Antro BAB 1-4
Antro BAB 1-4
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,taufik
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Kesehatan Masyarakat di Sumatera Barat dalam Mematuhi Protokol Kesehatan. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas Ibu Dra Mustayah, M.Kes pada pembelajaran Antropologi Kesehatan di Poltekkes
Kemenkes Malang. Selain itu,penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
dengan topik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Masyarakat di Sumatera Barat dalam
Mematuhi Protokol Kesehatan.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra Mustayah, M.Kes selaku dosen
mata kuliah Antropologi Kesehatan. Tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Perilaku adalah pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu
keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh
individu yang bersangkutan (Winardi, 2004). Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor
eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Beberapa
definisi perilaku kesehatan yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli di antaranya: Kasl & Kobb (1966) dan
Khoso, Yew dan Mutalib (2016) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan adalah "setiap aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang meyakini dirinya sehat, untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksi
penyakit dalam tahap tanpa gejala" Selain itu Conner dan Norman (2006) mendefinisikan perilaku kesehatan
sebagai setiap aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mencegah atau mendeteksi penyakit atau untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Sementara itu Gochman (1997) dalam Handbook of Health
Behavior Research, Vol. 1, mengemukakan bahwa perilaku kesehatan adalah pola perilaku, tindakan dan
kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, peningkatan kesehatan"
Conner dan Norman (2005) membagi dua perilaku kesehatan yaitu pertama perilaku kesehatan yang
cenderung akan meningkatkan atau memperbaiki status kesehatan dan kedua perilaku kesehatan yang
cenderung akan menurunkan atau memperburuk status kesehatan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan
perilaku kesehatan adalah aktivitas yang dilakukan oleh seserang yang akan berdampak positif atau negatif
pada status kesehatannya.
Perilaku kesehatan preventif yaitu dimensi perilaku kesehatan yang bersifat mencegah penularan
penyakit atau keluhan kesehatan. Definisi perilaku kesehatan preventif "Setiap aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang yang percaya dirinya sehat, untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap tanpa
gejala" (Kasl and Cobb 1966). "Setiap tindakan yang direkomendasikan secara medis, yang dilakukan secara
sukarela oleh seseorang yang percaya bahwa dirinya sehat, yang cenderung mencegah penyakit atau cacat dan
atau mendeteksi penyakit pada tahap tanpa gejala" (Langlie 1977). "Setiap perilaku yang dilakukan oleh
seseorang, terlepas dari apa yang dirasakan atau status kesehatan aktualnya untuk melindungi,
mempromosikan atau menjaga kesehatannya, apakah perilaku tersebut secara objektif efektif atau tidak"
(Harris and Guten 1979). "Setiap perilaku yang dilakukan orang secara spontan atau dapat didorong untuk
melakukan dengan maksud mengurangi dampak risiko potensial dan bahaya di lingkungan mereka" (Kirscht
1983).
Perilaku kesehatan detektif yaitu dimensi perilaku kesehatan yang bersifat detektif atau mendeteksi
keluhan kesehatan. Misalnya pada masa pandemi COVID-19 pemerintah melakukan upaya surveilans yaitu
pemantauan yang berlangsung terus menerus terhadap kelompok berisiko seperti pemeriksaan RT PCR,
maupun pemeriksaan Rapid Test.
Perilaku promosi kesehatan yaitu dimensi perilaku kesehatan yang bersifat promotif atau
meningkatkan status kesehatan. Dimensi ini mirip dengan dimensi preventif namun Iebih ditujukan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan. d. Perilaku Perlindungan Kesehatan Perilaku perlindungan kesehatan yaitu
dimensi perilaku kesehatan yang bersifat melindungi individu dari masalah kesehatan. Misalnya,
pemberlakukan kebijakan karantina mandiri dengan menerapkan PHBS dan physical distancing.
Perilaku Kesehatan yang Disengaja: "Perilaku apa pun yang dilakukan oleh individu tanpa memandang
status kesehatan untuk melindungi, mempromosikan, memelihara, atau meningkatkan kesehatan." (Amir
1987). Perilaku Kesehatan Umum yaitu "Perilaku apa pun yang dilakukan oleh seorang individu, terlepas dari
status kesehatannya, baik disengaja atau tidak, yang mungkin memiliki nilai protektif atau preventif dalam
mempertahankan atau meningkatkan kesehatan." (Amir 1987).
