kesehatan, praktek
dokter,
dokter gigi, bidan dan apotek lain yang menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut
memiliki masyarakat dengan daya beli yang cukup tinggi dan daerah tersebut
 berpotensi sebagai tempat mengembangkan bisnis apotek. Sehingga, apotek yang
akan didirikan memiliki kesempatan yang cukup besar dalam menarik konsumen.
Upaya menarik konsumen untuk meningkatkan penjualan apotek dilakukan
melalui penerapan beberapa strategi pemasaran dengan berpedoman pada
kedudukan apotek pada 2 sisi, yaitu sisi pelayanan dan sisi bisnis sehingga

 
diharapkan apotek dapat melakukan fungsi sosial (pelayanan) dan ekonomi (bisnis)

 
sekaligus.Fungsi sosial (pelayanan) adalah untuk pemerataan distribusi obat dan
sebagai salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat,
sedangkan fungsi ekonomi (bisnis) menuntut agar apotek dapat memperoleh laba
untuk

menjaga kelangsungan usaha.


Peningkatan penjualan dalam rangka meningkatkan pendapatan apotek
diupayakan dengan beberapa strategi. Adapun strategi yang dapat dilakukan dari
sisi pelayanan, yaitu:
a)  Penyediaan obat yang lengkap
 b)  Pengadaan sistem membership  di apotek, dimana disiapkan prosedur
 pendaftaran gratis sebagai member dengan berbagai pelayanan khusus dan
keuntungan seperti adanya diskon.
c)   Memberikan pelayanan selain pelayanan obat (dengan resep atau pun

 pelayanan pengobatan swamedikasi kepada pasien), seperti pelayanan cek


tekanan darah, kolesterol, asam urat, dan gula darah). Pelayanan tersebut
tentunya akan menambah pendapatan apotek.
d)   Pelayanan informasi obat pada konsumen yang membeli HV maupun obat dari

resep oleh Apoteker.


e)   Konsultasi pribadi oleh Apoteker untuk pasien-pasien yang membutuhkan

konsultasi penggunaan obat.


f)   Layanan monitoring atau kontroling oleh Apoteker terkait perkembangan
kesehatan pasien dengan penyakit kronis, terutama pelanggan tetap.

g)   Komputerisasi data pasien atau membuat suatu Patient Medication Record  


(PMR) terutama untuk pasien-pasien dengan penyakit kronis.
h)   Memberikan pelayanan pesan antar obat untuk klinik, pesanan pribadi dan

 praktek dokter.
i)   Memberikan pelayanan informasi pengingat untuk pasien dengan penyakit
degeneratif seperti pembuatan jadwal penggunaan obat
 j)  Melakukan program homecare 
k)  Melakukan promosi kesehatan

Adapun strategi yang dapat dilakukan dari sisi pelayanan, yaitu:

 
a)  Mengoptimalkan dari aset yang dimiliki apotek (utilisasi aset ), yaitu dengan
menyewakan gondola untuk penjualan produk suplemen
 b)  Memberikan diskon kepada konsumen, namun dengan pemberian diskon

tersebut, Apotek masih dapat memperoleh keuntungan.


c)   Memperoleh diskon dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan cara membeli

obat-obat yang memungkinkan akan banyak diperlukan konsumen dalam


 jumlah besar. Dengan pembelian jumlah banyak, peluang untuk mendapatkan
diskon dari PBF juga besar.
d)   Menjalin kerja sama dengan instansi di sekitar Apotek, seperti asuransi

kesehatan dan perusahaan. Mengingat Pulau Kawe merupakan salah satu


daerah dengan pertumbuhan penduduk yang baik, jadi hal ini akan memberikan
 peluang untuk adanya kerja sama.

e)   Menjalin kerja sama dengan praktek dokter, bidan, dan klinik yang praktek di
sekitar Apotek. Kerja sama dapat berupa memberikan sejumlah  fee atas
resep

yang mereka tuliskan.

2.1.2   Potensi Pasar


Potensi pasar merupakan sejumlah pembeli yang memiliki uang dan
keinginan untuk berbelanja pada suatu wilayah tertentu. Potensi pasar dihitung
dengan rumus:

Keterangan:
Q = Potensi Pasar
 N = Jumlah pembeli
P = Harga barang yang dibeli
Data Badan Pusat Statistik tahun 2017 menyatakan bahwa Kota Denpasar
memiliki rata-rata pendapatan perkapita yaitu mencapai Rp 618.912,00. Proporsi
 pengeluaran per kapita per bulan untuk biaya kesehatan mencapai 2,22%. Maka

dari itu dapat diperkirakan rata-rata biaya kesehatan yang dikeluarkan adalah Rp

13.793,85 (BPS Kabupaten Badung, 2017). Jika dianggap harga barang yang dibeli

 
oleh penduduk maupun wisatawan rata-rata Rp 14.000,00 dan diasumsikan jumlah
 pembeli (resep dan non resep) per hari adalah 500 orang, maka potensi pasar apotek
 per tahun (364 hari) adalah:

Q=NxP
Q = (500 orang x 364 hari) x Rp
14.000,00 Q = Rp 2.548.000.000,00
Apotek yang akan didirikan berada di Jln.Pulau Kawe. Berdasarkan survei
yang telah dilakukan, lokasi tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:
1.   Terdapat beberapa pusat pelayanan kesehatan seperti klinik dan praktek dokter

serta beberapa apotek lain yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut berpotensi
untuk dikembangkan.
2.   Lokasi apotek berada pada jalur yang padat sehingga apotek berpotensi

mendapat banyak kunjungan baik dari penduduk lokal maupun wisatawan


domestik atau mancanegara.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka dapat dibuat kesimpulan
sementara bahwa apotek memiliki lokasi yang strategis.
2.1.3   Target pasar
Target pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang
akan menjadi sasaran pemasaran. Dalam suatu studi kelayakan, pemilihan target
 pasar akan mempengaruhi penyiapan pemilihan produk, pemilihan lokasi Apotek,
desain interior dan eksterior gedung, penampilan karyawan, dan kualitas
pelayanan

(Umar, 2007). Terdapat 3 macam target pasar, yaitu:


a.  Pasar Perseorangan atau Individual
Pasar perseorangan atau pasar konsumen merupakan jenis pasar di mana
barang dan jasa dibeli atau disewa oleh perorangan atau keluarga untuk
penggunaan atau konsumsi pribadi dan tidak untuk bisnis (non bisnis).
 b.  Pasar Korporasi
Pasar korporasi atau pasar industri adalah pasar di mana barang dan jasa dibeli
atau disewa oleh perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi
 barang dan jasa lain, dijual, disewakan, atau digunakan dalam proses lebih

lanjut.

 
c.  Pasar Reseller
Pasar reseller atau penjual kembali adalah suatu pasar yang terdiri dari
 perorangan atau organisasi yang biasa disebut pedagang menengah

(middlemen), yang terdiri dari dealer, distributor , grossier,  agent, dan retailer. 
Semua reseller ini melakukan penjualan kembali untuk memperoleh
keuntungan.
(Umar, 2007).
Dalam perencanaan pembangunan Apotek, target pasar yang dituju adalah
 pasar perseorangan (individual) atau pasar konsumen mengingat komoditi atau
 barang utama yang dijual adalah obat, yang banyak dimanfaatkan untuk konsumsi
 pribadi. Target pasar dari Apotek yang akan didirikan khususnya adalah
konsumen dengan tingkat pendapatan menengah ke atas dan tidak ada
pembatasan umur, jenis

kelamin, dan kategori penyakit tertentu.


Secara bisnis, kelompok masyarakat yang menjadi target adalah yang bekerja,
dengan asumsi kelompok masyarakat ini memiliki daya beli yang tinggi.
Kelompok anak-anak pun dapat menjadi target, terutama anak-anak dari kelompok
masyarakat yang berdaya beli tinggi. Apotek juga ditargetkan untuk menjadi pasar
korporasi dengan bekerja sama dengan klinik, praktek dokter pribadi, maupun
hotel-hotel yang terdapat di wilayah Pulau Kawe. Kerja sama dilakukan
dengan prinsip
 pembagian keuntungan atau pemberian  fee untuk setiap resep dari rekanan yang
masuk ke apotek. Target pasar ini dirasa akan cukup membantu peningkatan

 pemasukan apotek setiap harinya sehingga akan meningkatkan laba atau


keuntungan yang diperoleh. Pasar resseler juga menjadi target pasar Apotek, sebab
Apotek yang akan didirikan merupakan suatu jenis bisnis retail  yang menjual
kembali produk ke konsumen langsung dalam jumlah eceran untuk memperoleh
keuntungan.
Untuk mencapai target pasar tersebut, apotek harus menerapkan empat
landasan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif apotek, antara lain:
1.   Pricing strategy

