Anda di halaman 1dari 5

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal.

57 - 61 ISSN: 2337-8204

Pemodelan Lintasan Komet pada Tata Surya dengan Variasi


Massa dan Posisi
Ria Anandaa, Joko Sampurnoa*, Boni P. Lapanporoa

aProdi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura


Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia
*Email : jokosampurno@physics.untan.ac.id

Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mensimulasi lintasan komet menggunakan Metode Leapfrog. Penelitian
ini menggunakan data massa, posisi dan kecepatan delapan planet serta komet. Data massa dan posisi awal
komet divariasikan untuk melihat variasi lintasan komet yang dihasilkan. Adapun variasi massa komet
yaitu 1x109 kg, 1x1015 kg dan 2,2x1014 kg, dan variasi posisi awal komet pada sumbu x, yaitu 2,25 AU dan
10,5 AU serta pada sumbu y, yaitu -8 AU dan -20 AU. Hasil simulasi menunjukkan bahwa lintasan komet
bervariasi bergantung dengan massa dan posisi awalnya dan tidak mengganggu keteraturan lintasan
planet. Lintasan planet tidak stabil dan mengalami pergeseran ketika massa komet diperbesar hingga 500
kali massa bumi. Arah lintasan komet dapat diverifikasi dengan potensial gravitasi. Gerak komet cenderung
terbelokkan ketika memasuki potensial gravitasi yang lebih tinggi. Hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa Metode Leapfrog dapat digunakan untuk menentukan persamaan gerak komet.

Kata Kunci : Metode Leapfrog, Pemodelan Lintasan Komet, Potensial Gravitasi

1. Latar Belakang Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan


Tata surya merupakan contoh sistem gerak sebelumya, pada penelitian ini dilakukan
yang teratur dan seimbang. Keadaan simplifikasi kasus benda langit dengan mengkaji
kesetimbangan antar benda langit dapat terjadi studi numerik lintasan komet pada tata surya
karena adanya tarik-menarik antar benda. dengan menggunakan Metode Leapfrog. Dalam
Fenomena ini diungkapkan oleh Sir Issac Newton penelitian, komet bergerak di antara planet
pada tahun 1687 dengan mempublikasikan mengitari tata surya. Keadaan ini dapat
Hukum Gravitasi yang berbunyi: Setiap partikel digunakan untuk mempelajari bagaimana
di alam semesta menarik partikel lain dengan pengaruh massa dan posisi sebuah komet
gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali terhadap perilaku lintasan yang dihasilkan
massa-massa partikel dan berbanding terbalik dengan pengaruh delapan planet, serta lebih
dengan kuadrat jarak partikel tersebut [1]. Studi lanjut dapat mempelajari perilaku gerak partikel
tentang gerak partikel akan lebih menarik jika di sekitar sistem.
ditampilkan dalam bentuk simulasi. Beberapa
metode digunakan peneliti sebelumnya untuk 2. Metodologi
menampilkan simulasi dalam gerak dan 2.1 Persamaan Gerak Komet
meninjau pengaruh gaya gravitasi newton Sir Isaac Newton menyatakan bahwa
terhadap beberapa benda. terdapat suatu gaya yang memungkinkan dua
Simulasi gerak bumi dengan benda atau lebih saling berinteraksi pada jarak
mempertimbangkan pengaruh planet Jupiter dan tertentu. Dalam penelitiannya, Newton
Matahari sebagai pusat orbit telah dilakukan. menyimpulkan bahwa gaya gravitasi atau gaya
Adapun hasil dari penelitian tersebut tarik-menarik sebanding oleh massa setiap
menunjukkan bahwa planet Jupiter tidak benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat
berpengaruh terhadap orbit bumi. jarak kedua benda [1]. Komponen gaya yang
Ketidakstabilan lintasan orbit bumi baru terasa bekerja pada komet bermassa 𝑚𝑘 oleh benda
jika massa Jupiter diperbesar [2]. Penelitian lain langit lain bermassa 𝑚𝑖 adalah sebagai berikut :
juga telah dilakukan untuk meneliti model gerak
delapan planet melalui solusi numerik. Metode mk mi mk mi
yang digunakan yaitu Euler, Leapfrog [3] dan Fx  G 2
cos   G  xi  xk  (1)
Runge-Kutta orde-4 [4]. Dari penelitian yang
r r3
dan
dilakukan, didapatlah hasil jika Metode Leapfrog
mk mi mk mi
merupakan metode terbaik untuk grafik profil
gerak planet dan memiliki nilai galat (error) yang
Fy  G 2
sin   G  yi  yk  (2)
r r3
lebih kecil [5]. Ilustrasi sistem digambarkan pada Gambar 1,
seperti berikut:

