Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PERKEMBANGAN MORAL

OLEH :

Rezky Fausiah Nur (210701500041)

Rezky Nur Azisa. H (210701502056)

Rezkyana Putri Napa (210701500053)

Rezky Rahmadani (210701502086)

Ria Inayah Aulia Paletari (210701500025)

Riana (210701500054)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya uacapkan puji dan syukur kepada Allah SWT,karena berkat
rahmat dan karunia-nyalah kami dapat menyelelesaikan makalah ini dengan tepat dan pada
waktunya.tak lupa sholawat dan salam kami limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,pada
para sahabatnya,keluarganya sampai kepada kita para ummat-nya.Alhamdulillah makalah ini
kami buat sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah psikologi perkembangan anak
.Makalah ini kami buat tidak lepas dari bimbingan dari ibu Dr.Dian Novita Siswanti
M.Si.,M.Psi.,Psikolog dan
Eka Sufartianigsi Jafar,S.Psi.,M.Psi.,Psikolog .Oleh karena itu kami mengucapkan
terimakasih atas bimbingan beliau .Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan oleh
karena itu kami berharap kritik dan saran membangun dari semua pihak guna sempurnanya
makalah ini akhirnya kami berharap mudah mudahan makalah ini bisa bermamfaat bagi
semua pihak khususnya diri kami sendiri.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan moral awalnya dipusatkan pada disiplin yaitu jenis disiplin yang
terbaik untuk mendidik anak yang mematuhi hukum, dan pengaruh disiplin tersebut pada
penyesuaian pribadi dan sosial. Secara bertahap bergeser ke arah perkembangan moral kepola
yang normal untuk aspek perkembangan ini dan usia seorang anak dapat diharapkan bersikap
sesuai dengan cara yang disetujui masyarakat. Dengan adanya peningkatan yang serius dalam
kenakalan remaja, minat untuk mempelajari penyebab, penanganan, dan pencegahan menjadi
sasaran perhatian psikologi dan sosiologi. Mula-mula minat ini terbatas pada penelitian
remaja karena sesungguhnya, anak-anak tidak dianggap “anak nakal” betapapun jauhnya
penyimpangan perilaku mereka dari standar yang disetujui masyarakat.
Pada masa anak-anak telah terjadi perkembangan moral yang relatif rendah (terbatas). Anak
belum menguasai nilai-nilai abstrak abstrak yang berkaitan dengan benar-salah dan baik-
buruk. Hal ini disebabkan oleh pengaruh perkembangan intelek yang masih terbatas. Anak
belum mengetahui manfaat suatu ketentuan atau peraturan dan belum memiliki dorongan
untuk mengerti peraturan-peraturan dalam kehidupan.
Manusia sulit bersikap netral terhadap perkembangan moral. Banyak orang tua kuatir
bahwa anak-anak mereka bertumbuh tanpa nilai-nilai tradisional. Para guru mengeluh bahwa
murid-murid mereka tidak sopan. Didalam makalah ini kita akan membahas tentang
perkembangan moral, pandangan Piaget tentang pertimbangan moral anak-anak berkembang,
hakikat perilaku moral anak-anak, dan perasaan anak-anak menyubang bagi perkembangan
moral mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian moral ?
2. apa saja teori pada perkembangan moral ?
3. konsep pemikiran moral ?
4. Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada anak?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah penulis ingin menjelaskan:
1. mengetahui definisi moral
2. mengetahui teori pada perkembangan moral
3. mengetahui konsep pada perkembangan moral
4. mengetahui factor yang memepengaruhi perkembangan moral anak
BAB II

PEMBAHASAN

I. DEFINISI MORAL
A. DEFINISI MORAL MENURUT AHLI
Menurut Halden dan Richards dalam Sjarkawi 2006:28, Moral adalah kepekaan dalam
pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa
kepekaan terhadap prinsip dan aturan.

Sedangkan menurut Grinderdalam Budingsih (2001) menyatakan bahwa moral ialah hal
yang beruhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan benar atau salah.

