Anda di halaman 1dari 15

Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang

Kota

KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN PADA TATA RUANG KOTA


(study kasus : peralihan fungsi lahan hijau menjadi
perumahan)

Eddy Darmawan, Haryanto


Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131
Abstrak
Semarang yang merupakan ibukota Jawa Tengah menjadi kota yang memiliki tingkat kepadatan cukup
tinggi. Kepadatan ini berimbas pada tata ruang kota, yaitu perubahan tata ruang kota. Tata Ruang kota
semarang telah ditetapkan dalam Rancangan Tata Ruang dan Wilayah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi guideline dalam rangka rencana pengembangan perumahan di kota
Semarang, memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran untuk mempertegas kebijakan pemerintah akan
Tata ruang kota Semarang dalam hal ini pengembangan perumahan khususnya sehingga sesuai konsep
Arsitektur berkelanjutan.
Meningkatkan pemahaman akan pengertian tata ruang kota, perumahan, lingkungan dan Arsitektur
Berkelanjutan sehingga tercipta sebuah kota dengan tata ruang yang baik dan sesuai Arsitektur
berkelanjutan. Ruang terbuka hijau yang terdapat di Kota Semarang terus berkurang. Hal ini
mengindikasikan adanya alih fungsi lahan yang tidak berwawasan lingkungan sehingga berpotensi
menimbulkan bencana alam. Lahan terbuka hijau yang berfungsi sebagai pencegah banjir, erosi, dan
pembersih udara justru ketika berubah fungsi akan menghasilkan bencana.
Perkembangan perumahan yang terus dilakukan saat ini beralih kekawasan pinggiran kota Semarang,
Perumahan banyak dibangun dikawasan yang memiliki hawa sejuk seperti Mijen, Pudak payung, Meteseh,
Ungaran. Pada wilayah tersebut dulunya sebagai aera hijau yang dipertahankan untuk mencegah bencana
alam, namun saat ini telah berkembang menjadi perumahan dikawasan pinggir kota yang sangat
diminati masyarakat.
Kata Kunci : Alih fungsi lahan, tata ruang kota, arsitektur berkelanjutan

lingkungan yang ada, padahal membangun


PENDAHULUAN dengan cerdas

Indonesia merupakan negara yang


jumlah penduduknya terbesar kelima di
dunia, dengan luas Indonesia yang 1.9
juta mil persegi, jumlah penduduk
indonesia saat ini adalah 234,2 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat
ini menjadikan kebutuhan akan tempat
tinggal meningkat dari tahun ke tahun.
Pembangunan perumahan merupakan salah
satu upaya pemenuhan kebutuhan akan
tempat tinggal.
Pembangunan perumahan tersebut
lantas memanfaatkan lahan terbuka hijau
dan area resapan didaerah pinggir kota
dengan alasan pemenuhan kebutuhan akan
tempat tinggal. Sehingga Aturan mengenai
Tata ruang kota menjadi tidak jelas. Dan
ini sangat bertentangan dengan konsep
dasar Pembangunan
berkelanjutan yaitu
membangun tanpa harus merusak
1
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

adalah membangun dengan menjadi


bagian dari lingkungan.
Menurut Budihardjo (1993)
pembangunan yang berkelanjutan
adalah pembangunan yang
membangun tanpa harus merusak
lingkungan atau menggusur.
Sedangkan menurut Sudharto (2009)
dalam bukunya Manusia dan
Lingkungan, Kegiatan pembangunan,
terlebih untuk Negara berkembang
betapapun diperlukan untuk
menentaskan kemiskinan, dan
meningkatkan kesejahteraan.
Pada Suara Merdeka tanggal 1
Februari 2012, kepala BAPPEDA kota
Semarang mengatakan bahwa banjir
yang sering melanda kota Semarang
tidak lepas dari buruknya sisten Tata
ruang kota, daerah resapan yang
semestinya menyerap air hujan
dialihfungsikan sebagai kawasan
perumahan. Hal ini menunjukkan
bahwa perlu adanya penyelesaian
secepatnya mengenai masalah ini.

