OLEH :
KELOMPOK 4 A14-
A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya.Adapun tujuan dari penyusunan makalah dengan judul “Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS” untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Keperawatan HIV/AIDS
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah
ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar HIV/AIDS........................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS..............................
BAB III KASUS ASUHAN KEPEAWATAN HIV/AIDS
3.1 Pengkajian...............................................................................................................
3.2 Analisa Data..............................................................................................................
3.3 Diagnosa..................................................................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan...........................................................................................
3.5 Implementasi Keperawatan......................................................................................
3.6 Evaluasi Keperawatan..............................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................
4.2 Penutup.....................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004).
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air
susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. (Nursalam,
2007).
AIDS singkatan dari Acquired Immuno Defeciency Syndrome. Acquired berarti
diperoleh karena orang hanya menderita bila terinfeksi HIV dari orang lain yang sudah
terinfeksi. Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Defeciency berarti kekurangan yang
menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dan Syndrome berarti kumpulan gejala
atau tanda yang sering muncul bersama tetapi mungkin disebabkan oleh satu penyakit atau
mungkin juga tidak yang sebelum penyebabnya infeksi HIV ditemukan. Jadi AIDS adalah
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Gallant. J 2010).
Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit,
karena sistem kekebalan di dalam tubuhnya telah menurun. Sampai sekarang belum ada
obat yang dapat menyembuhkan AIDS, agar kita dapat terhindar dari HIV/AIDS maka kita
harus tahu bagaimana cara penularan dan pencegahannya (Ridha, 2014).
2.1.2 Etiologi
Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV).HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
AIDS disebabkan agent virus HIV yang masuk melalui darah dan semua cairan
tubuh (semen, ludah, sekret vagina, urine, ASI dan air mata). Virus ini masuk kedalam
pembuluh darah kemudian menyerang sel darah putih jenis Lymphosit tepatnya sel T
helper CD 4. penularan HIV / AIDS dapat terjadi melalui cara sebagai berikut :
1. Hubungan seksual (homoseksual, biseksual dan hetero-seksual) yang tidak aman
2. Partner seks dari penderita HIV/AIDS.
3. Penerima darah atau produk darah (transfusi) yang tercemar HIV.
4. Penggunaan jarum suntik, tindik, tattoo, pisau cukur, dll yang dapat menimbulkan
luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya
telah dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara tersebut dapat menularkan HIV
karena terjadi kontak darah.
5. Ibu positif HIV kepada bayi yang dikandungnya. Cara penularan ini dapat terjadi
saat:
a. Antenatal, yaitu melalui plasenta selama bayi dalam kandungan.
b. Intranatal, yaitu saat proses persalinan, dimana bayi terpapar oleh darah ibu atau
cairan vagina
c. Postnatal, yaitu melalui air susu ibu.
2.1.3 Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan
secret Vagina. Sebagaian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk
kedalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA virus diubah menjadi
oleh ensim reverse transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut
kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk
membentuk gen virus.
Setelah virus memasuki tubuh, virus akan menginfeksi sel yang mempunyai
molekul CD4. Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4 yang
mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah monosit, makrofag,
sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli
paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yang masuk kedalam
limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
Setelah mengikat molekul CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang
baru terbentuk saling bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk provirus.
Provirus dapat menghasilkan protein virus baru, yang bekerja menyerupai pabrik untuk
virus-virus baru. Sel target normal akan membelah dan memperbanyak diri seperti
biasanya dan dalam proses ini provirus juga ikut menyebarkan anak-anaknya. Secara
klinis, ini berarti orang tersebut terinfeksi untuk seumur hidupnya.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi
diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin
(TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV), virus
Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang
terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan
dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan
menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan pengambil alihan sel T4
mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya
neoplasma dan infeksi opportunistik.
Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi
oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV;
tempat primernya adalah jaringan limfoid. Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan
dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak
sedang menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun,
reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi
lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten
yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar orang
yang terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV/AIDS yang simptomatik dalam waktu 10
tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut atau
Acute Roviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan CD4 (Cluster Differential
Four) dan peningkatan kadar RNA Nu-HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan
menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 –
2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load ( jumlah virus HIV dalam
darah ) akan cepat meningkat pada awal infeksi dan kemudian turun pada suatu level titik
tertentu maka viral load secara perlahan meningkat. Pada fase akhir penyakit akan
ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat
badan turun secara cepat dan muncul komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan
ARV rata – rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun.