57
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204

(𝑥𝑖 − 𝑥𝑘 ) (𝑦𝑖 − 𝑦𝑘 ) pada bidang x, dan y merupakan posisi pada


cos 𝜃 =
𝑟
sin 𝜃 =
𝑟
bidang y, serta v merupakan kecepatan.
Jarak antara komet dan planet dapat dihitung
yi r mi menggunakan persamaan berikut :
Fy
yk
ϴ rk 1  x 1
 xk    y1  yk 
2 2
(6)
mk Fx
2.2 Metode Leapfrog
Metode yang digunakan dalam simulasi ini
adalah Metode Leapfrog. Metode tersebut
digambarkan dengan persamaan sebagai berikut
xk xi [6]:
Matahari n 1 n 1
 xi xi 1  xi 1
n n
xi
 a (7)
2t 2t
Gambar 1. Skema vektor gaya gravitasi
Algoritma yang dihasilkan dengan penggunaan
Hubungan antara besaran gaya, massa dan persamaan (7) yang bersesuaian dengan
percepatan dapat dituliskan dengan rumus persamaan (4) dan (5) dituliskan sebagai
Hukum II Newton sebagai berikut : berikut:

F  ma (3) kecepatan dalam arah x,


 GMxk Gmm  xm  xk  Gmv  xv  xk  
Jika persamaan (1) dan persamaan (2)  r3  r 3  r 3 
disubstitusikan ke persamaan (3) dan digunakan k
 km kv

untuk persamaan gerak komet yang berinteraksi  Gm  x  x  Gm
vx ,k  vx ,k    b b3 k   r r3 k 
 x  x  Gm  x  x  
 2t (8)
i 1 i j j k
dengan delapan planet dan matahari maka 3

persamaannya menjadi :  rkb rkr rkj 


 Gm  x  x  Gm  x  x  Gm  x  x  
dvx GMxk Gmm  xm  xk  Gmv  xv  xk    s s3 k  u u3 k  n n3 k 
 3
 3
 3
 rks rku rkn 
dt rk rkm rkv

Gmb  xb  xk  Gmr  xr  xk  Gm j  x j  xk  posisi dalam arah x, txv


 3
 3
 3
(4) i 1 i 1
xk  xk  vx ,k t
i
(9)
rkb rkr rkj
Gms  xs  xk  Gmu  xu  xk  Gmn  xn  xk  kecepatan dalam arah y,
  
rks
3
rku
3
rkn
3
 GMyk Gmm  ym  yk  Gmv  yv  yk  
dan
 r3  rkm
3

rkv
3 
k
 
GMyk Gmm  ym  yk  Gmv  yv  yk 
 Gm  y  x  Gm
vy,k  vy, k    b b3 k  r r3 k 
 y  x Gm 
 j j k 
y  y 
 2 t
i 1 i
dv y
   3

dt rk
3
rkm
3
rkv
3  rkb
r kr
rkj 
 Gm  y  y  Gm  y  y  Gm  y  y  
Gmb  yb  yk  Gmr  yr  yk  Gm j  y j  yk    s s3 k  u u3 k  n n3 k 
 3
 3
 3
(5)  rks rku rkn 
rkb rkr rkj
(10)
Gms  ys  yk  Gmu  yu  yk  Gmn  yn  yk 
 3
 3
 3 posisi dalam arah y,
rks rku rkn i 1 i 1
yk  yk  vy,k t
i
(11)
Dengan G adalah konstanta gravitasi, M
merupakan simbol untuk massa matahari, mm 2.3 Potensial Gravitasi
untuk massa merkurius, mv massa venus, mb Arah lintasan komet dapat ditentukan oleh
massa bumi, mr massa mars, mj massa jupiter, ms potensial gravitasi. Potensial gravitasi adalah
massa saturnus, mu massa uranus, mn massa besar energi potensial tiap satuan massa benda
neptunus, k sebagai simbol komet, r jarak antar yang terletak disuatu titik. Potensial gravitasi
komet dan planet sedangkan x merupakan posisi dinyatakan dengan persamaan :