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan
resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku
manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Sedangkan gejala kejiwaan seseorang dipengaruhi
oleh banyak faktor lain, diantaranya faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan tatanan normal baru dalam masyarakat untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan warga masyarakat sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor pembentukan
perilaku baru warga dalam melaksanakan protokol kesehatan. Terdapat beberapa tahapan dalam pembentukan
perilaku baru dalam masyarakat, yaitu tahap mengetahui, memahami, mempraktekkan, merangkum, serta
tahap evaluasi.
Tahap Pertama adalah mengetahui, merupakan tahap pemberian pengetahuan (knowledge) kepada
masyarakat. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Komponen kognitif merupakan representasi yang dipercaya oleh individu. Ketika kepercayaan telah
terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai yang dapat diharapkan dari objek
tertentu. Pembentukan kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selamanya akurat. Kadang-kadang
kepercayaan tersebut terbentuk justru karena kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek
yang dihadapi. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan atau opini. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
Tahap kedua adalah pembentukan pemahaman (comprehension), merupakan tahap memahami suatu objek
bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek.
Tahap ketiga, adalah tahap aplikasi (application), yaitu jika orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.
Tahap keempat,adalah tahap analisis (analysis), merupakan kemampuan seseorang menjabarkan dan atau
memisahkan. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat
membedakan, memisahkan, mengelompokkan pada pengetahuan atas objek tersebut.
Tahap kelima adalah sintesis (synthesis). Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk
merangkum suatu hubungan logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis
merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru.
Tahap keenam, berupa tahap evaluasi (evaluation). Tahap ini berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Teori pembentukan perilaku lainnya dikemukakan oleh Lawrance Green dkk, (1980). Mereka
mengemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour
causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3
faktor yaitu :
2.3 ANTROPOLOGI
Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu 'anthropos' yang berarti manusia, dan 'logos' yang
berarti ilmu.Secara umum, antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia.Antropologi merupakan salah
satu cabang ilmu sosial yang mempelajari segala hal tentang manusia, baik dari segi kebudayaan, perilaku,
keaneka-ragaman, dan lain sebagainya.Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis, maupun
sebagai makhluk sosial.
Obyek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat, kebudayaan, suku bangsa, serta
perilakunya. Antroplogi memiliki dua cabang ilmu, yaitu :
Prehistori, yaitu ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan pekembangan budaya manusia dalam
mengenal tulisan.
Etnolinguistik antropologi, yaitu ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia.
Etnologi, yaitu ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia pada kehidupan masyarakat suku
bangsa yang ada di seluruh dunia.
Etnopsikologi, yaitu ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa
dalam sebuah proses perubahan dari adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang teguh pada
konsep psikologi.
Antropologi sosial adalah cabang ilmu antropologi yang mempelajari hubungan antara orang-orang
dalam suatu kelompok masyarakat.Dalam antropologi sosial, subjek utamanya adalah struktur sosial dan
lembaga sosial.Kedua hal ini kemudian didukung dan dilengkapi oleh budaya.Antropologi sosial membahas
tentang hubungan-hubungan sosial dalam struktur sosial dan lembaga sosial pada suatu masyarakat tradisional
di pedesaan.Kesimpulan umum terhadap suatu hubungan diperoleh melalui perbandingan kualitas.
Antropologi Budaya adalah salah satu cabang dari antropologi yang mempelajari tentang asal usul
kebudayaan manusia, penyebaran, dan sejarahnya. Secara umum, antropologi budaya mempelajari tentang
karakteristik tingkah laku manusia sebagai hasil kebudayaan, baik dulu, sekarang, maupun yang akan datang.
Pengertian Kebudayaan. Menurut para ahli antropologi, yang dimaksud dengan kebudayaan adalah
tidak hanya berupa benda-benda hasil kesenian dan bermacam-macam bentuk kesenian saja, tetapi juga sikap,
tingkah laku, cara berpikir, serta pandangan hidup manusia, termasuk juga cara yang digunakan untuk menilai
tentang baik atau buruk. Atau dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah cara orang bersikap dan bertingkah
laku yang dipelajari yang sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat beserta hasil-hasilnya. Istilah culture
(kebudayaan) berasal dari bahasa latin, yakni cultura dari kata dasar colere yang berarti tumbuh atau
berkembang.
Kesehatan adalah suatu kondisi yang stabil atau umum dalam sistem koordinasi badan dan jiwa raga
manusia atau makhluk hidup lainnya pada rata-rata normal.Kesehatan juga berarti suatu keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Antropologi kesehatan merupakan cabang dari antropologi terapan atau bagian dari antropologi sosial
dan budaya yang mempelajari bagaimana kebudayaan dan masyarakat mempengaruhi berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, serta masalah-masalah lain yang terkait.Sebelum
mengupas lebih lanjut tentang antropologi kesehatan, ada baiknya terlebih dahulu dijelaskan tentang
antropologi dan kesehatan.