Pricing strategy atau penetapan harga adalah hal yang paling sulit dan paling

krusial dalam faktor-faktor pendukung apotek sebagai retail  karena harga

 
merupakan unsur yang benar-benar akan mendatangkan laba. Dalam menjalankan
apotek sebagai usaha retail, apoteker perlu memperhatikan keinginan konsumen,
dimana konsumen akan membayar harga yang sepadan dengan nilai pembelian

yang diperoleh (value for money). Selain itu, penetapan harga juga perlu
mempertimbangkan target laba yang diperoleh (diusahakan semaksimal mungkin)
serta faktor penetapan harga dari
pesaing 2.  Quality of service 
Faktor pendukung apotek sebagai usaha retail selanjutnya adalah quality of
service atau customer service/kualitas layanan. Dalam menjalankan customer
service, hal yang perlu diperhatikan tidak hanya keramahan atau kesigapan dalam
melayani pelanggan. Customer service yang dimaksud adalah bagaimana
menyediakan layanan yang terbaik untuk customer serta membuat customer

menjadi nyaman ketika berbelanja di apotek dan bersedia untuk kembali lagi.
Customer service merupakan salah satu faktor yang paling penting, karena
customer service tidak hanya mempengaruhi tingkat penjualan tetapi juga
menentukan image apotek yang dimiliki.
Untuk memberikan kualitas pelayanan berstandar tinggi, maka upaya yang
direncanakan, yaitu:
a.  Keberadaan apoteker selama apotek buka
 b.  Penyediaan obat yang lengkap
c.   Pelayanan informasi obat pada konsumen yang membeli OTC maupun obat

dari resep.
d.   Konsultasi pribadi untuk pasien-pasien tertentu yang membutuhkan konsultasi

 penggunaan obat.
e.   Pendidikan (Edukasi) kesehatan kepada konsumen dan masyarakat sekitar,

melalui penyediaan leaflet.


f.   Layanan monitoring atau kontroling perkembangan kesehatan untuk pasien

dengan penyakit kronis, terutama pelanggan tetap.


g.   Membedakan antara pelayanan resep dengan pelayanan obat bebas, dengan

tujuan efesiensi waktu bagi konsumen.

 
h.   Komputerisasi data pasien atau membuat Patient Medication Record  (PMR)

terutama untuk pasien yang memerlukan monitoring dan member.


i.   Penetapan waktu pelayanan resep, yaitu maksimal 15 menit untuk resep non

racik serta maksimal 30 menit untuk resep racik, dimana jika melebihi waktu
tersebut, akan diberi diskon 5%.
 j.  Menerima layanan konsultasi melalui telepon dan email, terutama untuk
member.
3.   Product range strategy

Inventori atau produk adalah alasan utama konsumen datang berkunjung ke


apotek. Product range strategy atau strategi keragaman produk adalah kegiatan
 pengadaan produk yang sesuai dengan bisnis yang dijalani untuk disediakan
didalam tempat usaha pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai

target penjualan. Ketersediaan produk berkaitan erat dengan perputaran keuntungan


yang diperoleh oleh suatu apotek. Apabila ketersediaan produk yang dimiliki lebih
sedikit dibandingkan dengan permintaan konsumen maka toko akan mengalami
loss sales yaitu suatu keadaan dimana toko kehilangan penjualan karena
ketidaktersediaan stok. Sebaliknya jika apotek memiliki kelebihan produk maka
 barang tersebut tidak dapat dikonversikan dengan cepat menjadi uang karena
tidak ada penjualan. Akibatnya apotek akan mengalami kerugian. Product range
strategy digunakan untuk menjamin ketersediaan produk dan mencegah
terjadinya
 persediaan obat yang terlalu banyak (over stock). Strategi ini berpatokan pada

 pengadaan produk yang sangat laku dijual karena merupakan produk yang paling
cepat dikonversi menjadi uang serta penyumbang omzet terbanyak untuk apotek
(fast moving) dan menghindari produk yang kurang laku dijual dimana konversi
 produk menjadi uang agak lambat (slow moving). Kondisi ideal sebuah apotek
adalah ketika produk yang dimiliki mencukupi seluruh permintaan konsumen.
Selain penentuan pengadaan produk, hal penting lain yang dapat mendukung
usaha apotek sebagai retail  adalah ragam barang yang dijual (assortments).
Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dapat dilihat dari kelengkapan
 produk yang tersedia di apotek. Sebagai sebuah usaha retail, apotek harus

menyediakan produk secara lengkap dan up to date. Apotek dikatakan lengkap dan

 
up to date jika semua produk yang diperlukan konsumen selalu dapat tersedia dan
 produk yang tersedia adalah produk-produk baru.
4.  Site strategy

Site strategy yang dimaksud adalah meliputi lokasi yang strategis, tata ruang
yang baik dan suasana apotek yang nyaman. Pada lokasi yang tepat, sebuah
apotek
akan lebih sukses dibandingkan dengan apotek yang berlokasi kurang strategis
walaupun keduanya menjual produk yang sama. Dalam penentuan lokasi, perlu
dipertimbangkan karakteristik dari lingkungan sekitar yang berkaitan dengan
 berbagai aspek seperti luas atau kepadatan wilayah atau area yang dilayaninya.
Faktor tersebut akan mendatangkan informasi mengenai estimasi kunjungan dan
 perkiraan belanja customer. Tata ruang apotek yang baik dan pemajangan produk
yang rapi menjadi faktor pendukung yang penting untuk memikat pembeli dan

mengingatkan produk yang diperlukan. Hal ini juga akan membantu customer
untuk menemukan produk yang diperlukan dengan mudah. Sementara itu,
suasana apotek yang nyaman akan membuat customer merasa nyaman dan aman
ketika memilih produk sehingga dapat menciptakan image yang baik di mata
customer.
Untuk meningkatkan minat kunjungan dan kenyamanan pasien serta
konsumen selama berada di dalam ruangan apotek, upaya yang direncanakan
untuk dilakukan, yaitu: 
1)   Penggunaan plang nama apotek yang menghadap ke dua arah, sehingga

terlihat dari kedua jalur Jalan Pulau Kawe.

2)   Tampak luar apotek dibuat dengan warna yang mencolok dibandingkan


dengan bangunan sekitar untuk menarik perhatian masyarakat.
3)   Penggunaan cat dinding dengan warna

lembut. 4)  Penggunaan pintu dari kaca.


5)  Penerangan yang cukup terang untuk menghindari suasana remang-remang.
6)  Ruangan dilengkapi dengan AC sehingga mencegah rasa gerah saat apotek
ramai atau saat cuaca panas.
7)   Penyediaan tempat khusus untuk konsultasi yang ditujukan untuk pasien

dengan penyakit khusus yang memerlukan konseling secara pribadi serta untuk

 pasien yang ingin berkonsultasi mengenai pengobatan.

 
8)   Pemisahan antara konter penerimaan resep dengan konter obat tanpa resep

untuk meningkatkan efisiensi pelayanan serta efisiensi waktu.


9)   Adanya tempat khusus untuk menunggu bagi pasien yang menebus resep

dengan dilengkapi majalah kesehatan dan brosur-brosur kesehatan.


10)   Adanya rak untuk display  obat yang menyerupai swalayan untuk OTC

sehingga lebih efisien bagi pasien yang sudah menentukan obat yang akan
dibeli.
11)   Penataan obat di swalayan dilakukan berdasarkan khasiat obat, misalnya obat

flu dan batuk, obat penurun demam, vitamin, beauty care dan sebagainya
sehingga memudahkan konsumen dalam memilih obat. Untuk masing-masing
kategori, obat disusun kembali berdasarkan alfabet.
12)   Tata letak kasir pembayaran dan rak obat diatur sedemikian rupa sehingga

 pasien pembeli OTC harus melewati rak obat untuk sampai ke kasir tempat
membayar sehingga konsumen akan melihat produk-produk yang ada.
2.1.4   Peluang Pasar
A.  Data Kepadatan Lalu Lintas
Data kepadatan lalu lintas rata-rata tiap jam disekitar apotek yang didirikan
dapat dilihat pada tabel 2.1 
Tabel 2.1 Data Kepadatan Lalu Lintas

Jenis Hari Kerja Hari Libur


Kendaraan Jumlah/jam Jumlah/jam
Sepeda motor 3150 2510
Mobil/Taksi/Truk 520 310
Pejalan kaki 30 17
B.  Data Apotek Pesaing

a.  Apotek Pesaing


Tabel 2.2 Daftar Apotek Pesaing pada Radius ± 1 km dari Lokasi Pendirian
Apotek
No Nama Apotek Alamat Jarak Jam
Praktek
1 Apotek Suarma Farma Jalan Pulau Tarakan 260 m 08.00-
 No.3c, Dauh Puri Klod, 22.00
Denpasar Barat

 
2 K24-Teuku Umar Jalan Teuku Umar 250 m 24 jam
 No.170b, Dauh Puri
Kauh, Denpasar Barat
3 Apotek Sobat Medika Jalan Pulau Kawe 450 m 24 jam
 No.50,Pedungan,
Denpasar Selatan
4 Apotek Divya Medika Jalan Pulau Kawe 500 m 08.00-
 No.55,Pedungan, 22.00
Denpasar Selatan
5 Apotek Kimia Farma Jalan Teuku Umar 1,2 km 24 jam
Teuku Umar  No.246 Dauh Puri Kauh,
Denpasar Barat

 b.  Toko Obat Pesaing


Untuk toko obat pesaing, terdapat 2 toko obat berjarak ± 500 m dari apotek
yang akan didirikan.
No Nama Toko Obat Alamat Jarak Jam
Buka
1 Sumber Waras Toko Jamu Jalan Pulau Tarakan 350m 08.00-
 No.16, Dauh Puri Klod, 22.00
Denpasar Barat
2 Gerai Soman Jalan Pulau Kawe No.63, 600 m 08.00-
Pedungan, Denpasar 21.00
Selatan