(DEPKES RI,2003)
Enzim integrase
cDNA masuk ke inti sel T Helper Hipotalamus
Gastrointestinal Dermatologi Neurologi Respiratori
Transkripsi mRNA dan translasi
menghasilkan protein struktural virus Peningkatan suhu
Infeksi jamur Ggn Terdapat ruam, Menyerang Infeksi paru thermostat
citra vesikula, kulit SSP, perifer, (TBC,
tubuh kering dan Epenczaihm- autonom pneumonia)
protease Demam
Mpeeracnahgkai RNA virus
dengan
Kerusakan Candida protein-protein yang baru dibentuk
membrane pada organ Neuropati Menghasilk
mukosa oral pencernaan perifer an mukus Hipertermia
Kerusakan
Kerusakan
Integritas
barier tubuh
Kulit
Penurunan intake cairan
Lesi pada mulut, esophagus dan lambung Diare terus menerus Invasif Kelemahan, Penumpukan
Bakteri mati rasa sekret di jalan
pada napas
ekstremitas,
hipotensi
Risiko Infeksi ortostatik Tidak dapat
mengeluarkan
Kekurangan Volume Cairan sekret
Penurunan nafsu
Mengenai
makan ujung saraf nyeri Kehilangan keseimbangan saat bangun
Obstruksi jalan napas
Penurunan O 2 Ke
Paru-paru Peningkatan RR
Saraf eferen
Mudah lelah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Penuru
Penurunan BB otot da
nan massa Kompensasi t ubuh
n energi Persepsi Dispnea
Keletihan nyeri
Penurunan suplai O Ketidakefek tifan
2
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Nyeri Akut ke tubuh PoPlaenNianpgkaastan
ventilasi
Kelemahan umum
Intoleransi
Aktivitas
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Stadium 1 : Periode Jendela
Sejak HIV masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang sangat sulit dikenal
karena menyerupai gejala influenza saja, berupa demam, rasa letih, nyeri otot dan sendi,
nyeri telan. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody
terhadap HIV menjadi positif disebut periode jendela, lama periode jendela antara 3-8
minggu bahkan ada yang berlangsung sampai 6 bulan.
a. Asimtomatis
b. Limfadenopati Meluas Persistent
c. Skala Aktivitas I: asimtomatis, aktivitas normal
d. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
e. Test HIV belum dapat mendeteksi keberadaan virus ini
2. Stadium 2 : HIV Positif (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukan gejala – gejala. Penderita tampak sehat tetapi jika diperiksa darahnya akan
menunjukan sero positif kelompok ini sangat berbahaya karena dapat menularkan HIV
ke orang lain.
a. Berat badan menurun <10% dari BB semula
b. Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti dermatitis seboroik, infeksi jamur kuku,
ulkus oral yang rekuren, Cheilitis angularis
c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterial
e. Skala Aktivitas 2: simtomatis, aktivitas normal
f. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk
antibodi terhadap HIV
g. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya
(rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek).
3. Stadium 3 : HIV Positif (muncul gejala)
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy) tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung lebih 1
bulan biasanya disertai demam, diare, berkeringat pada malam hari, lesu dan berat
badan menurun pada kelompok ini sering disertai infeksi jamur kandida sekitar mulut
dan herpes zoster.
a. Berat badan menurun >10% dari BB semula
b. Diare kronis yang berulang
c. Demam tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan) > 1 bulan
d. Kandidiasis Oral (thrush)
e. Hairy leukoplakia oral
f. TB paru, dalam 1 tahun terakir
g. Infeksi bakteri berat (pnemonia, pyomiositis)
h. Sistem kekebalan tubuh semakin turun
i. Skala Aktivitas 3: selama 1 bulan terakir tinggal di tempat tidur <50%
4. Stadium 4 : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit antara penyakit saraf dan
penyakit infeksi sekunder. Gejala klinis pada satdium AIDS dibagi antara lain :
a. Gejala utama atau mayor
1) Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus.
2) HIV wasting syndrome (BB turun 10% ditambah diare kronik > 1 bln atau demam
>1 bln yg tidak disebabkan penyakit lain)
3) Penurunan kesadaran dan gangguan neorologis.
4) Ensepalopati HIV.
b. Gejala tambahan atau minor
1) Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan.
2) Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur kandida albicans.
3) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
4) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh.
5) Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
(Nursalam, 2007).
Manifestasi klinik AIDS berdasarkan sistem organ yang terinfeksi:
Manifestasi-manifestasi klinik AIDS
No Kemungkinan penyebab Kemungkinan efek
1. Manifestasi oral
Lesi-lesi karena: candida, herpes simpleks, Nyeri oral mengarah pada kesulitan
sarcoma kaposi’s; kutil papilomavirus oral, mengunyah dan menelan, penurunan
ginginitis peridontitis masukan cairan dan nutrisi,
HIV; leukoplakia oral dehidrasi, penurunan berat badan dan
keletihan, cacat.