2
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

Ditinjau dari latar belakang di atas,  Penataan ruang adalah proses perencanaan
maka Penyusun merumuskan diperlukan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
sebuah penelitian untuk mengetahui pengendalian pemanfaatan ruang.
pengaruh perubahan tata ruang kota yaitu Sehingga dapat didimpulkan tata
berupa peralihan tata guna lahan yang ruang kota adalah penataan stuktural kota
semula difungsikan sebagai lahan hijau yang dibagi per area sesuai dengan
atau daerah resapan beralih menjadi area fungsinya dan pemanfaatan lahannya
perumahan, pengaruh tersebut ditinjau dari sehingga kota menjadi lebih
aspek-aspek arsitektur berkelanjutan. terarah dalam
Sesuai permasalahan diatas maka perkembangannya.
tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh peralihan fungsi LAHAN TERBUKA HIJAU
ruang hijau menjadi kawasan perumahan,
Lahan/ruang terbuka hijau adalah
Sehingga muncul konsep arsitektur
ruang dalam suatu kota yang lebih
berkelanjutan yang sesuai dengan
menekankan pada fungsi lansekapnya.
pengembangan perumahan di Kota
Ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan
Semarang.
dalam struktur tata ruang sesuah kota,
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Tanpa terkecuali Semarang, regulasi yang
guideline dalam rangka rencana
tertera adalah ruang terbuka hijau
pengembangan perumahan di kota
hendaknya 30% dari luas wilayah kota,
Semarang, memberikan sumbangan
dan proposisi ruang terbuka hijau public
pemikiran-pemikiran untuk mempertegas
pada wilayah kota sedikitnya 20%
kebijakan pemerintah akan Tata ruang kota
(Darmawan, 2003)
Semarang dalam hal ini pengembangan
Ketersediaan ruang terbuka kota
perumahan khususnya sehingga sesuai
sangat penting dalam perencanaan kota.
konsep Arsitektur berkelanjutan.
Seiring dengan perkembangan dan
Meningkatkan pemahaman akan pengertian
pertumbuhan penduduk kota, ketersediaan
tata ruang kota, perumahan, lingkungan
lahan untuk permukiman masyarakat
dan Arsitektur Berkelanjutan sehingga
semakin sempit, sehingga penyediaan ruang
tercipta sebuah kota dengan tata ruang yang
terbuka hijau sering diabaikan. Faktor
baik dan sesuai Arsitektur berkelanjutan.
penting dalam kerusakan lingkungan adalah
besarnya tingkat populasi manusia.
TATA RUANG KOTA Pertambahan penduduk merupakan
Pengertian Tata Ruang menurut murtopo pengaruh terbesar dari meningkatnya
dalam Adisasmita (2010) adalah pengaturan jumlah kebutuhan
susunan ruang suatu wilayah atau daerah permukiman.
sehingga terciptanya persyaratan yang Ruang terbuka hijau selain sebagai
bermanfaat bagi segi ekonomi, social, fungsi komoditi (penghasil buah-buahan,
budaya dan politik yang sangat kayu, dll) juga memiliki fungsi non komoditi
menguntungkan bagi perkembangan di (pencegah banjir, tanah longsor, penghasil
wilayah atau daerah tersebut, Sedangkan O2). Fungsi komoditi kawasan terbuka
batasan dan pengertian menurut UU No. 24 hijau ada dengan sendirinya akibat wujud
tahun 1992 tentang penataan ruang kawsan tersebut. Produk komoditi akan
adalah sebagai berikut : diperoleh dengan membayar sejumlah
 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang uang, tetapi fungsi non komoditi akan
daratan, ruang lautan dan ruang udara diperoleh secara gratis walaupun memiliki
sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat nilai ekonomi. Nilai komoditi kawasan
manusia dan mahluk lainnya melakukan terbuka hijau adalah sebagai fungsi
kegiatan serta memelihara kelangsungan komoditi dan non komoditi.
hidupnya.
 Tata ruang merupakan wujud structural PERUMAHAN
dan pola pemanfaatan ruang baik yang Menurut Abraham (1964) perumahan
direncanakan maupun tidak. adalah tempat individu saling berinteraksi
3
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

dan mempengaruhi satu sama lain,


memiliki sence of belonging atas
lingkungan tempat tinggalnya.
Sedangkan menurut yudhohusodo

