Anda di halaman 1dari 71

TUGAS KALKULUS II

Dosen MK : Enci Shirly Lumeno

BUAT RINGKASAN PADA BAB II - IV KEMUDIAN KAITAN DALAM BIDANG TEKNIK


SIPIL

OLEH :
GERALD STEVANO MOILATI
(20209021)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021

1
BAB II. INTEGRAL TENTU DAN PENGINTEGRALAN

Pada BAB 2 ini dibicarakan teorema yang cukup melandasi tentang integral,
yaitu teorema dasar kalkulus 1 dan 2. Dengan ditemukannya dua teorema ini dunia
menjadi gempar. Perhitungan integral yang tadinya harus dihitung dengan waktu la-
ma, bahkan perlu dibantu dengan mesin hitung, dengan kledua teorema ini pekerjaan
menjadi cukup sederhana dan dapat diselesaikan dengan cepat tanpa bantuan mesin
hitung. Dibuka dengan pasal yang berisi tinjau ulang tentang notasi sigma.

II.1 Notasi Sigma

Perhatikan jumlah 10 bilangan asli pertama: 1 + 2 + 3 + … + 10. Bentuk ini


dapat ditulis dengan
10
1  2  3    10  i
i1

yang dibaca"sigma I, I dari 1 sampai 10". Dengan cara serupa, dapat dinyatakan:
50

s
2 2 2 2 2
(a) 1  2  3    (50)  ,
s 1

(b) a1  a2  a3    an   ai ,
i1
1 1 1
10
1 1
(c)   , dan  
1 3  10 
2 n1 n
n
1 1 1 1 1
(d)      .
2.3  1 2.4  1 2.5  1 2.n  1 i 2i  1

Contoh II-1

Jelas 10

 i  1  2  3    10
i1

= (1  2)  (3  4  5   10)
2 10

= i  i .
i1 i3

2
Contoh II-2
Tulis dengan notasi sigma bentuk-bentuk berikut ini:
(a) 2  2  2  2  2 ,
(b) 1  3  5  7  9 11  13 15

3
(c) 2  4  6  8  10  12  14  16  18 , dan
(d) 2  5  10  17  26  37  50  65  82  101.
Strategi: Penyelesaian:
(1) Tulis ci  (a) Jelas 2  2  2  2  2
untuk setiap i = ,2,3,4,5.
2
= c1  c2  c3  c4  c5
5

=  ci
i 1

= 2.
i1

Strategi: Penyelesaian:
(1) Ingat: Bilangan asli ganjil yang ke-n (b) Jelas 1  3  5  7  9 11  13 15
adalah 2 . n. 1. 8

= (2i  1) .
i1

Strategi: Penyelesaian:
(1) Ingat: Bilangan asli genap yang ke-n 9

adalah 2 . n. (c) Jelas 2 + 4 + 6 + … + 18 =  2n .


n1

(2) Jelas 18 = 2 . 9.
Strategi: Penyelesaian:
(1) Jelas: 2
2  1  1, (d) Jelas
2 10
5  2  1, 2  5  10    1001  (i
2

i1

2
101  10 
1.

Berikut ini disajikan beberapa teorema yang sering digunakan. Khususnya dalam
perhitungan integral tentu melalui limit jumlah Riemann.

Teorema II-1
n
(a)  c  n.c untuk sembarang konstanta
c,n n
i 1
i1 i1
(b)  c.a i  c. c.ai . n
n n

(c)  (c.ai  d.bi )  c. a i 


d. bi 4
Strategi: Bukti (a):
Tulis ci  c untuk setiap i  1,2,..., n . n n

Jelas  c  c
i1 i1
i

= c1  c2   cn
= c  c  c
= n.c .

Bukti (b):
n

Jelas  c.a i  c.a1  c.a 2   


c.a n i1
= c(a1  a2   an )
n

= c. ai .
i 1

Bukti (c):
n

Jelas  (c.a i  d.bi = (c.a1  d.b1 )  (c.a2  d.b2 )  (c.an  d.bn )
)
i1
= c.a1  c.a 2    c.a n  + d.b1  d.b2    d.bn 
n n

= c. + d. bi .
i1
ai i
1

5
II.2 Induksi Matematika

Induksi matematika merupakan pembuktian kebenaran suatu pernyataan P(n) benar


untuk setiap bilangan asli atau bilangan cacah n. Dua langkah baku dalam
induksi matematik, yaitu:

 pertama P(1) benar dan


 kedua P(k+1) benar apabila P(k) benar.

Dengan demikian dapat dinyakan:

P(1) benar
P(n) benar 
P(k+1) benar apabila P(k) benar

Contoh II-4
n(n  1)
Buktikanlah: (a) 1  2  3   n  ,
2
n
(a) 2  2.n untuk setiap bilangan asli n,
3
(b) n  8 habis dibagi n  2 untuk setiap bilangan asli n,
2 n(n  1)(2n  1)
(d) 1  4  9   n  ,
6
n 2
 n(n  1) 
(e)  i 3    , dan
i1
 2 
3 2
n n(n  1)(6n  9n  n 1)
(f) i
i1
4

30
.

Buktinya sederhana. Berikut ini hanya dibuktikan butir (a), sedang butir yang lain
diserahkan pembaca sebagai latihan.

6
Bukti (a):
n

Tulis 1  2  3    n  i .
i1

n
Tulis P(n) : n(n  1)
i 
i1 2 .
1
Jelas P(1) : 1.(1  1)

i

i 1 2.
1
1.(1 
Jelas i  1 dan 1)
 1.
i 1
2
Jadi P(1) benar.
 Dipunyai P(k) benar.
k
k (k  1)
Jadi i 
i1

2.
k
k 1   k(k
1)  (k  1).[(k  1)  1]
Jelas i = i   (k  1) = 2  (k  1) = 2 .
i 1  i1 
Jadi P(k+1) benar apabila P(k) benar.

Jadi P(n) benar.


n(n  1)
Jadi 1  2  3   n  .
2

II.3 Jumlah Riemann

Pada pasal ini disajikan pengertian jumlah Riemann suatu fungsi yang meru-pakan
dasar pendefinisian integral tentu.

7
Definisi II-2
Dipunyai [a,b] suatu selang tutup. Suatu partisi Pn untuk selang [a,b] adalah sembarang
himpunan yang terdiri (n+1) bilangan
x0 , x1 , x2 ,, xn ,
dengan
a  x0  x1  x2    xn  b .

8
Contoh II-5
5 4 3 5
Jelas bahwa P   , , , ,2,  adalah suatu partisi untuk selang [1,3]. Agar
1 3

6
 4 3 2 2 
lebih memahami konsep yang dikembangkan, perhatikanlah gambar berikut
ini.


1
5 4 3 2
5 3
4 3 2 2

Gambar II-1 P6 suatu partisi untuk


[1,3].