C.  Data Praktik Dokter


Tabel 2.3 Praktik Dokter

No Nama Dokter Spesialis Tempat Alamat Waktu Jarak

Praktek Praktik
1 dr.Putu Aditya Umum - JalanPulau Kawe Setiap hari 30 m
Saputra, S.Ked  No.9B, Denpasar kerja 08.00-
22.00
2 dr. I Putu Umum - JalanPulau Kawe Setiap hari 30 m
kerja 08.00
Wirama, S.Ked  No.9B, Denpasar
3 dr. I Putu Segara Umum - JalanPulau Kawe Setiap hari 30 m
kerja 08.00
Merta  No.9B, Denpasar

 
4 drg. P.L.K. Ayu Gigi - JalanPulau Kawe Setiap hari 30 m
kerja 08.00
R. Sabana Dewi  No.9B, Denpasar
5 drg. Ni Putu Gigi - JalanPulau Kawe Setiap hari 30 m
kerja 08.00
Krisma Dewi  No.9B, Denpasar
6 Drs. Supriyadi, Psikolog - JalanPulau Kawe Setiap hari 30 m
kerja 08.00
M.S., Psikolog  No.9B, Denpasar
& Associates
7 drg. I Gede Gigi - Jalan Pulau Kawe Pagi : 09.00- 20 m
12.00
Bagiada 19 Lt I, Denpasar
Sore: 18.00-
21.00
8 dr. A.A.N Jaya Sp - Jalan Pulau Kawe Senin-Sabtu 350 m
16.00-18.00
Kesuma, SpB Bedah

Umum Umum
9 dr. Ida Bagus - Jalan Pulau Kawe Senin-Jumat : 450 m
Kesnawa  No.49 09.00-18.00
Sabtu: 09.00- 13.00
Setiap hari kerja 16.00- 21.00
10 Ngh Sukartini, Bidan - Jalan Pulau Kawe 550
S.ST 69 Denpasar

2.2 Aspek Lingkungan

2.2.1 Informasi Proyek Apotek

Tabel 2.4 Informasi Proyek Apotek

PerihalKeterangan
Rencana NamaApotek KF Pulau Kawe 

Alamat Jalan Pulau Kwe, Dauh Puri Klod, Denpasar Barat

Tipe bangunanRumah Toko (Ruko) 2 Lantai


Luas bangunan14 m x 470 m
FasilitasListrik, air PAM, telpon, toilet dan tempat parkir, ruang tunggu pasien, swalayan apotik

 
•   Posisi bangunan terletak di samping jalan raya dan
 berada dekat dengan perumahan warga dan minimarket
Aspek lokasi •   Bangunan terletak pada jalan raya 2 arah dan dapat
terlihat dengan mudah

  Arus lalu lintas yang lancar.

2.2.2 Peta Lokasi Apotek

Apotek yang akan didirikan berlokasi di Jalan Pulau Kawe, Dauh Puri
Klod, Denpasar Barat. Foto fisik bangunan dan peta lokasi Apotek yang akan
dibangun dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.

Gambar 2.1 Foto Bangunan Calon Apotek

 
Gambar 2.2 Peta Lokasi Apotek
2.3 Aspek Demografi/ Set Rieview Apotek

2.3.1 Informasi Demografi


Data demografi dan penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat
dapat digunakan untuk menentukan target pasar dan penentuan strategi
pemasaran Apotek. Strategi pemasaran yang dilakukan seperti penentuan
prioritas obat- obatan yang akan disediakan (apakah generic atau bermerek)
atau penentuan
 prioritas layanan (apakah umum, pediatri, atau geriatri).
Lokasi tempat akan didirikannya apotek adalah Jalan Pulau Kawe, Desa
Dauh Puri Klod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar dengan batas
wilayah sebgai berikut:

Utara : Kelurahan Dauh Puri


Timur : Desa Dangin Puri Klod dan Kelurahan Panjer
Selatan : Kelurahan Sesetan dan Kelurahan Pedungan
Barat : Desa Dauh Puri Kauh
Adapun data demografi penduduk di Kecamatan Denpasar Barat dapat
dilihat pada tabel 2.5. Sedangkan data 10 besar penyakit Puskesmas Provinsi
Bali dan Puskesmas Denpasar Barat dapat dilihat pada tabel 2.6 dan 2.7.
Tabel 2.5 Data Demografi Penduduk di Kecamatan Denpasar Barat (BPS,
2012)

No Kelurahan Jumlah penduduk/km2 

 
1 Padangsambian Kelod 23.871
2 Pemecutan Kelod 45.552
3 Dauh Puri Kauh 21.649

4 Dauh Puri Kelod 15.132


5 Dauh Puri 9.067
6 Dauh Puri Kangin 3.597
7 Pemecutan 21.099
8 Tegal Harum 13.304
9 Tegal Karta 19.998
10 Padangsambian 35.666
11 Padangsambian Kaja 20.499
Total 229.434

Tabel 2.6 Data 10 Besar Penyakit di Puskesmas Kota Denpasar (Dinas


Kesehatan Provinsi Bali, 2016)

No Nama Penyakit Jumlah Kasus


Infeksi akut lain pada saluran nafas bagian atas
1 39.767
(ISPA)
2 Hipertensi 25.156
3 Faringitis akut 20.703
4 Demam Tidak Spesifik 11.826
5 Diabetes Tipe-II 7.174
6 Dispepsia 7.053
7 Sakit Kepala 6.530
8 Dermatitis Kontak Alergi 6.225
9 Artritis 5.217
10 Diare 4.844

2.3.2 Analisis Pusat Keramaian

 
Adanya pusat keramaian, seperti tempat perbelanjaan, fasilitas umum,
salon, pusat pertokoan, dan lainnya akan memberikan keuntungan tersendiri bagi
apotek yang dapat berupa promosi maupun memperluas target pasar.

Tabel 2.7 Data Pusat Keramaian di Wilayah Pulau Kawe


Bangunan Nama Tempat
Pasar Pasar Sari Desa Pakraman Pedungan
Balai Banjar Balai Banjar Kaja Pedungan
LPD dan Koperasi KSU Sari Dana, KSP Duta Sejahtera
Mini Market Indomaret, Alfamart
Bank ATM BRI, Brilink, Mandiri Danamon,
Bukopin Fave Hotel
Penginapan Berlian Indah, Choice Stay Hotel,
Legong Residence, Bali Aga Villa
Restaurant/Rumah Makan Ayam Goreng Ibu SUnu, Sari Resto,
Warung Sushi Kawe, Mie Kober

K w e , C fé M e, K e d a i
VV g e ta rian , R M P a r i- P
M ie
a ri, RM Ibu
Jero, RM Ikan Bakar Khas
Jimbaran, RM Talago Biru, Warung
Bu Tantri, Ayam Bakar Wo Ai Ni,
JFC Fried Chicken, Ketan Susu
Coeg
Pertamina SPBU Pertamina 54.801.33
Salon dan Spa Larizo Beauty Salon and Spa,
Jegeg Salon and Spa, Surya Salon,
Brown Salon, Salon Novi, Pondok
Bamboo Salon and Spa, Modizo
Salon and SpaIcon Salon and Spa,
Asih Salon and Spa
Tempat Olahraga Bunda Bugar, Sport Center Mandiri
Pertokoan lainnya Amanda Brownies Denpasar, Ciptama
Computer, Hawaii-Grosir, Jaya Truss,
Blessing Komputer, Sriwijaya
Komputer, Bali Jaya Meubel, Istana
Ban, Mars Komputer, Purnama Emas,
Anugrah Jaya Handphone, Sarita
Computers, KW Shop, Griya IT,
Easy Music Bali
Perkantoran Invotek Solutions, Galeri Smartfren
Pulau Kawe, Restu Mulya, Kantor
Akuntan Publik Drs. Wayan
Sunasdyana , PT Noor Mentari, PT
Wahana Balindo
Pendidikan Kumon Pulau Kawe, Sanggar Seni

 
Kertha Jaya, Bali DJ School, Sekolah
Dasar Negeri 2 Pedungan, Sekolah Dasar Negeri 14 Dauh
Apotek Sobat Medika, Apotek Divya Medika, K24 Teuku
Dalem Batu Pageh, Pura Panti Pasek Gelgel
Tempat rekreasi
Apotek dan Klinik

Puskesmas Tempat beribadah

2.4. Aspek Pelayanan

Menurut PP 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, apoteker harus


menerapkan standar pelayanan kefarmasian dalam menjalankan praktek
kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
 bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian untuk saat ini telah mengacu pada pelayanan  patient
oriented (berfokus kepada pasien) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Standar pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
yang
 bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
(bahan medis habis pakai). Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
 pengendalian, serta pencatatan dan pelaporan. Sementara itu, pelayanan
kefarmasian klinik meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi
obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy
care),

 
 pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping obat (MESO)
(Permenkes RI, 2016). Pelayanan kefarmasian yang akan diberikan di apotek
 berupa pelayanan obat dengan resep dan pelayanan obat tanpa resep. Pelayanan

obat tanpa resep dibagi menjadi dua jenis, yaitu upaya swamedikasi serta penjualan
obat bebas dan suplemen. Obat yang digunakan dalam upaya swamedikasi
diserahkan oleh apoteker dan disertai dengan pemberian konseling atau informasi
yang jelas tentang obat tersebut.
2.4.1. Pelayanan Kefarmasian dengan Resep

Langkah-langkah yang dilakukan pelayanan kefarmasian dengan resep


meliputi:
A.   Skrining Resep

1.   Melakukan kajian adimistratif meliputinama dokter, nomor ijin praktek,

alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta
nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2.   Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu: bentuk sediaan,

dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama


 pemberian obat.
3.   Mengkaji aspek klinis yaitu : adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya).