4
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

(1991) suatu cerminan dan penjahawatan disimpulkan bahwa Pembangunan


dari diri pribadi manusia baik dari suatu berkelanjutan adalah pembangunan yang
ruangan maupun dalam satu kesatuan dan dilakukan dimasa kini namun harus
kebersamaan dalam lingkungan alamnya memikirkan berbagai aspek dan dampak
dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, yang akan terjadi akibat pembangunan itu,
kesejahteraan, kebribadian dan peradaban sehingga tidak merusak lingkungan dan
penghuninya masyarakat ataupun suatu aspek lain untuk generasi yang akan
bangsa. datang.
Dalam pedoman perencanaan Pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan perumahan, perumahan lingkungan hidup memerlukan
merupakan salah satu sarana hunian yang keterpaduan dan koordinasi yang mantap
memiliki kaitan yang sangat erat dengan antara pemanfaatan sumber daya alam,
masyarakat. Perumahan adalah tempat sumber daya manusia, dan sumber daya
dengan fungsi dominan untuk tempat tinggal. buatan dalam suatu kurun waktu, dimensi
Perumahan dapat diartikan dari berbagai ruang, dan terkoordinasi agar tepat guna,
elemen perumahan, yaitu : berhasil guna, dan berdaya guna. oleh
1. Shelter, perlindungan dari gangguan sebab itu maka setiap keputusan
eksternal pembangunan harus memasukkan berbagai
2. House, struktur bangunan untuk pertimbangan yang menyangkut aspek
tempat tinggal lingkungan, disamping pengentasan
3. Housing, perumahan, kaitan dengan kemiskinan dan pola komsumsi sehingga
aktivitas bertempat tinggal hasil pembangunan akan memberikan hasil
4. Human settlement, kumpulan rumah yang paling baik bagi peningkatan kualitas
dan kegiatan perumahan hidup manusia
5. Habitat, lingkungan perumahan Menurut Hadi (2005) Pembangunan
berwawasan lingkungan hendaknya
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
(ARSITEKTUR BERKELANJUTAN) 1. Pembangunan itu sarat dengan nilai,
Menurut Hadi (2009) dalam arti bahwa harus diorientasikan
Pembangunan memiliki makna yang untuk mencapai tujuan ekologis,
berbeda makna yang pertama adalah social, dan ekonomi.
pembangunan yang lebih memberikan 2. Pembangunan itu membutuhkan
perhatian pada pertumbuhan ekonomi. perencanaan dan pengawasan yang
Makna yang pertama ini lebih seksama pada semua tingkat
memfokuskan pada jumlah (kuantitas) 3. Pembangunan itu menghendaki
produksi dan penggunaan sumber-sumber. pertumbuhan kualitatif setiap individu
Makna kedua adalah bahwa pembangunan dan masyarakat
itu memusatkan perhatian kepada 4. Pembangunan membutuhkan criteria
perubahan dalam distribusi barang-barang dan dukungan semua pihak bagi
dalam esensi kebutuhan sosial. terselenggaranya keputusan yang
Sedangkan Pembangunan demokratis
berkelanjutan menurut WCED dalam Hadi 5. Pembangunan membutuhkan suasana
(2009) adalah pembangunan yang ditujukan yang terbuka, jujur, dan semua yang
untuk memenuhi kebutuhan generasi terlibat senantiasa memperoleh
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan informasi yang actual.
generasi yang akan datang untuk memenuhi Menurut Keraf (2002: 89),
kebutuhan mereka sendiri. Sedangkan paradigma pembangunan berkelanjutan
menurut Brundtland dalam Hadi (2009) harus dipahami sebagai etika politik
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan, yaitu sebuah komitmen
pembangunan yang mampu memenuhi moral tentang bagaimana seharusnya
kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan pembangunan itu diorganisir dan
kemamuan generasi mendatang dalam dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Maka dapat kaitan dengan itu, paradigma pembangunan
5
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

