Anda di halaman 1dari 4

Nama : SUSANTI

Nim : PO713203191044

Tugas : ETIKA PROFESI

Topik 2 Profesi, Profesional dan Profesionalisme

A. PENGERTIAN PROFESI

Pengertian profesi dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,


dijelaskan pengertian profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Beberapa pendapat mengenai profesi
antara lain;
1. Komaruddin, profesi ialah suatu jenis pekerjaan yang karena sifatnya menuntut
pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa.
2. Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminto, 1982 dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
mengartikan: Profesional secara etimologi berasal dari bahasa inggris “profession”
yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian.
3. Prof. H. M Arifin, 1995 mengartikan: Profesi adalah suatu bidang keahlian khusus
untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkan.
4. Prof. Dr. Piet A. Sahertian, 1994 dalam bukunya “profil Pendidikan Profesional”
menyatakan bahwa pada hakikatnya profesi adalah suatu janji terbuka yang
menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan karena
terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
5. Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni
pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur berlandaskan
intelektualitas, 2007.

Dengan demikian seorang professional adalah orang yang melakukan suatu


pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang
tinggi. Atau seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menuntut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedarnya, untuk mengisi
waktu.

Diantara profesi-profesi pada umumnya, dibedakan lagi dalam profesi luhur atau
profesi khusus, hal ini dikarenakan karena menekan pengabdian atau pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya.

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini


dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelakuprofesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harusmeletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitandengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Syarat-Syarat Suatu Profesi:

 Melibatkan kegiatan intelektual.


 Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
 Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
 Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
 Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
 Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
 Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
 Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

B. PROFESIONAL DAN PROFESIONALISME

H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa seorang profesionalisme menjalankan pekerjaanya


sesuai dengan tuntutan profesinya (H. A. R. Tilaar, 2002). Profesional sendiri diartikan
sebagai tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten,
tepat atau taat asas, cermat, intelektual atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas
kemampuan, optimistik, bermoral, dan bersikap serta berpikir positif (Siswanto H., 2010).

Menurut Robert W. Riche (dalam Arifin, 1995) ciri-ciri dan syarat-syarat profesi
dikatakan professional apabila:
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan
kepentingan pribadi.
2. Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang
untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus
yang mendukung keahliannya.
3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu
mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara
kerja.
5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri
dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.
7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.
8. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan menjadi
seorang anggota permanen.

C. PERANAN ETIKA DALAM PROFESI


1. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang
saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil
yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu
kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan
bersama.
2. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan
dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan
sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering menjadi
pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis
(yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
3. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian
para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah
disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada
profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter
dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat
miskin tidak mungkin menjamahnya.

D. TINJAUN UMUM ETIKA PROFESI

Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut. Suatu profesi
bukanlah dimaksud untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan untuk
pengabdian kepada masyarakat. Ini berarti profesi tidak boleh sampai merugikan, merusak
atau menimbulkan kerugian bagi orang dan masyarakat. Sebaliknya profesi itu harus
berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan dan kesempurnaan serta kesejahteraan
bagi masyarakat. Ini berarti seorang tenaga kesehatan harus lebih mengutamakan
kepentingan masyarakat untuk meningkatkan produktifitas fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), etika profesi adalah bagian dari etika sosial,
yaitu filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang kewajiban dan tanggung jawab manusia
sebagai anggota umat manusia. Profesi dapat dibedakan menjadi profesi pada umumnya
(seperti: profesi hukum, profesi kesehatan, dan lain-lain) dan profesi mulia (seperti: dokter,
polisi, jaksa, hakim, advokat, dan lain-lain). Pengertian profesi lebih khusus dari pengertian
pekerjaan.
Munculnya etika profesi sebenarnya berasal dari adanya penyimpangan perilaku
dari penyandang profesi terhadap sistem nilai, norma, aturan ketentuan yang berlaku dalam
profesinya. Tidak adanya komitmen pribadi dalam melaksanakan tugas, tidak jujur, tidak
bertanggungjawab, tidak berdedikasi, tidak menghargai hak orang lain, tidak adil dan
semacamnya.

E. PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI

Dibawah ini ada 2 prinsip-prinsip etika profesi, yaitu sebagai berikut:


1) Tanggung jawab. Setiap orang yang mempunyai profesi diharapkan selalu
bertanggungjawab dalam dua arah:
a) Dalam pelaksanaan pekerjaanya tersebut dan dalam pelaksanaan hasilnya
dimaksudkan supaya kaum professional diharapkan dapat bekerja sebaik
mungkin dengan standar diatas rata-rata, dengan hasil yang sangat baik.
Tugasnya dapat dipertanggung jawabkan dari segi tuntutan profesionalnya.
Untuk bisa bertanggungjawab dalam hal pelaksanaan dan hasil dari
tugasnya. Oleh karena itu supaya diterapkan dalam kompetisi prima, bekerja
secara efisien dan efektif.
b) Dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya. Setiap professional diharapkan bertanggungjawab atas dampak
dari tugasnya terhadap profesinya, tempat bekerja, sejawat dan
keluarganya. Professional berkewajiban melakukan hal yang tidak
merugikan kepentinga orang lain. Bahkan diharuskan mengusahakan hal
yang berguna bagi orang lain.
2) Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya. Dalam rangka pelaksanaa sebuah profesi, tuntutan itu
berarti: di dalam manjelankan profesinya setiap orang profesi tidak boleh
melanggar hak orang lain, lembaga atau negara. Sebaliknya kaum professional
perlu menghargai hak pihakpihak lain. Otonomi, prinsip ini menuntut agar kaum
professional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Organisasi profesi ikut bertanggungjawab atas pelaksanaan profesi anggotanya
akan tetapi yang paling bertanggungjawab adalah anggota itu sendiri secara
pribadi. Otonomi juga menuntut agar organisasi profesi secara keseluruhan
bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak lain
manapun juga.

Anda mungkin juga menyukai