Antropologi kesehatan mempelajari sosio kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan
sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya. Dengan kata lain, kajian antropologi kesehatan mengarah pada
manusia dan perilakunya yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
Sumber akar Antropologi Kesehatan :
1) perhatian ahli antropologi fisik: evolusi adaptasi, anatomi komparatif, tipe ras, genetika dan serologi
2) Etnografi tradisional dalam bentuk terapi primitive
3) Gerakan kebudayaan dan kepribadian
4) Gerakan kesehatan masyrakat internasional
Lapangan studi antropologi kesehatan
1) nutrisi dan pertumbuhan korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang luas dari penyakit-penyakit,
misal radang pada persendian tulang (arthritis), tukak lambung (ulcer), kurang darah (anemia) dan
penyakit diabetes
2) Underwood pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang berbeda-beda pada berbagai
populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor-faktor budaya, misal: migrasi, kolonisasi dan
meluasnya urbanisasi
3) Fiennes penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari
suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan
berkembangnya pemukiman penduduk yang padat.
4) kedokteran forensik, suatu bidang mengenai masalah-masalah kedokteran hukum yang mencakup
identifikasi misal: umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras manusia yang diduga mati karena unsur
kejahatan serta masalah penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi keraguan
mengenai siapa yang menjadi bapaknya.
5) Dalam usaha pencegahan penyakit penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk
yang memiliki risiko tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit (sicklecell) dan
pembawa penyakit kuning (hepatitis).
6) Etnomedisin Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan yang mempelajari pengobatan
tradisional, tidak hanya yang berhubungan dengan sumbersumber tertulis (contohnya pengobatan
tradisional cina) tetapi terutama pengetahuan dan praktek yang secara oral diturunkan selama beberapa
abad.Dalam ilmu pengetahuan, etnomedicine pada umumnya ditandai dengan pendekatan antropologi
yang kuat atau pendekatan biomedikal yang kuat, terutama dalam program penemuan obat.
Kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari
perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka kedokteran modern, merupakan
urutan langsung dari kerangka konseptual ahli-ahli antropologi mengenai sistem medis non-barat Rivers,
(Medicine, Magic, and Religion). Sistem pengobatan asli adalah pranatapranata sosial yang harus dipelajari
dengan cara yang sarna seperti mempelajari pranata-pranata sosial umumnya, dan bahwa praktek-praktek
pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab-akibat.
Setelah antropologi kesehatan berkembang, terutama dalam bidang-bidang yang luas, konsep kesehatan
internasional dan psikiatri lintas budaya (psikiatri transkultural), kepentingan pengetahuan praktis maupun
teoritis mengenai sistem pengobatan non-Barat semakin tampak.
2.3.6 Topik – Topik Utama Dalam Kajian Sosiologi Kesehatan
Terdapat 4 kategori topik besar dalam melakukan analisis di bidang sosiologi kesehatan:
1. Hubungan antara lingkungan sosial dengan kesehatan dan kondisi sakit, meliputi :
a) Epidemiologi social study tentang trend dan pola penyebaran penyakit
b) Social stress studi tentang ketidakseimbangan atau situasi yang tercipta karena keinginan berada
diatas kemampuan dirinya.
2. Perilaku sehat dan sakit, meliputi :
a) Perilaku sehat: studi tentang perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan yang
positif dan pencegahan penyakit dan
b) perilaku peran sakit : studi soal bagaimana seseorang merasakan sakit, menginterpretasi dan
bertindak dalam merespon situasi sakit atau symptom medis.
3. Praktisi perawatan kesehatan dan hubungan antara praktisi kesehatan dengan pasien meliputi :
a) Tenaga professional di bidang kesehatan kesehatan : studi tentang tenaga medis sebagai kelompok
professional dalam masyarakat, termasuk : prestige, control sosial yang bersifat internal atau
eksternal; pemenuhan pekerjaan dan kesejahteraan/ kepuasan kerja.
b) Pendidikan kesehatan dan sosialisasi oleh tenaga medis : studi tentang pendidikan dan sosialisasi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan termasuk perekrutan tenaga kesehatan, kurikulum pendidikan
kesehatan dan sebagainya.
c) Praktek tenaga kesehatan tradisional dan pengobatan alternative : studi tentang tenaga kesehatan
tradisional yang menerapkan teknik dan prinsip terapi non medis modern.
d) Interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien : studi tentang pola-pola interaksi dokter – pasien dan
faktor yang mempengaruhi pola-pola tersebut.
