Anda di halaman 1dari 15

| Vol. 26 | No.

1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]


Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Aplikasi Drive Test Berbasis Android Pada


Jaringan Seluler 3G Dan 4G
Mochamad Prakoso1, Faqih Rofii2, dan Anis Qustoniah3
1Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widyagama Malang
2Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widyagama Malang
3Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widyagama Malang

Email: joey.prakoso@gmail.com

Abstrak

Drive Test adalah salah satu langkah untuk cell planning jaringan telepon
selular. Device khusus yang digunakan pada drive test umumnya berukuran besar,
terpisah (Laptop, GPS, dan handphone) dan merupakan perangkat yang kurang
sederhana. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan adanya peralatan drive test
yang lebih sederhana. Perangkat alternatif untuk drive test dapat berupa perangkat
smartphone berbasis Android, yang didalamnya sudah tersedia perangkat yang
dibutuhkan untuk melakukan drive test. Aplikasi ini dibuat untuk menunjang kerja
drive tester agar lebih mudah dan menggunakan perangkat yang lebih sederhana.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perbandingan LAC dan CELL ID yang
diperoleh antara Genex Probe dengan aplikasi ini adalah sama. Aplikasi Drive Test
Berbasis Android pada Jaringan Selular 3G dan 4G ini menghasilkan parameter yang
memadai untuk melakukan serving cell antara lain; Operator Name, Network Type,
Service State, Cell Locations (LAC dan CELLID), Call State, Connection State,Signal
Level,Packet Data Traffic, Longitude dan Longitude.

Kata kunci: Drive Test,Android,3G,4G,LAC

Abstract
Drive Test is one step for cell planning mobile phone network. Special devices
used in the drive test are generally large, separate (Laptop, GPS, and mobile) and are
less simple devices. To overcome this, the need for a simpler test drive equipment.
Alternate device for drive test can be an Android-based smartphone device, in which
already available device required to do drive test. This application is made to support
the work of the drive tester for easier and use a more simple device. The results of this
study indicate that the ratio of LAC and CELL ID obtained between Genex Probe with
this application is the same. Android-based Drive Test Applications on 3G and 4G
Mobile Networks generate enough parameters to perform serving cell, among others;
Operator Name, Network Type, Service State, Cell Locations (LAC and CELLID), Call
State, Connection State, Signal Level, Packet Data Traffic, Longitude and Longitude.

Keywords: Drive Test,Android,3G,4G,LAC

WIDYA TEKNIKA - 1
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

1. PENDAHULUAN
Drive test adalah salah satu langkah untuk cell planning jaringan telepon
selular. Drive test mengambil informasi yang diperlukan untuk perencanaan
pembangunan cell atau optimisasi cell untuk menciptakan komunikasi yang
berkualitas [1]. Device khusus yang digunakan pada drive test umumnya berukuran
besar, terpisah (Laptop, GPS, dan handphone) dan merupakan perangkat yang
kurang sederhana.
Sejak adanya sistem operasi baru pada tahun 2008 yaitu android hampir
semua program aplikasi dapat di implementasikan menggunakan sistem operasi ini
[2], karena sistem operasi android yang bersifat open source sehingga semua
kalangan pengguna dapat membangun program yang mereka inginkan berbasis
android. Seiring berjalannya waktu mulai banyak aplikasi drive test android yang
sudah diciptakan namun masih memiliki banyak kekurangan, diantaranya fitur
yang kurang maksimal, tampilan yang rumit dan sulit di mengerti oleh masyarakat
awam.
Pada tahun 2013 dirancang aplikasi drive test bernama AERIALS, aplikasi
tersebut dirancang menggunakan editor ECLIPSE [3]. Di penelitian tersebut
menghasilkan aplikasi drive test pada jaringan 2G dan 3G akan tetapi pada aplikasi
terdapat kekurangan yaitu laporan hasil tracking masih menggunakan format .CSV
(Comma Separated Values) format file ini tidak teratur, sehingga informasi yang di
dapatkan menjadi kurang jelas. Implementasi drive test juga pernah digunakan
untuk menganalisis kualitas panggilan layanan suara sistem WCDMA (Wideband
Code Division Multiple Access) [4], akan tetapi pada penelitian tersebut hanya
sebatas pengukuran pada panggilan drop call saja tanpa ada parameter-parameter
drive test lainnya.
4G LTE (Long Term Evolution) merupakan jaringan yang sedang berkembang
dan penerus dari jaringan 3G WCDMA dan EVDO (Evolution Data Optimized).
Jaringan LTE ini mampu menawarkan speed hingga 100Mbps dengan menggunakan
teknik modulasi OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), untuk
mengukur kualitas dari jaringan 4G LTE ada beberapa parameter yang paling utama
yaitu RSSI (Received Signal Strength Indicator), RSRP (Reference Signal Received
Power), RSRQ (Reference Signal Received Quality) , CQI (Channel Quality Index), dan
BLER (Block Error Rate) [5].
Pada tahun 2015, dikembangkan aplikasi drive test berbasis android bernama
MobileDTest, aplikasi ini merupakan pengembangan dari aplikasi AERIALS. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya pengembangan berupa laporan tracking yang
semula .CSV menjadi .XLS selain itu editor yang digunakan berbeda yaitu
menggunakan Android Studio. Aplikasi MobileDTest tersebut berhasil dan dapat
digunakan sesuai dengan rancangan [6]. Namun, seiring berkembangnya waktu dan
versi dari sistem operasi android, Script atau source code pada aplikasi MobileDTest
tersebut out of date sehingga harus meng-update dengan source code yang terbaru.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dikembangkan program aplikasi drive test
berbasis android pada jaringan seluler 3G dan 4G dengan menggunakan editor
Android Studio. Pada aplikasi tersebut akan ditambahkan beberapa fitur seperti
menampilkan BTS (Base Transceiver Station) seluler terdekat dilengkapi dengan Cell
ID (Identity), Local Area Code (LAC) dan estimasi jarak ke Base Transceiver Station
(BTS) tersebut serta bertambahnya tipe jaringan 4G, dikarenakan pada saat