Gambar II-1 suatu partisi untuk [1,3]. memperlihatkan bahwa dengan partisi P6 ,
P6
selang [1,3] terbagi menjadi 6 buah subselang, yaitu:
5 5 4 4 3 3 5 5
[1, ],[ , ],[ , ],[ ,2],[2, ] , dan [ ,3] .
4 4 3 3 2 2 2 2
Panjang untuk tiap subselang tidak perlu sama, sebagai contoh, panjang subselang
pertama ditulis dengan:
5 1
 xx x = 1 = .
1 1 0
4 4
Selanjutnya:
1
 xx x = 4 5 = ,
2 2 1 
3 4 12
1
 xx x 3 = ,
= 
4
3 3 2
2 3 6

4 x  x4 3 1
 x3 = 2  = ,
2 2

5 x  x5 3 1
 x4 =  = , dan
2
2
2

9
6 x  x6 3 1
 x5 = 3  = .
2 2

Panjang subselang terbesar dinyatakan dengan P6 dibaca denga "norm P6 ". Dengan
1
demikian pada contoh ini P  .
6
2

Definisi II-3
Dipunyai f : [a, b]   suatu fungsi, Pn suatu partisi untuk selang [a,b], dan

ti [xi 1 , xi ]. Bangun

Rn   f (ti ). i x .

Bangun Rn disebut Jumlah Riemann untuk f pada selang [a,b].

Contoh II-7
Tentukan jumlah Riemann untuk 3 2
f (x)  x  5x  2x  8 pada selang [0,5]
fungsi
dengan partisi 0 < 1,1 < 2 < 3,2 < 4 < 5 dan titik sampel
t1  0,5 , t2 
, t3  2,5 , t4  , dan t5  5 .
1,5
3,6
Penyelesaian:
n
Jela R5 =  f (ti ). i x
s i1

= f (t1 ).1 x  f (t2 ).2 x  f (t3 ).3 x  f (t4 ). 4 x  f (t5 ).5 x
1 3 5
= f( ).(1  0)  f ( ).(2  1,1)  f ( ).(3,2  2)  f (3,6).(4  3,2)  f (5).(5  4)
2 2 2
= (7,875).(1,1)+(3,125).(0,9)+(-2,625)(1,2)+(-2,944).(0,8)+ (18).1
= 23,9698.

10
Gambar situasinya:
Y

18 2,5 3,6

15

12

3
0 X
0,5 1,5 4,5
-3

-6

Gambar II-2 Interpretasi Geometri dari R5

11
II.4 Integral Tertentu

Pada pasal ni didefinisikan pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah Riemann
sebagai berikut.

Definisi II-4
Dipunyai fungsi f : [a, b]   .
n

Jika lim  f (t ).


i i x ada
P 0
i 1

maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara Riemann pada selang [a,b].


Selanjutnya ditulis
n b

lim  f (ti ). i x =  f (x).dx


P 0 a
i 1

disebut integral tertentu (integral Riemann) fungsi f dari a ke b.

Catatan:
(a) Definisi formal integral tertentu diberikan dengan    ,
(b) Dalam kasus selang [a,b] dibagi menjadi n bagian sama panjang, maka
P  0  nm   ,
b

(c) Pada bentuk  f (x).dx , f disebut integrn, a disebut batas bawah, dan b
a
disebut

batas atas integral,

12
(d) Dalam kasus fungsi f kontinu pada selang [a,b] dan f (x)  0 pada [a,b],
b

 f (x).dx menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh grafik f, garis x = a, garis
a

x = b, dan sumbu X,
(e) Integral tertentu adalah suatu bilangan riil yang dapat bernilai positif, nol,
atau negatif.

Contoh II-9
b

Hitunglah  ( x  3).dx .
a

Penyelesaian:
Tulis f (x)  x  3
Bangun partisi untuk selang [1,4] yang membagi selang [1,4] menjadi n buah
subselang yang sama panjang.
Jelas
4  1 3 untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n.
 ix  
n n
3 3 3
Jelas x0  1 x  1  x  1  2. , x  1  (i  1). x  1  i. , xn  4
i
3
, , …, 1 , dan
1
n
2
n n i
n
.
Pilih ti
 xi untuk setiap ti [xi 1 , xi ].
3i 3i 3i
Jadi f (t ) f (1  )  1   3   2 .
i
n n n
b n

Jadi  (x
= lim
P 0
 f (t i
).i x
i 1
3).dx
a
n
 3i 3
= lim   2.
n
i1  n  n
 9
= lim   n 6 n 1
i 
n n 2 i n i1 
 1


= lim
9 n(n  1) 6 
 2.  .n
n n 2 n 

13

= lim
 92 . n(n  1)  6 .n
n n 2 n 

9 3
= 6=  .
2 2

14
Contoh II-10
1
2
Hitunglah  x .dx .
0

Penyelesaian:
Bangun partisi untuk selang [0,1] yang membagi selang [0,1] menjadi n buah
subselang yang sama panjang.
Jelas
10
1 untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n.
x 
i
n n
1 2 i
Jelas x0  0 , x1  x  , xi  i  1 xi  , xn  1 .
, …, 1 dan
n 2 ,n n
n

Pilih ti  xi i1

1
.n

Jadi 1 x
.dx
2 = lim  f (t
n
). x
 P 0 i 1
i i
0
n 2
3i  3
= lim    2 .
i1  n
n
 n n
1 2
= lim
n n3 (i
i 1
 2i  1)

n n 
= lim 13  i 2  2 i  1
n n
 i 1 i1 

i1

= lim 1  n(n  1)(2n  1) n(n  1) 


 2. n
 
n n3  6 2 
 (n  1)(2n  1) n  1 1 
= lim  

II.5 Teorema-teorema Integral Tertentu

15
Definisi integral; tertentu dari fungsi f pada selang [a,b] dapat diperluas untuk kasus
b = a, atau b < a yang didefinisikan sebagai berikut.

Definisi II-5
a

(a) Jika f (a) terdefinisi maka  f (x).dx  0 .


a
a a b

(b) Jika a > b dan  f (x).dx


b
terdefinisi, maka  f (x).dx
b
=   f (x).dx .
a

Teorema II-6
Jika fungsi f kontinu pada selang [a, b], maka f terintegral secara Riemann pada selang
[a, b].

16
Teorema II-7

b n

 dx  lim
P0
 x  b  a
i
a i1

Bukti:
Tulis f (x) = 1.
Jelas f terdefinisi pada  .
Buat partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang
yang sama panjang.
Jelas
b untuk setiap I = 1, 2, 3, …, n.
 x
a
i
n
Pilih sembarang ti [xi 1 , xi ].
b
 ba 1
n n

Jadi f = lim  f (t i ).i = lim  1.


n
 = . lim(b  a) = b  a .
x i1  n n

(x).dx P 0
n
i 1
a

Teorema II-
8
n
K.dx
b = lim  K.
  Px0= K (b i a)
a  i

Buktinya sederhana, diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Teorema II-9
Jika fungsi-fungsi f dan g terintegral pada selang [a,b], maka fumgsi-fungsi (f + g) dan
K.f dengan K konstanta terintegralkan, yaitu:
b b b

(1)  f (x)  g(x)dx =  f (x).dx +  g( x).dx .


a a a

dan
b b

(2)  K. f (x).dx = K. f (x).dx


a a

Bukti:
(1) Buat partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n bah
17
subselang yang sama panjang.

