Anda di halaman 1dari 4

1.

Kurva permintaan agregat (aggregate demand curve) adalah grafik yang menunjukkan hubungan
terbalik antara permintaan agregat dan tingkat harga. Permintaan agregat mewakili jumlah permintaan
dari empat sektor ekonomi makro: rumah tangga, bisnis, pemerintah, dan sektor eksternal. Dalam
sebuah grafik, kurva permintaan agregat adalah miring ke bawah (slope negatif).

Perubahan tingkat harga menyebabkan permintaan agregat bergerak di sepanjang kurva. Sementara
itu, perubahan faktor lain menggeser kurva. 

2.

3. Teori-teori klasik ini mendapatkan beberapa kritikan dari ahli ekonomi


yang beraliran modern, atau golongan Keynesian. Mereka berpendapat bahwa
teori kuantitas mengandung beberapa kelemahan dan tidak dapat memberikan
penjelasan yang baik mengenai sifat hubungan antara penawaran uang dan
tingkat harga serta kegiatan ekonomi negara.
Kritikan-kritikan tersebut adalah:
a.Pemisalan bahwa Y tetap kurang tepat
Hal ini dikarenakan kesempatan kerja penuh tidak selalu tercapai dalam
perekonomian, yang banyak berlaku adalah kegiatan ekonomi yang tidak
menggunakan faktor-faktor produksi secara penuh dan menyebabkan
pengangguran. Sehingga jumlah barang-barang (T) masih bisa ditambah.
b.Laju peredaran uang tidak selalu tetap dalam jangka pendek dan jangka
panjang
Terdapatnya faktor lain yang mempengaruhi laju peredaran uang,
diantaranya inflasi dan pengangguran yang tinggi. Tingkat pengangguran
yang tinggi mengurangi pengeluaran masyarakat sehingga mengurangi
laju peredaran uang. Demikian pula inflasi akan membuat orang lebih
senang membelanjakan uangnya saat ini dibanding masa mendatang, yang
akibatnya akan menambah laju peredaran uang. Dengan kata lain terdapat
F aktor-faktor lain dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang
dapat mempengaruhi dan mengubah laju peredaran uang.
c.Hubungan antara penawaran uang dan harga lebih rumit dari yang
diterangkan oleh teori kuantitas.
Persamaan
MV = PT
tidak dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
perubahan penawaran uang akan mempengaruhi harga dan jumlah
produksi barang dan jasa, saat menghadapi masalah pengangguran.
Apakah Pdan T
akan bertambah, atau T
yang tetap dan P
yang bertambah?
Pertanyaan inilah yang tidak dapat dijelaskan oleh teori kuantitas.
d.Teori kuantitas hanya memperhatikan fungsi uang sebagai alat untuk mempermudah kegiatan tukar
menukar dan transaksi dengan
menggunakan uang. Dalam persamaan kuantitas uang, masyarakat
dianggap meminta uang dengan tujuan untuk membiayai transaksi saja.
Sedangkan menurut Keynes uang juga digunakan untuk berjaga-jaga dan
spekulasi.
e.Teori kuantitas mengabaikan efek perubahan penawaran uang terhadap
suku bunga
Hal ini disebabkan dalam teori klasik suku bunga ditentukan oleh
penawaran tabungan dan permintaan tabungan untuk investasi. Sedangkan
menurut Keynes, penawaran uang dapat mempengaruhi suku bunga.
4. a. Pembiayaan Fungsional (functional finance)
Tokoh dari kebijakan fiskal jenis ini ialah A.P. Lerner. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah
ditentukan dengan melihat Bkt langsung terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan
kesempatan kerja (employment) . Di pihak lain, pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta dan
bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, sehingga dalam masa ada pengangguran, pajak
sama sekali tidak diperlukan. Selanjutnya pinjaman akan dipakai sebagai alat untuk menentukan
inflasi lewat pengurangan dana yang tersedia dalam masyarakat. Kemudian, jika pajak maupun
pinjaman dirasa tidak tepat maka ditempuh pencetakan uang. Jadi pengeluaran pemerintah dan
perpajakan dipertimbangkan sebagai suatu hal yang terpisah.

b.Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)


pedekatean ini lebih banyak disukai daripada pdkt pembelanjaan Fungsional karena pengeluaran
pemerintah, perpajakan dan pinjaman di maksud kan untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih
mantap. Dalam pendekatan ini hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan perpajakan
selalu dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat guna memperkecil kestabilan
ekonomis, sehingga pada suatu saat dapat terjadi defisit maupun Sur ploes. Tokoh dari pendekatan ini
adalah Alvin Hansen.
Dalam perkembangan pemikiran lebih lanjut penggunaan anggaran belanja seimbang untuk jangka
panjang diperlukan, dengan catatan bahwa dalam masa depresi ditempuh anggaran belanja di pusat
sedangkan dalam masa inflasi ditempuh anggaran belanja surplus
Dalam perkembangan yang lebih lanjut lagi, pendekatan ini selalu berusaha untuk mempertahankan
adanya anggaran belanja yang seimbang tanpa defisit anggaran belanja. Sehingga dalam masa depresi
pengeluaran pemerintah akan ditingkatkan dan penerimaan dari pajak akan Ditingkatkan pula tapi
tidak sampai menimbulkan Deflasi. Sebaliknya, dalam masa integrasi pajak akan dimanfaatkan
sebaik-baiknya guna mencegah akibat yang tidak diinginkan. Kebaikan dari pendekatan ini ialah
bahwa pinjaman negara tidak akan meningkat, akan tetapi, saat harus swasta menjadi kurang
bersemangat karena kurang percaya diri.
b. Stabilisasi Anggaran otomatis (the stabilizing budget)
pada akhir tahun 1940-an Kepercayaan lebih banyak diberikan pada mekanisme otomatis dari politik
fiskal. Penyesuayan secara otomatis dalam penerimaan dan pengeluaran pemerintah terjadi
sedemikian rupa sehingga membawa perekonomian menjadi stabil tanpa campur tangan pemerintah
yang saja.
d. Anggaran belanja seimbang (balanced budget approach)
Suatu modifikasi dan Belanjaan atas dasar anggaran yang disesuaikan dengan keadaan adalah
pembelajaran secara Seimbang dalam jangka panjang. Kegagalan dalam mempertahankan
keseimbangan anggaran dalam jangka panjang dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Dapat pula diikuti pendekatan serupa dengan tetap mempertahankan
keseimbangan anggaran. Dalam masa depresi, pengeluaran perlu ditingkatkan diikuti pula dengan
peningkatan penerimaan sehingga tidak akan memperbesar utang negara.

5. 3 kondisi yaitu :
a.Anggaran belanja berimbang
anggaran belanja berimbang desa terjadi apabila penerimaan pemerintah sama jumlahnya dengan
pengeluaran pemerintah, atau dengan kata lain penerimaan seimbang dengan pengeluaran nya.
b. Surplus anggaran belanja
Jika penerimaan pemerintah lebih besar daripada pengeluaran nya maka keadaan yang demikian yang
disebut dengan Surplus anggaran belanja
C. Defisit anggaran Belanja.
Penerimaan pemerintah yang lebih kecil daripada pengeluaran nya akan mengakibatkan keadaan
defisit anggaran belanja.

Anda mungkin juga menyukai