Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

FORMULASI MODEL MATEMATIS

Bab formulasi model matematis membahas mengenai penentuan model


matematis untuk sitem persediaan botol minuman soft drink dalam closed loop
supply chain management pada PT Coca-Cola Bottling Indonesia. Model
persediaan yang dikembangkan pada penelitian ini mengacu kepada model
persediaan dasar. Formulasi model matematis terdiri dari karakteristik sistem
persediaan pada PT CCBI, influence diagram berdasarkan karakteristik sistem,
formulasi model matematis, prosedur solusi model, algoritma proses solusi model
dan verifikasi model.

4.1 Karakteristik Sistem

Pada bagian ini akan diuraikan karakter sistem pada penelitian ini. Kasus
yang diambil pada penelitian ini adalah sistem persediaan botol minuman soft
drink pada PT Coca Cola Bottling Indonesia, Padang. PT Coca Cola Bottling
Indonesia memproduksi minuman soft drink berkarbonasi dengan kemasan kaca
(glass bottling). PT CCBI menerapkan sistem closed loop supply chain
management pada perusahaan, sehingga memudahkan dalam mengendalikan
persediaan botol minuman. Walaupun demikian, sistem persediaan botol
minuman PT CCBI masih mengalami kekurangan, seperti tidak tercapainya
kebutuhan botol minuman untuk produksi. Kekurangan botol minuman untuk
produksi menyebabkan perusahaan memproduksi produk.

sesuainya persed untuk produksi perusahaan masih mengalami dalam


sistem persediaan botol minuman, perusahaan masih mengalami
PT Coca Cola Bottling Indonesia (PT CCBI) merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industri minuman soft drink berkarbonasi. PT CCBI berlokasi
di Jl. Raya Padang Pariaman KM 22 desa Duku, Padang Pariaman, Sumatera
Barat. PT CCBI melakukan kegiatan produksi dan distribusi minuman. Kegiatan
produksi minuman dilakukan terhadap minuman berkemasan kaca (glass bottles).
Minuman yang di produksi perusahaan berupa frestea, fanta, sprite dan coke
dengan ukuran yang bervariasi. Minuman hasil produksi akan didistribusikan oleh
perusahaan. Kegiatan distribusi dilakukan PT CCBI terhadap minuman botol
berbahan kaca dan minuman kaleng. Minuman kaleng diproduksi oleh perusahaan
Coca-Cola pusat dan dikirimkan ke PT CCBI untuk di distribusikan. Minuman
yang diproduksi PT

40
Gambar 4.1 Proses Pengiriman Produk Dan Penarikan Botol Kosong PT CCBI

PT Coca Cola Bottling Indonesia (PT CCBI) merupakan perusahaan yang


bergerak di bidang industri minuman soft drink berkarbonasi. PT CCBI berlokasi

41
di Jl. Raya Padang Pariaman KM 22 desa Duku, Padang Pariaman, Sumatera
Barat. PT CCBI melakukan kegiatan produksi dan distribusi minuman. Kegiatan
produksi minuman dilakukan terhadap minuman berkemasan kaca (glass bottles).
Minuman yang di produksi perusahaan berupa frestea, fanta, sprite dan coke
dengan ukuran yang bervariasi. Minuman hasil produksi akan didistribusikan oleh
perusahaan. Kegiatan distribusi dilakukan PT CCBI terhadap minuman botol
berbahan kaca dan minuman kaleng. Minuman kaleng diproduksi oleh perusahaan
Coca-Cola pusat dan dikirimkan ke PT CCBI untuk di distribusikan. Minuman
yang diproduksi PT CCBI adalah:
1. Frestea (220 ml)
2. Fanta small (200 ml)
3. Fanta medium (295 ml)
4. Sprite small (200 ml)
5. Sprite medium (295 ml)
6. Coke small (193 ml)
7. Coke medium (295 ml)

PT CCBI melakukan produksi terhadap minuman dengan kemasan botol


kaca. Adapun proses produksi minuman soft drink berkarbonasi yang di produksi
PT CCBI adalah:
1. Pengolahan air.
Pengolahan air dilakukan untuk mendapatkan air sesuai dengan standar
kualitas yang ditetapkan perusahaan. Pengolahan air dilakukan dengan
beberapa tahap, sehingga air yang digunakan untuk produksi telah sesuai
standar.
2. Pembutan sirup sederhana (simple syrup).
Pembuatan sirup sederhana merupakan kegiatan pelarutan gula dengan air
untuk mendapatkan tingkat kemanisan dan warna larutan yang sesuai standar.
Pembuatan sirup sederhana dilakukan dengan bantuan mesin pengaduk. Sirup
sederhana akan di transfer ke tangki pembuatan sirup akhir.
3. Pembuatan sirup akhir (final syrup).\