18
b n

Jadi   f (x) 
= lim
P 0
  f (t )  g(t ) .
i i i
x

g(x)dx
i 1

n n
= lim
x
 f (ti ).i + lim
P 0
 g(t ). i i
x
i1
P 0
i 1
b
b
= 
a
f (x).dx + g( x).dx .
 a

Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Teorema II-10
Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi f , garis x = a, x = b,
dan sumbu X maka
b

L   f ( x).dx
a

Interpretasi geometri Teorema II-10:

X
0 a b
Gambar II-3 Grafik f pada [a, b]

Teorema II-11
Jika fungsi f kontinu pada suatu selang yang memuat a, b, dan c maka
b c b

 f (x).dx =  f (x).dx +  f
a a c
(x).dx

tanpa memperhatikan urutan a, b, dan c.

Bukti:
Kasus a < c < b:

19
Buat [partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang
yang sama panjang dan c merupakan suatu titik ujung suatu subselang.
Tulis
n=m+p
dengan m merupakan banyak subselang dalam selang [a,c] dan p adalah banyak
subselang dalam selang [c,b].
Tulis
zk  xmk dan uk  tmk .
b
n
Jadi  f = lim
P 0
 f (t i
).i x
(x).dx i 1
a

= lim  f (t ). .x  
 m n f(u ). z
k 
n  i i k
 i 1 k 
1

n n
= lim  f (ti ). i x lim  f (u k ). i z
+ p
k 1
n
i1
c
b
=  f +  f (x).dx .
c
(x).dx
a

Kasus c < a < b:


Berdasarkan kasus 1, dapat disimpulkan bahwa
b a b

 f (x).dx =  f
c
+  f (x).dx .
a
(x).dx
c

a
c
Jelas  f =   f (x).dx .
a
(x).dx
c

b
c b
Jadi  f =  f +  f (x).dx
a
(x).dx (x).dx
c
a

b
(x).dx c. c
  f a =  f (x).dx
a

20
b
+ f (x).dx
c 5tanpa memperhatikan urutan dari a, b, dan

Teorema II-12
Jika f terintegral pada selang [a, b] dan f (x)  0 pada selang [a, b] maka
b

 f (x).dx  0 .
a

21
Bukti:
Buat partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah subselang
yang sama panjang.

Jelas n
lim
P 0
 f (t ). i i
x.
i 1
b

Andaikan  f (x).dx  0 .
a

Pilih ti [ai , bi ]  f (ti )  0 .


Ini adalah suatu kontradiksi.
b

Jadi  f (x).dx  0 .
a

Teorema II-13
Jika f dan g terintegral pada selang [a, b] dan f (x)  g( x) pada [a, b]
Maka
b b

 f (x).dx   g(x).dx .
a a

Bukti:
Dipunyai f (x)  g( x) pada selang [a, b].

Jelas
g (x)  f (x)  pada selang [a, b].
0
b

Jadi [g( x)  f (x)].dx  0


a

b b

  g(x).dx   f ( x).dx  0
a a

b b

  f (x).dx  g( x).dx .
a a

22
Teorema II-14
Jika f kontinu pada selang [a, b], m  min f ( x) , dan M  maks f (x) ,
a xb a
xb
maka
b

m(b  a)   f ( x).dx  M (b  a)
.

Bukti:
Dipunyai m  min f ( dan M  maks f (x) .
a a  xb
xb x)
Jelas m  f ( x)  M .
b b b b

Jadi  m.dx  f (x).dx   M .dx  m(b  a)   f ( x).dx  M (b  a) .


a a a a

Interpretasi geometri Teorema II-14:

m X
0 a b

Gambar II-4 Terlihat bahwa luasan yang dinyatakan dengan


b

m(b  a)   f ( x).dx  M (b  a)
a

Contoh II-12
1 1 1
2 2 2
Hitunglah: (a)  (xx (b)  6x (c)  (3x  6x  7).dx .
0
).dx .dx
0 0 Penyelesaian:
1
Strategi:
 3
1 1 2 1 0

(1) ingat  x.dx  2 dan x .dx 


0 .

23
1

(a) Jelas

 (x
2
x
).dx
0

24
(2) Gunakan teorema kelinieran 1 1

2
=  x.dx   x .dx
0 0

5
1 1 = .
= 
(b) Jelas
2 3 6
2 3 1
1 6x dx = 2x ] = 2.
∫0 0
(c) Jelas 1
(3x2 − 6x + 7)dx = x3 − 3x2 + 7x]1 = 1 − 3 + 7 = 5.
∫0 0

II.6 Pendiferensialan Integral Tertentu terhadap Batas Atasnya

Teorema II-15
Jika f kontinu pada selang [a, b] dan x suatu titik dalam [a, b]
maka
s
d[∫a ƒ(t)dt]
dx = ƒ(x)

Contoh II-13
Tentukan:
s
d[ t12dt∫ ]
(a)
dx
s2
d [ (3t − 1)dt]
∫0
(b )
dx
Penyelesaian:
s
(a)
Jelas ∫ 2 t3 s s3 1
t dt = [ 3] = 3
− .
1
1 3
x 2 x3 1
d( )
d[∫1 t dt] –
Jadi = 3 3
= x2 .
ds ds

Atau
Berdasarkan Teorema II-15 diperoleh
s
d[t12 dt∫ ]
= x2.
dx

25
s2 3t2 s2
3s4
(b)
Jelas ∫0 (3t − 1)dt = [ − t] = − x2
0 2

26
3x4
x2 d( –s2)
d[ ∫ (3t–1)dt]
Jadi
ds =
2 = 6x3 − 2x.
0 ds
Atau
Berdasarkan Teorema II-15 diperoleh
s2
d [∫0 (3t − s2
d (∫0 (3t − 1)dt) d(x2)
1)dt]
=
dx
.
dx
= (3x2 − 1). 2x = 6x3 −
2x.

Berikut ini merupakan


teorema nilai rata-rata
integral

Teorema II-16
Jika f kontinu pada selang [a, b] dan maka terdapat suatu bilangan c antara a dan b
sedemikian hingga
b
ƒ ƒ(t)dt = ƒ(c)(b −
a)
a
Berikut ini merupakan teorema
substitusi dalam integral
tertentu

Teorema II-17
Jika g mempunyai turunan kontinu pada [a, b] dan f kontinu pada daerah nilai g maka
b g(b)
ƒ ƒ
a

Teorema Dasar Kalkulus


Teorema dasar Kalkulus
memberikan kemudahan untuk
menghitung
Teorema II-18Integral Tentu,
berikut teorema
Jika ƒ(x) kontinutersebut : b] dan F(x) sebarang anti turunan ƒ(x),
pada [a,
b
maka  f ( x)dx = F(b) – F(a). Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = [F ( b
a
x)]

27
Teorema II-19
Jika ƒ(x) fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat ƒ(−x) ƒ(x) ,

Jika ƒ(x) fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat ƒ(−x) = − ƒ(x),
a

maka  f (x)dx
a
= 0.

Contoh II-15  
 x  x x1

1. Jelas cos dx  2 cos dx
 4  4 8cos
4
.
4
dx 4 2

   0   0  
5
x5
2. Jelas
x 5 2
4
dx = 0.