berkelanjutan bukan sebuah konsep


tentang pentingnya lingkungan hidup.
Paradigma

6
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

pembangunan berkelanjutan juga bukan studi perencanaan yang juga mencakup


tentang pembangunan ekonomi. Ini studi teknis dan studi ekonomi, maka studi
sebuah etika politik pembangunan perencanaan dengan konsideransi lingkungan
mengenai pembangunan secara mengungkapkan kelayakan proyek
keseluruhan dan bagaimana permukiman dan perumahan ini, sudah
pembangunan itu seharusnya dijalankan. sewajarnya teknologi yang dipakai
Lebih lanjut menurut Keraf (2002), cita- menyiapkan lahan dan membangun
cita dan agenda utama pembangunan perumahan memperhatikan agar dampak
berkelanjutan tidak lain adalah upaya negatifnya kepada lingkungan sekecil
untuk mensinkronkan, mengintegrasikan, mungkin.
dan memberi bobot yang sama bagi tiga Dengan demikian pemeliharaan
aspek utama pembangunan, yaitu aspek tanah, air dan lingkungan umumnya harus
ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek menjadi bagian integral dari perencanaan
lingkungan hidup. dan pelaksanaan pengembangan
Maka dapat disimpulkan lingkungan perumahan, demi kepentingan
pembangunan yang dilakukan hendaknya berhasilnya pengembangan lingkungan
sesuai dengan konsep pembangunan perumahan itu sendiri.
berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi, dan Pembangunan perumahan yang sesuai
lingkungan. Aspek lingkungan sangat dengan prinsip pembangunan ialah
disorot belakangan ini karena lingkungan perumahan yang dibangun guna
berkaitan erat dengan alam, sedangkan di memenuhi kebutuhan masyarakat akan
dunia saat ini sedang terjadi kerusakan kebutuhan tempat tinggal, dengan
alam. Sehingga pembangunanpun mulai membangun tanpa harus merusak alam,
disorot kembali, karena banyak faktor dari membangun perumahan sesuai dengan
pembangunan yang merusak alam. peraturan yaitu memberikan ruang terbuka
hijau dalam perumahan, tidak
PERUMAHAN DENGAN KONSEP ARSITEKTUR mementingkan keuntungan semata, namun
BERKELANJUTAN juga memikirkan aspek social, ekonomi,
Menurut Hadi (2005) Dalam dan lingkungan.
mengembangkan perumahan teknik
perencanaan yang sudah berjalan selama ini METODE PENELITIAN
perlu disempurnakan dan dikembangkan Pada penelitian ini metode yang
lebih lanjut. Teknik perencanaan yang dipakai adalah kualitatif rasionalistik, suatu
dimaksudkan adalah memungkinkan kita metode holistic yang menekankan
mengetahui dampak negative terhadap pemaknaan empiric dan pemahaman
lingkungan, sehingga dapat diminimalkan intelektual berdasarkan pada grand-concept
dampak negative bagi lingkungannya dan dan diteliti dengan spesifik kemudian
dimaksimalkan dampak positivenya. Pada didudukkan kembali hasil
teknik analisis dampak lingkungan adalah penelitiannya dengan grand-conceptnya
bagian dari tahap studi kelayakan yang guna membangun konstruksi teori (Muhajir,
mencakup kelayakan teknis, kelayakan 1989). Tahapan/ Langkah-langkah
ekonomi, dan kelayakan lingkungan. Hal Penelitian
ini sesuai dengan prinsip Pembangunan Tahapan penelitian ini meliputi empat
berkelanjutan yaitu pembangunan dengan langkah, yaitu : (1) tahap persiapan, (2)
memikirkan dampak lingkungan. tahap pengumpulan data, (3) tahap
Untuk itu teknik analisis dampak analisis, (4) tahap penarikan kesimpulan
lingkungan adalah bagian dari tahap studi dan penyusunan rekomendasi.
kelayakan yang mencakup kelayakan teknis, a. Tahap Persiapan
kelayakan ekonomi, kelayakan lingkungan. Kegiatan-kegiatan pada tahap persiapan
Untuk itulah analisis studi lingkungan perlu adalah :
diterapkan sebagai bagian proses pelaksanaan
 Melaksanakan observasi awal guna
studi kelayakan. Demikian pula halnya
mendapatkan gambaran awal mengenai
dengan
keadaan koridor yang akan diteliti
7
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

