Anda di halaman 1dari 8

IDENT.

ISTILAH :

1. Gangguan jiwa : Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna
yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia.

2. Gangguan psikosomatis: psikosomatik merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pikiran
(psyche) dan tubuh (soma). Jika diartikan, gangguan psikosomatik adalah keluhan fisik yang
timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukannya oleh alasan fisik yang jelas, seperti
luka atau infeksi.

Gangguan psikosomatik dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa. Munculnya keluhan psikosomatik pada seseorang biasanya diawali
masalah kesehatan mental yang dialaminya, seperti takut, stres, depresi, atau cemas.
3. Insomnia : insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau
tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan tersebut
menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya.
4. GERD : Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit kronik pada sistem pencernaan.
GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya iritasi pada esofagus.
5.

IDENT.MASALAH:

1. Apakah diagnosis kasus tersebut?


2. Apakah tatalaksana awal yg dapat dilakukan ?
3. Apakah edukasi yang diberikan kepada keluarga sebelum dirujuk?
4. Apakah diagnosis banding untuk kasus diatas ?
5. Apa yang bisa menyebabkan insomnia ?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya gangguan insomnia ?
7. Apa yang bisa menyebabkan gangguan psikosomatis ?

ANALISA MASALAH :

1. Apakah diagnosis kasus tersebut?


Dari keluhan yang disampaikan oleh pasien diskenario, pasien tersebut mengalami gangguan
somatoform, dimana di skenario dikatakan bahwa seorang wanita 30 tahun datang dengan
keluhan sudah sejak dari 1 tahun yang lalu sering merasa nyeri dan sakit dibagian bahunya serta

merasa ada yang salah dengan lututnya yaitu terasa lemas jika digerakkan. Pasien juga
mengeluhkan telapak kakinya sering terasa panas jika berjalan, dan ia juga sering bermasalah
dengan lambungnya sehingga dengan keluhan-keluhan tersebut dia mengalami insomnia.
Gangguan somatoform itu sendiri menurut PPDGJ III adalah :

Wanita tersebut merasa bahwa semua keluhannya tsb berawal dari gangguan
lambungnya yang semakin hari-semakin berat. Tetapi, ia tidak pernah puas setiap berobat ke
dokter walaupun sudah beberapa dokter yang pernah dia datangi, karena dikatakan oleh dokter
bahwa tidak terdapat gangguan apapun pada pasien, melainkan pasien tsb hanya mengalami
GERD dan dari hasil pemeriksaan lab,USG,dan MRI juga normal tetapi dia merasakan semua
keluhan yang disampaikannya tadi dan tidak ada perbaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami gangguan somatoform yang termasuk dalam klasifikasi gangguan hipokondrik.
Dimana diagnosis pasti dari gangguan hipokondrik menurut PPDG III tsb :
2. Apakah tatalaksana awal yg dapat dilakukan ?
Pasien hipokondrik biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik.

Beberapa pasien hipokondriakal menerima pengobatan psikiatrik jika dilakukan di lingkungan


medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan penjelasan tentang mengatasi penyakit
kronis.

 psikoterapi kelompok adalah cara yang terpilih, sebagian cara ini memberikan dukungan sosial
dan interaksi sosial yang tampaknya menurunkan kecemasan pasien.

 Psikoterapi individual berorientasi-tilikan mungkin berguna, tetapi biasanya tidak berhasil.


Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk menenangkan pasien
bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan mereka ditanggapi dengan
serius. Tetapi prosedur diagnostik dan terapeutik harus dilakukan hanya jika bukti objektif
mengharuskannya. Jika mungkin klinisi harus menahan diri supaya tidak mengobati temuan
pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau kebetulan.

 Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien memiliki suatu kondisi
yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan atau gangguan depresif berat. Jika
hipokondriasis adalah sekunder akibat adanya gangguan mental primer lainnya, gangguan
tersebut harus diobati untuk gangguan itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah reaksi situasional
yang sementara, klinisi harus membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa mendorong
perilaku sakit mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan masalah.

TL SOMATOFORM

Langkah awal untuk menghentikan gangguan somatisasi adalah menerima bahwa gejala
yang timbul berasal dari pikiran. Dengan sikap menerima, Anda akan lebih mudah untuk
mengatasi gejala yang diderita. Kemudian, hentikan kebiasaan secara bertahap.
sebaiknya mengontrol tingkat stress yang dapat memicu gejala tersebut datang menghampiri.
Caranya dengan banyak melakukan aktivitas fisik, hobi, olahraga, ataupun rekreasi bersama
keluarga.

Selain itu, olahraga yang memadukan olah fisik dan pikiran seperti yoga, dapat dicoba sebagai
pengalaman baru. Relaksasi dan olah napas juga dapat membantu meredakan gejala yang
dialami.

Keluhan yang dialami berasal dari pikiran, sehingga harus mampu mengendalikan jika
keluhan tersebut mulai datang. Perbanyak komunikasi dengan keluarga dan sahabat tanpa
membantu melupakan gejala tersebut. Bergabung dengan komunitas baru juga mampu
mengusir gejala yang selama ini Anda alami secara bertahap.

Jika memungkinkan, meminta dokter kepercayaan untuk mengikuti program tertentu.


Salah satu program untuk penderita gangguan ini adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT).
Terapi ini merupakan salah satu tatalaksana yang efektif untuk mengelola gangguan
somatoform dalam jangka panjang.

Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif dapat membantu Anda:

 Memeriksa dan menyesuaikan kepercayaan dan ekspektasi mengenai gejala fisik


 Mempelajari cara mengurangi stres
 Mempelajari cara mengatasi gejala fisik
 Mengurangi fokus terhadap gejala yang muncul

Pengobatan

Obat antidepresan dapat mengurangi gejala yang terkait dengan depresi dan rasa sakit
yang sering muncul dengan gangguan gejala somatik.

3. Apakah edukasi yang diberikan kepada keluarga sebelum dirujuk?


Kepada keluarga dokter memberi edukasi secara detail mengenai kondisi yg dialami oleh pasien,
terus memperhatikan tentang keluhan somatiknya dari waktu ke waktu sehingga kelurga dapat
memberikan dukungan kepada pasien untuk proses penyembuhan
4. Apakah diagnosis banding untuk kasus diatas ?

Hipokondriasis harus dibedakan dari kondisi medis nonpsikiatrik, khususnya gangguan


yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah
AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple,penyakit degeneratif pada sistem saraf,
lupus erimatosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.

Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada suatu hipokondriasis
tentang ketakutan pada suatu penyakit dan penekanan pada gangguan somatisasi dengan
banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas bahwa pasien dengan hipokondriasis biasanya
mengeluh tentang sedikit gejala dibandingkan pasien dengan gejala gangguan somatisasi.

Gangguan somatisasi biasanya memiliki onset sebelum usia 30 tahun, sedangkan hipokondriasis
memiliki usia onset yang kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi lebih sering adalah
wanita dibandingkan dengan pasien dengan hipokondriasis, dimana memiliki distribusi yan
seimbang antara laki-laki dan wanita.'

Hipokondriasis juga harus dibedakan dari gangguan somatoform lainnya. Gangguan


konversi adalah akut dan biasanya sementara dan biasanya melibatkan suatu gejala, bukannya
suatu penyakit tertentu. Adalah atau tidak adanya la belle indiference adalah ciri yang tidak
dapat dipercaya yang menyebabkan kedua kondisi tersebut. Gangguan nyeri adalah kronis,
seperti juga hipokondriasis, tetapi gejalanya adalah terbatas pada keluhan nyeri. Pasien dengan
gangguan dismorfik tubuh berharap dapat tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain
memerhatikan bahwa mereka tidak normal, sedangkan pasien hipokondriakal mencari perhatian
untuk anggapan penyakitnya.

5. Apa yang bisa menyebabkan insomnia ?


a. Stres. Kekhawatiran yang membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit
untuk Tidur, Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari
orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan
insomnia.
b. Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam
otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
c. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk
beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti
Ritalin) dan kortikosteroid.
d. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein
adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan
insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh
tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun
di tengah malam.
e. Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan sering
buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar
dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia
akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux
disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
f. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau
pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,
sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur
siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.
g. Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak
bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan
orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur
yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka
menonton TV atau membaca.

6. Bagaimana mekanisme terjadinya gangguan insomnia ?


patofisiologi insomnia masih belumpasti. Tetapi menurut beberapa sumber ada beberapa hal
yang menyebabkan terjadinya insomnia. Namun, dari beberapa penelitian psikologi dan
fisiologis ditemukan bahwa ada faktor keterjagaan berlebihan pada orang yang mengalami
insomnia. Keterjagaan berlebihan ini ada dua model yaitu yang kognitif dan fisiologis.

 Keterjagaan fisiologis dapat dilihat dari meningkatnya kadar hormo


kortisol/adrenocorticotropic hormone(ACTH) pada malam hari, meningkatnya denyut
jantung, meningkatnya variabilitas denyut jantung dan peningkatan tingkat
metabolisme tubuh.
 Untuk keterjagaan kognitif ditandai dengan adanya rasa cemas, banyak pikiran dan hal
ini mengakibatkan insomnia. Akibatnya pasien akan menjadi cemas akan kesulitan
tidurnya dan konsekuensinya pada siang hari.

Dari hasil EEG pasien insomnia juga ditemukan adanya peningkatan aktivitas dalam rentang
frekuensi 16-50 Hz yang menjadi tanda adanya keterjagaan berlebihan. Bukti dari positron
emission tomography(PET) studi jugamendukung hipotesisdari keterjagaan berlebihan yaitu
individu dengan insomnia primer mengalami peningkatan metabolismeseluruh otakselama
tidur maupun terjaga dan aktivasi daerah di pusat-pusat afektifdank eterjagaan selama
tidurnon-REM.

7. Apa yang bisa menyebabkan gangguan psikosomatis?


Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis:

1. Stres Umum

Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana individu tidak dapat
berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan Richard Rahe, didalam skala urutan
penyesuaian kembali sosial (social read justment rating scale) menuliskan 43 peristiwa
kehidupan yang disertai oleh jumlah gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata.
Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang yang menghadapi stres umum secara optimis
bukan secara pesimis adalah tidak cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mercka
mengalaminya mercka mudah pulih dari gangguan.

2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik

Stres sikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik
bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homcostatis yang berperan dalam
perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali
didentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan kerasan
agresif yang cenderung mengalami oklusi miokardium).

3. Variabel Fisiologis

Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan variabel lainnya adalah
kerja monosit sistem kckcbalan. Mediator antara stres yang didasari secara kognitif dan penyakit
mungkin hormonal, seperti pada sindroma adaptasi umum Hans Sclye, dimana hidrokortison
adalah mediatornya, mediator mungkin mengubah fungsi sumbu hipofisis antenor hipotalamus
adrenal dan penciutan limfoit. Dalam rantai hormonal, hormone dilepaskan dari hipotalamus
dan menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi secara langsung atau
melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel penyebab lainnya mungkin adalah
kenja monosit sistem kckcbalan. Monosit berinteraksi dengan neuropeptida otak, yang berperan
sebagai pembawa pesan (messager) antara sel-sel otak. Jadi, imunitas dapat mempengaruhi
keadaan psikis dan mood.

Anda mungkin juga menyukai