Tentukan hasil integral


2

1.  (2  x)dx
0

Penyelesaian:
2
2 2
x  
= 2x 
 (2  2 0
x)dx 
2 2
0  2   0 

= 2.2    2.0  
 2  2

= (4+2) – (0+0) = 6
2
2 3
2. x
0
(x  1)dx

Penyelesaian:
du 2
Misalnya u = (x 1)  du = 3x dx
3 2  x dx
 3

28
Untuk x = 0 maka u = 1 dan untuk x = 2 maka u = 9, sehingga:
2 9
9 du u 2 
91 1  90

2 3
x (x  1)dx =  3 6  
u = =   =
0 1  1 6 6 6
4
udu
3.  (1 
u)
1

Penyelesaian:
2
Misal p = u  p = u  2p dp = du
Untuk u = 1 maka p = 1
Untuk u = 4 maka p = 2, sehingga:
4 2
udu = (1  p 2 ) p.2 pdp
 (1   1
u)
1

2
2 3
=  (2 p
1
 2 p )dp
2
 2 3 2 4
=  p  p 
3 4 1
2 3 2 4  2 3 2 4
= (2)  (2)  (1)  (1)
 3 4   3 4 
   
16  2 2
= 8  
 3   3 4
   
14 30 31
= 3  4 = 4
8
xdx
4.  2
4 x 15
Penyelesaian:

Misal A 2 2 2
x  15  A x 15
=

 2A dA = 2x dx
Untuk x = 4 maka A = 1
Untuk x = 8 maka A = 7, sehingga
8 7 7
xdx AdA
7

29
 2
=  A
=  dA = [A] 1 = 7 – 1= 6
4 x 15 1 1
10
10 1 x5
dx
ln
5. Jelas  25  x
6
2
=
2.5 x56

30
1 10  5 1 6  5
= ln  ln
10 10  5 10 6  5
1
= ln 3 1
ln 11
 10
10
b

6. Tentukan  f (x)dx
a

2x, untuk 0  x  1

dengan f(x) = 2, untuk1  x  2
x, untukx  2

Penyelesaian:
Soal di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan sifat
b c b

 f (x)dx   f ( x)dx   f (x)dx , c  (a, b)


a a c

sehingga:
b 1 2 5

 f (x)dx   2xdx  2dx   xdx


a 0 1 2

= x   2x 
2
1 2

x 5

0 1  2 2
 
= (1-0) +(4-2) + 5 / 2 11

9
= 2
3

8. x
3
dx

Menurut definisi fungsi harga mutlak, bentuk di atas dapat dinyatakan dengan
3 3 0

x
3
dx =  x dx +  x dx.
0 3
3 0
 2  2
= x    x 
2  2
 0  3
= (8/3 – 0) – (0 – 8/3)

16
= 3

31
Berdasarkan contoh di atas, tentukan hasil pengintegralan fungsi-fungsi berikut ini:
8

1  3xdx
1. 
1

2.  x(1
2
x ) dx

=  x 1 x  x dx 
2
2
x  x )dx , dengan sifat integral diperoleh
= (x  2x

2
=  xdx -  2x x dx +  x dx

1 2
= x C 5 1 3
2  2( x 2 )   x C
1
2 3
3

C2
5
1 2 2
= x  2( 51 3
2 5 x 2 ) x  C1  C2  C3
 3
1 2 2
= x  2( 51 3
2 5 x 2) x  C
 3

32
II.7 Evaluasi

Kerjakan soal-soal berikut ini


2 2
( z  1) 11

2x  3dx
1.  z
dz 12. 
3

2 9
ds 1 x
s(s3 
s
2.
 13. 1  x
dx
4
1)
3.  (x 
3
2x) dx
2

14. 3 x 2

0
x e dx
1 /4
2 2
dx
4. x 4  x dx 15. 
1  /6
sin 2x
1
2
= 2  x2 4  x2 dx dx
16.
0 
1 x  2x  2
2

Misal 4x =u
2 2
( x  1)
17.  2 dx
1 x (x  1)
2 2 2 2
4-x = u atau x = 4 - u
u 2
-2x dx = 2 u du atau dx =  ( x  2)dx
du 18.  x(x  2) 2
1
x
2
2
2
4x
5. 
2
19.  ln( x  x  1)dx
2 dx 1
3
dx /4
dx
6. 
0 1x 20.  0
2  sin x
4 2
16  x 1
7. 
2 x
dx
21. 
( x  1)
2 dx
2 x  4x  3
27
dx 4

8.  xx
8
1/ 3
22.   x  2x  1 dx 
0
2 3 2
x x 1
9. sin 2 dx
0
23. 
1
3
x  3x
dx

/3 8a

 a  dx
2
10. x sin 24. 1/ 3
x
1/ 3 3

a
3xdx
0

33
/2

dx /2
11.  2
0
3  cos 25.  cos
0
3x sin 3xdx
2x

34
/2
2
26. sin
0
3x cos3xdx

27. Hitunglah  f ( x)dx , jika:


a

2x, untuk0  x  1
f(x) = 2(x  1)  2,untuk1  x 
a.

b. f(x) = 2
 1  x ,untuk0  x  1

 x  1,untuk1  x  2
 2
c. f(x) 1  x ,untuk  2  x  0
= 

 2x  2,untuk 0  x  2

d. f(x)
= x untuk - 4  x  4
2

e. f(x) x x, untuk -1  x  2


=

f. f(x) = (x- x )


2

g. f(x) = x
2
x, untuk -1  x  2

35
BAB III. PENGGUNAAN INTEGRAL

III.1 Luas Daerah Bidang Datar


Pada bagian ini dibicarakan tentang penggunaan integral tertentu untuk
menghitung luas daerah pada bidang Datar.

Definisi III-1
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsif dengan ƒ(x) ≥ 0 untuk setiap
xc[a, b], x = a, x = b dan sumbu X. Jika A adalah luas daerah D, maka
b
A = ƒ ƒ(x)dx
a

Definisi III-2
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh dua grafik fungsi f dan g dengan ƒ(x) ≥ g(x)
untuk setiap xc[a, b], x = a, x = b dan sumbu X. Jika A adalah luas daerah D, maka
b
A = ƒ [ƒ(x) − g(x)]dx
a

Teorema III-3
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi f yang kontinu pada [a, b] dan
ƒ(x) < 0 untuk setiap xc[a, b], x = a, x = b dan sumbu X. Jika A adalah luas daerah D,
maka
b
A = − ƒ ƒ(x)dx
a

III.2 Volume Benda Putar


Suatu daerah D pada bidang datar apabila diputar dengan suatu poros tertentu akan
menghasilkan suatu benda putar. Volum benda putar tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan integral tertentu.