 Menyusun kajian pustaka yang


berhubungan dengan aspek-aspek
yang akan diteliti

8
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

 Menyusun hipotesis, variable penelitian, Walaupun populasi penelitian memiliki


indicator, tolak ukur penelitian beberapa sifat yang tidak jarang
 Menentukan titik-titik yang dijadikan sebagai membingungkan, tetapi menjadi tugas
sampel amatan atau obyek amatan peneliti untuk memberi batasan yang tegas
b. Tahap Pengumpulan data terhadap setiap obyek yang menjadi
Kegiatan-kegiatan pada tahap Pengumpulan populasi penelitiannya. Pembatasan
data adalah : populasi haruslah berpedoman kepada
 Melaksanakan observasi dengan cara tujuan dan permasalahan penelitian. Dengan
survey langsung ke lokasi. pembatasan populasi penelitian, akan
 Melakukan kompilasi data. memudahkan di dalam memberikan ciri
c. Tahap Analisis, Pembahasan, dan Pemaknaan atau sifat - sifat yang lain dari populasi
Kegiatan-kegiatan pada tahap Pembahasan tersebut, dan semua ini memberikan
adalah : keuntungan dalam penarikan sampel.
 Membaca hasil survey yang disesuaikan Menentukan sampel penelitian yaitu
dengan grand-concept yang telah terbangun dengan teknik stratified random sampling,
 Menyusun hasil analisis tersebut sebagai populasi yang diambil adalah perumahan-
suatu kajian penelitian perumahan yang berada dipinggiran kota
 Menyusun pemaknaan terhadap teori Semarang yang menempati area hijau.
berdasarkan hasil analisis
d. Tahap penarikan kesimpulan dan TEKNIK PENGUMPULAN DATA
penyusunan Rekomendasi a) Proses pengumpulan Data
Kegiatan-kegiatan pada tahap penarikan Data (tunggal = datum) adalah
kesimpulan dan penyusunan Rekomendasi bahan keterangan tentang sesuatu obyek
adalah : penelitian yang diperoleh di lokasi
 Penarikan kesimpulan sebagai hasil kajian penelitian (Bungin, 2005). Data yang
pada analisis dan pembahasan ditentukan oleh variabel- variabel yang ada
 Penyusunan rekomendasi yang didasarkan dalam hipotesis. Data yang dikumpulkan
pada temuan hasil penelitian. oleh sampel yang telah ditentukan
sebelumnya, sampel tersebut terdiri atas
MENENTUKAN VARIABLE sekumpulan unit analisis sebagai sasaran
Adapun variabel - variabel yang ada penelitian.
dalam penelitian ini, yaitu : b) Metode Pengumpulan Data
 variabel bebas (independent variable), yaitu Metode pengumpulan data adalah
variabel yang berada pada posisi yang lepas bagian instrumen pengumpulan data yang
dari ”pengaruh” variabel tergantung menentukan berhasil atau tidaknya suatu
(Bungin,2005). penelitian (Bungin 2005). Kesalahan
Variabel bebas pada penelitian ini adalah menggunakan metode pengumpulan data
Peralihan Fungsi Lahan. atau metode pengumpulan data yang tidak
 variabel tergantung (dependent variable), digunakan semestinya, berakibat fatal
yaitu variabel yang ”dipengaruhi” oleh terhadap hasil - hasil penelitian yang
variabel bebas (Bungin, 2005) dilakukan. Adapun metode pengambilan
Variabel tergantung pada penelitian ini data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Tata Ruang Kota. antara lain :
 Observasi :
SAMPLE DAN POPULASI PENELITIAN Observasi adalah alat pengumpulan
Dalam metode penelitian kata populasi data yang dilakukan dengan cara mengamati
amat populer, digunakan untuk menyebutkan dan mencatat secara sistematik gejala
serumpun atau sekelompok obyek yang yang diselidiki. Jenis observasi yang akan
menjadi sasaran penelitian (Bungin, 2005). dilakukan adalah observasi langsung, yaitu
Karena pengertian populasi yang observasi akan dilakukan oleh peneliti
demikian, maka populasi menjadi amat sendiri di lokasi penelitian dengan
beragam. mengamati langsung ke lapangan dan
mengambil data primer yang diwujudkan
9
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