42
Pembuatan sirup akhir merupakan kegiatan pencampuran sirup sederhana
dengan konsentrat. Konsentrat terdiri dari pengawet, flavor, rasa dan warna.
Masing –masing produk memiliki flavor, rasa, warna yang berbeda-beda.
4. Pencucian botol kosong.
Pencucian botol kosong dilakukan dengan bantuan mesin dengan kapasitas
terpasang 340 BPM (Botol Per Menit). Pencucian botol dilakukan dengan
beberapa tahap, agar mendapatkan tingkat kebersihan sesuai standar yang
ditetapkan perusahaan.
5. Pencampuran sirup akhir dengan CO2.
Pencampuran sirup akhir dengan CO2 merupakan tahapan produksi untuk
mendapatkan tingkat kemanisan dan rasa yang khas untuk masing-masing
produk.
6. Pengisian minuman ke dalam botol.
Pengisian minuman ke dalam botol dilakukan terhadap minuman yang telah
diolah dengan botol minuman berbahan kaca. Proses pengisian minuman
menggunakan mesin pengisi (mixer) dengan kapasitas terpasang 300 BPM
(Botol Per Menit).

7. Penutupan kemasan botol.


Penutupan kemasan botol dilakukan terhadap botol yang telah berisi
minuman. Penutupan kemasan botol bertujuan untuk menghindari terjadinya
penurunan kualitas minuman. Proses penutupan kemasan botol dilakukan
dengan bantuan mesin penutup (crowner).
8. Pemberian kode produksi.
Pemberian kode produksi dilakukan oleh mesin pengkode secara otomatis
pada leher botol. Kode produksi bermanfaat dalam pemberian informasi
mengenai umur produk.
9. Pemeriksaaan produk.
Pemeriksaan produk bertujuan untuk memastikan kualitas produk yang
dihasilkan sesuai standar. Pemeriksaan dilakukan terhadap mutu dan kemasan
minuman dengan bantuan lampu inspeksi.
10. Penempatan crate pada pallet.

43
Produk yang telah lolos pemeriksaan akan diposisikan kedalam crate. Setiap
crate memuat sebanyak 24 unit botol minuman. Crate yang telah berisi
produk akan ditempatkan pada pallet dan di bawa ke gudang. Produk
menunggu selama 3 hari di gudang sebelum dilakukan pengiriman, untuk
lebih memastikan kualitas produk.

Produk yang dihasilkan PT CCBI akan dijual ke beberapa daerah. PT


CCBI menjual produk minuman soft drink didalam dan luar Sumatera Barat. PT
CCBI membentuk DC (Pusat Distribusi), MTP dan SL (Sub Location) di beberapa
daerah yang menjadi target pemasaran. Pembentukan DC, MTP dan SL
didasarkan kepada keinginan perusahaan untuk mempermudah distribusi dan
memperluas daerah pemasaran. Berikut daftar DC, MTP dan SL pada PT CCBI.

Tabel 4.1 Daftar DC, MTP dan SL PT Coca Cola Bottling Indonesia

44
PT Coca Cola Bottling Indonesia memiliki daerah pemasaran yang cukup
luas, dalam dan luar Sumatera Barat. Perusahaan menjual produk ke konsumen
melalui DC, MTP/SL, retailer serta menggunakan kembali kemasan produk dari
konsumen. Aliran distribusi PT CCBI dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang
memperlihatkan aliran distribusi secara sederhana. Proses pengiriman produk dan
penarikan botol kosong (kemasan) PT CCBI dalam closed loop supply chain
management diperlihatkan secara jelas pada Gambar 4.1 berikut.

45
+ permasalahan
+ rencana perbaikan

4.2 Influence Diagram

Influence diagram dibuat berdasarkan kepada karakteristik sistem


persediaan di PT Coca Cola Bottling Indonesia. Influence diagram berdasarkan
tabel elemen-elemen sistem yang terdapat dalam sistem persediaan. Tabel
elemen-elemen sistem padat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

46
Tabel 4.2 Elemen-Elemen Sistem Persediaan di PT CCBI
No Elemen Identifikasi
1 Biaya produksi per unit Input (Unctrollable )
2 Waktu siklus produksi Input (Controllable )
3 Laju permintaan Input (Unctrollable )
4 Total biaya produksi Komponen
5 Biaya setup produksi Input (Unctrollable )
6 Rata-rata persediaan Komponen
7 Harga simpan botol per unit Input (Unctrollable )
8 Biaya simpan produksi Komponen
9 Laju produksi Input (Unctrollable )
10 Total biaya persediaan produksi Komponen
11 Biaya simpan produk jadi per unit Input (Unctrollable )
12 Biaya simpan produk jadi Komponen
13 Lama produk jadi disimpan Input (Unctrollable )
14 Total biaya persediaan produk jadi Komponen
15 Biaya pemesanan botol kosong Input (Unctrollable )
16 Jumlah siklus persediaan botol kosong Input (Controllable )
17 Laju permintaan botol kosong Input (Unctrollable )
18 Biaya simpan per unit botol kosong Input (Unctrollable )
19 Biaya simpan botol kosong Komponen
20 Total biaya persediaan botol kosong di gudang Komponen
21 Persentase produk rusak Input (Unctrollable )
22 Jumlah siklus persediaan botol baru Input (Controllable )
23 Laju permintaan botol baru Input (Unctrollable )
24 Harga beli botol baru per unit Input (Unctrollable )
25 Total biaya pembelian botol baru Komponen
26 Biaya pemesanan botol baru Input (Unctrollable )
27 Biaya simpan botol baru per unit Input (Unctrollable )
28 Biaya simpan botol baru Komponen
29 Total biaya persediaan botol baru Komponen
30 Jumlah siklus persediaan botol kosong di DC/MTP/SL Input (Controllable )
31 Laju permintaan botol di DC/MTP/SL Input (Unctrollable )
32 Harga beli botol usang per unit Input (Unctrollable )
33 Total biaya beli botol usang Komponen
34 Biaya pemesanan botol usang Input (Unctrollable )
35 Biaya simpan per unit botol yang dikembalikan Input (Unctrollable )
36 Biaya simpan botol kosong di DC/MTP/SL Komponen
37 Laju pengembalian botol Input (Unctrollable )
38 Total biaya persediaan botol di DC/MTP/SL Komponen
39 Biaya disposal per unit Input (Unctrollable )
40 Total biaya disposal Komponen
41 Persentase botol kotor Input (Unctrollable )
42 Biaya pencucian botol kotor per unit Input (Unctrollable )
43 Total biaya pencucian botol kotor Komponen
44 Kapasitas gudang Diabaikan
45 biaya setup pengumpulan botol usang Diabaikan
46 Total biaya persediaan perusahaan Output

47
Influence diagram berdasarkan Tabel 4.2 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Influence Diagram PT CCBI

4.3 Formulasi Model Matematis

Formulasi model dilakukan terhadap rancangan sistem persediaan botol


minuman soft drink PT CCBI dalam CLSCM. Rancangan sistem persediaan botol
minuman soft drink dibatasi pada DC/MTP/SL dan perusahaan , sehingga
supplier dan retailer dilibatkan. Rancangan sistem persediaan melakukan
integrasi terhadap persediaan botol di DC/MTP/SL, persediaan botol baru di
gudang, persediaan botol kosong di gudang, persediaan produksi di lantai
produksi dan persediaan produk jadi di gudang. Integrasi dilakukan terhadap

48
waktu siklus produksi. Gambar 4.3 berikut memperlihat level persediaan pada
sistem persediaan botol minuman PT Coca Cola Bottling Indonesia.

Gambar 4.3 Level Persediaan Botol Minuman PT Coca-Cola Bottling Indonesia

49
dengan α g , α n , α r=1

Berdasarkan Gambar 4.3, formulasi model matematis sistem persediaan


rancangan adalah sebagai berikut:

1. Persediaan Produksi di Lantai Produksi


Pada persediaan produksi dihitung biaya- biaya yang mempengaruhi total
biaya persediaan. Biaya-biaya persediaan yang dihitung yaitu biaya produksi,
biaya setup dan biaya simpan. Formulasi masing-masing biaya persediaan
produksi sebagai berikut:
a. Biaya produksi
Formulasi biaya produksi didasarkan kepada model persediaan EPQ
dasar. Berdasarkan model persediaan EPQ dasar, biaya produksi
merupakan hasil kali jumlah unit yang diproduksi selama waktu siklus
(p )
produksi, T . D i dengan biaya produksi per unit, Pi (Tersine, 1994).
Sehingga, biaya produksi untuk setiap produk adalah:

( p)
Biaya produksi i=T . Di × Pi ...(4.1)

Dimana:
i Indeks untuk jenis produki=1,2,3 … , z(i) , dimana z(i) merupakan
jumlah jenis produk.
Pi Biaya produksi per unit untuk setiap produk i
T Waktu siklus produksi
D (p
i
)
Laju permintaan selama waktu siklus untuk setiap produk i

b. Biaya setup
Formulasi biaya setup juga didasarakan kepada model persediaan EPQ
dasar. Biaya setup merupakan hasil kali frekuensi melakukan setup
selama waktu siklus produksi (1 kali setup) dengan biaya setup untuk satu

50
kali kegiatan setup, Si (Tersine, 1994). Sehingga, formulasi biaya setup
menjadi:

Biaya setupi = jumlah setup(1)× Si ...(4.2)

Dimana:
Si Biaya setup untuk masing-masing produk i

c. Biaya Simpan
Biaya simpan pada persediaan produksi didasarkan kepada model
persediaan EPQ dasar seperti biaya beli dan biaya setup. Berdasarkan
model persediaan EPQ dasar, biaya simpan merupakan hasil perkalian
jumlah rata-rata produk yang disimpan selama siklus produksi, D (p )
i .T ×T

dengan biaya simpan per unit produk, H (p


i
)
serta dikalikan dengan hasil
(p )
bagi laju permintaan dengan laju produksi, Di / p i (Tersine, 1994). Biaya
simpan produksi dapat dilihat pada persamaan 4.3 berikut.

(p) ( p) ( p)
Di . T × H i ×T Di
Biaya simpan i= × ...(4.3)
2 pi

Dimana:
H (ip ) Biaya simpan untuk masing-masing produk i
pi Laju produksi selama waktu siklus produksi untuk setiap produk i

d. Total biaya persediaan produksi


Total biaya persediaan produksi didapatkan dengan menjumlahkan biaya
beli, biaya pesan dan biaya simpan. Persamaan total biaya persediaan
produksi adalah:

51
( )
( p) (p ) ( p)
D .T × H i ×T Di
Total biaya persediaan i=( T . D × Pi ) + Si + i
( p)
i ×
2 pi

...(4.4)

Formulasi total biaya persediaan yang telah didapatkan adalah total biaya
untuk satu siklus produksi. Karena satu siklus produksi sama dengan T ,
maka total biaya persediaan per unit waktu adalah total biaya dibagi
dengan T sebagai berikut:

(
D(p
)
) ( p)
i . T × H i ×T D(p)
( T . D × Pi ) + S i +
(p)
i
2
× i
pi
PTC i=
T

( )
(p ) ( p) ( p)
S D . T × Hi D
PTC i=( D × Pi ) + i + i
(p)
i × i ...(4.5)
T 2 pi

2. Persediaan Produk Jadi


Persediaan produk jadi dilakukan produk hasil produksi yang mengalami
pengujian kualitas, sehingga disimpan terlebih dahulu selama T h, sebelum
dilakukan pengiriman. Biaya yang diperhitungkan pada persediaan produk
jadi adalah biaya simpan. Dengan berdasarkan kepada model persediaan EPQ
dasar, maka biaya simpan adalah rata-rata produk yang disimpan selama
(p ) (h )
waktu penyimpanan, Di . T × T h dikali dengan biaya simpan per unit, H i
(Tersine,1994). Formula biaya simpan adalah:

( p) (h)
Biaya simpan i= Di .T × H i ×T h ...(4.6)

Dimana
(h )
Hi Biaya simpan untuk masing-masing produk i di Gudang
Th Lama produk jadi disimpan di Gudang selama siklus produksi

52
Disebabkan biaya yang dipertimbangkan pada persediaan produk jadi hanya
biaya simpan, maka total biaya persediaan produk jadi sama dengan biaya
simpan.

Total biaya persediaan i= D(i p) .T × H (ih ) ×T h ...(4.7)

Total biaya persediaan per unit waktu adalah:

(p ) (h)
D i . T × H i ×T h
H TC i=
T

( p) (h )
H TC i=D i × H i × T h ...(4.8)

3. Persediaan Botol Kosong di Gudang


Persediaan botol kosong di gudang berdasarkan kepada kebutuhan botol
untuk produksi. Biaya persediaan botol kosong di gudang terdiri dari biaya
pesan dan biaya simpan. Formulasi biaya persediaan botol kosong di gudang
adalah:
a. Biaya pesan
Formulasi biaya pesan untuk persediaan botol kosong di gudang mengacu
kepada model persediaan EOQ dasar (Tersine, 1994). Formula biaya
simpan sebagai berikut:

(g)
Biaya pesan i= jumlah pemesanan(1)× Ai ...(4.9)

Dimana:
(g)
Ai Biaya pemesanan untuk setiap produk i di Gudang

b. Biaya simpan

53
Sama dengan biaya pesan, biaya simpan di gudang juga didasarkan
kepada model persediaan dasar EOQ. Sehingga didapatkan formula biaya
simpan seperti persamaan 4.10.