Membuatkan kartu pengobatan pasien (medication record) .
4.   Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan

B.   Peracikan/Penyiapan Obat
Tahapan yang dilakukan saat melakukan peracikan dan penyiapan obat,
yaitu meliputi:
1.   Melakukan pengecekan ketepatan jumlah obat yang diperlukan.

2.   Obat disiapkan sesuai dengan jumlah permintaan di resep. Mengambil

obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan


nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.
3.   Melakukan peracikan obat bila diperlukan.

4.   Proses pencampuran dan penyiapan obat racikan dilakukan oleh juru

resep di bawah pengawasan apoteker atau asisten apoteker.

 
5.   Obat yang telah diracik dan disiapkan diperiksa kembali, kemudian

dikemas kedalam klip obat yang telah disiapkan. Klip obat diberi
keterangan tentang aturan pakai obat tersebut.

6.   Untuk obat yang belum diambil seluruhnya atau pasien meminta copy
resep, wajib dibuatkan copy resep yang ditandatangani oleh
Apoteker/AA.
7.   Bagi pasien yang meminta kwitansi maka dibuatkan kwitansi.

C.   Penyerahan Obat

1.   Sebelum diserahkan, Apoteker wajib melakukan pengecekan obat

dengan resep.
2.   Pasien dipanggil minimal dengan dua cara yaitu memanggil nama

 pasien atau menurut nomor resep.

3.   Obat diserahkan kepada pasien dengan mengecek nama pasien dengan


nama yang tertulis pada resep.
4.   Memberi penjelasan kepada pasien mengenai jenis obat, kegunaan, cara

 pakai dan cara penyimpanan obat, efek samping atau akibat yang
mungkin timbul dan cara mengatasinya serta pantangan yang harus
dilakukan.
5.   Untuk resep yang diambil sebagian, dianjurkan segera diambil sebelum

obat habis, terutama untuk Antibiotika.


6.   Mengucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh.

D.   Dokumentasi Resep
Resep yang masuk pada akhir shift dipisahkan untuk obat golongan
narkotika dan psikotropika, kemudian dikumpulkan untuk diarsipkan
berdasarkan tanggal pembuatan resep. Penyimpanan resep dilakukan berurutan
berdasarkan hari/tanggal.Untuk resep narkotik dan non-narkotik disimpan pada
tempat berbeda. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengecekan pelaporan
resep seperti pada resep narkotik.
2.4.2. Pelayanan Swamedikasi (Non Resep)

Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan peda

diri sendirir dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atas pengetahuan dan

 
 persepsinya sendiri, tanpa nasehat dokter. Upaya pengobatan sendiri ini dapat
 berupa pengobatan dengan obat modern atau obat tradisional. Tujuan pengobatan
sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan

 pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Pengobatan sendiri


yang dapat dilayani tanpa resep dokter antara lain obat bebas, obat bebas terbatas,
obat wajib apotek (OWA), kosmetika, obat tradisional, Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga (PKRT), dan alat kesehatan. Tahap pelayanan non resep di apotek
meliputi:
A.   SOP Pelayanan OTC (Of The Counter Drug)

1.  Pasien datang ke apotek. 


2.   Petugas menyapa pasien dengan ramah (selamat pagi,siang atau sore)
disertai dengan mencakupkan tangan pada dada kemudian menanyakan

kepada pasien obat apa yang dibutuhkan. 


3.   Jika pasien telah menentukan pilihan obat yang akan dibeli, maka petugass
langsung mengambilkan obat sesuai permintaan pasien. Jika pasien
datang dengan suatu keluhan, maka petugas menanyakan terlebih dahulu
mengenai keluhan atau penyakit yang diderita pasien, kemudian membantu
 pasien untuk mendapatkan obat yang tepat. 
4.   Petugas menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal

harga.  5.  Memberikan uang kembalian dan obat diserahkan kepada pasien
disertai dengan informasi tentang obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian
sehari, waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek samping obat yang
mungkin timbul setelah penggunaan obat, dan jika diperlukan pengatasan
 pertama terhadap efek samping yang ditimbulkan. 
6.  Mengucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh. 
B.  SOP Pelayanan OWA (Obat Wajib Apotek) 
1.   Pasien datang ke apotek, 

2.   Petugas menyapa pasien dengan ramah selamat pagi,siang atau sore)

disertai dengan mencakupkan tangan pada dada serta menanyakan


kepada
 pasien obat apa yang dibutuhkan, 
3.   Petugas menanyakan kepada pasien mengenai keluhan yang dialaminya

dan gejala penyakitnya serta lamanya gejala tersebut telah dialami, 

 
4.   Petugas menanyakan tindakan atau pengobatan apa yang telah dicoba oleh

 pasien serta bagaimana hasilnya (kondisi membaik atau bertambah parah), 


5.  Bila pasien telah menggunakan obat sebelumnya dan hasilnya tidak

memuaskan maka pilihkan obat lain yang sesuai dengan kondisi pasien,
 begitu juga untuk pasien yang sama sekali belum pernah minum obat, 
6.   Menanyakan kepada pasien ada tidaknya obat lain yang diminum secara

rutin untuk memastikan tidak terjadi interaksi obat. 


7.   Jika kondisi pasien cukup parah untuk ditangani oleh petugas, maka

pasien disarankan untuk memeriksakan ke dokter. 


8.   Menghitung harga dan minta persetujuan terhada nominal harga 

9.   Setelah pasien setuju dengan harga obat, diserahkan obat kepada pasien

disertai dengan informasi tentang obat meliputi : dosis, frekuensi


 pemakaian sehari, waktu penggunaan obat, cara penggunaan dan efek
samping obat yang mungkin timbul setelah penggunaan obat dan dan jika
diperlukan pengatasan pertama terhadap efek samping yang ditimbulkan, 
10. Melakukan pencatatan nama pasien, alamat, dan no telepon pasien serta
obat-obat yang diterima sebagai suatu medication record. 
11. Mengucapkan terima kasih dan mengucapkan semoga lekas sembuh. 
C.  Swalayan
Apotek juga menyediakan swalayan farmasi bagi pasien yang akan
melakukan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS) atau swamedikasi. Pasien
datang dengan keluhan. Apoteker atau Asisten Apoteker kemudian membantu
 pasien memilih obat-obatan yang sesuai. Peran Apoteker dalam UPDS adalah
dapat memberi rekomendasi dan informasi yang tepat sesuai keluhan pasien.
Swalayan farmasi terdiri atas rak-rak untuk meletakkan jenis obat-obatan
seperti obat bebas, alkes, alat kontrasepsi, kosmetik, vitamin dan suplemen
makanan. Penataan obat di swalayan farmasi disusun berdasarkan bentuk
sediaan dan farmakologi. Hal ini bertujuan untuk mempermudah konsumen
mencari obat yang diperlukan.
1.   Pelayanan KIE

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan


 pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran

 
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien (Permenkes RI,
2016). Pelayanan KIE ditujukan kepada pasien baik resep maupun non
resep untuk

memberikan informasi secara tepat dan benar kepada pasien mengenai obat
yang diterima. Pelayanan KIE dapat dilakukan langsung kepada pasien
atau
keluarga pasien yang mengantar. Dalam melakukan pelayanan KIE perlu
memperhatikan tingkat pendidikan dari pasien, hal ini akan mempengaruhi
 bahasa yang akan digunakan dalam penyampaian informasi sehingga
dapat diterima dengan mudah oleh pasien. Pelayanan KIE di apotek
dilakukan oleh apoteker dengan menyampaikan beberapa informasi,
seperti:
a.  Cara pemakaian obat dan cara penyimpanan obat
Cara pemakaian obat penting untuk diketahui oleh pasien terkait dengan

efektivitas terapi yang dihasilkan. Informasikan kepada pasien agar


 patuh menggunakan obat sesuai dengan cara pakai yang dianjurkan
demi optimalnya pengobatan yang dijalani. Pemberian informasi
mengenai cara penyimpanan perlu untuk dilakukan terkait dengan
stabilitas obat yang digunakan, terutama untuk obat-obat tertentu yang
memerlukan penyimpanan khusus seperti ovula, supositoria, dan
insulin yang harus disimpan di dalam kulkas.
 b.  Efek samping penggunan obat
Hal ini dilakukan untuk memberikan edukasi pada pasien sehingga

 pasien menjadi lebih tanggap terhadap hal-hal yang mungkin terjadi


selama pengobatan. Apabila terjadi efek samping yang merugikan
anjurkan kepada pasien untuk segera menghentikan pengobatan atau
konsultasikan kembali kepada dokter seperti terjadinya reaksi
hipersensitifitas atau reaksi alergi.
c.  Terapi Non-Farmakologi
Selain informasi mengenai obat yang didapatkan oleh pasien, pemberian
informasi mengenai terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan oleh
 pasien perlu untuk dilakukan.Informasi terapi nonfarmakologi dapat

 
dilakukan untuk menunjang pengobatan yang dilakukan oleh pasien.