58
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204

GM
V  (12) 3. Hasil dan Pembahasan
r 3.1 Simulasi Lintasan Komet
Berdasarkan hasil running program yang
karena hanya akan ditinjau besar potensial ada, diperoleh gambar dengan memvariasikan
gravitasi saja, maka tanda minus pada massa dan posisi awal komet. Adapun tiga buah
persamaan (12) boleh diabaikan, namun kasus variasi massa komet tersebut berturut-turut
pada penelitian ini merupakan kasus benda adalah 1x109 kg, 1x1015 kg dan 2,2x1014 kg.
banyak maka persamaan (12) dapat dituliskan ke Sedangkan posisi awal komet pada sumbu x yaitu
dalam bentuk : 2,25 AU dan 10,5 AU, serta pada sumbu y, variasi
GM Gmm Gmv Gmb Gmr posisi komet yaitu -8 AU dan -20 AU.
V     
r rm rv rb rr Satuan jarak yang digunakan dalam
(13) penelitian adalah satuan astronomi atau AU (1
Gm j Gms Gmu Gmn Gmk AU = 1,496 x 1011 m). Sedangkan satuan waktu
     yang digunakan adalah tahun (1 tahun = 3,15 x
rj rs ru rn rk
107 s).
dengan r merupakan jarak antara benda Hasil simulasi program lintasan komet
bermassa ke suatu titik (x,y) terhadap planet dengan Metode Leapfrog dapat
dilihat pada gambar 2. sebagai berikut :
rk  ( x  xk )  ( y  y k ) (14)
2 2

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Grafik lintasan komet dengan massa komet 1109 kg dengan posisi awal komet (a)
𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −8 AU; (b) 𝑥𝑘 = 10,5 AU, 𝑦𝑘 = −8 AU; (c) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 =
−20 AU; (d) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −20 AU

Gambar 2 merupakan hasil simulasi lintasan yang berada di dalam lintasan berwarna biru
gerak komet dengan massa komet 1x109 kg. merupakan planet dalam yang terdiri dari
Posisi awal komet dibuat bervariasi untuk merkurius, venus, bumi dan mars.
melihat variasi lintasan. Lintasan garis warna Dari Gambar 2, terlihat bahwa bentuk lintasan
merah pada keempat gambar di atas merupakan komet tidak sama, bergantung posisi awal dan
lintasan komet. Warna hitam, hijau, merah dan massa komet. Lintasan komet berbelok lebih
biru berbentuk elips dari yang terluar besar pada posisi 𝑥𝑘 = 2,25 AU yaitu pada saat
merupakan lintasan planet dari planet neptunus, posisi awal komet lebih dekat dengan matahari
uranus, saturnus dan jupiter, sedangkan lintasan dan planet lainnya seperti terlihat pada gambar

59
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204

2(a) dan 2(c). Sedangkan pada gambar 2(b) dan variasi massa komet yang digunakan jauh lebih
2(d) menunjukkan lintasan komet yang kecil dari matahari maupun planet-planet.
pembelokannya sangat kecil. Hal ini disebabkan Untuk memprediksi apa yang terjadi jika
karena posisi awal komet yang jauh dari pusat sebuah benda dengan massa yang besar
massa. melintasi tata surya, maka massa komet akan
Lintasan komet untuk massa 1x1015 kg dan diperbesar. Penggunaan massa sebesar 500 dan
2,2x1014 kg tidak mengalami perbedaan yang 700 kali massa bumi digunakan dengan landasan
signifikan terhadap lintasan komet dengan eksperimen yang telah dilakukan oleh Supardi
massa 1x109 kg. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011. Adapun hasil lintasan yang
diperoleh sebagai berikut :

(a) (b)

Gambar 3. Grafik lintasan komet dengan massa komet 500 kali massa bumi dengan posisi awal
komet (a) 𝑥𝑘 = 2,25 AU , 𝑦𝑘 = −8 AU; (b) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −20 AU

(a) (b)

Gambar 4. Grafik lintasan komet dengan massa komet 700 kali massa bumi dengan posisi awal
komet (a) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −8 AU; (b) 𝑥𝑘 = 2,25 AU, 𝑦𝑘 = −20 AU