B. DEFINISI DAN PERKEMBANGAN MORAL


Perkembangan moral melibatkan perubahan dalam pikiran, perasaan, dan perilaku
mengenai standar benar dan salah. Perkembangan moral memiliki sifat intrapersonal

II. TEORI PERKEMBANGAN MORAL MENURUT :


- Piaget

Piaget membagi teori perkembangan moral ke dalam 3 tahap, yaitu :

1. Pre Moral ( 0-5 tahun)


Tahap ini anak belum/tidak merasa wajib untuk menaati peraturan
2. Heteronomous Morality ( +5-10 tahun)
Tahap ini anak memandang aturan sebagai otoritas yang dimiliki Tuhan, orang tua
serta guru yang tidak dapat dirubah dan harus dipatuhi.
3. Autonomous Morality of Cooperation ( 9-10 tahun ke atas)
Tahap ini moral tumbuh melalui kesadaran, orang dapat memilih pandangan yang
berbeda terhadap tindakan moral. Anak berusaha mengatasi konflik dengan cara yang
paling menguntungkan, dan mulai menggunakan standar keadilan terhadap orang lain.

- Kohlberg

Teori perkembangan moral Kohlberg dipengaruhi pemikiran Jean Piaget tentang model
perkembangan kognitif. Kohlberg membagi teori perkembangan moral ke dalam 6 tahap
Prakonvensional
1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Efek fisik-lah yang menentukan baik buruknya
suatu perkara
2. Orientasi intrumental relatif. Perkara yang memuaskan keperluan diri sendiri lebih
baik

Konvensional

3. Orientasi persetujuan antar individu atau good boy nice girl. Perkara yang
menyenangkan atau membantu orang lain adalah baik.
4. Orientasi undang-undang atau peraturan. Memelihara sosial order, melaksanakan
tugas atau tanggung jawan adalah baik

Pascakonvensional

5. Orientasi contract-legalistik. Nilai yang disetujui masyarakat, termasuk hak


individu atau peraturan untuk mencapai kesepakatan, menetapkan hal yang benar
6. Orientasi prinsip etika universal. Hal yang benar adlah suara batin yang selaras
dengan prinsip keadilan universal
- Sigmund freud

Teori psikoanalisa klasik Sigmund Freud mengatakan bahwa semua orang mengalami
konflik Oedipus, yang dimana konflik ini menghasilkan pembentukan struktur kepribadian
yang dinamakan sebagai superego. Perkembangan moral dimulai ketika sang anak mengatasi
konflik oedipus ini. Anak mengatasi konflik oedipus dikarenakan adanya perasaan khawatir
kehilangan

kasih sayang dari orang tuanya dan ketakutan akan dihukum karena keinginan seksual
mereka yang tidak dapat diterima terhadap orang tua yang berbeda jenis kelamin.

III. KONSEP PERKEMBANGAN MORAL


1. Perasaan Moral

Dalam teori kepribadian Freud bahwa manusia terdiri dari 3


sistem/struktur/kepribadian, yaitu 1.Id (Das Es), 2. Ego ( Das Ich), dan 3. Super Ego (Das
ueber Ich). Setiap struktur kepribadian itu mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip
kerja, dan dinamisasi serta mekanisme tersendiri. Tetapi diantara komponen-komponenitu
saling berinteraksi pada diri undividu, sehingga sulit untuk memisah atau menentukan
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Sistematika / Struktur kepribadian individu
adalah sebagai berikut :
 Id (Das Es)
adalah sifat bawaan manusia sejak lahir, sebagai sistem ia mempunyai
fungsi untuk menunaikan prinsip-prinsip kehidupan secara menyeluruh atau
dikenal dengan dorongan naluriah

 Ego (Das Ich)


Setelah manusia berhubungan dengan lingkungannya timbulllah Ego
yang berkedudukan sebagai bagian dari sistem/struktur keribadian individu.,
Sumadi menjelaskan bahwa “Ego adalah aspek psikologis daripada
kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk dapat berhubungan
secara baik dengan dunia nyata (reality)”

 Superego (das Ueber Ich)


Sigmund Freud dalam Budiraharjo membagi Superego yang bersifat
ideal ini ke dalam dua komponen, yaitu suara hati (conscience) dan ego ideal.
Suara hati adalah berupa hukuman yang diberikan oleh lingkungan terhadap
individu, misalnya hukuman yang diberikan oleh orang tua, atau masyarakat
sedangkan ego ideal didapati melalui penerimaan hadiah. Kata hati adalah
suara-suara mengenai keberatan-keberatan terhadap gerak-gerik hati yang ada
dalam diri kita, tetapi penekanannya terletak pada kenyataan bahwa penolakan
ini tidak harus tergantung pada hal apa pun.