melalui alat perekam gambar

10
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

(fotografi) untuk merekam gambar data


fisik dan fenomena yang ada di lokasi Pada kenyataan zonasi di Kota
penelitian. Untuk memperoleh data Semarang tidak terlaksana sesuai dengan
sekunder yang berupa tinjauan pustaka peraturan, fungsi kawasan menjadi
didapat dari studi literatur yang memuat bercampur, bahkan fungsi lahan sebagai
teori - teori perumahan dan pembangunan area hijau atau peresapan berubah
berkelanjutan yang relevan terhadap menjadi perumahan, hal ini beralasan
permasalahan penelitian. untuk memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal yang semakin meningkat di kota
STUDY KASUS DAN ANALISIS Semarang. Misalnya saja dikawasan
Permasalahan Tata Ruang Kota meteseh, pudak payung, mijen, manyaran
Permasalahan Tata Ruang Kota di yang diatur sebagai area hijau atau
Indonesia yaitu pada saat pelaksanaan resapan telah banyak berkembang
pembangunan. Pembangunan yang perumahan.
dilaksanakan tidak sejalan dengan
rencana tata ruang kota yang telah
disusun. Rencana yang disusun tidak selalu
terlaksana dengan baik seiring kebutuhan
masyarakat. Berdasarkan UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Tata Ruang kota yang telah diatur
dalam Undang-Undang menjadi tidak berarti
lagi ketika melihat keadaan tata ruang kota
di Indonesia saat ini. Tata ruang yang
telah direncanakan sesuai dengan zonasi
telah melenceng. Banyak area hijau dalam Lahan Terbuka Hijau di Semarang
hal ini peresapan berubah fungsi penjadi Semarang memiliki topografi
perumahan. Perijinan yang seharusnya sulit berbukit- bukit, sehingga terbagi menjadi
didapatkan menjadi tidak berarti ketika wilayah atas dan bawah. Kota atas yang
semua perubahan beralaskan kepentingan terkenal memiliki kawasan hijau yang baik,
masyarakat. dan berfungsi sebagai pencegah banjir
kenyataan yang sekarang terjadi sudah
Tata Ruang Kota di Semarang berbalik, pada kota atas justru banyak
Semarang yang merupakan dibangun perumahan diarea-area yang
ibukota Jawa Tengah menjadi kota yang tadinya berfungsi sebagai penahan banjir.
memiliki tingkat kepadatan cukup tinggi. Yang terjadi saat ini adalah banjir yang
Kepadatan ini berimbas pada tata ruang sering terjadi di kota bawah dan ini terjadi
kota, yaitu perubahan tata ruang kota. akibat area resapan sudah beralih fungsi.
Tata Ruang kota semarang telah ditetapkan Hal ini bertolak belakang dengan fungsi
dalam Rancangan Tata Ruang dan Wilayah ruang terbuka menurut Budihardjo (2009)
seperti gambar berikut : yaitu sebagai penyegaran udara,
menyerap air, pengendalian banjir,
memelihara ekosistem tertentu dan
pelembutr arsitektur.
Ruang terbuka hijau pada kota
yang seharusnya dijaga keberadaannya,
agar menjadikan sebuah kota menjadi
kota yang indah dan berwawasan
lingkungan saat ini telah banyak berubah,
ruang terbuka hanya dipakai sebagai
pelengkap dalam merancang sebuah kota.
Perkembangan Perumahan di Semarang
Lokasi perumahan biasanya sudah
11
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

