Anda di halaman 1dari 3

Ekstrakulikuler Berbasis Lingkungan

Sebuah Refleksi Kesadaran Generasi Muda Indonesia

Ditulis oleh : Oman Nurrohman


Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Masalah lingkungan hidup adalah masalah moral, dan itu berkaitan dengan
perilaku manusia. Dengan demikian, krisis ekologi global yang kita alami dewasa
ini adalah persoalan moral, krisis moral secara global. Oleh karena itu perlu etika
dan moralitas untuk mengatasinya. Penanaman nilai moral tidak dapat dilakukan
secara mendadak, tetapi harus mengikuti perjalanan hidup manusia, mulai dari
anak-dewasa hingga tua. Proses demikian dapat diartikan sebagai pendidikan
sepanjang usia (life long education).
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan turut serta didalam upaya
mengenalkan masyarakat khususnya kalangan pelajar kedalam kondisi lingkungan
atau isu lingkungan saat ini. Dengan ditetapkanya Pendidikan Lingkungan Hidup
(PLH) di lingkungan sekolah sebagai mata pelajaran tambahan diharapkan mampu
mendorong siswa khususnya siswa SMA untuk berperan aktif didalam pelestarian
lingkungan. Namun pada kenyataanya PLH di sebagian besar sekolah hanya
dijadikan mata pelajaran “titipan dinas pendidikan” dan bukan merupakan
prioritas utama sekolah untuk dijadikan mata pelajaran wajib. Disamping itu
waktu yang disediakan untuk pelajaran tersebut hanya 1-2 jam pelajaran tanpa
adanya praktikum di lapangan sehingga pesan moral yang terkandung didalam
mata pelajaran tersebut kurang tersampaikan.
Program-program yang terkait dengan pendidikan konservasi dan
lingkungan di sekolah baru sebatas pemberian informasi terkait isu-isu lingkungan
terkini tanpa mengajak para siswa untuk merasakan kondisi lingkungan yang
sebenarnya. Melalui program pendampingan ekstrakurikuler yang ada di sekolah,
siswa yang tergabung dalam kegiatan ekstrakulikuler yang terkait dengan
lingkungan hidup dikenalkan kepada kondisi alam khususnya kawasan
konservasi.
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa
haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian
untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan
kreatifitas yang dimiliki. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan alternatif pilihan
untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan para siswa dalam arti
memperkaya dan mempertajam pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan
mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada. Lebih jauh lagi kegiatan
ekstrakulikuler berperan untuk melengkapi pembinaan, pemantapan, dan
pembentukan nilai-nilai kepribadian para siswa.
Pendidikan Konservasi dan Lingkungan akan menjamin terjadinya suasana
yang harmonis antara manusia dengan alamnya, sehingga di alam tidak akan
muncul kekhawatiran terhadap bencana yang akan melanda. Oleh karena itu,
ekstrakulikuler sebagai kegiatan siswa diluar jam sekolah mempunyai potensi
untuk dilakukan pengenalan kegiatan lingkungan hidup, upaya konservasi, dan
pelestarian sumberdaya alam dengan dikemas kedalam program-program yang
dapat menimbulkan minat siswa terhadap konservasi alam.

Generasi muda sebagai penggerak cinta lingkungan di sekolah

Berkurangnya penutupan lahan dan semakin menurunya luasan hutan


Indonesia merupakan masalah kehutanan yang tidak bisa diatasi oleh salah satu
pihak saja, akan tetapi masalah ini harus diselesaikan bersama-sama mulai dari
pelajar sampai kepada pemerintah. Hal ini dikarenakan penyelesaian
permasalahan lingkungan hidup menuntut kerjasama multipihak secara serentak
dan menyangkut seluruh lapisan masyarakat.
Krisis lingkungan yang dihadapi saat ini sebenarnya bersumber dari
kesalahan pemahaman manusia yang berbasis pada antroposentris yaitu alam
sebagai pelayan manusia. Kesalahan cara pandang ini telah menyebabkan krisis
lingkungan yang berkepanjangan, dan kita sadari sumbernya berasal dari masalah
moral manusia untuk mematuhi etika lingkungan .
Generasi muda sebagai aset pembangunan masa depan perlu mendapat
prioritas utama didalam pendidikan konservasi, agar dapat berfikir kritis dan lebih
peka terhadap kondisi lingkungan sekitar disamping bijak memperlakukan
lingkunganya. Namun kenyataanya, masih sedikit lembaga maupun perguruan
tinggi yang mengadakan bimbingan terhadap kalangan remaja untuk menanamkan
pondasi pendidikan lingkungan agar generasi muda memiliki bekal pemahaman
lingkungan yang kokoh.
Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka,
di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam
skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau
ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan
apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir
mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Sehingga dibutuhkan suatu wadah
yang bisa menampung ide-ide yang lahir dari seorang remaja berupa
ekstrakulikuler sekolah, hal ini jika diarahkan kepada suatu pemahaman etika
lingkungan akan menjadikan seorang remaja menjadi lebih peka dan memiliki
moral yang baik sehingga menjadi modal utama didalam berperilaku etis dalam
mengatur hubungan antara dirinya dengan alam.

Anda mungkin juga menyukai