 
2.   Praktek Dokter

Apotek yang akan didirikan menyediakan praktek dokter umum, dimana


adanya dokter praktek akan dapat meningkatkan penjualan apotek. Pemilihan

dokter praktek umum di apotek dilakukan karena segmentasi pasar adalah


wisatawan domestik dan mancanegara. Mengingat lokasi yang akan dibangun
 berada jauh dari akses jalan utama sehingga membuka praktek dokter spesialis 
dirasa kurang tepat.
2.5.   Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi penyusunan Standar operating procedure (SOP) dan
 penyusunan rancangan denah interior
apotek. 2.5.1.  Standar Operating
Procedur  (SOP)
Standar operating procedure (SOP) diperlukan agar kegiatan dalam

 pekerjaan kefarmasian dapat berjalan sesuai dengan standar atau ketentuan-


ketentuan yang ditetapkan, serta memiliki acuan dalam setiap kegiatan pekerjaan

kefarmasian yang dilakukan. Berikut merupakan SOP yang digunakan dalam


melakukan pelayanan kefarmasian di apotek:
A.   SOP Dalam Pelayanan Resep (Terlampir)
B.   SOP Pelayanan Non Resep (Swamedikasi) (Terlampir)
C.   SOP dalam Penerimaan dan Penyimpanan Barang (Terlampir)

 
2.5.2. Rancangan Denah Interior Apotek
Bangunan calon apotek terdiri atas 2 lantai (lantai 1 khusus apotek dan lantai
2 tempat praktek dokter), kegiatan yang dilakukan sepenuhnya untuk apotek dan
 praktek dokter. Rancangan tata ruang untuk bangunan apotek ditunjukkan pada
Gambar 3.

 
3

5
6 9

4
7

1212
10
Lantai 1
Lantai 2

Gambar 2.3 Rancangan Denah Apotek


Keterangan :
1.  Tempat pelayanan cek gula darah, kolesterol dan tensi
2.  Swalayan Farmasi
3.  Ruang peracikan
4.  Tempat tunggu
5.  Toilet
6.  Rak obat
7.  Kasir
8.  Parkir
9.  Gudang
10. Praktek dokter

 
2.6.   Aspek Organisasi dan Manajemen
2.6.1.   Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengelolaan apotek tidak terlepas dari pengelolaan SDM (Sumber daya

manusia). SDM berperan sebagai faktor kunci terhadap keberhasilan bisnis apotek
yang dijalankan. Untuk dapat mengelola sebuah apotek diperlukan tenaga kerja
yang sesuai dengan bidangnya, yang mana Apotek direncanakan beroperasi setiap
hari dari jam 08.00 hingga jam 22.00 (senin-sabtu), 10.00 hingga 22.00 (hari
minggu dan hari libur). Dalam pelaksanaannya, apotek akan dikelola oleh 4 orang
 pegawai yang terdiri dari 1 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang akan
memimpin jalannya apotek, 1 orang apoteker pendamping, dan 2 orang asisten
apoteker. Untuk memaksimalkan pelayanan apotek maka dilakukan pembagian
jam kerja untuk masing-masing orang. Adapun pembagian jam kerja petugas
apotek dan

 jadwal kerja petugas apotek tercantum pada tabel 9 dan tabel 10.
Tabel 2.8 Pembagian Jam Kerja Petugas Apotek

 NoOperasional Apotek Waktu


Jam operasional apotek 08.00-22.00
Jam kerja apoteker pengelola apotek Pagi : 08.00-15.00
Sore : 15.00-22.00

Jam kerja apoteker pendamping Pagi : 08.00-15.00


Sore : 15.00-22.00

Jam kerja AA (sistem sift ) Pagi : 08.00-15.00

Sore : 15.00-22.00

Tabel 2.9 Jadwal Kerja Petugas Apotek


Jam Kerja Petugas Apotek
Pegawai
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
APA P P P S P P L
Aping S S S L S S P
AA1 P S S P S L P
AA2 S S P S L S S

Keterangan:
APA : Apoteker Pengelola Apotek P : pagi

 
Aping : Apoteker Pendamping L : libur
AA : Asisten Apoteker S : sore

2.6.2.   Struktur Organisasi

Struktur organisasi dibuat dengan tujuan mempermudah dan memperjelas


 pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab pada masing-masing
 pegawai apotek sehingga tujuan dari apotek akan semakin mudah untuk
diwujudkan. APA sebagai kepala apotek membawahi apoteker pendamping dan
asisten apoteker. Struktur organisasi apotek dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Struktur Organisasi


Adapun tugas dari masing –m  asing personil apotek yaitu :
A.   Apoteker Pengelola Apotek

Apoteker penanggung jawab apotek bertugas untuk:


1.   Memimpin seluruh kegiatan apotek.

2.   Mengelola seluruh kegiatan apotek meliputi pengelolaan perbekalan

farmasi dan mengontrol persediaan barang apotek.


3.   Mengawasi seluruh kegiatan apotek yang bersifat kefarmasian

meliputi pelayanan resep dan non resep, pelayanan swamedikasi,


swalayan farmasi, dan konsultasi obat.
4.   Memberikan layanan kefarmasian kepada masyarakat berupa

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai obat dan


 perbekalan farmasi kepada pasien.
5.   Memelihara kebersihan, kerapihan serta keteraturan ruang

 pelayanan dan peracikan obat.

 
6.   Mengelola dan mengontrol administrasi keuangan.

7.   Mengawasi dan mengontrol kinerja semua karyawan apotek.

8.   Melakukan langkah-langkah untuk mengembangkan hasil dan

kualitas apotek.
B.   Apoteker Pendamping

1.   Membantu APA dalam mengawasi seluruh kegiatan apotek yang

 bersifat kefarmasian meliputi pelayanan resep dan non resep,


 pelayanan swamedikasi, swalayan farmasi, dan konsultasi obat.
2.   Memberikan layanan kefarmasian kepada masyarakat berupa

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai obat dan


 perbekalan farmasi kepada pasien.
3.   Melakukan pelayanan kefarmasian (pelayanan OTC/HV dan

 pelayanan resep maupun non resep).


4.   Mencatat laporan penggunaan obat dan perbekalan farmasi

(pelaporan narkotika, psikotropika, dan obat generik).


5.   Mencatat barang-barang yang kosong sesuai raknya, melakukan uji

 petik, dan selalu mencatat penolakan obat yang terjadi.


C.   Asisten Apoteker

Asisten apoteker memiliki tugas membantu Apoteker Pengelola Apotek


dalam hal berikut:
1.   Melakukan pelayanan kefarmasian (pelayanan OTC/HV dan

 pelayanan resep maupun non resep) sesuai petunjuk pimpinan


apotek.
2.   Mendata kebutuhan obat dalam buku defekta dan membantu

kelancaran kegiatan pemesanan/pengadaan obat, serta pembuatan


surat pesanan obat dengan sepengetahuan serta persetujuan
Apoteker Pengelola Apotek.
3.   Menerima barang pesanan, memeriksa, dan menandatangani faktur,

mencatat ke dalam buku pembelian serta entry ke komputer, dan


menjaga agar daftar harga perbekalan farmasi tetap up to date.

 
4.   Melakukan pengarsipan terhadap faktur barang yang diterima di

apotek.
5.   Mengelompokkan dan menata obat sesuai bentuk sediaan,

farmakologi, suhu penyimpanan, dan alfabetis.


6.   Melakukan pengubahan bentuk sediaan farmasi dan pembuatan

sedíaan racikan (puyer, kapsul, krim, salep, dan rekonstitusi sirup


kering).
7.   Menyusun, membendel, dan menyimpan resep dengan baik sesuai

dengan urutan kedatangan resep di apotek, pemisahan resep narkotik


dan psikotropika.
8.   Merencanakan jadwal pembayaran barang yang akan jatuh tempo.

9.  Memelihara kebersihan, kerapihan serta keteraturan ruang

 pelayanan dan peracikan obat.


10.  Melakukan kegiatan stok opname, melakukan pemantauan terhadap

 batas tanggal kadaluarsa obat, dan mendata obat yang rusak atau
hilang.
11.  Bertugas juga sebagai kasir.

2.7 Aspek Yuridis


Untuk memulai studi kelayakan, umumnya dimulai dari aspek
hukum,walaupun banyak yang melakukannya dari aspek lainnya tergantung dari
kesiapan masing-masing perusahaan. Tujuan dari analisis terhadap aspek hukum
yaiitu untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-
dokumen yang dimiliki. Bagi peneliti studi kelayakan, dokumen yang perlu diteliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keasliannya meliputi badan hukum, izin yang
dimiliki, sertifikat tanah atau dokumen lain yang mendukung kegiatan usaha
tersebut. Aspek yuridis/hukum yang harus diperhatikan dalam pendirian suatu
apotek adalah sebagai berikut :

 
2.7.1 Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah suatu ijin untuk mendirikan,


memperbaiki, mengubah, atau merenovasi suatu bangunan termasuk ijin bagi

 bangunan yang sudah berdiri yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah.