Gambar 3 dan gambar 4 merupakan hasil lintasan planet yang terganggu akibat besarnya
simulasi lintasan gerak komet dengan massa massa komet, tetapi lintasan planet Neptunus
komet diperbesar 500 kali dan 700 kali massa masih dapat mempertahankan bentuk lintasan
bumi. Bentuk lintasan komet pada kondisi ini ellipsnya meskipun terdapat pergeseran lintasan
tidak berbeda dengan gambar sebelumnya, yang kecil. Berbeda dengan keadaan tersebut,
hanya saja dengan perbesaran massa hingga 500 pada gambar 3(b) dan gambar 4(b) lintasan
kali dan 700 kali massa bumi, mempengaruhi planet Neptunus juga terganggu. Perbedaan
lintasan planet-planet. Hal ini disebabkan karena kondisi ini dikarenakan posisi awal komet yang
gaya tarikan antara komet dan planet akan berbeda.
menjadi sangat besar sehingga ketika komet
bergerak mendekati planet-planet tersebut maka
planet-planet itu tertarik cukup kuat ke arah
komet dan terjadi pergeseran lintasan pada
planet. Pada gambar 3(a) dan 4(a) dihasilkan

60
PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 01 (2018), Hal. 57 - 61 ISSN: 2337-8204

3.2 Potensial Gravitasi Bulatan biru muda juga menunjukkan daerah


Verifikasi solusi numerik dilakukan untuk potensial gravitasi yang lebih besar dari
mengetahui kebenaran dari hasil penyelesaian sekitarnya.
model lintasan gerak komet yang diselesaikan
menggunakan Metode Leapfrog. Verifikasi ini 4. Kesimpulan
dilakukan dengan menggunakan rumus Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Potensial Gravitasi dari persamaan (13) yang disimpulkan bahwa Metode Leapfrog dapat
menampilkan hasil akhir berupa kontur digunakan untuk menyelesaikan persamaan
potensial gravitasi. Adapun hasil simulasi yang gerak komet. Simulasi membuktikan bahwa
diperoleh adalah sebagai berikut : massa dan posisi komet menentukan lintasan
komet, namun tidak mempengaruhi lintasan
6
Kontur Potensial Gravitasi Akhir
level 8 planet. Pengaruh massa komet dapat membuat
lintasan planet tidak stabil jika massa komet
4
level 7
ditingkatkan menjadi 500 kali massa bumi.
level 6
Lintasan gerak komet berbelok ke arah potensial
2 gravitasi yang lebih tinggi.
Level 5
y (AU)

0
Level 4
Daftar Pustaka
-2
[1] Young HD, Freedman RA. Fisika
Level 3
Universitas Jakarta: Erlangga; 2002.
-4 Level 2 [2] Supardi , Darmawan D. Pendekatan Three
Body Problem Theory untuk
Mensimulasikan Efek Jupiter terhadap
Level 1
-6
-6 -4 -2 0 2 4 6
x (AU) Gerakan Orbit Bumi. Laporan Penelitian.
Yogyakarta: UNY, FMIPA; 2011.
Gambar 5. Kontur Potensial Gravitasi [3] Dehnen W, Read JI. N-Body Simulations of
Gravitational Dynamics. The European
Gambar 5 merupakan kontur potensial Physical Journal Plus. 2011; 126: p. 55.
gravitasi yang diperoleh untuk mengetahui di [4] Sulthon MB. Analisis Solusi Numerik
daerah mana komet akan terbelokkan. Dari hasil Model Gerak Planet dengan Metode
simulasi, didapat kontur yang konstan untuk Runge-Kutta (Skripsi) Jember: Universitas
ketiga variasi massa komet. Kondisi ini terjadi Jember; 2013.
karena plot yang diambil adalah kondisi akhir
dimana komet sudah berada cukup jauh dari
[5] Suraina , Arman Y, Lapanporo BP. Simulasi
Orbit Planet dalam Tata Surya dengan
planet-planet sehingga kontribusi potensial
Metode Euler, Leapfrog dan Runge-Kutta.
gravitasi yang dominan hanyalah matahari dan
PRISMA Fisika. 2015; Vol. 3 No. 3.
planet-planet di sekitarnya. Dari gambar yang
dihasilkan, terlihat bahwa komet akan [6] Hoffman KA, Chiang ST. Computational
terbelokkan ketika memasuki daerah potensial Fluid Dynamics USA: Engineering
gravitasi yang lebih kuat dari potensial gravitasi Education System; 2000.
posisi awalnya. Lingkaran merah menunjukkan
daerah potensial gravitasi yang sangat kuat
berada disekitar matahari, hal ini disebabkan
karena massa matahari jauh lebih besar dari
massa planet-planet.

61

Anda mungkin juga menyukai