2 Manifestasi neurologic
a. Kompleks dimensia AIDS karena: Perubahan kepribadian, kerusakan
serangan langsung HIV pada sel-sel syaraf kognitif, konsentrasi dan penilaian
Kerusakan kemampuan motorik
Kelemahan; perlu bantuan dengan
ADL atau tidak mampu
melakukan ADL
Tidak mampu untuk berbicara atau
mengerti
Paresis/plegia
Inkontinensia urin
Ketidak mapuan untuk mematuhi
regimen medis
Ketidakmampuan untuk bekerja
Isolasi sosial
b. Enselofati akut karena Sakit kepala
Reaksi obat-obat terapeutik, Malaise
Takar lajak obat Demam
Hipoksia Paralysis total atau parsial;
Hipoglikemi karena pankreatitis kehilangan kemampuan kognisi,
akibat obat ingatan, penilaian, orientasi atau
Ketidakseimbangan elektrolit afek yang sesuai, penyimpangan
Meningitis atau ensefalitis yang sensorik; kejang, koma dan
diakibatkan oleh cryptococus, virus kematian
herpes simpleks, sitomegalovirus,
mycobacterium tuberculosis, sifilis,
candida, toxoplasma gondii
Limfoma
Infark serebral akibat vaskulitis,
sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik, maranik endokarditis
c. Neuropati karena inflamasi demielinasi Kehilangan kontrol motorik; ataksia,
diakibatkan serangan HIV langsung, reaksi kebas bagian perifer, kesemutan, rasa
obat, lesi sarcoma kaposi’s terbakar, depresi refleks,
ketidakmampuan untuk bekerja,
isolasi sosial
3 Manifestasi gastrointestinal
a. Diare Penurunan berat badan, anoreksia,
cryptosporidium, isopora belli, Demam; dehidrasi, malabsorpsi
microsporidum, sitomegalovirus, virus (malaise, kelemahan dan
herpes simpleks, mycobacterium avium keletihan)
intacelulare, strongiloides stercoides, Kehilangan kemampuan utuk
enterovirus, adenovirus, salmonella, melakukan funsi sosial karena
shigella, campylobacter, vibrio ketidakmampuan meninggalkan
parahaemiliticus, candida, histoplasma rumah
capsulatum, giardia, entamoba
histolytica, pertumbuhan cepat flora
normal, limfoma dan sarcoma kaposi’s
b. Hepatitis Anoreksia, mual, muntah, nyeri
mycobacterium avium intacelulare, abdomen, ikterik, demam, malaise,
cryptococus, sitomegalovirus, kemerahan, nyeri persendia,
histoplasma, coccidiomycosis, keletihan(hepatomegali, gagal
microsporidum, virus epsten-barr, virus- hepatic,kematian)
virus hepatitis(A, B, C, D) dan E,
limfoma, sarcoma kaposi’s, penggunaan
obat illegal, penggunaan alcohol,
penggunaan obat golongan sulfa
c. disfungsi biliari Nyeri abdomen, anoreksia, mual dan
kolangitis akibat sitimegalovirus dan muntah ikterik
cryptosporidium: limfoma dan sarcoma
kaposi’s
d. penyakit anorectal Eliminasi yang sulit dan sakit, nyeri
karena abses dan fistula, ulkus dan rectal, gatal-gatal, diare
inflamasi perianal yang diakibatkan dari
infeksi oleh chlamydia,
lymphogranulum venereum, gonore,
sifilis, shigella, campylobacter, M
tuberculosis, herpes simpleks, candida,
herpes simpleks, sitomegalovirus,
obstruksi candida albicans karena
limfoma sarcoma kaposi’s; kutil
papilomavirus
4 Manifestasi respiratori
Infeksi Napas pendek, batuk, nyeri (hipoksia,
Pneumocytis carinii, mycobacterium intoleransi aktifitas, keletihan; gagal
avium intacelulare, M tuberculosis, respiratori, kematian)
candida , Chlamydia, histoplasma
capsulatum, toxoplasma gondii,
coccidiodes immitis, Cryptococcus
neoforms, sitomegalovirus, virus-virus
influenza, pneumococcus,
strongyloides
Limfoma dan sarcoma kaposi’s Napas pendek, batuk, nyeri(hipoksia,
intoleransi aktifitas, keletihan; gagal
respiratori, kematian)
5 Manifestasi dermatologic
Lesi-lesi kulit stafilokokus Nyeri, gatal-gatal, rasa terbakar, infeksi
(bullous impetigo, etkima, sekunder dan sepsis, cacat dan
folikulitis), perubahan citra diri
Lesi-lesi virus herpes simpleks
(oral, fasial, anal dan
vulvovaginal)
Herpes zoster
Lesi-lesi miobakteri kronik
timbul diatas nodus-noduls limfe
atau sebagai ulserasi atau