36
1. Metode Cakram
Dipunyai fungsi f kontinu pada selang [a, b]. Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik
f, sumbu X, x = a, dan x = b diputar dengan poros sumbu X akan membangun suatu
benda putar. Volum benda putar tersebut akan dicari dengan menggunakan
metode cakram sebagai berikut.
Buat partisi untuk selang [a, b]. Pilih titik sampel ti ∈[xi−1, xi ].
Volum cakram ke-i adalah
Vi = n. [ƒ(ti)]2. ∆ix.
Jadi
n
b
V = lim Σ n. [ƒ(ti)]2. ∆ix = n ƒ [ƒ(x)]2dx
‖p‖→œ
i=1 a

2. Metode Cincin
Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik fungsi g dan h dengan g(x) ≥ ℎ(x)
pada [a, b], x = a, dan x = b. Akan ditentukan volum benda yang terjadi jika
daerah D diputar terhadap sumbu X.
Buat partisi untuk selang [a, b] pada sumbu X.
Pilih titik sampel ti ∈[xi−1, xi ].
Tulis Vi : volum cincin ke-i.
Jelas
Vi = n. [g(ti)]2. ∆ix − n. [ℎ(ti)]2. ∆ix
= n. [[g(ti)]2 − [ℎ(ti)]2]. ∆ix.
Jadi
n
b
V = lim Σ n. [[g(ti)]2 − [ℎ(ti)]2]. ∆ix. = n ƒ [[g(x)]2 − [ℎ(x)]2]dx
‖p‖→œ
i=1 a

3. Metode Sel Silinder (Kulit Tabung)


Dipunyai daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi kontinu ƒ dengan ƒ(x) ≥ 0
pada selang [a, b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu X. Akan ditentukan volum
benda yang terjadi jika daerah D diputar terhadap sumbu Y. Bangun partisi untuk
selang [a, b].
Pilih titik sampel ti ∈[xi−1, xi ] dengan ti berada tepat di tengah subselang
[x , x ]. Jadi
t = i i—1 atau
s –s =x −x .
2t
i–1 i i i i i–1
2

37
Tulis Vi = volume silinder ke – i.

38
Jelas Vi = n. xi2. ƒ(ti) − n. xi–12. ƒ(ti)
= n. ƒ(ti)(xi2−xi–12)
= n. ƒ(ti)(xi + xi–1 )(xi − xi–1 )
= 2n. ti. ƒ(ti)∆ix.
Jadi
n
b
V = lim Σ 2n. ti. ƒ(ti)∆ix = 2n ƒ xƒ(x)dx.
‖p‖→œ
i=1 a

39
BAB IV. FUNGSI LOGARITMA, FUNGSI EKSPONEN,
DAN FUNGSI HIPERBOLIK

IV.1 FUNGSI LOGARITMA


Fungsi logaritma merupakan fungsi yang sering dijumpai dalam te-rapan.
Sebagai contoh model pertum-buhan populasi dan model peluruhan radio aktif yang
sederhana. Pada bab ini diawali dengan membangun fungsi logaritma asli.

Dipunyai 
n1
x
n dx  x  C untuk n  –1. Masalahnya sekarang bagaimana
n1
dx 1
mencari  . Bangun fungsi f: (0,+)R dengan f (t)  . Jelas bahwa f kontinu.
x t
Grafik f disaji-kan berikut ini.

T
1 x=1+h
Gambar IV-1 Grafik fungsi f dengan f (t)  1t .

Langkah selanjutnya bangun pengaitan F : (0,)  R dengan F(x)  x dt . Akan


 t
1
ditunjukkan F merupakan suatu
fungsi.

(1) Ambil sembarang x  (0,) .


Kasus x > 1:
Kasus x = 1:

Jelas .F(1)  1 dt  0  R Tulis x = 1 + h, h > 0.



1 t 1 h dt
+
Jelas F(x)  F(1  h) =  = x 0 R .
Pilih 0  1 t
R.

Jelas 0 = F(1).
40
Pilih Jelas x0R.

x 0  F(x) .

41
Kasus 0 < x < 1:
Tulis x = 1 – , 0 <  < 1.
1 dt
Jelas F(x) = F(1 – ) = 1 dt =  –
= x R .
  1
1 t 1 t

Pilih x1  R.

Jelas x1 =
F(x).
Jadi  x  (0,) y  R  y=
F(x).
x x2.
(2) Ambil sembarang x1, x 2  (0,), 1
x1 x2
dt dt
Jelas F(x1)=  =  =F(x2).
1 t 1 t

Jadi x1, x 2  (0,), x1  x 2 , F(x1) = F(x2).


Jadi F suatu fungsi.
Sekarang dikaji lebih mendalam mengenai sifat-sifat fungsi F tersebut.
Berdasarkan sifat-sifat yang teridentifikasi, akan dapat dibuat sket grafik F.
Fungsi F : (0,)  R yang di-definisikan sebagai F(x)  x dt memi-liki

1 t
sifat-sifat:
(a) F(1) = 0.
(b) F(x) > 0 apabila x > 1.
(c) F(x) < 0 apabila 0 < x < 1.
(d) F(x) ada pada (0,+).
Bukti:
1
Tulis  f (t) .
t
Jelas f kontinu pada (0,+).
1
Jadi F(x) ada dan F(x)  .
x
(e) F kontinu pada (0,+).
(f) Grafik F naik.
Bukti:
Ambil sembarang x1, x 2  (0,), x1  x 2 .
42
x1 x2
dt dt
Jelas F(x )  = F(x2).
1 
1
t
=

1
t

43
Jadi x1, x 2  (0,), x1  x 2 , F(x1) = F(x2).
Jadi grafik F naik.
(g) lim F(x)   dan lim F(x)   .
x x 0


(h) Grafik F cekung ke bawah.


Bukti:
Ambil sembarang x  (0,) .
Jelas x > 0.
d[F (x)] d (x 1 ) 1
Jelas F(x) = = =  0.
dx dx x2
Jadi grafik F cekung ke bawah. Berdasarkan sifat-sifat fungsi F ini, dapat
dibuat sket grafik F sebagai berikut .
Y

X
0 1

x dt
Gambar IV-2 Grafik F dengan F(x)  .
 t
1

Selanjutnya fungsi yang diba-ngun ini diberi lambang dengan


F(x) = ln x
dan disebut dengan fungsi logaritma asli.
Berdasarkan definisi itu, diperoleh suatu teorema:
Teorema IV-1
d (ln x) 1
 dengan x  0
dx x ..

Contoh IV-1
Tentukan f(x) apabila:
(a) f(x) = ln 2x,
2
(b) f(x) = ln (3x + 5), dan

44
7
(c) f(x) = ln (2x – 3).

45
Strategi: Penyelesaian (a):

(1) Ingat d (ln x) 1 Jelas d[ f (x)]


rumus  f (x) 
. dx x dx
(2) Jika x diganti 2x, diperoleh:
d (ln 2x) d (2x)
= .
d[ln(2x)] 1 d (2x) dx
.
d (2x)  2x =
1
.2
(3) Gunakan aturan rantai 2x
1
= .
x
Strategi:
Penyelesaian (b):
(1) Ingat d[f (x)]
rumus d (ln x) 1 Jelas f (x) 

. dx x dx
2
(2) Jika x diganti (3x + 5), 2 2
diperoleh: d[ln(3x  d(3x 
2 = .
d[ln(3x  5)] 2 5)
d(3x  5) dx
5)] 1
d(3x  5)  3x  5 .
2 2
6x
= .
2
(3) Gunakan aturan rantai 3x  5
Strategi: Penyelesaian (c):
7
d(x 6 Jelas f (x)  d[ f (x)]
(1) Ingat  7x .
) dx
rumus
dx
7 7
(2) Jika x diganti ln (2x–1), diperoleh: d[ln (2x  1)]
=
7
d[ln (2x 1)] dx
d[ln(2x 1)]  76 ln (2x 1) 7
d[ln (2x  d[ln (2x  d (2x  1)
. 1)] . .
= 1)]
(3) Gunakan aturan d[ln (2x  d (2x  1) dx
rantai. 1)]
6
= [7.ln (2x  1)]. 1
.2
6 2x  1
14.ln (2x  1)
= .
2x  1

46
Berikut ini disajikan beberapa teorema yang berkaitan dengan fungsi logaritma
asli.

Teorema IV-2
Jika a, b, rR, a > 0, b > 0, dan r rasional maka:
(a) ln(ab) = ln a + ln b.
a
(b) ln  ln a  ln b
b
r
(c) ln a  r.ln a

Bukti (a):
Ambil sembarang x  (0, +).