2. Penalaran/pemikiran moral
Menurut Piaget dan Kohlberg perkembangan moral berkorelasi dengan perkembangan
kecerdasan individu, sehingga seharusnya bila perkembangan kecerdasan telah mencapai
kematangan, maka perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangan.
Perkembangan moral berlangsung dalam 2 (dua) tahap, yaitu: Tahap Realisme Moral
- Moralitas oleh pembatasan (<12thn):
 Usia 0 – 5 tahun: pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan
otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran / penilaian. Anak menilai
tindakan berdasar konsekuensinya.
 Usia 7/8 – 12 tahun: pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar tujuan.
Konsep tentang benar/salah mulai dimodifikasi (lebih luwes / fleksibel).
Konsep tentang keadilan mulai berubah.

Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Piaget, yaitu


dengan pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkem-bangan yang memiliki urutan
pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses
berpikir yang mendasari perilaku moral (moral behavior).
Tahap-tahap perkembangan moral terdiri dari 3 tingkat, yang masing-masing tingkat terdapat
2 tahap, yaitu: I. Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional) perilaku anak
tunduk pada kendali eksternal:
 Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman - anak melakukan sesuatu
agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mendapat hukuman (punishment)
 Tahap 2: Relativistik Hedonism - anak tidak lagi secara mutlak tergantung
aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat
relative, dan anak lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. Menurut
Mussen, dkk. Orientasi moral anak masih bersifat individualistis, egosentris
dan konkrit.

3. Perilaku/Kepribadian Moral
 Simpati
Eisenberg dalam Gazzaniga, Heatherton and Halpern (2016)
mengatakan bahwa simpati berkebalikan dengan empati, simpati timbul dari
perasaan perhatian, kasihan, atau kesedihan terhadap satu sama lain. Bisa
dikatakan bahwa simpati melibatkan perasaan “terhadap” orang tersebut
sementara empati melibatkan perasaan “bersama” dengan orang tersebut.
 Empati
Menurut Asri Budiningsih (2004: 46), empati berasal dari kata pathos
(dalam bahasa Yunani) yang berarti perasaan mendalam. Sedangkan menurut
Carkhuff dalam Asri Budiningsih (2004: 47) mengartikan empati sebagai
kemampuan untuk mengenal, mengerti dan merasakan perasaan orang lain
dengan ungkapan verbal dan perilaku, dan mengkomunikasikan pemahaman
tersebut kepada orang lain.
 Perilaku Prososial
Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul
dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang
dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan
motif-motif si penolong. Tindakan menolong sepenuhnya dimotivasi oleh
kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Tindakan
prososial lebih menuntut pada pengorbanan tinggi dari si pelaku dan bersifat
sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain daripada
untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial.
IV. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN
MORAL ANAK

Perkembangan moral yang terjadi pada diri anak yang berusia dini disebabkan oleh
beberapa faktor, yakni faktor yang ada dalam diri anak secara alami maupun faktor yang ada
dari luar diri pribadinya. Kedua faktor tersebut dapat dikatakan sebagai faktor individu
manusia itu sendiri dan faktor sosial di sekelilingnya (Pranoto, 2017). Kedua faktor tersebut
berkontribusi besar dalam membentuk atau mengasah moralitas seorang anak.

Secara umum, faktor tersebut dapat peneliti gambarkan sebagaimana dalam gambar
berikut ini
Berdasarkan ilustrasi gambar di atas, maka dapat kita tarik simpulan bahwasanya
terdapat dua buah faktor yang mendominasi terhadap proses perkembangan anak usia dini.
Faktor dalam diri anak merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi arah
perkembangan moralitasnya, sementara faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang
akan ikut berpengaruh pada perkembangan moralitasnya. Kedua faktor tersebut saling bertaut
antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya, sebab seorang anak terlahir sebagai
pribadi mandiri yang akan bersosialisasi dengan lingkungannya. Kedua faktor tersebut harus
bisa dikontrol dengan baik agar perkembangan moral yang terdapat pada anak berusia dini
dapat berkembang secara optimal seperti yang diharapkan oleh semua pihak.

Menurut Berns, dalam Pranoto, mengatakan terdapat tiga keadaan yang bisa memberikan
pengaruh terhadap moralitas anak, yaitu situasi, individu dan sosial (Pranoto & Khamidun,
2019). Adapun ketiganya peneliti lihat dari kacamata yang sedikit berbeda sebagaimana
berikut:

1) Keadaan atau situasi yang ada di dekat anak atau hubungan dengan lingkungan sosial.
Keadaan atau situasi merupakan hal di mana seorang anak berada dalam konteks
kehidupannya. Konteks kehidupan yang dimaksud adalah keadaan sosial yang di
dalamnya terdapat norma-norma kemasyarakatan. Artinya tempat seorang anak
berada dan bersosialisasi memiliki segugus norma yang akan ia lihat, ia alami bahkan
dinegosiasi olehnya.
2) Konteks individu yang memiliki fitrah.
Konteks individu merupakan konteks diri pribadi seorang anak. Seorang anak lahir
dengan fitrah atau potensi yang akan membuatnya memiliki karakteristik tertentu.
Fitrah ini bukanlah moral, namun bawaan yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena
itu, Seorang anak tentunya memiliki berbagai karakter yang berkait dengan dirinya,
baik itu potensi akal maupun hati. Kedua potensi ini akan dapat berkembang melalui
proses pendidikan yang dilaluinya serta proses interaksi sosial yang menimbulkan
pemahaman akan nilai atau norma.
3) Konteks sosial, yaitu terdiri dari: keluarga, teman seumur (teman sebaya), media
masa, institusi pendidikan dan masyarakat.
Konteks sosial merupakan hal yang pasti dilalui oleh setiap orang, termasuk bagi
anak yang berusia dini. Konteks sosial memainkan peran memberikan pengalaman
dan pengetahuan yang akan diserap dalam diri para anak. Artinya, melalui konteks
sosial anak berusia dini akan belajar, jika dikaitkan dengan lingkungan pendidikan,
maka institusi keluarga menjadi yang pokok, dilanutkan dengan institusi masyarakat
yang mana para anak berusia dini menghabiskan waktu mereka untuk berinteraksi dan
bersosialisasi melalui bermain, serta institusi pendidikan yang juga menjadi wadah
bagi para anak berusia dini untuk digembleng secara intelektual maupun kejiwaannya.

Ketiga hal yang telah peneliti jelaskan di atas merupakan faktor-faktor yang
memberikan sumbangsi pengaruh terhadap perkembangan moral pada anak berusia dini. Hal
tersebut perlu dipentingkan serta diperhatikan oleh para orang tua dan institusinya yakni
keluarga, serta oleh para pendidik dalam institusi pendidikan, utamanya dalam proses
mendidik anak agar tidak salah dalam bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, Moral merupakan tingkah laku


manusia yang berdasarkan atas baik-buruk dengan landasan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Spiritual merupakan kepercayaan peserta didik terhadap suatu keyakinan
yang didasarkan pada adat istiadat maupun ketuhanan.

Dari kasus yang sudah dijelaskan diatas, peran orang tua, guru dan lingkungan sangat
menunjang perkembangan moral anak. Selain itu kebiasaan yang diajarkan pada anak juga
berpengaruh dalam perkembangan moralnya. Jika anak biasa diajarkan baik maka mereka
akan sulit terpengaruh dengan lingkungan yang buruk bahkan walau mereka mempunyai sifat
bawaan yang buruk, mereka akan berusaha merubahnya.

B. SARAN

Peran orang tua, guru dan lingkungan sangat menunjang perkembangan moral anak.
Selain itu kebiasaan yang diajarkan pada anak juga berpengaruh dalam perkembangan
moralnya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk moral anak
agar moral anak bangs menjadi lebih baik.

Peran orang tua, guru dan lingkungan sangat menunjang perkembangan moral anak.
Selain itu kebiasaan yang diajarkan pada anak juga berpengaruh dalam perkembangan
moralnya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk moral anak
agar moral anak bangs menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fitri M & Na’Ilmiah. (2020). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Pada Anak
Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 3. (1)

Adhe, K. R. (2016). Guru Pembentuk Anak Berkualitas. Jurnal Care Edisi Khusus Temu
Ilmiah. Vol 3. (3) : 42-51.

Santrock, J. W. (2010). Child Development Thirteenth Edition. New York : McGraw-Hill.

Safrilsyah., Yusoff, M. Z. B. M., & Outhman, M. K. B. (2017). Moral dan Akhlak dalam
Psikologi Moral Islami. Psikoislamedia Jurnal Psikologi. Vol 2. (2) : 155-169

Hasanah, U. (2018). Metode Pengembangan Moral dan Disiplin bagi Anak Usia Dini. Jurnal
Perempuan dan Anak. Vol 2. (1) : 91-116

Hamali, S. (2018). Kepribadian dalam Teori Sigmound Freud dan Nafsiologi Dalam Islam.
Jurnal Pendidikan: Vol 13. (1)
Asri Budiningsih. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta
Gazzaniga, M. Heatherton, T. Halpern, D. (2016). Psychological Science. University Of
California : Santa Barbara.
Oktaviani, A. (2016). Hubungan antara Empati dengan Perilaku Prososial pada Siswa SMK
Batik Surakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai