1 PB
1 PB
57 - 61 ISSN: 2337-8204
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mensimulasi lintasan komet menggunakan Metode Leapfrog. Penelitian
ini menggunakan data massa, posisi dan kecepatan delapan planet serta komet. Data massa dan posisi awal
komet divariasikan untuk melihat variasi lintasan komet yang dihasilkan. Adapun variasi massa komet
yaitu 1x109 kg, 1x1015 kg dan 2,2x1014 kg, dan variasi posisi awal komet pada sumbu x, yaitu 2,25 AU dan
10,5 AU serta pada sumbu y, yaitu -8 AU dan -20 AU. Hasil simulasi menunjukkan bahwa lintasan komet
bervariasi bergantung dengan massa dan posisi awalnya dan tidak mengganggu keteraturan lintasan
planet. Lintasan planet tidak stabil dan mengalami pergeseran ketika massa komet diperbesar hingga 500
kali massa bumi. Arah lintasan komet dapat diverifikasi dengan potensial gravitasi. Gerak komet cenderung
terbelokkan ketika memasuki potensial gravitasi yang lebih tinggi. Hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa Metode Leapfrog dapat digunakan untuk menentukan persamaan gerak komet.
57
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204
dt rk
3
rkm
3
rkv
3 rkb
r kr
rkj
Gm y y Gm y y Gm y y
Gmb yb yk Gmr yr yk Gm j y j yk s s3 k u u3 k n n3 k
3
3
3
(5) rks rku rkn
rkb rkr rkj
(10)
Gms ys yk Gmu yu yk Gmn yn yk
3
3
3 posisi dalam arah y,
rks rku rkn i 1 i 1
yk yk vy,k t
i
(11)
Dengan G adalah konstanta gravitasi, M
merupakan simbol untuk massa matahari, mm 2.3 Potensial Gravitasi
untuk massa merkurius, mv massa venus, mb Arah lintasan komet dapat ditentukan oleh
massa bumi, mr massa mars, mj massa jupiter, ms potensial gravitasi. Potensial gravitasi adalah
massa saturnus, mu massa uranus, mn massa besar energi potensial tiap satuan massa benda
neptunus, k sebagai simbol komet, r jarak antar yang terletak disuatu titik. Potensial gravitasi
komet dan planet sedangkan x merupakan posisi dinyatakan dengan persamaan :
58
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204
GM
V (12) 3. Hasil dan Pembahasan
r 3.1 Simulasi Lintasan Komet
Berdasarkan hasil running program yang
karena hanya akan ditinjau besar potensial ada, diperoleh gambar dengan memvariasikan
gravitasi saja, maka tanda minus pada massa dan posisi awal komet. Adapun tiga buah
persamaan (12) boleh diabaikan, namun kasus variasi massa komet tersebut berturut-turut
pada penelitian ini merupakan kasus benda adalah 1x109 kg, 1x1015 kg dan 2,2x1014 kg.
banyak maka persamaan (12) dapat dituliskan ke Sedangkan posisi awal komet pada sumbu x yaitu
dalam bentuk : 2,25 AU dan 10,5 AU, serta pada sumbu y, variasi
GM Gmm Gmv Gmb Gmr posisi komet yaitu -8 AU dan -20 AU.
V
r rm rv rb rr Satuan jarak yang digunakan dalam
(13) penelitian adalah satuan astronomi atau AU (1
Gm j Gms Gmu Gmn Gmk AU = 1,496 x 1011 m). Sedangkan satuan waktu
yang digunakan adalah tahun (1 tahun = 3,15 x
rj rs ru rn rk
107 s).
dengan r merupakan jarak antara benda Hasil simulasi program lintasan komet
bermassa ke suatu titik (x,y) terhadap planet dengan Metode Leapfrog dapat
dilihat pada gambar 2. sebagai berikut :
rk ( x xk ) ( y y k ) (14)
2 2
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. Grafik lintasan komet dengan massa komet 1109 kg dengan posisi awal komet (a)
𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −8 AU; (b) 𝑥𝑘 = 10,5 AU, 𝑦𝑘 = −8 AU; (c) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 =
−20 AU; (d) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −20 AU
Gambar 2 merupakan hasil simulasi lintasan yang berada di dalam lintasan berwarna biru
gerak komet dengan massa komet 1x109 kg. merupakan planet dalam yang terdiri dari
Posisi awal komet dibuat bervariasi untuk merkurius, venus, bumi dan mars.
melihat variasi lintasan. Lintasan garis warna Dari Gambar 2, terlihat bahwa bentuk lintasan
merah pada keempat gambar di atas merupakan komet tidak sama, bergantung posisi awal dan
lintasan komet. Warna hitam, hijau, merah dan massa komet. Lintasan komet berbelok lebih
biru berbentuk elips dari yang terluar besar pada posisi 𝑥𝑘 = 2,25 AU yaitu pada saat
merupakan lintasan planet dari planet neptunus, posisi awal komet lebih dekat dengan matahari
uranus, saturnus dan jupiter, sedangkan lintasan dan planet lainnya seperti terlihat pada gambar
59
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204
2(a) dan 2(c). Sedangkan pada gambar 2(b) dan variasi massa komet yang digunakan jauh lebih
2(d) menunjukkan lintasan komet yang kecil dari matahari maupun planet-planet.