WIDYA TEKNIKA - 2
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

perancangan aplikasi MobileDTest tersebut jaringan 4G LTE belum tersedia di


Indonesia.

2. STUDI PUSTAKA
2.1 Drive Test
Drive test bertujuan untuk mengetahui kondisi sinyal radio yang digunakan
untuk berkomunikasi antara Base Transceiver Station (BTS) dengan perangkat
penerima yang digunakan oleh pengguna layanan selular UE (User Equipment) pada
wilayah tersebut yaitu dengan mengambil informasi RX Level daya terima, RX Qual
kualitas informasi yang diterima, juga gangguan yang terjadi pada area tersebut,
dengan demikian drivetester dapat menentukan Speech Quality Indicator (SQI), Call
Setup Success Rate (CSSR), Call Setup Time (CST ), Call Completion Success Rate
(CCSR), dan Hand Over Success Rate (HOSR). Parameter-parameter tersebut
diperlukan untuk menentukan apakah jalur komunikasi tersebut layak atau
dibutuhkan adanya penanganan serta optimasi cell [7].
Parameter verifikasi data Global System for Mobile Comunication (BTS) terdapat:

1. Broadcast Control Channel (BCCH) yang merupakan bagian control channel


dalam GSM dan berguna untuk broadcasting data network cell juga
menginformasikan frekuensi yang sedang digunakan.
2. Absolute Radio Frequency Channel (ARFCN) untuk 2G yang berguna untuk
menunjukkan angka yang menggambarkan sepasang frekuensi, satu uplink dan
satu lagi downlink.
3. Ultra Radio Frequency Channel (UARFCN) yang sama halnya dengan ARFCN
namun bekerja pada frekuensi ultra wideband.
4. Cell Global Identification (CGI) merupakan sebuah identititas (ID) yang unik dari
cell-cell dalam suatu jaringan seluler.
5. Mobile Country Code (MCC) digunakan untuk mengetahui identifikasi suatu
negara dengan menggunakan 3 digit. 3 digit MCC ini merupakan bagian dari
format penomoran International Mobile Subscriber Identity (IMSI), dimana secara
total IMSI terdiri dari 15 digit,
6. Mobile Network Code (MNC) adalah 2 digit identifikasi yang digunakan untuk
mengidentifikasikan sebuah mobile network,
7. Local Area Code (LAC) yang merupakan identifikasi yang digunakan untuk
menunjukan kumpulan beberapa cell, dan cell ID yang menunjukkan identifikasi
sebuah cell dalam jaringan seluler.
8. Base Station Identification Code (BSIC) yang merupakan kode unik yang
digunakan GSM untuk mengidentifikasi base station.
9. Timing Advance (TA) waktu yang diperlukan oleh sinyal menempuh jarak antara
Base Transceiver Station (BTS) dengan Mobile Station yang merupakan standar
pada Global System for Mobile Comunication (GSM).

2.2 Sistem Operasi Android


Android adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis Linux
2.6 untuk layanan sistem inti seperti keamanan, manajemen memori, manajemen
proses, network stack dan model driver, yang didalamnya terdapat kernel yang
bertindak sebagai lapisan abstraksi antara hardware dan seluruh software stack
mencangkup sistem operasi, middleware dan aplikasi [6].