Bangun ƒ: (0, +)R dan g: (0, +)R dengan ƒ(x) = ln ax dan g(x) = ln x.
d (ln x) 1
Jelas d (ln ax) d (ax) dan g(x)   .
f ( x)  . 
1
d (ax) dx x dx x

Jadi ƒ(x) = g(x) + C  ln ax = ln x + C.


Pilih x = 1.
Jelas C = ln a.
Jadi ln ax = ln x + ln a.
Pilih x = b.
Jadi ln(ab) = ln a + ln b.

Bukti (b):
Ambil sembarang x  (0, +).
s
Bangun ƒ: (0, +)R dan g: (0, +)R dengan ƒ(x) = ln dan g(x) = ln x.
b

d (ln bx ) d (bx ) 1
Jelas f (x)  g (x)  d (ln x)  1 .
d (bx ) . dx  danx dx x
s
Jadi ƒ(x) = g(x) + C  ln = ln x + C.
b

Pilih x = b.
Jelas C = – ln b.
s
Jadi ln = ln x − ln b
b

Pilih x = a.

Jelas ln a
= ln a – ln b.
b
47
Bukti (c):
Buktinya sederhana, diserahkan kepa-da pembaca sebagai latihan.

IV.2 Bilangan e
Karena fungsi f: (0,+)R de-ngan f(x) = ln x kontinu, naik, dan mempuinyai
range Rf = R, maka teorema nilai rata-rata untuk turunan menjamin adanya x secara
tunggal sehingga ln x = 1. Bilangan ini diberi lambang dengan e. Dengan demikian
dapat didefinisikan:

Definisi IV-3

ln e = 1.

Telah ditunjukkan bahwa bi-langan e merupakan bilangan irrasional dan hampiran e


teliti sampai 12 desi-mal adalah
e  2,718281818459.
Dari Teorema I-2, diperoleh:
n
ln e = n. ln e = n . 1 = n.
Dari persamaan ini dapat ditentukan titik-titik yang terletak pada grafik f(x) = ln x.
Hasilnya dicatat dalam daftar berikut ini.
n
Daftar 1: nilai ln e
n n
n x=e f(x) = ln e
 
–2 0,13534 –2
–1 0,36788 –1
0 1 0
1 2,71828 1
2 7,38906 2

48
Jika titik-titik ini digambar, akan diperoleh gambar berikut ini:

2
(e ,2)

(e,1)
(1,0)
X
–1
(e ,–1)
–2
(e ,–2 )
–3
(e ,–3 )

Gambar 3: Grafik f (x) = ln x

IV.3 Logaritma Asli Sebagai Anti Turunan


Berdasarkan definisi fungsi lo-garitma asli dapat diturunkan teorema berikut
ini.
Teorema IV-4

Jika x  R, x  0 maka
dx
x  ln x  C
Bukti:
1
Tulis  f (x) F(x)  ln x .
dan
x
Ambil sembarang x  R, x  0.
Kasus x < 0:
Kasus x > 0:
Jelas ln x  ln ( x) .
Jelas ln x  ln x .

Jadi F (x)  d[ f (x)] Jadi F (x)  d[ f (x)]


dx dx
d[ln(x)] d (x) d (ln x)
= . =
d (x) dx dx
1 1
= = ƒ(x). = = ƒ(x).
x x

Jadi F(x) suatu anti turunan ƒ(x).


Jadi anti diferensial ƒ(x) adalah F(x) + C.

49
dx
Jadi  ln x  C .
 x

50
Contoh IV-2
Tentukanlah integral-integral berikut ini:
dx x1 2
x  3x
(a)  (b) 1  cos x (c)  (d)  dx .
2x   2
3 dx x  x1
2x
dxx  sin x

Penyelesaian (a): Strategi:


dx
Jelas  dx 1 d(2x  Ingat   ln x  C
3)
=
2x  3 2 2x  3 x
ln 2x  3
= (2) Jika x diganti (2x+3), diperoleh:
2 C
d(2x  3)
.   ln 2x  3  C .
2x  3
(3) Jelas d(2x+3) = 2 dx.
(4) Adakan koreksi akibat pengganti-
an.
Penyelesaian (b): Strategi:
dx
1  cos x d(x  sin (1) Ingat   ln x  C
Jelas  dx = 
x)
x  sin x x  sin x x

= ln x  sin x  C . (2) Jika x diganti (x + sin x), diper-


oleh:
d(x  sin x)
  ln x  sin x  C .
x  sin x
(3) Jelas d(x + sin x) = (1 + cos x) dx.
(4) Adakan koreksi akibat pengganti-
an.

Penyelesaian (c) Strategi:


2 dx
1 d(x  2x)  ln x  C
Jelas x  1 dx  (1) Ingat 
x2 2 x 2  2x x
=
2x
2 2
ln x  2x (2) Jika x diganti (x + 2x), diper-
=
2 C oleh:
2
. d(x  2x)

51
 2
2  ln x  2x  C .
x  2x
2
(3) Jelas d(x + 2x) = 2(x + 1) dx.
(4) Adakan koreksi akibat penggan-
tian.

52
Penyelesaian (d): Strategi:
2 2
x  3x x  3x
Jelas  dx (1) Sederhanakan menjadi
x1 x 1

= [(x  2) 
2 2
].dx (x  2)  .
x
x1
1
=  (x  1)dx  dx dx
2 x (2) Ingat   ln x  C
x
1
x
= 2  x  2 ln x  1  (3) Jika x diganti (x + 1), diper-
C. oleh:
2
d(x  1)
  ln x  1  C .
x1
(4) Jelas d(x + 1) = dx.
(5) Adakan koreksi akibat penggan-
tian.

Perhatian 1:

1
Bentuk ln 2x  3  C dapat ditulis dalam bentuk lain, sbagai contoh:
2
1
Tulis C = ln 1C .
2
1 1 1
Jadi ln 2x  3  C = ln 2x  3  ln 1
2 2 2

Contoh IV-3
–2
Dipunyai f: (e ,1)R , f (x) = ln x.
–2
(a) Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh grafik f, sumbu X, x = e , dan x = 1.
(b) Tentukan panjang busur grafik f.
Penyelesaian:
Grafik f:
Y

53
.
Gambar IV-3 Grafik ƒ (x) = ln x.