(g) (g)
Biaya simpan i= α g . Di . T × H i ×T ...(4.10)

Dimana:
αg Integer multiplier untuk persediaan botol kosong di Gudang
D (g)
i Laju permintaan untuk setiap produk i di Gudang
(g)
Hi Biaya simpan untuk setiap produk i di Gudang

c. Total biaya persediaan botol kosong di gudang


Total biaya persediaan botol kosong di gudang didapatkan dengan
menjumlahkan biaya pesan dan biaya simpan di gudang. Persamaannya
sebagai berikut:
α g . D (g)
( )
(g)
i . T × Hi
( g)
Total biaya persediaan i = A + i ×T ...(4.11)
2

Total biaya persediaan per unit waktu adalah:

( )
(g ) (g )
(g) α g . Di . T × H i
Ai + ×T
2
GTCi =
T

A(g)
(
α g . D(g)
)
(g)
i i . T × Hi
GTCi = +
T 2
...(4.12)

4. Persediaan Botol Baru di Gudang

54
Persediaan botol baru di gudang disebabkan karena rentannya botol untuk
pecah pada saat produksi maupun saat transportasi. Botol pecah akan
mengakibatkan berkurang jumlah botol yang tersedia untuk produksi.
Sehingga dibutuhkan botol baru untuk menggantikan botol yang pecah, agar
produksi dapat dilaksanakan sesuai permintaan. Biaya yang dipertimbangkan
pada persediaan botol baru di gudang adalah biaya beli, biaya pesan dan biaya
simpan.
a. Biaya beli
Biaya beli untuk pengadaan botol baru merujuk kepada model persediaan
EOQ dasar. Model EOQ dasar memperlihatkan bahwa biaya beli
merupakan hasil perkalian jumlah unit yang dibeli, α n .T . D(n)
i dengan
biaya beli per unit, B(ni )(Tersine, 1994). Sehingga, biaya beli botol baru
adalah:

Biaya belii= α n . T . D(ni ) × B(n)


i ...(4.13)

Dimana:
αn Integer multiplier untuk persediaan botol baru di Gudang
(n )
Di Laju permintaan botol baru untuk masing-masing produk i.
B(ni ) Harga beli botol baru untuk masing-masing produk i.

b. Biaya pesan
Formulasi biaya pesan juga mengacu kepada model persediaan EOQ
dasar (Tersine, 1994). Dengan didasarkan kepada model persediaan EOQ
dasar, didapatkan formula biaya pesan berikut ini.

Biaya pesan i= jumlah pemesanan(1)× A(n)


i ...(4.14)

Dimana:
(n)
Ai Biaya pemesanan botol baru untuk setiap produk i di Gudang

55
c. Biaya simpan
Formulasi biaya simpan untuk botol baru sama dengan formulasi biaya
simpan sebelumnya. Dengan tetap mengacu kepada model persediaan
EOQ dasar (Tersine, 1994), maka didapatkan biaya simpan untuk botol
baru sebagai berikut:

α n . D(n) (n )
i .T × H i
Biaya simpan i= ×T ...(4.15)
2

Dimana:
(n )
Hi Biaya simpan botol baru untuk setiap produk i di Gudang

d. Total biaya persediaan botol baru di gudang


Total biaya persediaan botol baru di gudang didapatkan dengan
menjumlahkan biaya-biaya yang diperhitungan untuk persediaan botol
baru, yaitu biaya beli, biaya pesan dan biaya simpan. Total biaya
persediaan botol baru di gudang dapat dilihat pada persamaan 4.16.

Total biaya persediaan i = ( α n . T . Di × Bi ) + Ai


( n) (n ) ( n)

+ α n . D(n) (n)
i .T × H i
×T ...(4.16)
2

Total biaya persediaan per unit waktu adalah:

(n) (n)
α . D .T × H i
( α n .T . D × B ) + A + n i 2
(n)
i
(n)
i
(n )
i ×T
NTC i=
T

A(n) α n . D(n)
( )
(n)
i . T × Hi
N TC i=( α n . D × B ) +
(n ) i (n)
i i+ ...(4.17)
T 2

56
Pada sitem persediaan ini, laju permintaan botol baru didasarkan kepada
jumlah botol yang rusak setiap siklus. Sehingga, total biaya persediaan
botol baru menjadi:

( )
(n) ( p) (n)
Ai α . E . D . T × Hi
N TC i=( α n . Ei . D i × Bi ) +
( p) (n )
+ n i i ...(4.18)
T 2

Dimana:
Ei Persentase botol rusak / pecah setiap produk i

5. Persediaan Botol Kosong di DC/MTP/SL


Biaya persediaan botol kosong di DC/MTP/SL mempertimbangkan
pengembalian botol kosong atapun botol minuman yang kadaluarsa dari
retailer maupun konsumen. Formulasi biaya persediaan botol kosong di
DC/MTP/SL terdiri dari biaya beli, pesan, dan simpan.
a. Biaya beli
Biaya beli untuk pengadaan botol kosong merujuk kepada model
persediaan EOQ dasar. Model EOQ dasar memperlihatkan bahwa biaya
beli merupakan hasil perkalian jumlah unit yang dibeli, α r . α g . T . D(ri )
dengan biaya beli per unit, B(ri )(Tersine, 1994). Sehingga, biaya beli untuk
sistem usulan setiap siklus adalah:

(r ) (r )
Biaya belii= α r . α g . T . Di × Bi ...(4.19)

Dimana:
αr Integer multiplier untuk persediaan botol kosong di DC/MTP/SL
D (ri ) Laju permintaan untuk masing-masing produk i.
(r )
Bi Harga beli botol usang untuk setiap produk i.

b. Biaya pesan

57
Formulasi biaya pesan juga mengacu kepada model EOQ dasar. Biaya
pesan merupakan hasil kali frekuensi pemesanan selama siklus (1 kali)
dengan biaya pemesanan untuk satu kali pemesanan, A(r)
i (Tersine, 1994).

Model matematis untuk biaya pesan untuk setiap siklus adalah sebagai
berikut:
Biaya pesan i= jumlah pemesanan(1)× A(r)
i ...(4.20)

Dimana:
A(r)
i Biaya pemesanan untuk setiap produk i pada DC/MTP/SL.

c. Biaya simpan
Formulasi biaya simpan pada persediaan botol kosong di DC/MTP/SL
didasarkan kepada model persediaan EOQ dasar. Berdasarkan model
persediaan EOQ, biaya simpan adalah hasil kali rata-rata persediaan
selama waktu siklus, α r . α g . T . D(ri ) ×T dengan biaya simpan per unit, H (ri )
(Tersine,1994). Karena persediaan botol kosong di gudang didasarkan
kepada laju pengembalian dari retailer, maka rata-rata persediaan
dipengaruhi oleh laju permintaan dan laju pengembalian D(ri ) / Ri. Laju
pengembalian, Ri adalah jumlah pengembalian dari DC/MTP/SL untuk
setiap retailer.

Biaya simpan untuk setiap siklus adalah:

(r) (r) (r )
α r . α g .T . Di × H i ×T Di
Biaya simpan i= × ...(4.21)
2 Ri

Dimana:
H (ri ) Biaya simpan untuk setiap produk i pada DC/MTP/SL.
Ri Laju pengembalian botol untuk masing-masing produk i.

58
Pada sistem usulan ini, berlaku asumsi bahwa produk yang dijual setiap
siklus akan dikembalikan oleh konsumen semuanya. Sehinggga, laju
permintaan produksi akan sama dengan laju pengembalian botol, D (p )
i =Ri

. Dengan demikian, biaya simpan untuk persediaan botol kososng di


DC/MTP/SL akan menjadi persamaan berikut:

(r) (r) (r )
α r . α g .T . Di × H i ×T D i
Biaya simpan i= × (p ) ...(4.22)
2 Di

d. Total biaya persediaan botol kosong di DC/MTP/SL


Total biaya persediaan botol kosong di DC/MTP/SL didapatkan dengan
menjumlahkan biaya beli, biaya pesan dan biaya simpan. Formula untuk
total biaya persediaan terdapat pada persamaan 4.23.

Total biaya persediaan i = ( α r . T . D(ir ) × Bi )+ A(ir)

+
(
α r . α . T . D(ri ) × H (ri ) × T D (r)
g

2
i
× ( p)
Di ) ...

(4.23)

Total biaya persediaan per unit waktu adalah:

( )
(r ) (r ) (r)
(r) α r . α g . T . D i × H i × T Di
(r )
( α r .T . D × B i )+ A +
i i × ( p)
2 Di
DTC i =
T

( )
( ) (r) (r) (r)
(r ) Air α r . α g .T . D i × H i Di
DTC i = ( α r . D × Bi )+
i + × ( p) ...(4.24)
T 2 Di

6. Biaya Disposal
Biaya disposal dipertimbangkan dalam formulasi model karena adanya botol
yang pecah atau rusak saat produksi ataupun saat transportasi. Botol yang

59
telah pecah tidak bisa lagi digunakan, sehingga perusahaan harus membuang
botol tersebut. Pembuangan botol pecah akan menyebabkan perusahaan
mengeluarkan biaya tambahan. Berdasarkan model yang memperhitungan
biaya disposal (Taunter, 2001), biaya disposal merupakan hasil kali jumlah
produk yang akan dibuang, Ei . D(fi ) .T dengan biaya pembuangan per unit, V .

( p)
Biaya disposal i=Ei . Di .T ×V ×T ...(4.25)

Total biaya persediaan per unit waktu adalah:

Ei . D(i p) . T ×V ×T
VTC i=
T

VTC i=E i . D(p )


i .T ×V ...(4.26)

Dimana:
V Biaya disposal / pembuangan per unit produk

7. Biaya Pencucian Botol Kotor


Biaya pencucian botol kotor dipengaruhi oleh kondisi botol yang
dikembalikan ke perusahaan. Botol yang dikembalikan terdiri dari botol
ready dan no ready atau botol kotor. Biaya pencucian disebabkan botol kotor
harus mengalami pencucian secara manual terlebih dahulu, sebelum
digunakan untuk produksi. Formula biaya pencucian botol kotor dapat dilihat
pada persamaan 4.27 berikut:

(g)
OTC i=W i . α g . Di . T ×O ×T ...(4.27)

Total biaya persediaan per unit waktu adalah:

W i . α g . D (g)
i .T ×O ×T
OTC i=
T

60
OTC i=W i . α g . D (g)
i . T ×O ...(4.28)

Dimana:
Wi Persentase botol kotor setiap pengembalian produk i
O Biaya pencucian botol kotor per unit

8. Total biaya persediaan perusahaan


Total biaya persediaan perusahaan didapatkan dengan melakukan
penjumlahan terhadap total biaya persediaan produksi di lantai produksi, total
biaya persediaan produk jadi, total biaya persediaan botol kosong di gudang,
total biaya persediaan botol baru di gudang, total biaya persediaan botol
kosong di DC/MTP/SL, biaya disposal dan biaya pencucian botol kotor
(Persamaan 4.5, Persamaan 4.8, Persamaan 4.12, Persamaan 4.18, Persamaan
4.24, Persamaan 4.26, Persamaan 4.28). Total biaya persediaan perusahaan
untuk setiap produk adalah:

STC i=PTC i + H TC i +GTC i + N TC i + DTC i +VTC i +OTC i ...(4.29)

STC i=( D ip × Pi ) +
( )
T
+
( 2
×
pi )
Si D (ip ) . T × H (ip ) Di( p)
+ ( D i × H i × T h) +
( p) (h) A(gi )
T
+ ( 2 )
α g . D(gi ) . T × H(gi )
+( αn . E

...(4.30)

Berdasarkan sistem persediaan yang dirancang, maka dapat diketahui bahwa


laju permintaan sama untuk semua bagian sistem persediaan (
( p) (r ) (g)
D i=Di =Di =D i ). Selain itu, biaya simpan juga sama untuk semua bagian
sistem persediaan karena proses penyimpanan yang tidak memerlukan
( p) (h) (r ) (g) (n)
perlakuan khusus ( H i=H i =H i ¿ H i =H i =H i ). Sehingga, total biaya
persediaan perusahaan menjadi persamaan 4.30 berikut.

61
STC i=( D i × Pi ) +
T
+
(
Si D i . T × H i D i
2
×
pi ) A(g )
+ ( D i × H i × T h) + i + g
T
α . Di . T × H i
2 ( )
+ ( α n . E i . D i × Bi
(n)

...(4.31)

Total biaya persediaan perusahaan untuk semua jenis produk adalah:

n
TCM = ∑ STCi ...(4.32)
i=1

4.4 Prosedur Solusi Model

Prosedur solusi model dilakukan untuk mendapatkan solusi model yang


optimal. Prosedur solusi model menggunakan pendekatan bertahap. Prosedur
solusi model dilakukan dengan menganggap sistem persediaan produksi sebagai
sistem independen, sehingga dilakukan diferensial terhadap total biaya persediaan
produksi (Persamaan 4.5). Diferensial dilakukan terhadap waktu siklus produksi,
T sehingga mendapatkan nilai waktu siklus produksi yang optimal, T ¿. Proses
diferensial total biaya persediaan produksi adalah sebagai berikut.

( )
(p ) ( p) ( p)
S D . T × Hi D
PTC i=( D × Pi ) + i + i
(p)
i × i
T 2 pi

( )
(p ) ( p) ( p)
d PTC i S D . T × Hi D
=( D(ip ) × Pi ) + i + i × i dT
dT T 2 pi

( )
( p) (p ) ( p)
−S i
D × Hi D
0= 2 + i × i
T 2 pi

Si D(i p) × H (i p) D(p
i
)
= ×
T2 2 pi

62
¿
T i=
√ 2 Si
( p)
D ×H
i
( p)
i
×
√ pi
(p )
Di

T ¿i =
√ 2 Si
Di × H i
×
pi
Di√ ...(4.33)

4.5 Algoritma Proses Solusi Model

Algoritma atau langkah-langkah dalam mencari solusi model adalah


sebagai berikut:
Langkah 1 : Menentukan waktu siklus optimal (Ti*) berdasarkan persamaan
(4.33).
Langkah 2 : Waktu siklus optimal (Ti*) disubstitusikan ke persamaan (4. 5)
untuk mendapatkan total biaya persediaan produksi.
Langkah 3 : Waktu siklus optimal (Ti*) disubstitusikan ke persamaan (4. 8)
untuk mendapatkan total biaya persediaan produk jadi.
Langkah 4 : Waktu siklus optimal (Ti*) disubstitusikan ke persamaan (4. 12)
untuk mendapatkan total biaya persediaan botol kosong di gudang.
¿
Karena nilai α g relatif kecil, maka nilai optimal bisa dicari, α g
¿ ¿ ¿
dengan GTC i ( α g −1 ) >GTC i ( α g ) <GTC i ( α g +1 ). Total biaya
persediaan botol kosong dapat dihitung.
Langkah 5 : Waktu siklus optimal (Ti*) disubstitusikan ke persamaan (4. 18)
untuk mendapatkan total biaya persediaan botol baru di gudang.
Sama dengan langkah 4, karena nilai α n relatif kecil, maka nilai
optimal bisa dicari, α n¿ dengan
NTC i ( α n¿−1 ) > NTC i ( α n¿ ) < NTC i ( α n¿ +1 ) . Kemudian, total biaya
persediaan botol baru dapat dihitung.
¿
Langkah 6 : Waktu siklus optimal (Ti*) dan α g yang telah didapatkan pada
langkah 4 disubstitusikan ke persamaan (4. 24) untuk mendapatkan
total biaya persediaan botol kosong di DC/MTP/SL. Sama dengan

63
langkah 4 dan 5, karena nilai α r relatif kecil, maka nilai optimal
¿ ¿ ¿ ¿
bisa dicari, α r dengan DTC i ( α r −1 ) > DTC i ( α r ) < DTC i ( α r +1 ).
Kemudian, total biaya persediaan botol kosong di DC/MTP/SL
dapat dihitung.
Langkah 7 : Waktu siklus optimal (Ti*) disubstitusikan ke persamaan (4. 26)
untuk mendapatkan total biaya disposal.
¿
Langkah 8 : Waktu siklus optimal (Ti*) dan α g yang telah didapatkan pada
langkah 4 disubstitusikan ke persamaan (4. 28) untuk mendapatkan
total biaya pencucian botol kosong.
Langkah 9 : Nilai yang didapatkan pada langkah 2 hingga langkah 8
disubsitusikan ke persamaan (4.29) untuk mendapatkan total biaya
persediaan perusahaan.
Langkah 10: Langkah 1 hingga langkah 9 diulang terhadap semua jenis produk,
untuk mendapatkan total biaya perusahaan masing-masing produk.
Langkah 11: Nilai yang didapatkan pada langkah 9 dan langkah 10
disubsitusikan ke persamaan (4.32) untuk mendapatkan total biaya
persediaan perusahaan untuk semua jenis produk.

4.6 Verifikasi Model

Verifikasi model dilakukan untuk memperhatikan kesesuaian model


matematis terhadap sistem yang dirancang. Verifikasi dilakukan melalui dimensi
dengan memperhatikan kesamaan dimensi dari output atau kesamaan dimensi
antara ruas kiri dengan ruas kanan dalam persamaan matematis. Verifikasi
dilakukan terhadap dua persamaan matematis yaitu persamaan total biaya
persediaan perusahaan (persamaan 4.30) dan persamaan waktu siklus optimal
(persamaan 4.32). Verifikasi model dilakukan sebagai berikut:
1. Persamaan total biaya persediaan perusahaan.
Persamaan total biaya persediaan perusahaan adalah sebagai berikut.

STC i=( D i × Pi ) +
T
+
(
Si Di . T × H i D i
2
×
pi ) A(g )
+ ( D i × H i × T h) + i + g
T (
α . Di . T × H i
2 )
+ ( α n . Ei . Di × B(n)
i

64
Verifikasi terhadap persamaan total biaya persediaan perusahaan adalah:

( Time Unit ) Time ( Time Unit . Time ( Time Time )) ( Time Unit .Time
Unit Rp Rp Unit Rp Unit Unit Unit Rp
STC i= × + + . Time × / + × ×Ti

Rp Rp
=
Time Time

Berdasarkan verifikasi dengan dimensi, maka persamaan total biaya


persediaan perusahaan dapat dinyatakan sudah mewakili sistem.
2. Persamaan penentuan waktu siklus optimal.
Persamaan penentuan waktu siklus optimal adalah sebagai berikut.

T ¿i =
√ 2 Si
Di × H i√×
pi
Di

Verifikasi terhadap penentuan waktu siklus optimal adalah:


Unit


Rp Time
T ¿i = ×
Unit Rp Unit
×
Time Unit . Time Time

Time ¿= √ Time 2

Berdasarkan verifikasi dengan dimensi, maka penentuan satu siklus optimal


dapat dinyatakan sudah mewakili sistem.

65

Anda mungkin juga menyukai