4. Sistem Perawatan Kesehatan
a) Sistem kesehatan masyarakat : studi yang menyangkut soal organisasi, regulasi, financing dan
masalah kesehatan lainnya.
b) Health care delivery : study tentang organisasi dan agency yang terlibat dalam pelayanan rujukan
kesehatan.
c) Efek sosial teknologi kesehatan.: mempelajari konsekwensi atau resiko sosial bagi teknologi
kesehatan dan kebijakan public yang dibuat.
d) Comparative health care system : studi tentang system perawatan kesehatan dengan daerah lain dan
faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Kegunaan Antropologi Kesehatan. Secara umum,
antropologi kebudayaan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain, diantaranya
sebagai berikut :
memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Di
mana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian
masyarakat yang membangun.
memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya
bidang kesehatan.
sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan
yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di
masyarakat.
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syrk yang artinya saling bergaul, saling berperan
serta, sedangkan dalam bahasa Inggris istilah masyarakat diambil dari kata Society yang berati sekumpulan
kawan sepengetahuan.
Menurut Linton masyarakat adalah kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama,
sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirnya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu.
Selo Soemardjan, Mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
M.J. Herkovits, Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti tata cara
hidup tertentu.
Koentjaraningrat, masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, memiliki prasarana
untuk kegiatan tersebut, dan adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama
Anderson dan Parker, Menyatakan ciri-ciri masyarakat yaitu :
a) adanya sejumlah orang,
b) bertempat tinggal dalam suatu daerah tertentu,
c) mengadakan hubungan satu sama lain,
d) saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama,
e) merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas,
f) adanya saling ketergantungan,
g) merupakan suatu sistem yang diatur oleh norma-norma atau aturan-aturan tertentu
h) menghasilkan suatu kebudayaan
Dari beberapa definisi tentang masyarakat yang ada, dapat dikatakan bahwa suatu masyarakat adalah
sekelompok manusia yang mempunyai ciri-ciri :
Adanya interaksi antar sesama anggota
Mempunyai adat istiadat, norma-norma, hukum serta aturan yang mengatur pola tingkah laku
anggotanya
Adanya suatu rasa identitas yang kuat dan mengikat semua warganya
Adanya kesinambungan dalam waktu.
a) Katagori sosial
Adalah sekumpulan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri yang obyektif dikenakan kepada
manusia-manusianya, seperti seks, usia, pendapatan dll. Dikatakan sebagai katagori apabila memiliki kriteria
sebagai :
Merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan seringkali ciri ini
dikenakan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka sendiri. Golongan sosial dapat timbul karena
pendangan negatif dari orang-orang lain diluar golongannya.
c) Komunitas
Adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas komunitas dan merupakan pangkal dari perasaan
patriotisme dan nasionalisme.
Komunitas merupakan pengertian dari masyarakat dalam arti sempit karena komunitas bersifat khusus
dengan adanya ciri tambahan yaitu ikatan lokasi.
Kelompok merupakan sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya, mempunyai adat istiadat
tertentu, norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa identitas yang sama serta mempunyai organisasi
dan sistem pimpinan.
Perhimpunan merupakan suatu kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan atau guna, sifat
hubungannya berdasarkan kontrak, dasar organisasinya, organisasi buatan, pimpinan berdasarkan wewenang
dan hukum.
2.4.3 Sifat dan Hakikat Masyarakat :
Sebagaimana diketahui bahwa individu merupakan bagian dari angota kelompok masyarakat. Individu
tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa ada
orang lain dan lingkungannya. Dengan kata lain individu mempengaruhi masyarakat dimana tempat dia berada
dan berkembang.
Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau dari satu kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain.
Adapun peran diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau tugas
seseorang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status dan peran merupakan dua hal yang saling berkaitan. Status
menunjuk pada siapa orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu
Menurut S. Bellen, ada beberapa jenis status dan peran sosial dalam masyarakat, yaitu :
Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam kenyataan (actual roles)
Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved roles)
Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)
Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah
Kita telah membahas tentang hakikat norma sosial. Namun, mungkin kalian bertanya bagaimana proses
terjadinya suatu norma dalam masyarakat? Adakah tingkatan norma dalam masyarakat dan apa saja jenis-jenis
norma yang umumnya berlaku dalam masyarakat? Kita akan coba mencari jawabannya dalam uraian ini.
Pada mulanya norma terbentuk secara tidak terencana. Pada saat itu, norma hanya sebagai konsekuensi
hidup bersama. Aturan atau norma ini hanya berupa perintah lisan dari orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Aturan atau norma ini hanya berupa perintah lisan dari orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Lama-kelamaan, perintah lisan tersebut berkembang menjadi aturan atau norma tertulis yang sengaja
dibuat agar lebih mudah dipelajari dan tidak mudah untuk berubah-ubah. Dengan demikian, diandaikan akan
adanya kepastian dalam pelaksanaannya.