54
Penyelesaian (a):
Tulis A: luas daerah yang diminta
1 1 1 1
1
Jelas A =  f ( x) dx =  ln x dx
e 2 e2
=  ln xdx =  x.ln x    x.d (ln x)
e2
2
e e 2

1 1 1 1 2 1 1
=  x. ln  (2)  x =  1 = 1.
e2  dx = e
2 e 2 e 2
e 2
e 2

Penyelesaian (b): e2

Dipunyai ƒ(x) = ln x.

Jelas f(x) =
d[ f (x)] d (ln x) 1
dx
= dx  x .

Tulis l: panjang busur grafik f.


1

Jelas l =  1  [ f (x)] dx
2

e2

1 1
1 dx
=  2
e2 x
2
1 x 1
dx .
=
e2
 x

Tulis x2 + 1 = y2. Jelas

2x.dx = 2y.dy dan Batas 2


x y 1.
y:

x y

e– 2 4
e 1
1 2 2 2
y dy
Jadi l =
e

4
1
2
y 1
 1 
2

=  1  2 dx

y 1
1 
4
e

2 1 2 d ( y  1) 1 2 d ( y  1)
= 
4
dx 
4
  
4
e 1 2 e 1 y1 2 e 1 y1

=x+ 1 y1 2
ln =
2 y e 1
4

1
55
4
e 11
4
2 e 1 1 2
 ln  ln 4 C
2 1 e  1  1 

2
1

Contoh IV-4
1
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh grafk ƒ(x) = x − , sumbu X, x = 1, dan
s

x = e.
Penyelesian:
Grafik f:
Y

1 f

1 e X
1
Gambar IV-4 Grafik ƒ: [1, e]R dengan ƒ(x) = x − .
s

Tulis A: daeah yang diarsir.


1 1
Jelas 1  x < e    1.
e x
1 1
Jadi 0  x   e  .
x e
e e e 2x
2
e e  1
1 1
Jelas A =  f (x) dx =  x  dx =  (x  ) dx = (  ln x =  1   
x x 2 2
2   
1 1 1 1 
2
e 3
=  2,19.
2
Jadi hampiran luas daerah yang diarsie adalah 2,19 satuan luas.

IV.4 Fungsi Eksponen Asli

Dipunyai fungsi f: (0,+)R dengan f(x) = ln x. Jelas f kontinu dan grafik f


naik. Ini menunjukkan bahwa fungsi f memiliki invers. Fungsi ekspo-nen asli
dibangun dengan diawali dengan definisi berikut ini.

Definisi IV-5

Jika x  (0,+) didefinisikan


y
y = ln x  x = e .

56
–1
Berdasarkan definisi ini, fungsi invers untuk f ditulis f dengan
–1 x
f (x) = e , – < x < + .
Jelas
–1 –1 x
(f f )(x) = f [f (x)] = ln (e ) = x
dan
–1 –1 ln x
(f f )(x) = f [f (x)] = e = x.
–1 –1
Karena f merupakan invers f, maka untuk menggambar grafik f diperoleh
–1
dengan mencerminkan grafik f terhadap garis y = x. Daftar nilai f dan f terlhat pada
daftar berikut ini.
Daftar nilai f:
x ... e– 2 e– 1 1 e e2 ...
ln x ... –2 –1 0 1 2 ...
–1
Daftar nilai f :
x ... –2 –1 0 1 2 ...

ex ... e– 2 e– 1 1 e e2 ...

–1
Grafik f dan f seperti tampak pada gambar berikut ini.

Y
y= x

Gambar IV-5 Grafik f (x) = ln x dan inversnya.


Berikut ini disajikan beberapa teorema fungsi eksponen asli.

Teorema IV-6
Jika x1, x2  R dan r rasional maka
x x x x
(1) e 1 .e 2  e 1 2
x1
(2) e  e x1x 2
e x2x r
(3) (e 1 ) 

57
Bukti:
(1) Tulis y  dan y  e x2 .
x
e1
1 2
Jelas
x1  ln y1 dan x2  ln y2 .
x x
Jadi x1 + x2 = ln y1 + ln y2  x1 + x2 = ln (y1.y2)  y1.y2 = e 1 2
x x x1 x2
 e 1 .e 2  e .
(2) Tulis
y  dan y  e x2 .
x
e1
1 2
Jelas
x1  ln y1 dan x2  ln y2 .
x1
Jadi x1   ln  ln  x1  x2  ln x1  e x1 x 2 .
x2  x
x2 x1 x2
2

(3) Bukti untuk (3) diserahkan pembaca sebagai latihan.

Teorema IV-7
x
d (e
Jika x  R maka  ex .
)
Bukti:

Ambil sembarang x  R.
x
Dipunyai ln e = x.

x
Jelas d[ln(ex )] d[ln(e )] . d (e )  1
x
d ( x)
dx  x
dx
d (e )

dx
1 d (ex ) d (ex ) x
 .   
x
1 e .
e dx dx
Interpretasi Geometri Teorema 4.7

(1,e)

58
0 (e,1) X
x
Gambar IV-6 Grafik fungsi f: R  R , dengan f(x) = e .

59
x
Gambar IV-6 Grafik fungsi f: R  R , dengan f(x) = e . merupakan grafik fungsi
x
ƒ: R  R dengan f (x) = e .
Teorema IV-7 menyatakan bahwa
f ’(x) = f (x).
Ini berarti bahwa kecenderungan garis singgung di sembarang titik (x, y) pada grafik f
sama dengan koordinat y titik tersebut.
Sebagai contoh:
(a) kemiringan garis singgung di titik (– 1, 1/e) adalah 1/e.
(b) kemiringan garis singgung di (0,1) adalah 1, dan
(c) kemiringan garis singgung di titik (1, e) adalah e.

Contoh IV-5
dy
Tentukan apabila:
dx
6x x.sin x
(a) y = e (b) y = e .
Penyelesaian:
6x
dy d (e 6x
d (e ) d (6x)
) 6x

(a) Jelas  = . 6x
= e .6 = 6 . e .
dx dx d (6x) dx
Stratetgi:
x
(1) Ingat d (e ) x
e .
rumus dx
6x
d (e ) 6x
(2) Jika x diganti 6x, diperoleh e .
d (6x)
(3) Selanjutnya gunakan aturan rantai.

Penyelesain (b) : Strategi:


x
x. sin x d (e )
Jelas dy  d (e (1) Ingat x
e .
dx rumus dx
)
dx
x. sin x
= d (e ) (2) Jika x diganti x.sin x, diperoleh:
d ( x.sin . d (x.sin
x) x) dx
d (sin x) d (x) d(ex. sin x ) x. sin x
=e
x. sin x
.(x.  sin x ) d(x.sin x)  e .
dx dx = (x.cos x  sin x).e
x. sin x

60
x. sin x
=e .(x.cos x  sin x) . (3) Selanjutnya gunakan aturan rantai.