pembelokannya sangat kecil. Hal ini disebabkan Untuk memprediksi apa yang terjadi jika
karena posisi awal komet yang jauh dari pusat sebuah benda dengan massa yang besar
massa. melintasi tata surya, maka massa komet akan
Lintasan komet untuk massa 1x1015 kg dan diperbesar. Penggunaan massa sebesar 500 dan
2,2x1014 kg tidak mengalami perbedaan yang 700 kali massa bumi digunakan dengan landasan
signifikan terhadap lintasan komet dengan eksperimen yang telah dilakukan oleh Supardi
massa 1x109 kg. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011. Adapun hasil lintasan yang
diperoleh sebagai berikut :
(a) (b)
Gambar 3. Grafik lintasan komet dengan massa komet 500 kali massa bumi dengan posisi awal
komet (a) 𝑥𝑘 = 2,25 AU , 𝑦𝑘 = −8 AU; (b) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −20 AU
(a) (b)
Gambar 4. Grafik lintasan komet dengan massa komet 700 kali massa bumi dengan posisi awal
komet (a) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −8 AU; (b) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −20 AU
Gambar 3 dan gambar 4 merupakan hasil lintasan planet yang terganggu akibat besarnya
simulasi lintasan gerak komet dengan massa massa komet, tetapi lintasan planet Neptunus
komet diperbesar 500 kali dan 700 kali massa masih dapat mempertahankan bentuk lintasan
bumi. Bentuk lintasan komet pada kondisi ini ellipsnya meskipun terdapat pergeseran lintasan
tidak berbeda dengan gambar sebelumnya, yang kecil. Berbeda dengan keadaan tersebut,
hanya saja dengan perbesaran massa hingga 500 pada gambar 3(b) dan gambar 4(b) lintasan
kali dan 700 kali massa bumi, mempengaruhi planet Neptunus juga terganggu. Perbedaan
lintasan planet-planet. Hal ini disebabkan karena kondisi ini dikarenakan posisi awal komet yang
gaya tarikan antara komet dan planet akan berbeda.
menjadi sangat besar sehingga ketika komet
bergerak mendekati planet-planet tersebut maka
planet-planet itu tertarik cukup kuat ke arah
komet dan terjadi pergeseran lintasan pada
planet. Pada gambar 3(a) dan 4(a) dihasilkan
60
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204
0
Level 4
Daftar Pustaka
-2
[1] Young HD, Freedman RA. Fisika
Level 3
Universitas Jakarta: Erlangga; 2002.
-4 Level 2 [2] Supardi , Darmawan D. Pendekatan Three
Body Problem Theory untuk
Mensimulasikan Efek Jupiter terhadap
Level 1
-6
-6 -4 -2 0 2 4 6
x (AU) Gerakan Orbit Bumi. Laporan Penelitian.
Yogyakarta: UNY, FMIPA; 2011.
Gambar 5. Kontur Potensial Gravitasi [3] Dehnen W, Read JI. N-Body Simulations of
Gravitational Dynamics. The European
Gambar 5 merupakan kontur potensial Physical Journal Plus. 2011; 126: p. 55.
gravitasi yang diperoleh untuk mengetahui di [4] Sulthon MB. Analisis Solusi Numerik
daerah mana komet akan terbelokkan. Dari hasil Model Gerak Planet dengan Metode
simulasi, didapat kontur yang konstan untuk Runge-Kutta (Skripsi) Jember: Universitas
ketiga variasi massa komet. Kondisi ini terjadi Jember; 2013.
karena plot yang diambil adalah kondisi akhir
dimana komet sudah berada cukup jauh dari
[5] Suraina , Arman Y, Lapanporo BP. Simulasi
Orbit Planet dalam Tata Surya dengan
planet-planet sehingga kontribusi potensial
Metode Euler, Leapfrog dan Runge-Kutta.
gravitasi yang dominan hanyalah matahari dan
PRISMA Fisika. 2015; Vol. 3 No. 3.
planet-planet di sekitarnya. Dari gambar yang
dihasilkan, terlihat bahwa komet akan [6] Hoffman KA, Chiang ST. Computational
terbelokkan ketika memasuki daerah potensial Fluid Dynamics USA: Engineering
gravitasi yang lebih kuat dari potensial gravitasi Education System; 2000.
posisi awalnya. Lingkaran merah menunjukkan
daerah potensial gravitasi yang sangat kuat
berada disekitar matahari, hal ini disebabkan
karena massa matahari jauh lebih besar dari
massa planet-planet.
61