A. Dasar Hukum IMB
1. Perda Tingkat I Bali No. 2/3/4/PD/DPRD/1974, tentang Tata ruang untuk

Pembangunan Propinsi Daerah Tingkat I Bali.


2. Perda kota denpasar No. 6 Tahun 2001 tentang Ijin Bangunan

3. Perda kota denpasar No 9 tahun 2001 tentang ijin tempat usaha dan

gangguan.
4. Perda kota denpasar No 13 tahun 2002 tentang ijin usaha perdagangan.

5. Perda kota denpasar No 4 tahun 2003 tentang retribusi perijinan di bidang

kesehatan.
B. Persyaratan Umum Memohon IMB
1. Mengisi formulir permohonan IMB yang telah disiapkan dengan

kelengkapan sebagai berikut


a. Fotokopi KTP.
 b. Fotokopi sertifikat/akte jual beli/surat keterangan tanah yang sah sesuai
ketentuan.
c. Fotokopi pembayaran Pajak PBB terakhir.
d. Surat keterangan penyanding (bila perlu)
e. Gambar rencana bangunan antara lain :
1) Gambar situasi

2) Gambar rencana tapak.

3) Gambar rencana denah.


4) Gambar rencana tampak (depan, samping).
5) Gambar potongan (memanjang, memendek)
6) Gambar struktur/pembesian (khusus untuk bangunan bertingkat)
7) Kontruksi bangunan yang akan dibuat
(Pemerintah Kota Denpasar a, 2014)
2.7.2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

 
Sudah menjadi ketetapan pemerintah bahwa setiap wajib pajak baik individu
maupun pemilik perusahaan harus mempunyai Nomor Induk Wajib Pajak
(NPWP). Apabila omzet penjualan mulai berkembang dan terus meningkat dalam

 jumlah tertentu diwajibkan mendaftarkan perusahaan sebagai Pengusaha Kena


Pajak (PKP) dan akan diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP). Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
akan dikenakan sanksi pidana sesuai pasal 39 Undang-Undang No. 16 Tahun
2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakannya.
2.7.3. Surat Izin Praktek Apoteker

Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) diatur dalam Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentangn

Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Izin Praktik dan Izin
Kerja. Pasal yang terkait adalah:
Pasal 17
(1) Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.


(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian;


 b. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;
c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

 produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran; atau


d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

Pasal 21
Tata Cara Memperoleh SIPA, SIKA, dan SIKTTK
(1) Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilaksanakan

 
(2) Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;


 b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari

 pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi


atau distribusi/penyaluran;
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar.
2.7.4. Izin Usaha Apotek

Izin pendirian apotek diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor: 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Rl Nomor. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Pasal yang terkait adalah:


Pasal 4
(1) Izin Apotek diberikan oleh Menteri;

(2) Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota;


(3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan

 pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek
sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi

Pasal 7
(1) Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1;


(2) Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima


 permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan perneriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan
kegiatan;
(3) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM

selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari

 
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat dengan menggunakan
contoh Formulir APT-3;
(4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam. ayat (2) dan (3) tidak

dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap


melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-4;
(5) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

 pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud, ayat


(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat
Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 5;
(6) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu. 12 (dua belas) hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir
Model APT.6;
(7) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi


selambat-lambatnya dalam jangka waktu. 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
Persyaratan Umum Memohon ijin apotek di kota denpasar

1. Akte Pendirian Perusahaan (bagi yang berbadan hukum)


2. Surat Kuasa bermaterai Rp.6000 (Bila diurus orang lain)
3. Denah lokasi

4. Surat Keterangan Sehat dari Dokter

5. Salinan NPWP Apoteker Pengelola Apotek

6. Salinan NPWP Pemilik Sarana


7. Gambar Denah Bangunan
8. Daftar Ketenagaan
9. Daftar terperinci alat perlengkapan Apotek

10. Surat Pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak

 
 berkedudukan sebagai APA di Apotik lain (bermaterai Rp. 6000)
11. Surat ijin atasan bagi PNS, TNI / Polri
12. Akte perjanjian kerja sama Apoteker Pengelelola Apotek (APA) dengan

Pemilik Sarana Apotik (PSA)


13. Surat pernyataan dari Pemilik Sarana Apotek (PSA) tidak terlibat Pelanggaran

Perundang-undangan dibidang Obat (bermaterai Rp. 6000)


14. Surat pernyataan tidak keberatan bila diganti APA baru serta wajib melaporkan

apabila terjadi pergantian APA


15. Surat Rekomendasi dari Badan Pimpinan Daerah Ikatan Sarjana Farmasi

(BPDISF) Bali
16. Perjanjian pelengkap Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik

Sarana Apoteker (PSA)

17. Rancangan Papan Nama Apotek, Surat Pesanan, Copy Resep, Rancangan
Lemari Narkotika
18. Surat Lolos Butuh dari Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota

19. Salinan Ijasah, Surat Sumpah & SIK / Surat Penugasan (SP)
20. Salinan Surat Ijin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA)/ Surat Ijin Kerja

Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)


21. Salinan KTP Prop.Bali atau KTP yang dilengkapi dengan Surat Keterangan

Domisili
22. Akte sewa menyewa, kontrak atau hak milik bangunan Wajib dilengkapi

SITU/HO.
(Pemerintah Kota Denpasar b, 2014)

2.8  Aspek Finansial

2.8.1 Praktek Dokter Inhouse 

Pemilihan dokter Inhouse didasarkan pada data demografi dan penyakit


terbanyak yang diderita oleh masyarakat yang mana bertujuan untuk menentukan
target pasar dan penentuan prioritas layanan (apakah umum, pediatric, atau
geriatric). Berdasarkan pada demografi penduduk di wilayah Denpasar Barat,

sebagian besar penduduk didominasi oleh dewasa dan anak-anak, sehingga

 
 penempatan dokter umum diharapkan akan memberikan sumbangan omzet untuk
apotek. Data demografi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah
Denpasar Barat pada tahun 2017 ditampilkan pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur (BPS, 2018).


Kelompok Umur Jumlah Penduduk Total
0-4 22.460 63.430
5-9 21.180
10-14 19.790
15-19 20.980 188.340
20-24 27.690
25-29 28.870
30-34 25.210
35-39 23.220
40-44 22.280
45-49 17.540
50-54 13.250
55-59 9.300
60-64 5.430 12.720
65-69 3.510
70-74 1.890
75+ 1.890

Berdasarkan keberadaan dokter umum yang akan buka praktek, maka


 perkiraan omset yang diperoleh dari dokter inhouse ditampilkan pada tabel 2.
Perkiraan jumlah pasien yang datang ke apotek setelah memeriksakan diri ke
dokter inhouse yang dicantumkan dalam tabel merupakan data setelah
mempertimbangkan kehilangan pasien atau pasien yang tidak memperoleh resep.
Praktek dokter inhouse diperkirakan akan menyerap 90% dari total pasien.

Tabel 2. Perkiraan Omset Apotek dari Dokter Inhouse 


Praktek Jumlah Potensi Harga Hari Omzet/bulan Omzet/tahun
Pasien Serapan rata-rata Kerja
(90%) per
lembar
resep
Dokter 20 18 Rp. 30 Rp. 32.400.000 Rp.388.800.000
Umum 60.000

 
2.8.2   Praktek Dokter Outhouse 
Survey dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah kunjungan pasien per
hari dan harga rata-rata untuk 1 (satu) lembar resep yang ditulis oleh dokter. Dari

nilai tersebut diperhitungkan % serapan dari resep dokter yang berada bebas. Angka
 persentase serapan dari resep dokter divariasikan berdasarkan jarak praktek dokter
dengan lokasi calon apotek serta mempertimbangkan ada tidaknya apotek terdekat
di sekitar lokasi praktek dokter. Adapun perkiraan omset yang dihasilkan dari
dokter outhouse ditampilkan pada tabel 3.
Persentase serapan yang digunakan 20% dengan mempertimbangkan
jumlah apotek yang berdekatan dengan lokasi dari calon apotek. Berdasarkan hasil
survey, terdapat 5 apotek. Apabila pasien telah memperoleh resep dan ingin
menebusnya di apotek lain, maka diasumsikan bahwa masing-masing apotek
memperoleh

kesempatan serapan resep yang sama, yaitu 100% : 5 = 20%


Tabel 3. Daftar Perkiraan Omset Apotek dari Dokter
Outhouse 
Nama Kun Harga rata- Potensi Jumlah Omset/bulan Omset/tahun
Dokter  jung rata lembar % (25 hari)
an resep (Rp) Serapan
rata- (20%)
rata/ 
hari
dr. Putu 5 60.000 300.000 60.000 1.500.000 18.000.000
Aditya
Saputra
dr. I Putu 10 75.000 750.000 150.000 3.750.000 45.000.000
Wirama
drg. Ayu 15 65.000 975.000 195.000 4.875.000 58.500.000