WIDYA TEKNIKA - 3
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

2.3 Android Studio


Android Studio adalah IDE (Integrated Development Environment) Resmi untuk
pengembangan aplikasi android. Fasilitas dari Android Studio [6] terdiri dari:
 Gradle based build system yang fleksibel.
 Dapat membangun multiple Application Package File (APK).
 Template yang mendukung untuk Google Services dan berbagai macam tipe
perangkat Android.
 Layout editor yang lebih bagus dibandingkan editor lainnya.

2.4 Sistem Komunikasi Seluler


Sistem komunikasi seluler merupakan salah satu jenis komunikasi bergerak,
yaitu suatu komunikasi antara dua buah terminal dengan salah satu atau kedua
terminal berpindah tempat. Dengan adanya perpindahan tempat ini, sistem
komunikasi bergerak tidak menggunakan kabel sebagai medium transmisi.
Sistem komunikasi seluler dapat melayani banyak pengguna pada cakupan
area geografis yang cukup luas dalam frekuensi yang terbatas. Sistem ini juga
menawarkan kualitas yang cukup tinggi dan tidak kalah jika dibandingkan dengan
telepon tetap (Public Switched Telephone Network atau PSTN). Untuk menambah
kapasitas, daerah jangkauannya dibatasi dengan adanya pembagian area menjadi
sel-sel. Dengan adanya sel-sel ini, kanal radio dapat dipergunakan kembali oleh base
station pada jarak yang berjauhan. Ketika pengguna jasa seluer berpindah dari satu
sel ke sel lain, panggilan dijaga agar tidak terinterupsi dengan menggunakan salah
satu teknik switching, yaitu handoff. Berikut ini adalah gambaran umum sistem
komunikasi seluler [8].

Tabel 2.1 Perbandingan jaringan 3G dengan 4G


Generation Speed Technology Features
3G provides amazing internet
browsing speeds. Open the door to
a whole bag of opportunities with
CDMA 2000
3.1 Mbps (peak) video calling, video streaming, etc.
3G (1XRTT, EVDO)
500-700 Kbps In 3g, universal access ad
UMTS, EDGE
portability across different device
types are made possible. (Telephone
& PDA’s)
Speeds for 4G are increased to
lighting fast in order to keep up
100-300 Mbps
WIMAX with data access demand used by
4G (peak)
LTE vanous services. It also supports
3-5 Mbps
HD phones can be fully utilized on
4G network.

2.5 Traffic Data


Traffic data adalah proses pengiriman dan penerimaan data/informasi dari dua
atau lebih device (seperti computer,laptop,printer dan alat komunikasi lain) yang
terhubung dalam sebuah jaringan. Pada dasarnya komunikasi data merupakan
proses pengiriman informasi di antara dua titik menggunakan kode biner melewati
saluran transmisi dan peralatan switching, bisa antara komputer dan komputer,
komputer dengan terminal, atau komputer dengan peralatan, atau peralatan dengan
peralatan [9].

WIDYA TEKNIKA - 4
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Salah satu komunikasi data adalah melalui infrastruktur terestrial yaitu


menggunakan media kabel dan nirkabel sebagai aksesnya. Membutuhkan biaya
yang tinggi untuk membangun infrastruktur jenis ini. Beberapa layanan yang
termasuk teresterial antara lain: Sambungan Data Langsung (SDL), Frame Relay,
VPN MultiService dan Sambungan Komunikasi Data Paket (SKDP).
2.6 SQLite
SQLite merupakan sebuah sistem manajemen basisdata relasional yang
bersifat ACID-compliant dan memiliki ukuran pustaka kode yang relatif kecil, ditulis
dalam bahasa C. SQLite merupakan proyek yang bersifat public domain yang
dikerjakan oleh D. Richard Hipp.
Tidak seperti pada paradigma client-server umumnya, Inti SQLite bukanlah
sebuah sistem yang mandiri yang berkomunikasi dengan sebuah program,
melainkan sebagai bagian integral dari sebuah program secara keseluruhan.
Sehingga protokol komunikasi utama yang digunakan adalah melalui pemanggilan
API secara langsung melalui bahasa pemrograman. Mekanisme seperti ini tentunya
membawa keuntungan karena dapat mereduksi overhead, latency times, dan secara
keseluruhan lebih sederhana. Seluruh elemen basisdata (definisi data, tabel, indeks,
dan data) disimpan sebagai sebuah file. Kesederhanaan dari sisi disain tersebut bisa
diraih dengan cara mengunci keseluruhan file basis data pada saat sebuah transaksi
dimulai [10].