Sebagai contoh, dalam praktik jual beli, pada mulanya perantara (calo) tidak mendapat keuntungan dari
penjual maupun pembeli. Apabila ada imbalan, itu hanya sebatas kerelaan saja. Namun, lama-kelamaan
perantara tersebut mendapat bagian keuntungan dan imbalan jasa dengan jumlah tertentu dari transaksi yang
terjadi. Akhirnya, memberi upah bagi calo merupakan sesuatu yang lazim berlaku dalam proses jual beli.
Dalam berpakaian dapat menjadi norma hukum jika masyarakat menganggapnya perlu dilakukan.
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama
lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan
timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”
(p. 22). Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah
hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial” (p. 50).
“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan
saling mendukung” (Siagian, 2004, p. 216).
Berdasarkan definisi di atas maka, dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan
antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok maupun atar individu dan kelompok.
Dalam kehidupan manusia atau individu selalu terjadi hubungan timbal balik. Dalam bermasyarakat
senatiasa menjadi interaksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu. Beberapa jenis
proses sosial dalam kehidupan bermasyarakat merupakan identifikasi dari interaksi yang bersifat kotinu.
Beberapa tokoh di dunia mempunyai pendapat yang berbeda – beda mengenai interaksi sosial.
Beberapa tokoh tersebut adalah Kimbal Young, Gillin, Tamotsu Shibutani, dan Soekanto.
Pada tahun 1986 Tamotsu Shibutani megutarakan pendapatnya tentang interaksi sosial. Ia lebih
mengedepankan hal – hal berikut :
a) Akomodasi
b) Ekspresi
c) Interaksi Strategis
d) Pengembangan Perilaku Manusia
- jenis proses sosial yang meliputi proses asosiatif dan proses diasosiatif
- jenis proses sosial yang meliputi proses asosiatif dan proses diasosiatif
BAB 3
KASUS
3.1 Kondisi Umum
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization) sebagai pandemi pada tanggal 10 Februari 2020 karena virus ini sudah menyebar
hampir ke seluruh negara di dunia. Pemerintah Indonesia menetapkan wabah penyebaran virus
mematikan Covid-19 ini sebagai Bencana Nasional pada tanggal 14 Maret 2020 dan menetapkan
Covid-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun
2020. Penetapan tersebut didasarkan pada penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang
bersifat luar biasa dengar ditandai jumlah kasus dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan meluas
lintas wilayah dan lintas negara dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Untuk menekan dampak dan penyebaran Covid-19 Pemerintah terus berupaya responsif dan tanggap
dalam menangani permasalahan ini dengan melakukan Pembatasan Sosial (Social Distancing) dan
Pembatasan Fisik ( Physical Distancing), serta menyerahkan kepada daerah untuk melakukan
percepatan penanganan Covid-19 dalam bentuk tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020.
Penanggulangan dan pencegahan penyebaran virus Covid-19 juga merupakan upaya penyelenggaraan
kekarantinaan kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan (selanjutnya disingkat UUKK). Dan penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan ini sendiri merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktor
risiko kesehatan masyarakat sehingga wabah dan kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19 dapat
segera diatasi.
PEMBAHASAN
4.1 ANALISIS KASUS BERDASARKAN TOPIK – TOPIK UTAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI
KESEHATAN
4.1.1 Hubungan Antara Lingkungan Sosial Dengan Kesehatan Dan Kondisi Sakit
1. Epidemiologi social
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala
Besar Tahap I dan Tahap II, penyebaran wabah Covid-19 di Sumatera Barat belum dapat ditekan.
Masih terjadi peningkatan jumlah kasus secara signifikan bahkan wabah tersebut telah menyebar ke
Sumatera Barat sehingga diperlukan perpanjangan PSBB Tahap III mulai tanggal 30 Mei-7 Juni
2020. Berdasarkan hasil pelaksanaan PSBB tahap III telah mampu menekan laju Covid-19 di
Sumatera Barat, hal ini terlihat dari perkembangan masyarakat yang terpapar Covid-19 sudah
melandai.