61
Contoh IV-6
2 –x
Tentukan semua ekstrim relatif untuk fungsi f: R R dengan f (x) = x .e .
Strategi:

(1) Tentukan d[ f (x)] .


dx
(2) Tentukan bilangan kritis untuk f.
Tulis dengan x1 dan x2.
(3) Tentukan f (x)

(4) Tentukan tanda


f dan f (x2 )
(x1 )
(5) Gunakan uji turunan kedua

3
f
2
1
X
-2 -1 1 2 3 4

2 –x
Gambar IV-7 Grafik f : R  R, f (x) = x .e .
Penyelesaian:
2 x 2
Jelas d ( x .e ) x d (x )
d[ f ( x)] = x2. d (e ) e .
f (x)  dx dx  x dx
= dx

d (e
x x
d (2  x) .
. (x)  e .2x
2
= x.
)
dx x = ex
d (
x)
x
Jelas f (x)  0 (2  x) = 0 x = 0  x = 2.
x
 e
Jadi titik kritis f adalah x1 = 0 dan x2 = 2.
2 x 
Selanjutnya f ( x)  d (xx .e  2x.e )
dx
62
2 x
d (x .e  2
)  d (x.e
x
=  d (e
x
e
x d (x ) 
= 
2. ) 2 ) .
x.
dx 
dx  dx dx 
x x
 d (e  d (x)   d (e ) d (x)  
)
+  x.  x
.  =   x2. . x
 e .2x 
e  
 dx dx   d (x) dx 

63
 
+  d (e x d ( 
x
 x2.e x  2x.e x  x.e x  x
 ) . x)  e e
x. dx =
 d (x) 

2 x
= (x  3x  1).e .
1
Jadi f (x1 ) f (0)  1  dan f ( x2 ) f (2)   0.
 0  e 2

4
Jadi f (0) = 0 merupakan minimum re-latif f dan f (2) =
merupakan mak-simum
e2
relatif f.

Teorema IV-8

x x
Untuk setiap x  R, e .dx  e  C

Teorema IV-8 merupakan akibat langsung Teorema IV-7, yaitu:


x x
(1) e merupakan suatu anti turunan e .
x x
(2) anti diferensial e adalah e + C.
(3) dengan demikian
x x
e .dx  e  C .

Contoh IV-7
Tentukan integral-integral berikut ini
3
(a) e dan
x
dx
3
2 x 1
(b)  x .e .dx

Penyelesaian (a): Strategi:

Jelas  e
3
1 3 x
ingat rumus
= e d (3x) x x

3  e .dx  e  C
x
dx 
3x (2) jika x diganti (-3x), diperoleh:
= e
3 C . 3 x 3 x
e .d (3x)  e C

(3) jelas d(–3x) = –3.dx

64
(4) ad
aka
n
kore
ksi
den
gan
ada
nya
pen
gga
ntia
n
itu.

65
Penyelesaian (b): Strategi:
3 1 3
x 1 x 1
(1) ingat rumus
 x .e
2 3
Jelas .dx = e
x x
.d (x 
3  e .dx  e  C
1)
3
x 1 3
(2) jika x diganti (x – 1), diperoleh:
=
3 C 3
x 1 3
3
x 1
. e .d (x 1)  e C.
3 2
(3) jelas d(x – 1) = 2x .dx
(4) adakan koreksi dengn adanya
penggantian itu.
IV.5 Hampiran Nilai bilangan e
Mencari hampiran untuk bi-langan e menggunakan definisi
e
ln e   1 .dt  1
1
t
agak sulit. Untuk keperluan ini diberi-kan definisi lain untuk bilangan e se-bagai
berikut:

Definisi IV-9
x
 1
e  lim 1  
x x

Hasil untuk hampiran nilai e, dicatat pada daftar berikut.


Daftar 2: Nilai e untuk beberapa nilai n.
n n
 1  1
1   1  
n  n n  n

1 2,000000 500 2,715569


5 2,488320 1.000 2,716924
20 2,653298 2.500 2,717738
50 2,691588 5.000 2,718010
100 2,704814 10.000 2,718146
250 2,712865 100.000 2,718268
… … … …

Jika nilai n diperbesar, akan diperoleh nilai hampiran untuk bilang-an e, yaitu:
e  2,7182818 …

66
memanfatkan Definisi IV-9.

67
Teorema IV-10
x
r  r
e  lim1  
x
 x

Bukti:
x x
 r  r
Jelas lim 1   = lim 1  
x x x x

x  r
.r x
 r   r 
 1
1    
r
= lim 1   =  lim 1    = e.
x x  x  x  
   
 r   r  
 
r 
Contoh IV-8 
Hitunglah nilai limit berikut ini:

(a) lim  1 x  
x
  1
x

 2  .
3
2
1  , lim 1   , (c) lim  6  , (d) lim
x
(b) 
x 
 x x 
 x x 
 x x 
 x 
 1 1
  
Penyelesaian:
 x
1   1
x
1  x.( 1)  1
 1  
(a) Jelas lim 1   
= lim 1  =e = .
–1
= lim  1 ( x )
x 
 x      x
 e
   x 
 x   


x
.3
.3
 3  3
x
 
3
x  x3 
 3
    
1 1  1 
(b) Jelas lim1   = lim1   = xlim 1  x  =  lim 1  x   = e3.
x x  x    x   
 
x 

  3  3  3  3  
 3  
 
x
.12  12


x

2 6   6

x 6  1   
1 
(c) Jelas lim1   = lim1   =  lim  1  x   = e12.
x x  x  x  
 
x 

x 
  x  
6   x 
 
x x x
 1 x lim

1  1   1   1  im   1
(d) Jelas lim 1   =   1   = lim 1   . l 1
2
x
x 6  x x
  
 6


  x
 
 
x x 
 1    1  1 1
= lim 1   . lim 1   =e. = 1.
 x  
x
x   x  e


IV.6 Fungsi Eksponen dan Logaritma Untuk Bilangan Pokok Yang Lain

x
Dengan menggunakan definisi fungsi eksponen asli, domain f (x) = a , x > 0
dapat diperluas untuk semua bilangan real, baik rasional atau tak rasional. Untuk
membangun perluasan ini diperlukan teorema-teorema berikut ini.
Teorema IV-11
x x. ln a
a =e , x  R.

Teorema IV-12

r
Jika a  R, a > 0, dan r bi-langan rasional, maka ln a  r.ln a .

Bukti:
Ambil sembarang a, x  R, a > 0, dan r bilangan rasional.
x x. ln a
Dipunyai a = e .
r r. ln a
Jika x diganti r, diperoleh: a = e .
r
Jadi ln a  ln e  r.ln a   ln a r
 r.ln a .

Teorema IV-13
x r x.r
Jika x,r  R maka [e ] = e .a

Bukti:
x r
Tulis [e ] = y.
x r x
Jelas ln y = ln [e ] = r. ln e = r.x.
r.x x r x.r
Jadi y = e  [e ] = e .
Teorema IV-14

Jika a, x, y  R dan a > 0 maka


x y x y
(a) a .a  a
x
(b) a  a x y
axy y x.y
(c) (a ) = a .

Hanya dibuktikan untuk (c), bukti yang lain diserahkan pembaca sebagai latihan.
Bukti (c):
xy
Jelas (ax)y = (ex.ln a)y = exy.ln a = eln a = axy.

Anda mungkin juga menyukai