macula hemoragik
Lesi lain berhubungan dengan
infeksi pseudomonas
aeruginosa, molluscum
contangiosum, candida albicans,
cacing gelang, Cryptococcus,
sporoticosis(dermatitis yang
disebabkan oleh xerosis reaksi
obat trutama sulfa
Lesi dari parasit seperti scabies
atau tuma ; sarcoma kaposi’s,
dekubitus, dan kerusakan
integritas kulit akibat lamanya
tekanan dan inkontinens
6 Manifestasi sensorik
a. Pandangan Kebutaan
Sarcoma kaposi’s pada konjugtiva atau
kelopak mata, retinis sitomegalovirus
b. Pendengaran Nyeri dan kehilangan pendengaran
Otitis eksternal akut dan otitis media;
kehilangan pendengaran yang
dberhubungan dengan mielopati,
meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-
reaksi obat
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3
obat ARV.Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan, dengan keunggulan dan
kerugianya masing – masing.Kombinasi obat antiretroviral lini pertama yang umumnya
digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV) / lamivudin (3TC), dengan
nevirapin (NVP).
Pada pasien ini diberikan antibiotik Cotrimoxazole 2x960 mg dan Ceftriaxone 2 x 1
gram iv untuk terapi infeksi oportunistik. Juga diberikan Nystatin drop 4x3cc untuk
mengatasi oral trush. Terapi simptomatis diberikan oksigen 2-4 liter per menit melalui
nasal canule karena pasien mengeluh sesak dan ambroxol 3 x 30 mg po untuk keluhan
batuknya.Terapi suportif diberikan dengan pemberian diet tinggi kalori dan tinggi
protein 2100 kkal/hari. ARV tidak langsung diberikan pada pasien ini, namun ARV
diberikan setelah 25 hari yaitu Stavudin 2 x 1 tablet, Lamivudin 2 x 1 tablet, dan
Efavirenx 2 x 1 tab, yang berupa kombinasi NRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor) dan NNRTI (Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor).
a. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV
guna menghambat perkembang-biakan virus. Obat-obat antiretrovirus yang diunakan
adalah:
1) Golongan obat anti-HIV pertama adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor
atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat bahan
genetik HIV dipakai untuk membuat DNA dari RNA. Obat dalam golongan ini
yang disetujui di AS dan masih dibuat adalah:
a) 3TC (lamivudine) e) ddI (didanosine)
b) Abacavir (ABC) f) Emtricitabine (FTC)
c) AZT (ZDV, g) Tenofovir (TDF; analog
zidovudine)
d) d4T (stavudine) nukleotida)
2) Golongan obat lain menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup HIV,
tetapi dengan cara lain. Obat ini disebut non-nucleoside reverse transcriptase
inhibitor atau NNRTI. Empat NNRTI disetujui di AS:
h) Delavirdine (DLV)
i) Efavirenz (EFV)
j) Etravirine (ETV)
k) Nevirapine (NVP)
3) Golongan ketiga ARV adalah protease inhibitor (PI). Obat golongan ini
menghambat langkah kesepuluh, yaitu virus baru dipotong menjadi
potongan khusus. Sembilan PI disetujui dan masih dibuat di AS:
a) Atazanavir (ATV)
b) Darunavir (DRV)
c) Fosamprenavir (FPV)
d) Indinavir (IDV)
e) Lopinavir (LPV)
f) Nelfinavir (NFV)
g) Ritonavir (RTV)
h) Saquinavir (SQV)
4) Golongan ARV keempat adalah entry inhibitor. Obat golongan ini
mencegah pemasukan HIV ke dalam sel dengan menghambat langkah
kedua dari siklus hidupnya. Dua obat golongan ini sudah disetujui di AS:
a) Enfuvirtide (T-20)
b) Maraviroc (MVC)
5) Golongan ARV terbaru adalah integrase inhibitor (INI). Obat golongan
ini mencegah pemaduan kode genetik HIV dengan kode genetik sel
dengan menghambat langkah kelima dari siklus hidupnya. Obat INI
pertama adalah:
a) Raltegravir (RGV)
6) Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit
yang mungkin didapat karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau
lemah. Sedangkan obat yang bersifat infeksi oportunistik adalah Aerosol
Pentamidine, Ganciclovir, Foscamet.