2.7 Sistem Koordinat Geografis


Sistem koordinat geografis atau sering disebut dengan sistem koordinat
geodetis ini dikembangkan oleh Greenwich (dari Inggris) yang membagi bumi menjadi
dua bagian irisan yaitu irisan melintang yang disebut dengan garis lintang atau
disebut juga latitude mulai dari katulistiwa (equator), membesar ke arah kutub (utara
maupun selatan) sedangkan yang lain membujur atau disebut juga longitude mulai
dari garis Greenwich (dekat dengan Inggris) membesar ke arah barat dan timur.
Satuan skala koordinat dibagi dalam derajat lintang 0° sampai 90° dan bujur 0°
sampai 180°. Lintang berada di utara dan selatan equator, sedangkan bujur
memanjang dari timur ke barat dari bujur Greenwich. Koordinat ini biasanya ditulis
dalam satuan derajat, menit, dan detik, misalnya 110°35’32”, dan seterusnya.
Koordinat geografi digunakan sebagai referensi peta dengan tujuan yang luas, tetapi
biasanya hanya untuk pemetaan skala kecil (1 : 1.000.000 atau lebih kecil) dengan
liputan daerah yang sangat luas. Koordinat ini banyak digunakan untuk terapan
operasional di udara ataupun perairan seperti ditunjukkan pada semua chart (peta-
peta navigasi) [11].

2.8 Kuat Sinyal (dBm)


Kuat sinyal (Signal Strength) adalah penerimaan sinyal dari BTS (Base
Transceiver Station) terdekat. Secara visual, ukuran kuat sinyal ini direpresentasikan
dengan diagram batang (signal bar) yang biasanya ada diatas handphone Semakin
‘penuh’ diagram batang berarti semakin kuat sinyal yang diterima, yang artinya
semakin dekat perangkat dengan BTS operator.
dBm (deciebel miliWatt) adalah nilai logaritmik dari satuan ‘miliWatt’ yang
menunjukan ukutan daya yang dalam istilah internasional disebut ‘power’. Sebagai
gambaran, 1 miliWatt = 0 dBm, 10 miliWatt = 10 dBm. Berikut ini adalah rumusnya:

P(dBm) = 10 log P(W)/10-3 (1)

WIDYA TEKNIKA - 5
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Watt sendiri adalah satuan internasional (SI) untuk satuan daya / power yang
menunjukan daya suatu besaran secara umum. Sedangkan satuan khusus untuk
kuat sinyal handphone lebih banyak menggunakan satuan dBm. Kuat sinyal
handphone secara internasional disebut juga RSSI (Received Signal Strength
Indicator) dengan besaran -110 dBm adalah ‘No Signal’ dan nilai mendekati 0 adalah
‘Strong Signal’. Tabel dibawah menunjukan klasifikasi kuat sinyal handphone
berdasarkan nilai RSSI.

Tabel 2.2 Konversi signal bar ke dBm


Signal Bar Strength RSSI
Indicators Indicators
5 bars (optimal streng) -77 or higher
4 bars -78 to -86
3 bars -87 to -92
2 bars -93 to -101
1 bar -102 or lower

ASU merupakan kependekan dari Arbitrary Strength Unit. ASU adalah nilai
skalatisyang sebanding dengan kuat sinyal dalam dBm namun dengan skala yang
lebih mudah dibaca (0 -99) [12].
Untuk jaringan 3G, nilai ASU merupakan representasi dari nilai RSCP (Received
Signal Code Power). Formula ASU di jaringan ini adalah:

dBm = 2 X ASU -113 (2)


Sedangkan untuk jaringan 4G / LTE, nilai ASU menunjukanperbandingan
dengan nilai RSRP (Reference Signal Received Power), dengan rumus :
(ASU - 141) ≤ dBm < (ASU - 140) (3)

2.8.1 Threshold
Threshold merupakan ambang batas dari suatu parameter yang masih dapat
diterima atau ditoleransi. Dalam hal ini threshold yang di maksud adalah sinyal
RSRP, yang disetiap provider memiliki batasan yang berbeda-beda, contohnya
threshold sinyal telkomsel. Threshold sinyal telkomsel memiliki batasan maksimal
sebesar -40 dBm dan minimal sebesar -140 dBm yang dapat dilihat pada gambar 2.1
[13].

Gambar 2.2 Threshold provider telkomsel

WIDYA TEKNIKA - 6
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

3. METODE

3.1 Perancangan Aplikasi

Gambar 3.1 Flowchart aplikasi

Flowchart aplikasi ini dimulai saat aplikasi dijalankan pada perangkat


smartphone. Setelah aplikasi tersebut running program akan menangkap informasi
lokasi koordinat posisi pengguna berupa latitude dan longitude serta informasi
jaringan yaitu ( Cell ID, LAC, Signal Strength dan Data Traffic). Data informasi yang
diperoleh merupakan data text yang akan selalu memperbarui informasi setiap ada
perubahan informasi dan akan selalu terekam dan tersimpan pada file CSV dan file
XLS pada aplikasi.