ditentukan oleh pemerintah kota dan


diatur dalam RTRW kota Semarang yang
dibentuk

12
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

oleh Pemerintah Kota Semarang. Kebutuhan masyarakat ini


Pembagian wilayah tersebut didasarkan dijadikan pengembang sebagai alasan
pada sistem struktur kota sendiri. untuk terus mengembangkan pembangunan
Perumahan sebagai kebutuhan primer dari perumahan di kawasan pinggiran kota
manusia selalu diutamakan oleh hingga area hijaupun tidak menjadi
pemerintah. Lokasi yang dipilih biasanya penghalang bagi mereka untuk
lokasi yang strategis. Pada awal membangun perumahan disana. Hutan
sejarahnya perumahan di Kota Semarang Kota yang berada di daerah Mijen saat ini
berawal dari perumahan dikawasan hanya tinggal 10% saja, lainnya telah
halmahera kota Semarang dan sebagai dirubah menjadi perumahan.
Arsiteknya adalah Thomas Karsten. Dan
dilanjutkan dikawasan atas yaitu kawasan
yang dikenal JL. Sultan Agung saat ini.
Perumahan terus berkembang hingga saat
ini dan perumahan dengan lokasi di pusat
kota Semarang sudah mulai berganti
menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Gb. 3
Hutan Karet pada Kawasan Mijen berubah menjadi perumahan
Mestipun masih ada perumahan di kawasan
pusat kota namun tidak dapat Perkembangan perumahan saat ini
dikembangkan lagi. lepas dari konsep-konsep pembangunan
perumahan berkelanjutan yang dicanangkan
pemerintah. Pengembangan perumahan
yang seharusnya tidak merusak kawasan
hijau seperti konsep yang ditulis budihardjo
(2009) yaitu membangun tanpa merusak
bangunan dan lingkungan yang ada.
Gb. 1
Perkembangan perumahan di kota Semarang Penerapan Arsitektur Berkelanjutan Pada
Perumahan
Pembangunan berkelanjutan
menurut WCED dalam Hadi (2009) adalah
Perkembangan perumahan yang pembangunan yang ditujukan untuk
terus dilakukan saat ini beralih kekawasan memenuhi kebutuhan generasi sekarang
pinggiran kota Semarang, Perumahan tanpa mengorbankan kemampuan generasi
banyak dibangun dikawasan yang memiliki yang akan datang untuk memenuhi
hawa sejuk seperti Mijen, Pudak payung, kebutuhan mereka sendiri. Jika dilihat
Meteseh, Ungaran. Pada wilayah tersebut perkembangan perumahan yang terjadi
dulunya sebagai aera hijau yang saat ini, kebutuhan yang akan terpenuhi
dipertahankan untuk mencegah bencana adalah kebutuhan generasi saat ini saja,
alam, namun saat ini telah berkembang hanya memenuhi kebutuhan generasi yang
menjadi perumahan dikawasan pinggir kota sekarang saja tanpa memikirkan kebutuhan
yang sangat diminati masyarakat. yang akan datang. Sedangkan menurut
Brundtland dalam Hadi (2009) pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang
mampu memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengabaikan kemamuan generasi
mendatang dalam memenuhi kebutuhan
mereka. Ini mejawab dari fenomena yang
terbentuk, yaitu pembangunan perumahan
Gb. 2 saat ini keluar dari konsep pembangunan
Perkembangan perumahan di kota Semarang berkelanjutan.

13
ISSN : 0853- MODUL Vol.13 No.2 Juli-Desember
2877 2013

juga memikirkan aspek social, ekonomi, dan


lingkungan.