S Sa b
d d r g . 5 60.000 300.000 60.000 1.500.000 18.000.000
a na
Ni
Putu
Krisma
drg. I 7 60.000 420.000 84.000 2.100.000 25.200.000
Gede
Bagiada
dr. A.A.N 4 150.000 600.000 120.000 3.000.000 36.000.000
Jaya
Kesuma,
SpB
dr. Ida 6 60.000 360.000 72.000 1.800.000 21.600.000
Bagus
Kesnawa
Total 741.000 18.525.000 222.300.000

 
2.8.3   HV dan UPDS
HV ( Hand Verkoop) atau OTC (Over The Counter)  adalah produk yang
dapat dijual bebas baik di toko obat, supermarket, dan lain-lain. Jenis produk
yang

dilayani seperti obat bebas dan obat bebas terbatas serta vitamin dan suplemen.
Termasuk pula produk-produk lain di swalayan farmasi seperti produk kesehatan
rumah tangga (PKRT), alat kesehatan dan kosmetika. Sedangkan yang
dimaksudkan obat-obatan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) disini adalah
yang termasuk golongan Obat Wajib Apotek.
Estimasi omzet untuk penjualan HV dan UPDS dihitung berdasarkan
 perkiraan jumlah konsumen yang akan datang dan total penjualan ke calon apotek
ditinjau dari apotek pesaing.
Berdasarkan hasil survey, terdapat beberapa apotek pesaing di sekitar calon

lokasi apotek. Keberadaan apotek ini akan berpengaruh pada konsumen UPDS
maupun HV. Terdapat 5 apotek pesaing di sekitaran lokasi calon apotek yaitu,
Apotek Suarma Farma, K24-Teuku Umar, Apotek Sobat Medika, Apotek Divya
Medika, dan Apotek Kimia Farma Teuku Umar.
Tabel 4. Data Penjualan Produk HV di Apotek Pesaing

Nama Apotek Jumlah Penjualan Transaksi rata-


Kunjungan HV/hari rata/hari
Apotek Suarma 55 3.400.000 62.000
Farma
K24-Teuku Umar 60 4.000.000 66.000
Apotek Sobat 65 3.500.000 54.000
Medika
Apotek Divya 45 2.500.000 55.000
Medika
Kimia Farma 130 13.900.000 107.000
Teuku Umar
Total Rata-Rata 5.460.000 68.800

Dari data tersebut, diketahui rata-rata transaksi HV per kunjungan adalah


sebesar Rp. 68.800. Data ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan
estimasi jumlah pengunjung yang datang ke calon apotek dan jumlah transaksi
yang akan dicapai.

 
Jumlah pengunjung yang berbelanja produk HV maupun UPDS ke calon
apotek dapat diestimasikan dengan persentase pengunjung sebesar 75%. Berikut
merupakan perhitungan estimasi jumlah pengunjung yang datang dan transaksi

yang dilakukan:
a.  Penjualan HV

•   Estimasi rata-rata jumlah pengunjung per hari


= 75% x 71 orang
= 53 orang

•   Estimasi rata-rata transaksi omset untuk HV/hari


= 53 orang x Rp. 68.800
= Rp. 3.646.400

•   Estimasi rata-rata transaksi omset untuk HV/bulan


= Rp. 3.780.000 x 30 hari
= Rp. 109.392.000
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa estimasi jumlah
 pengunjung HV yang datang ke calon apotek sebanyak 53 orang dengan jumlah
transaksi per hari sebesar Rp. 3.646.400
Omset HV/tahun = Rp. 3.646.400 x 364 = Rp. 1.327.289.600
Berdasarkan data tersebut, maka estimasi transaksi omset HV/tahun adalah
Rp. 1.327.289.600

 b.  Penjualan UPDS


Perkiraan jumlah pengunjung yang berbelanja produk UPDS diestimasikan
 berdasarkan pada data apotek pesaing yang berada di sekitar lokasi calon apotek.
Berdasarkan hasil survey, didapatkan data seperti tabel berikut :
Tabel 5. Data Penjualan Produk UPDS di Apotek Pesaing

Nama Apotek Jumlah Penjualan Transaksi rata-


Kunjungan UPDS/hari rata/hari
Apotek Suarma 30 1.500.000 50.000
Farma
K24-Teuku Umar 40 2.000.000 50.000
Apotek Sobat 45 2.000.000 44.000
Medika

 
Apotek Divya 25 1.000.000 40.000
Medika
Kimia Farma 93 6.500.000 70.000
Teuku Umar
Total Rata-Rata 2.600.000 50.800

Dari data tersebut, diketahui rata-rata penjualan UPDS per hari adalah sebesar
Rp. 2.600.000 dengan rata-rata per transaksi adalah Rp.50.800. Hal ini dapat
dijadikan acuan dalam menentukan estimasi jumlah pengunjung dan jumlah
transaksi yang akan dicapai.
Berikut merupakan perhitungan estimasi jumlah pengunjung yang datang dan
 perhitungan transaksi penjualan :

•   Estimasi jumlah pengunjung per hari = 75% x 46 orang


= 34 orang

•   Estimasi transaksi omset UPDS/hari = 34 orang x Rp. 50.800


= Rp. 1.727.200

•   Estimasi transaksi omset UPDS/bulan = Rp. 1.727.200 x 30 hari


= Rp. 51.816.000
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa estimasi jumlah
 pengunjung UPDS yang datang ke calon apotek sebanyak 34 orang dengan jumlah
transaksi per hari sebesar Rp. 1.727.200
Omset UPDS/tahun = Rp. 1.727.200 x 364 = Rp. 628.700.800
Berdasarkan data tersebut, maka estimasi transaksi omset UPDS/tahun adalah
sebesar Rp. 628.700.800.

2.8.5 Rekapitulasi Penjualan

Hasil rekapitulasi penjualan menunjukkan perkiraan omset yang diperoleh


apotek dihitung dari penjualan obat berdasarkan resep yang masuk baik dari dokter
inhouse  maupun outhouse  dan juga penjualan HV dan UPDS. Omset yang
diperoleh dikalikan dengan faktor harga jual sehingga diperoleh nilai HPP. Adapun
 perkiraan omset apotek ditunjukkan pada tabel
6. Tabel 6. Rekapitulasi perkiraan omset apotek

 
Penjualan Omset per Faktor harga HPP %HPP
tahun  jual terhadap
omset
Dokter inhouse 388.800.000 1,2 324.000.000 83%
Dokter outhouse 222.300.000 1,2 185.250.000 83%
HV dan UPDS 1.955.990.400 1,2 1.629.992.000 83%
Total 2.567.090.400 2.139.242.000 83%
Jadi, diperkirakan omset pada tahun pertama adalah Rp 2.567.090.400 dengan HPP
Rp 2.139.242.000 sebelum mendapatkan diskon dari PBF.

2.8.6 Rencana Manajemen

A.  Aktiva

•   Aktiva Lancar
1.  Persediaan Obat Awal
Perencanaan persediaan obat awal sama dengan biaya satu kali HPP per
bulan atau. Oleh karena itu biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan obat awal
sebesar Rp 2.139.242.000/12 = Rp 178.270.167. Adapun rincian biayanya sebagai
berikut: Tabel 7. Rincian biaya persediaan obat awal

 No.Keterangan Biaya
1 Obat bebas dan Obat bebas terbatas 71.308.067 (40%)
2 Obat keras 35.654.033 (20%)
3 Alat-alat kesehatan 35.654.033 (20%)
4 Kosmetik dan personal care 26.740.525 (15%)
5 Lain-lain 8.913.508 (5%)

Sub total Rp. 178.270.167

1.   Suplai Perlengkapan Kantor dan Peracikan

No Nama Barang Harga

1 Cangkang kapsul, perkamen,Rp. 1.000.000


 pot plastic, botol plastic, botol kaca

2 Plastik, etiket Rp. 300.000


3 Copy resep, SP, kwitansi, kartuRp. 400.000

stok, dan nota

 
4 Buku tulis dan alat tulis Rp. 250.000
Total Rp. 1.950.000

2.  Kas Rp. 50.000.000


Aktiva Tetap

1.  Inventaris
No Peralatan Penunjang
Nama Barang Harga
1 Sign apotek 5 x 3 m (2) Rp. 16.000.000
2 CCTV Apotek, terdiri atas: Rp. 1.320.000
4 Camera IPEKAM (IP-6M5AICR)
CMOS 700 TVL @ Rp. 330.000
1 DVR (Digital Video Recorder) 4 Rp. 1.755.000
CHANEL (IP-D9704) dengan
harddisk 500 GB (25 watt)
100 meter kabel coaxial RG-6 + kabel Rp. 650.000
 power @Rp. 6500/meter
10 Konektor BNC @Rp. 10.000 Rp. 100.000
1 LG Monitor LCD 19 inch (19EN33S) Rp. 1.250.000
22 watt
Biaya pemasangan @Rp. Rp. 600.000
150.000/kamera
3 Kursi tunggu set @210 x 46 x 72 cm (3 Rp. 4.500.000
set)
4 Meja @158 x 58 cm x 75 cm (2) Rp. 1.000.000
5 Kursi Susun “Kozuse KC505” Rp. 1.400.000
6 Bed periksa pasien 190 x 100 x 90 m Rp. 2.000.000
(1)
7 Rak “Daiko FD-102” 150 x 50 x 220 Rp. 1.250.000
cm (1)
8 Timbangan + Pengukur Tinggi Badan Rp. 1.000.000
“SMIX ZT-120” (1)
9 Gondola Swalayan Single 500 x 75 x Rp. 10.000.000
200 m
10 Gondola Swalayan Double @100 x 50 Rp. 16.000.000
x 180 cm (8)
11 Pendingin Minuman (2 pintu) Rp. 13.798.000
12 Meja Counter Kasir 450 x 100 x 90 cm Rp. 5.000.000
13 Rak Obat UPDS 375 x 50 cm (1) Rp. 7.000.000
14 Rak Obat UPDS 400 x 50 cm (1) Rp. 7.800.000
15 Rak Obat UPDS 350 x 50 cm (1) Rp. 6.500.000
16 Kulkas Obat Sanyo Model SRD Rp. 1.400.000
177MR 70 watt (1)