2. Social stress
penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang bersifat luar biasa dengar ditandai jumlah
kasus dan/atau jumlah kematian telah meningkat dan meluas, kebijakan "di-rumah-saja" dan
lockdown dapat menambah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat, terutama mereka yang
bekerja di sektor informal. Di sektor formal, sebanyak 1.052.216 orang dari 41.876 perusahaan
dirumahkan. Angka ini bertambah menjadi 1.427.067 per 9 April (Rina, 2020). Mengingat di
Provinsi Sumatera Barat tidak seluruh pekerja sektor informal tercatat, jumlah yang tidak bekerja
bisa jadi lebih besar dari yang dipaparkan di atas. Mereka tidak saja rentan secara ekonomi, namun
juga dalam aspek-aspek kehidupan lainnya, seperti akses terhadap kesehatan, pemukiman, pangan,
air bersih, internet, dsb.
4.1.2 Perilaku sehat dan sakit
1. Perilaku sehat
Sikap dan tindakan yang dilakukan masyarakat terkait dengan kesehatan mereka ketika
menghadapi pandemic Covid-19 terutama protokol kesehatan seperti: penggunaan masker 63%
selalu digunakan, mencuci tangan dengan sabun 46% dilakukan masyarakat, menghindari
berjabat tangan 62%, menghindari menyentuh wajah meski kadang-kadang 34%, sedangkan
menghindari pertemuan atau antrian panjang sebanyak 51% sering.
2. perilaku peran sakit
Trend kasus positif dirawat di rumah sakit terjadi penurunan sampai 30%, hal tersebut
menunjukkan penderita Covid-19 dengan gejala ringan lebih memilih karantina mandiri di
rumah. Saat menjalankan karantina penderita memisahkan diri dari penghuni rumah lainnya,
dari tempat istirahat, peralatan makan atau mandi yang digunakan, hingga cucian milik sendiri
untuk tidak dicampurkan. Lainnya, beristirahat dengan memastikan kondisi tubuh terhidrasi
dan mengonsumsi makanan bergizi, tetap berkomunikasi dengan keluarga dan teman.
Tentunya penderita perlu memantau kondisi kesehatan dari gejala COVID-19 seperti: demam,
batuk, rasa lelah. Jika alami gejala, ikuti saran dari dinas kesehatan dan jika susah bernapas
segera minta pertolongan medis.
Hindari untuk melakukan aktivitas dengan orang lain, seperti menerima tamu, keluar rumah
untuk kerja/beribadah/makan/belanja, menggunakan transportasi umum, dan lain-lainnya.
Oleh karena itu, masyarakat lebih memilih karantina mandiri di rumah dan membatasi
interaksi dengan tenaga medis di rumah sakit.
4.1.3 Praktisi perawatan kesehatan dan hubungan antara praktisi kesehatan dengan pasien
1. Tenaga professional di bidang kesehatan Kesehatan
Tenaga kesehatan yang telah memadai ditempatkan pada Rumah Sakit (RS) yang terdiri dari 2
rumah sakit rujukan Covid-19, 2 rumah sakit khusus dan 28 jejaring rumah sakit rujukan yang
terdiri dari RS pemerintah dan RS Swasta di Sumatera Barat. Dua rumah sakit rujukan yaitu RSUP
M. Djamil Padang dan RS. Achmad Muchtar Bukittinggi. Dua buah rumah sakit khusus Covid-19
yaitu RS Rasidin Padang dan RSUD Pariaman.
Data Pemeriksaan Labor Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran
UNAND dan Laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi membantu Pemerintah Sumatera Barat
dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Bahkan Sumatera Barat mampu menorehkan
angka perbandingan 0,43% dari jumlah penduduk Sumbar yang dilakukan tes PCR yang mana
angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan nasional yang masih pada angka 0,08%.
2. Pendidikan kesehatan dan sosialisasi oleh tenaga medis
Pemerintah baik pusat dan daerah melalui tenaga medis di daerah gencar menyosialisasikan
mengenai perilaku menghadapi tata kehidupan sosial baru, adapun perilaku yang berubah tersebut
diantaranya:
1) Membiasakan mencuci tangan setelah memegang sesuatu (lebih sering) dengan menggunakan
sabun atau hand sanitizer
2) Membiasakan memakai masker
3) Menghindari kerumunan dan menjaga jarak terhadap orang yang baru dating dari luar rumah
4) Mengurangi aktivitas ke luar rumah atau stay at home
5) Konsumsi makanan sehat seperti: vitamin, madu dan buah-buahan
6) Lebih sering berolahraga
7) Menerapkan 3M (Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak)
Di samping itu juga telah dilakukan sosialisasi untuk karantina mandiri ataupun karantina dengan
fasilitas pemerintah yang telah ditetapkan 8 lokasi karantina sesuai dengan SK Gubernur Sumatera
Barat Nomor 360-361-2020.