3.2 Database

Gambar 3.2 Diagram database

Pada aplikasi ini menggunakan database dari website [14]. Database tersebut
berupa data-data dari Base Transceiver Station (BTS) seluruh dunia yang terdiri dari
koordinat, CELL ID dan LAC. Selanjutnya, dari database tersebut dimasukkan ke
dalam program untuk menunjang tampilan MAP sehingga menunjukan posisi-posisi
BTS pada tampilan MAP.

WIDYA TEKNIKA - 7
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

3.3 Rancangan Tampilan Aplikasi

Gambar 3.3 Tampilan HOME rancangan

Pada gambar 3.3 merupakan rancangan tampilan utama pada aplikasi yang
akan dibuat dan menampilkan 3 tombol dengan fungi yang berbeda. Untuk tombol
DATA VIEW akan mengganti ke tampilan DATA VIEW. Untuk tombol MAP akan
melanjutkan pada tampilan MAP. Dan untuk EXIT akan keluar dan menutup
aplikasi.

Gambar 3.4 Tampilan DATA VIEW rancangan

Pada gambar 3.4 merupakan rancangan tampilan dari DATA VIEW yang berisi
informasi-informasi dari jaringan telekomunikasi seperti Cell ID, LAC, Call State,
Connections State, Signal Strength, Packet Data Traffic, Longitude dan Latitude.

Gambar 3.5 tampilan MAP rancangan

Pada gambar 3.5 merupakan rancangan tampilan MAP yang akan menunjukan
lokasi Base Transceiver Station (BTS) dan menampilkan tracking line yang muncul
pada saat proses uji drive test.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian dan analisa data dilaksanakan untuk mengetahui kerja sistem sesuai
dengan perancangan yang telah dibuat.

4.1 Hasil Perancangan Sistem


Hasil perancangan sistem dari aplikasi drive test berbasis android pada
jaringan 3G dan 4G ini dapat ditunjukkan pada tampilan interface dari aplikasi.

WIDYA TEKNIKA - 8
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Tampilan HOME terdapat 3 sub menu yaitu DATA VIEW, MAP dan EXIT. Seperti
pada gambar 4.1 dimana ketiga sub menu terbebut memiliki fungsi yang berbeda-
beda.

Gambar 4.1 Tampilan HOME pada aplikasi

4.1.1 Sub menu DATA VIEW


Fungsi sub menu ini adalah untuk menuju ke halaman data view yang berisi
keterangan jaringan seluler seperti Operator Name, Network Type, Service State, Cell
Locations (LAC dan CELL ID), Call State, Connection State,Signal Level,Packet Data
Traffic, Longitude dan Longitude. Seperti pada gambar 4.2 .

Gambar 4.2 Tampilan DATA VIEW pada aplikasi

 Operator Name untuk menunjukan nama operator yang digunakan handphone.


Seperti Telekomunikasi Seluler, XL, Indosat dan lain sebagainya.
 Network Type untuk menunjukan jenis jaringan yang didapat handphone.
Seperti LTE, HSDPAP, HSDP dan lain sebagainya.
 Service State untuk menunjukan apakah handphone terkoneksi pada jaringan
atau tidak. Seperti IN Service, OFF Service, Emergency Only dan Power Off .
 Cell Locations untuk menunjukan Local Area Code (LAC) dan Cell ID.
 Call State untuk menunjukan koneksi panggilan. Seperti Idle, Ringing dan Off
Hook.
 Connections State untuk menunjukan keterangan dari koneksi packet data.
Seperti Connected, Connecting, Disconnected dan Suspend.
 Signal Level untuk menunjukan kekuatan signal yang didapat handphone dalam
dBm.
 Packet Data Traffic untuk menunjukan kegiatan komunikasi data. Seperti IN,
Out, IN&OUT dan NONE.
 Longitude untuk menunjukan longitude handphone.
 Latitude untuk menunjukan latitude handphone.

4.1.2 Sub menu MAP


Fungsi sub menu ini adalah untuk menuju ke halaman map yang berisi
tampilan peta. Seperti pada gambar 4.3 .

WIDYA TEKNIKA - 9
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Didalam tampilan map ini juga terdapat beberapa fitur yaitu:

a. Menunjukan letak-letak Base Transceiver Station (BTS) terdekat dimana jika


gambar BTS tersebut ditekan akan menunjukan CELL ID, Local Area Code (LAC)
dan perkiraan jarak dari pengguna ke BTS tersebut, dapat dilihat pada gambar
4.4.
b. Peta yang terdapat tracking line pada saat pengguna bergerak dimana tracking
line tersebut memiliki warna yang berbeda tergantung dari signal yang didapat
dari handphone. Keterangan warna dapat dilihat pada gambar 4.5.
c. RESULT button untuk menuju tampilan result yang berisi keterangan CELL ID,
koordinat (Longitude dan latitude), network type, signal strength dan Local Area
Code (LAC) yang didapat pada saat perangkat bergerak, dapat dilihat pada
gambar 4.6

Gambar 4.3 Tampilan MAP pada aplikasi

Gambar 4.4 Tampilan window BTS pada aplikasi

Gambar 4.5 Keterangan warna tracking line

Gambar 4.6 Tampilan RESULT pada aplikasi

WIDYA TEKNIKA - 10
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

4.1.3 Sub menu EXIT


Fungsi sub menu ini adalah untuk keluar dari aplikasi drive test berbasis
android pada jaringan 3G dan 4G.

4.2 Pengujian Sistem


Pengujian sistem ini dilakukan untuk menghasilkan tampilan Base Transceiver
Station (BTS) seluler terdekat dilengkapi Cell Locations berupa Cell ID, Local Area
Code (LAC) dan estimasi jarak posisi drivetester ke Base Transceiver Station (BTS)
terdekat pada tampilan map seperti. Hasil dari pengujian sistem ini, sesuai dengan
yang dirancang dan hasil Base Transceiver Station (BTS) di setiap titik dapat
dideteksi dari estimasi jarak Local Area Code (LAC), Cell ID. Namun, untuk
mengurangi turunnya performa pada saat membuka tampilan map, ditentukan titik
terjauh radius sebesar 2 km dari posisi perangkat. Seperti pada gambar 4.3 dan
gambar 4.4.
Selain itu pengujian sistem ini juga menampilkan parameter-parameter lain
yaitu Operator Name, Network Type, Service State, Cell Locations (LAC dan CELL ID),
Call State, Connection State, Signal Level, Packet Data Traffic, Longitude dan
Longitude. Dari beberapa parameter tersebut, dilakukan pengujian yang
menunjukkan hasil perbandingan dari dua provider, yaitu:

Tabel 4.1 Perbandingan hasil DATA VIEW pada operator Tsel dan XL
Provider
TELOKOMSEL XL
Parameter

Operator Telekomunikasi
XL Axiata
Name Seluler
Network Type LTE UMTS
Service State IN Service IN Service
[6224, ((CI
Cell Locations 56092193)eNB : [35522,
[LAC, Cell ID] 219110, CELLID 25297]
: 33)]
Call State Idle Idle
Connection
Connected Connected
State
Signal Level -92 dBm -85 dBm
Packet Data
NONE IN&OUT
Traffic
Longitude 112.6312251 112.6188567
Latitude -8.0011152 -7.9381779

Pada tabel 4.1 dari beberapa parameter memiliki hasil yang sama, yaitu :
a. Pada parameter Service State, menunjukan status IN Service karena kedua
nomor handphone tersebut masih dalam masa aktif dan ter-cover BTS.
b. Pada parameter Call State, menunjukan status Idle karena tidak terjadi
panggilan.
c. Pada parameter Connection State, menunjukan status Connected karena
terdapat paket data yang aktif pada kedua handphone tersebut.

WIDYA TEKNIKA - 11
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Namun terdapat hasil yang berbeda pada beberapa parameter dibawah ini:
a. Pada parameter Operator Name perbedaan terjadi pada jenis provider, yaitu pada
handphone pertama menggunakan provider telkomsel, sedangkan pada
handphone kedua menggunakan provider XL.
b. Pada parameter Network Type perbedaan terjadi pada jenis jaringan, yaitu pada
handphone pertama ter-cover pada jaringan 4G, sedangkan pada handphone
kedua ter-cover pada jaringan 3G.
c. Pada parameter Cell Locations perbedaan terjadi pada nomor LAC dan Cell ID,
karena setiap provider memiliki penomoran pada LAC dan Cell ID yang berbeda.
d. Pada parameter Packet Data Traffic perbedaan terjadi pada status NONE dan
status IN&OUT. Hal ini terjadi karena pada handphone pertama tidak sedang
dalam kondisi transaksi data, sedangkan pada handphone kedua sedang dalam
kondisi transaksi data upload dan download.
e. Pada parameter longitude dan latitude (koordinat) perbedaan terjadi pada angka
longitude dan latitude. Hal ini terjadi karena posisi perangkat yang berbeda
lokasi.

4.3 Analisis Perbandingan


Pada analisis perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
parameter-parameter pada aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G dan
4G ini berjalan dengan baik. Pengujian sistem ini menggunakan perangkat dan
program drive test pembanding yaitu Genex Probe versi 3.16.
Genex Probe merupakan software aplikasi yang digunakan pada drive test yang
dilakukan diluar ruangan yang menggunakan perangkat seperti laptop, GPS dan
handphone. Sedangkan aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G dan 4G
juga merupakan aplikasi yang digunakan pada drive test yang dilakukan diluar
ruangan tetapi tanpa menggunakan perangkat seperti pada Genex Probe.

Gambar 4.9 Tampilan workspace pada Genex Probe versi 3.16

Pengujian perbandingan aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G


dan 4G dengan Genex Probe versi 3.16 ini dilakukan di area kota Malang dengan
rute dari Jalan L. A. Sucipto hingga Jalan Borobudur. Pengujian ini dilakukan pada
pukul 14.00 WIB dengan menggunakan provider Telkomsel untuk pengukuran
jaringan.

Pada perbandingan data ini parameter yang diuji yaitu;


 Cell ID merupakan sebuah kode unique yang digunakan pada jaringan telepon
seluler. Cell ID ini menunjukkan identity dari cell atau tower dimana kita berada.
 Local Area Code (LAC) merupakan identifikasi yang digunakan untuk
menunujukan kumpulan beberapa cell. Dalam sebuah PLMN yang sama, tidak
boleh digunakan 1 LAC yang sama untuk 2 grup cell yang berbeda. Sebuah Local
Area Code (LAC) dapat digunakan dalam 2 (atau lebih) BSC yang berbeda,
asalkan masih dalam 1 Mobile Switching Center (MSC) yang sama.

WIDYA TEKNIKA - 12
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Tabel 4.2 Perbandingan hasil pengukuran antara Genex Probe dengan aplikasi
Genex Probe MobileDTest
Jaringan CELL CELL
LAC LAC
ID ID
1 6204 32875 6204 32875
2 6204 36995 6204 36995
3G 3 6204 60212 6204 60212
4 6204 32841 6204 32841
5 6204 32844 6204 32844
6 6204 31 6204 31
7 6223 21 6223 21
8 6204 31 6204 31
4G
9 6204 11 6204 11
10 6223 11 6223 11
11 6223 31 6223 31

Berdasarkan data yang dibandingkan pada Gambar 4.10 sampai dengan 4.20,
dapat di analisa bahwa hasil pengukuran untuk 11 data yang dibandingkan memiliki
kesamaan LAC dan CELL ID. Maka akurasi dari aplikasi drive test berbasis android
pada jaringan 3G dan 4G sebesar 100% dan perbedaan sebesar 0% untuk data
parameter yang dibandingkan terhadap Genex Probe versi 3.16. Dapat disimpulkan
bahwa alat aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G dan 4G ini sudah
dapat bekerja dan digunakan dengan baik.

3G Network Jl. Borobudur


Banyaknya sinyal yang Di

80 61
60 40
40 25
Dapat

20 3
0
0 s/d -59 -60 s/d -79 -80 s/d -89 -90 s/d -
100
Range Kuat Sinyal (dBm)

Gambar 4.22 Hasil sinyal pada saat tracking menggunakan jaringan 3G

4G Network Jl. L.A. Sucipto


Banyaknya Sinyal Yang Di

89
100 64 60
50
Dapat

1 6
0
0 s/d -59 -60 s/d - -80s/d - -90 s/d - -101 s/d
79 89 100 -130
Range Kuat Sinyal (dBm)

Gambar 4.24 Hasil sinyal pada saat tracking menggunakan jaringan 4G

Pada gambar 4.21 dan 4.23 diatas merupakan gambar hasil tracking antara
Genex Probe versi 3.16 dengan aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G
dan 4G. Sesuai dengan tampilan gambar di atas menunjukan bahwa tampilan peta
pada aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G dan 4G dapat bekerja

WIDYA TEKNIKA - 13
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

dengan baik, fungsi warna garis untuk menggambarkan kuat sinyal dapat bekerja
sesuai dengan yang direncanakan, namun pada hasil perbandingan Signal Strength
berbeda karena device yang digunakan tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh
perangkat radio dari device tersebut.
Pada gambar 4.22 dan 4.24 merupakan hasil pada perolehan sinyal yang
didapat pada saat tracking. Gambar 4.22 merupakan hasil perolehan sinyal pada
jaringan 3G di jalan Borobudur, dari hasil tersebut dapat dianalisa bahwa rata-rata
range sinyal yang diperoleh sebesar -60 dBm sampai dengan -79 dBm, sinyal
tersebut sesuai dengan batasan threshold minimal telkomsel yaitu sebesar -100 dBm
pada jaringan 3G. Gambar 4.24 merupakan hasil perolehan sinyal pada jaringan 4G
di jalan L.A. Sucipto, dari hasil tersebut dapat dianalisa bahwa rata-rata range sinyal
yang diperoleh sebesar -60 dBm sampai dengan -79 dBm, sinyal tersebut sesuai
dengan batasan threshold minimal telkomsel yaitu sebesar -140 dBm pada jaringan
4G.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil proses dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G dan 4G dapat
menampilkan titik-titik BTS terdekat yang dilengkapi cell locations dan estimasi
jarak antara posisi pengguna dengan BTS yang sudah sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Dibandingkan dengan Genex Probe versi 3.16, parameter yang dapat ditangkap
oleh aplikasi drive test berbasis android pada jaringan 3G dan 4G sudah
memenuhi untuk serving cell, antara lain; Operator Name, Network Type, Service
State, Cell Locations, Call State, Connection State,Signal Level,Packet Data Traffic,
Longitude dan Longitude. Akurasi terhadap software pembanding mendapati hasil
sempurna 100% akurat jika dilihat dari hasil perbandingan pada cell locations
pada 11 data yang dibandingkan.
3. Hasil pengukuran kuat sinyal yang diperoleh saat pengujian sudah memenuhi
batasan minimal threshold telkomsel yaitu sebesar -140 dBm.
DAFTAR RUJUKAN
[1] R. Ardhita, “Metodologi drivetest gsm pt nexwave regional jawa tengah–
yogyakarta divisi hcpt (three) semarang,” J. Ilm. Tek. Elektro, vol. 1, 2012.
[2] A. Developers, What is android, 2011 ed.
[3] S. H. Mulyono dan S. R. Immaya, “Aplikasi Mobile Berbasis Android Untuk
Drive Test Jaringan Telepon Seluler GSM.” Politeknik Negeri Malang, 2013.
[4] A. C. Dewana, I. Santoso, dan A. Ajulian, “Analisis Kualitas Panggilan Layanan
Suara (Voice) Sistem WCDMA saat Terjadi Drop Call Berdasarkan Data Statistik
dan Drive Test,” Diponegoro University, 2011.
[5] F. Fauzi, G. S. Harly, dan H. S. Hanrais, “Analisis penerapan teknologi jaringan
LTE 4G di Indonesia,” Maj. Ilm. Unikom, vol. 10, no. 2, hlm. 281–288, 2012.
[6] M. Prakoso dan O. Mado Supusepa, “Modul Praktikum Drive Test Level Sinyal
Menggunakan Android.” Politeknik Negeri Malang, 2015.

WIDYA TEKNIKA - 14
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 113 – 128 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

[7] M. F. Rohman, F. Rofii, dan F. Hunaini, “Optimasi Penempatan Menara BTS


Menggunakan Quantum-Behaved Particle Swarm Optimization,” J. Nas. Tek.
Elektro, vol. 5, no. 3, 2016.
[8] H. Kiswanto dan others, “ANALISA UNJUK KERJA JARINGAN OPERATOR 3G
(WCDMA-UMTS) MENGGUNAKAN METODE DRIVE TEST,” EEPIS Final Proj.,
2010.
[9] J. C. Herrera, D. B. Work, R. Herring, X. J. Ban, Q. Jacobson, dan A. M. Bayen,
“Evaluation of traffic data obtained via GPS-enabled mobile phones: The Mobile
Century field experiment,” Transp. Res. Part C Emerg. Technol., vol. 18, no. 4,
hlm. 568–583, 2010.
[10] M. Owens dan G. Allen, SQLite. Springer, 2010.
[11] K. Morimoto dan S. Yokoyama, “Navigation system with destination set by
longitude and latitude coordinate points,” Agu-1996.
[12] J. L. F. Zamora, S. Kashihara, dan S. Yamaguchi, “Radio signal-based
measurements for localized heavy rain detection using smartphones,” dalam
Global Humanitarian Technology Conference (GHTC), 2013 IEEE, 2013, hlm.
173–178.
[13] I. Larasati, H. Hafidudin, dan F. Rizkiatna, “Optimasi Jaringan Lte Di Area
Cigadung Bandung,” EProceedings Appl. Sci., vol. 3, no. 3, 2017.
[14] Anonimous, “Alexander Mylnikov.” [Daring]. Tersedia pada:
https://www.mylnikov.org/. [Diakses: 12-Mar-2018].

WIDYA TEKNIKA - 15

Anda mungkin juga menyukai