2.1.9 Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi sosial.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
a. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi opportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-
paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan
demam.
b. Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru tetapi
dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab kematian
pada 30% penderita AIDS.
c. Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
d. Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat
menyebar ke organ lain diluar paru.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies, dan dekubitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.
2.1.10 Pencegahan
1. Upaya Promotif
Program pencegahan HIV/AIDS harus difokuskan pada pembentukan perilaku
individu untuk tidak terpapar pada rantai penularan HIV/AIDS, antara lain
melalui kontak seksual dan kontak jarum suntik. Bentuk kegiatannya akan
banyak berupa pendidikan pekerja (Workers Education) untuk meningkatkan
kesadaran akan risiko HIV/AIDS dan adopsi perilaku aman untuk mencegah
kontak dengan rantai penularan HIV/AIDS. Upaya promotif yang bisa
dilakukan antara lain:
a. Pelayanan promotif: meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
tentang HIV/AIDS.
b. Promosi perilaku seksual aman (Promoting Safer Sexual Behavior)
c. Promosi dan distribusi kondom (Promoting and Distributing Condom)
d. Norma sehat di tempat kerja: tidak merokok, tidak mengkonsumsi NAPZA
e. Penggunaan alat suntik yang aman (Promoting and Safer Drug Injection
Behavior)
2. Upaya Preventif
Upaya pencegahan penyakit ini merupakan cara yang terbaik untuk
menekan terus meningkatnya kejadian penyakit dan kematian akibat AIDS.
Untuk pencegahan HIV/AIDS, konseling merupakan satu-satunya cara untuk
mempromosikan berbagai perubahan perilaku masyarakat. Untuk jangka
panjang diharapkan masyarakat diharapkan akan mau mengadopsi perubahan
perilaku yang berisiko.
Konseling sangat mutlak diperlukan pada saat seseorang mulai diketahui
mengidap HIV. Penderita akan merasa kehilangan harapan hidup dan tidak
mampu mengambil keputusan yang bertanggungjawab tentang hidupnya. Bagi
individu atau kelompok yang berperilaku risiko tinggi, mereka tidak mampu
mengambil keputusan apakah akan melakukan test HIV atau tidak. Isu penting
lainnya dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah tentang menjaga rahasia
penderita baik untuk keluarga atau partner seksnya.Dengan kondisi seperti itu,
konseling sangat membantu penderita untuk lebih berani menerima kenyataan
hidupnya setelah HIV masuk ke dalam tubuhnya.Mereka dibantu agar mampu
berbuat sesuatu secara berimbang. Upaya preventif dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut:
a. Peningkatan gaya hidup sehat
b. Memahami penyakit HIV/AIDS, bahaya dan pencegahannya
c. Memahami penyakit IMS, bahaya dan cara pencegahannya
d. Diadakannya konseling tentang HIV/AIDS pada pekerja secara sukarela dan
tidak dipaksa
Secara mudah, pencegahan HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCDE
yaitu:
A : Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan
hubungan seksual sebelum menikah
B : Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-
ganti pasangan seksual
C : Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom
secara benar selama berhubungan seksual
D : Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan
jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian
E : Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan HIV/AIDS
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati ODHA (orang
dengan HIV/AIDS).Pada saat ini terapi AIDS/HIV yang dilakukan adalah
secara kimia (Chemotherapy) yang menggunakan obat Anti Retroviral Virus
(ARV) yang berfungsi menekan perkembangbiakan virus HIV. Dalam terapi
dengan menggunakan ARV ini umumnya dilakukan dengan cara kombinasi
dengan beberapa jenis obat yang lain. Upaya kuratif dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan/rehabilisasi terhadap ODHA sangatlah penting demi
kelangsungan hidup penderita tersebut. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Yayasan Spiritia pada tahun 2002 menunjukkan bahwa masih banyak terjadi
stigma (cap/pandangan buruk) dan diskriminasi di sector perawatan kesehatan
termasuk di dalamnya konseling dan test HIV. Sebanyak 30% responden yang
diwawancarai pernah mengalami penolakan oleh petugas pelayanan kesehatan
dan bahkan 15% diantaranya mengalami penundaan pelayanan karena HIV.
Dengan demikian ke depan kasus-kasus diskriminasi seperti ini tidak terjadi
kembali. Adapun usaha yang perlu dilakukan adalah:
a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuan
yang masih ada secara maksimal
b. Penempatan pekerja sesuai kemampuannya
c. Penyuluhan kepada pekerja dan pengusaha untuk menerima penderita
ODHA untuk bekerja seperti pekerja lain.
d. Menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap pekerja ODHA oleh rekan
kerja dan pengusaha.
(Ridha, 2014)