Pengetahuan masyarakat di Provinsi Sumatera Barat terhadap kesehatan mengalami perubahan
sejak adanya Pandemi Covid-19, terjadinya perubahan pola hidup sehat dan bersih yang mau tak
mau mereka harus terapkan di tengah keluarga, terutama terhadap protokol kesehatan.
3. Praktek tenaga kesehatan tradisional dan pengobatan alternatif
Sikap perilaku dalam mencegah, pengobatan sendiri dengan menggunakan obat tradisional
merupakan salah satu perilaku kesehatan. Health belief model (HBM)
digunakan untuk memprediksi perilaku preventif dalam bentuk perilaku sehat dan juga respon
perilaku terhadap pengobatan yang akan dilakukan, dengan fokus pada sikap dan kepercayaan
(belief) pada individu. Konsep mendasar dari model kepercayaan adalah perilaku kesehatan
ditentukan oleh kepercayaan individu atau persepsi tentang penyakit dan cara yang tersedia untuk
mengurangi kejadiannya. Pemahaman untuk pencegahan/penularan salah satunya adalah menjaga
imunitas
tubuh dengan konsumsi madu. hendaknya masyarakat bijak dan lebih cermat dalam memilih
produk-produk alternatif, inovasi-inovasi obat baru untuk Covid-19 tentu sangat diapresiasi tetapi
harus tetap pada koridor ilmiah yang dapat ditelusuri dan dibuktikan.
4. Interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien
Trend kasus positif dirawat di rumah sakit terjadi penurunan sampai 30%, hal tersebut
menunjukkan penderita Covid-19 dengan gejala ringan lebih memilih karantina mandiri di rumah.
Hal tersebut bisa saja terjadi karena masyarakat lebih memilih membatasi interaksi dengan tenaga
medis di rumah sakit.
4.1.4 Sistem Perawatan Kesehatan
1. Sistem kesehatan masyarakat
1) Regulasi oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersama delapan belas kabupaten/kota lain
telah sepakat untuk melaksanakan PSBB sebagai upaya untuk mempercepat penanganan Covid-
19 di Provinsi Sumatera Barat. PSBB di Sumatera Barat dilaksanakan selama 14 hari mulai
tanggal tanggal 22 April 2020 sampai dengan tanggal 5 Mei 2020 berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/260/2020 tanggal 17 April
2020 tentang Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Wilayah Provins Sumatera Barat.
Untuk pedoman pelaksanaan PSBB ditetapkan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat
Nomor 20 Tahun 2020. Dalam peraturan gubernur tersebut dilakukan pembatasan aktivitas di
luar rumah, meliputi: a. pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan/atau institusi pendidikan
lainnya; b. aktivitas bekerja di tempat kerja; c. kegiatan keagamaan di rumah ibadah; d.
kegiatan di tempat atau fasilitas umum; e. kegiatan sosial dan budaya; dan f. pergerakan orang
dan barang menggunakan modal transportasi. Namun masih terjadi peningkatan jumlah kasus
secara signifikan bahkan wabah tersebut telah menyebar ke Sumatera Barat sehingga
diperlukan perpanjangan PSBB Tahap III mulai tanggal 30 Mei-7 Juni 2020. Berdasarkan hasil
pelaksanaan PSBB tahap III telah mampu menekan laju Covid-19 di Sumatera Barat, hal ini
terlihat dari perkembangan masyarakat yang terpapar Covid-19 sudah melandai.
2) Selain itu, Sesuai surat Edaran Gubernur Nomor 360/072/Covid-19-SBR/IV-2020, Tentang
penyesuaian sistem kerja aparatur sipil negara atau karyawan selama pemberlakuan pembatasan
sosial berskala besar di wilayah Provinsi Sumatera Barat aparat yang mendapat tugas atau
tergabung dalam satuan tugas penanganan dan pengendalian Covid-19 akan tetap menjalankan
pekerjaannya seperti biasa.
3) Diterbitkan Instruksi Gubernur Sumatera Barat, Nomor: 360/035/Covid-19-SBR/IV-2020
tentang Tanggung Jawab Pemakaman Jenazah Covid-19 Di Provinsi Sumatera Barat. Instruksi
ini diterbitkan berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 revisi ke 4 dan
antisipasi penolakan dari sebagian masyarakat terhadap pemakaman jenazah Covid-19 di
daerah. Gubernur menginstruksikan kepada Bupati atau Walikota Se-Sumatera Barat. Ada 3
poin instruksi gubernur, antara lain (1). Mempedomani langkah-langkah pemakaman pasien
covid-19 dan percepatan pemakamannya. (2). Bupati atau Walikota Bertanggung jawab dalam
pemakaman jenazah pasien Covid-19 agar berjalan lancar, sesuai dengan protokol kesehatan.