Gb. 4.
Pembangunan Perumahan di Lereng yang seharusnya sebagai area resapan

Menurut Keraf (2002), paradigma


pembangunan berkelanjutan harus dipahami
sebagai etika politik pembangunan, yaitu
sebuah komitmen moral tentang bagaimana
seharusnya pembangunan itu diorganisir dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam
kaitan dengan itu, paradigma pembangunan
berkelanjutan bukan sebuah konsep tentang
pentingnya lingkungan hidup.

KESIMPULAN
Zonasi di Kota Semarang tidak
terlaksana sesuai dengan peraturan,
fungsi kawasan menjadi bercampur, bahkan
fungsi lahan sebagai area hijau atau
peresapan berubah menjadi perumahan,
hal ini beralasan untuk memenuhi
kebutuhan akan tempat tinggal yang
semakin meningkat di kota Semarang.
Misalnya saja dikawasan meteseh, pudak
payung, mijen, manyaran yang diatur
sebagai area hijau atau resapan telah
banyak berkembang perumahan.
Perkembangan perumahan yang
terus dilakukan saat ini beralih kekawasan
pinggiran kota Semarang, Perumahan
banyak dibangun dikawasan yang memiliki
hawa sejuk seperti Mijen, Pudak payung,
Meteseh, Ungaran. Pada wilayah tersebut
dulunya sebagai aera hijau yang
dipertahankan untuk mencegah bencana
alam, namun saat ini telah berkembang
menjadi perumahan dikawasan pinggir kota
yang sangat diminati masyarakat.
Pembangunan perumahan yang sesuai
dengan prinsip pembangunan ialah
perumahan yang dibangun guna
memenuhi kebutuhan masyarakat akan
kebutuhan tempat tinggal, dengan
membangun tanpa harus merusak alam,
membangun perumahan sesuai dengan
peraturan yaitu memberikan ruang terbuka
hijau dalam perumahan, tidak
mementingkan keuntungan semata, namun
14
Konsep Arsitektur Berkelanjutan pada Tata Ruang
Kota

Perumahan yang saat ini ada di pukul 12.05


Semarang, belum memiliki kepekaan .
terhadap pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan, Ini terbukti
dari banyaknya perumahan yang
dibangun belum memikirkan dampak
bagi lingkungannya. Baik itu yang
berada pada kawasan hijau, area
resapan maupun hutan kota. Dapat
dikatakan bahwa perumahan yang saat
ini terus dikembangkan belum
memikirkan kelayakan teknis, ekonomi
dan lingkungan. Hanya memikirkan
pemenuhan kebutuhan, dan
berlandaskan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Charles, 1964, Man’s
Strunggle For Shelter In A
Urbanizing World, London :
Cambridge
Adisasmita Rahardjo, 2010,
Pembangunan Kawasan dan Tata
Ruang, Yogyakarta : Graha Ilmu
Budihardjo Eko, 2009, Perumahan dan
Permukiman di Indonesia, Bandung:
PT Alumni
Budihardjo Eko, 2009, Kota
Berkelanjutan, Bandung: PT
Alumni
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
Darmawan Edy, 2003, Teori dan Kajian
Ruang Publik Kota, Badan Penerbit
UNDIP, Semarang
P. Hadi Sudharto, 2005, Dimensi
Lingkungan Perencanaan
Pembangunan, Yogjakarta: Gajah
Mada University Press
P. Hadi Sudharto, 2009, Manusia dan
Lingkugan, Semarang: Universitas
Diponegoro
Salim Emir, Sustainable Development :
An Indonesian Prespective. Paper
presented at AISEC. Jakarta, 1989
Sonny Keraf, 2002, Etika Lingkungan,
Jakarta : Kompas
Yusohusodho, Siswono, 1991, Rumah
Untuk Seluruh Rakyat, Jakarta :
Yayasan Seluruh Negri
www.suaramerdeka.com Alih Fungsi
Lahan, diakses 26 Maret 2012,

15

Anda mungkin juga menyukai