 
17 Meja Racik 250 x 55 cm Rp. 500.000
18 Pemadam Kebakaran “eversafe EED-1 Rp. 1.600.000
(2)
19 Jam Dinding (3) Rp. 150.000
20 Pesawat telepon + Fax “Panasonic” Rp. 1.500.000
21 (1)  Alat-alat kebersihan Rp. 350.000
22 Kotak Obat Mika @20 x 5 x 7 cm Rp. 7.500.000
23 Kalkulator (2) Rp. 100.000
24 1 stempel dan bantalan Rp. 150.000
25 AC (untuk swalayan dan ruang racik) Rp. 15.900.000
LG 2 PK 1800 watt (3)
26 AC (untuk ruang dokter) Rp. 3.300.000
LG ½ PK Low Watt (260 watt) (1)
27 Genset Otomatis (5500 watt) Rp. 32.000.000
“High Lander Honda Machine” (1) 
28 Televisi LED LG 42 inch Rp. 5.800.000
29 Komputer 16 inch 65 watt + software Rp. 20.000.000

30 ( 3 ) Rp. 800.000
P r inter Merk Epson (1)
31 Wastafel Toto Lw 326 CJ (2) Rp. 2.000.000
Total Rp. 191.973.000

2.   Inventaris Peralatan Pelayanan Pengobatan

No Nama Barang Harga


1 Timbangan gram digital Rp. 3.000.000
2 1 set blender dan mesin sealer Rp. 4.500.000
3 Mortir + stamper Rp. 280.000
4 Peralatan sendok, sudip, perkamen Rp. 200.000
5 Lap dan tissue Rp. 100.000
6 Nampan tempat obat Rp. 200.000
7 Buku-buku wajib Rp. 1.000.000
Total Rp. 9.190.000

3.   Biaya Sewa dan Renovasi Gedung Rp. 1.500.000.000


Total Aktiva Rp. 1.931.383.167
Cadangan biaya (20% dari investasi) Rp. 386.276.634
Modal Kerja Rp. 2.317.659.800

 
A. NERACA

 
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar
Kas
Rp. 50.000.0000 ModalRp. 2.317.659.800

Persediaan obat Rp. 178.270.167


Rp. 1.950.000
Peralatan Sewa gedung
Rp. 1.000.000.000

Aktiva Tetap
Inventaris apotek Rp. 9.190.000

Inventaris kantor Rp. 191.973.000

Renovasi gedung Rp. 500.000.000

Cadangan biaya Rp. 382.276.634

Jumlah aktiva Rp. 2.317.659.800 Jumlah pasiva Rp. 2.317.659.800

B.   Rencana Pembiayaan (dalam 1 tahun)

 No Jenis Biaya Jumlah/tahun (Rp)


1 Gaji Pegawai
APA (1) 43.200.000
Aping (1) 24.000.000
Asisten Apoteker (4) 67.200.000
Cleaning service (1) 9.600.000
Total 144.000.000
2 Biaya Listrik 34.359.840
3 Biaya Telepon 6.576.000
4 Pemeliharaan Gedung 10.270.000
5 Biaya Air 1.610.880
6 Internet 3.600.000
7 Lampu 3.720.000
8 Biaya Acara Pembukaan 6.550.000
9 Kebersihan 360.000
10 Perizinan 21.000.000

 
11 Lain-lain 6.000.000
12 Biaya penyusutan 231.765.980
Total 469.812.700
*) Rincian biaya penyusutan = (total aktiva lancer + total aktiva tetap) : 10 tahun

C.   Asumsi Pertumbuhan Pertama

Tahun Ke % Asumsi Pertumbuhan Omset (Rp)


1 2.567.090.400
2 25 3.208.863.000
3 20 3.850.635.600
4 20 4.620.762.720
5 15 5.313.877.128
6 15 6.110.958.697
7 10 6.722.054.567
8 10 7.394.260.024
9 10 8.133.686.026
10 10 8.947.054.629

 
D.   Perhitungan Laba Rugi
Th Omzet HPP Biaya Biaya Biaya Biaya Total Laba Laba bersih
(1) (2) (3) Operasional Penjualan Penyusutan 7= (4+5+6) 8= (2-3-7) setelah pajak
(4) (5) (6) 10% (9)

1 2.567.090.400 2.130.685.032 238.046.720 25.670.904 231.765.980 495.483.604 -59.078.236 -64.986.059


2 3.208.863.000 2.663.356.290 231.668.272 32.088.630 231.765.980 495.522.882 49.983.828 44.985.445
3 3.850.635.600 3.196.027.548 254.835.099 38.506.356 231.765.980 525.107.435 129.500.617 116.550.555
4 4.620.762.720 3.835.233.058 280.318.609 46.207.627 231.765.980 558.292.216 227.237.446 204.513.701
5 5.313.877.128 4.410.518.016 308.350.470 53.138.771 231.765.980 593.255.221 310.103.891 279.093.501
6 6.110.958.697 5.072.095.719 339.185.517 61.109.586 231.765.980 632.061.083 406.801.895 366.121.705
7 6.722.054.567 5.579.305.291 373.104.069 67.220.545 231.765.980 672.090.594 470.658.682 423.592.813
8 7.394.260.024 6.137.235.820 410.414.476 73.942.600 231.765.980 716.123.056 540.901.148 486.811.033
9 8.133.686.026 6.750.959.402 451.455.923 81.336.860 231.765.980 764.558.763 618.167.861 556.351.074
10 8.947.054.629 7.426.055.342 496.601.515 89.470.546 231.765.980 817.838.041 703.161.246 632.845.121
Laba rata-rata 304.587.888

Keterangan :
HPP = 83% dari omset
Biaya operasional tahun 1 = biaya operasional total
Biaya operasional tahun 2 = (b.op total-(biaya perijinan usaha total+biaya pembukaan apotek)) +10%(b.op total-biaya perijinan usaha+pembukaan apotek)
Biaya operasional tahun 3, dst = b.op tahun sebelumnya + 10% b.op tahun sebelumnya
Biaya penjualan = 1% dari omset

E.   Perhitungan Payback Period dan ROI


1.   Perhitungan Payback Periode (PP)

Dilakukan untuk mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menutup


kembali seluruh biaya investasi
PP = jumlah investasi/kas yang masuk per tahun x 1 tahun
PP = 2.317.659.800/304.587.888 x 1 tahun
= 7,6 tahun
*) Kas yang masuk per tahun merupakan rata-rata laba yang diperoleh selama 10 tahun

Jadi dengan payback period yang kurang dari lama investasi yang direncanakan
(10 tahun) yaitu selama 7,6 tahun maka proyek ini layak untuk dilaksanakan.
2.   Perhitungan ROI ( Return of Investment) 

Dilakukan untuk mengukur besarnya tingkat pengembalian modal (%) yang akan
diperoleh selama periode investasi
ROI = Laba bersih/total investasi x 100%
= 304.587.888/2.317.659.800 x 100%
= 13,14 %
Jadi karena nilai ROI yaitu 13,14% (diatas 12% layak untuk dijalankan)

BAB III
KESIMPULAN 

Proyek pembangunan apotek akan dilakukan di Jalan Pulau Kawe.  Lokasi

tersebut dipilih karena dirasa strategis untuk digunakan sebagai usaha apotek
karena merupakan daerah wisata, dekat dengan praktik dokter, klinik, pemukiman
 penduduk, serta restauran atau cafe dan berada pada jalur lalu lintas yang ramai
dan mudah diakses. Modal yang digunakan dalam pembangunan apotek adalah

sebesar  Rp. 2.317.659.800 dengan perkiraan omset Rp. 1.327.289.600 per tahun.

Perhitungan nilai Payback Period adalah selama 7,6 tahun atau kurang dari lama
investasi yang direncanakan. Selain itu perhitungan ROI yang diperoleh
sebesar 13,14% (>12%) yang artinya proyek ini layak untuk dilaksanakan.
 

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2017. Kecamatan Denpasar Barat Dalam Angka 2017. Denpasar: Badan Pusat
Statistik Bali

Dinkes Provinsi Bali. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2016. Denpasar: Dinas
Kesehatan Provinsi Bali

Hasibuan, Malayu. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Haji Masagung.

Sukirno, S. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar.  Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Umar, H. 2007. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.
Widjajanta dan Widyaningsih. 2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi. Bandung: IKAPI

Anda mungkin juga menyukai