(3). Bupati atau Walikota harus memastikan dan mengawasi proses pemakaman jenazah pasien
Covid-19 agar tidak terjadi penolakan dan berkoordinasi dengan kepolisian. Instruksi ini
diterbitkan dan diberlakukan pada 17 April 2020.
2. Health care delivery
1) Berdasarkan peraturan presiden Nomor 7 Tahun 2020, tentang pembentukan gugus tugas
percepatan dan penanganan covid-19, pemerintah provinsi Sumatera Barat menerbitkan
Sumatera Barat melakukan rapat koordinasi dengan seluruh kepala daerah se-Sumatera Barat
pada 16 Maret 2020. Hasilnya, pemerintah Provinsi Sumatera Barat menerbitkan Surat
keputusan agar bisa ditindak lebih lanjut. Surat Keputusan Gubernur, Nomor 360/322/BPBD-
2020, perihal Penanganan Covid-19 di Provinsi Sumatera barat.
2) Dari 32 Rumah Sakit (RS) yang terdiri dari 2 rumah sakit rujukan Covid-19, 2 rumah sakit
khusus dan 28 jejaring rumah sakit rujukan yang terdiri dari RS pemerintah dan RS Swasta di
Sumatera Barat. Dua rumah sakit rujukan yaitu RSUP M. Djamil Padang dan RS. Achmad
Muchtar Bukittinggi. Dua buah rumah sakit khusus Covid-19 yaitu RS Rasidin Padang dan
RSUD Pariaman. dengan kapasitas 782 tempat tidur. Di samping itu juga telah ditetapkan 8
lokasi karantina sesuai dengan SK Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-361-2020.
3. Efek sosial teknologi Kesehatan
1) Catatan BPS menunjukkan keberadaan kelompok yang rentan jatuh miskin yang jumlahnya
mencapai angka yang berada di atas Garis Kemiskinan Sementara (BPS, 2020). Data ini
mengindikasikan, kebijakan "di-rumah-saja" dan lockdown dapat menambah penduduk miskin
di Provinsi Sumatera Barat, terutama mereka yang bekerja di sektor informal. Dalam prakiraan,
paling tidak kemiskinan akan meningkat menjadi 12,4% atau sekitar 8,5 juta orang akan berada
dalam kategori miskin. atau sekitar 20% dari penduduk Provinsi Sumatera Barat.
2) pemanfaatan teknologi informasi digital dalam bidang Kesehatan ditemukan adanya
masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan informasi yang lengkap dan cepat tentang
penyebaran dan cara-cara mencegah dan mengendalikan serta menanggulangi dampak pandemi
COVID-19 dirasakan oleh masyarakat sebagai salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat
tidak taat pada peraturan dan protokol kesehatan. Hanya masyarakat yang memiliki akses
internet memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang cara-cara
melindungi diri yang sesuai dengan saran-saran otoritas kesehatan, pendidikan daring, dan
informasi lainnya. Tentu saja, adopsi internet berkaitan erat dengan ketersediaan teknologi
maupun faktor-faktor lain, seperti tingkat pendidikan dan penghasilan pengguna, pembangunan
infrastruktur teknologi informasi, ketersediaan konten yang relevan, serta berbagai faktor
kultural maupun structural lainnya.
Di Sumatra Barat tatanan baru berbasis kearifan lokal, pada prinsipnya merupakan
penyelenggaraan tatanan baru di Sumatera Barat dengan menyelaraskannya dengan kearifan
lokal yang dipunyai masyarakat sumatera barat. Melibatkan masyarakat dalam penanganan
dan pengendalian Covid-19 juga diterapkan pada program di Provinsi Jawa Timur dibuktikan
dengan dikeluarkannya beberapa contoh konsep atau program berbasis masyarakat yang
dicanangkan oleh pemerintah diantaranya:
Promosi kesehatan berbasis masyarakat ini menjadi salah satu upaya pemerintah bersama
masyarakat untuk menekan penyebaran Covid-19. Warga di tingkat desa atau RT/RW
diharapkan mampu mengelola warganya dari sisi kesehatan, ekonomi dan sosial dengan
prinsip kegotongroyongan.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H.,
... & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45-67.
Diakses(http://www.jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415/228) pada
21 Januari 2022
http://repo.unand.ac.id/39186/1/Ermayanti%20Laporan%20Penelitian%202020%20oke.pdf,
diakses pada 22 Januari 2022
https://promkes.kemkes.go.id/masyarakat-indonesia-sambut-baik-vaksinasi-covid-19, diakses
pada 22 Januari 2022