Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Pendekatan Inquiry, problem solving, dan Sains Teknologi dan Masyarakat


(STM)”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pendidikan Bahasa Indonesia SD3”
Dosen Pengampu :
Drs. Khairil Anwar, M. Pd / Dessy Dwitalia Sari, M. Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Kelas : 6B

Muhammad Akmal Yanuari (1910125310039)


Reginatama Putri (1910125320057)
Diah Arum Ningsih (1910125220072)
Erisa Winda Bestari (1910125220037)
Rini Wahyuni (1910125120042)
Nurul Azmy (1910125120017)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIAKN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT serta
sholawat dan salam tak lupa senantiasa kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw yang mana atas karunia-Nya dan syafaat beliau kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia SD3, Semester 6 Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lambung Mangkurat, dengan materi pembahasan mengenai “Pendekatan Inquiry,
Problem Solving, dan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Drs. Khairil Anwar, M. Pd
dan juga Ibu Dessy Dwitalia Sari, M. Pd Selaku dosen pengampu beserta pihak-
pihak yang sudah mendukung penulisan makalah ini. Kami pun sangat menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan guna menjadikan makalah ini menjadi lebih sempurna. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin
Yarobbal Aalamiin.

Banjarmasin, 11 Februari 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................................... 2
BAB II ISI .......................................................................................................................... 3
A. Pendekatan Inquiry .............................................................................................. 3
B. Pendekatan Problem Solving ............................................................................... 6
C. Pendekatan STM ................................................................................................ 10
D. Kelebihan dan Kekurangan di setiap Pendekatan........................................... 15
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran berpusat pada guru sebagai seorang ahli yang
memegang kontrol selama proses pembelajaran, baik organisasi, materi,
maupun waktu. Guru bertindak sebagai pakar yang mengutarakan
pengalamannya secara baik sehingga dapat menginspirasi dan menstimulasi
peserta didik, sedangkan pendekatan pembelajaran student centered, peserta
didik didorong untuk mengerjakan sesuatu sebagai pengalaman praktik dan
membangun makna atas pengalaman yang diperolehnya. Guru hanya berperan
sebagai motivator dan fasilitator sedangkan pembelajaran berpusat pada peserta
didik, pembelajaran dibangun atas pengetahuan yang telah dimiliki peserta
didik (prior knowledge) yang berlangsung dalam situasi yang berhubungan
dengan tempat kita berada, orang yang telah dikenal, dan kepercayaan sesuatu
yang pernah dimiliki. Jadi, pada pembelajaran ini, terjadi penyesuaian
pengetahuan baru dengan didasarkan atas struktur pengetahuan sebelumnya.
Pembelajaran yang berpusat ada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif, atau pembelajaran
ekspositori dan pendekatan.
Pada kenyataannya proses belajar mengajar umumnya kurang mendorong
pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Ada dua faktor penyebab berpikir
kritis tidak berkembang selama pendidikan. Pertama, kurikulum yang
umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga guru lebih
terfokus pada penyelesaian materi. Artinya, ketuntasan materi lebih
diprioritaskan dibanding pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
matematika. Kedua, bahwa aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini
dilakukan oleh guru tidak lain merupakan penyampaian informasi (metode
ceramah), dengan lebih mengaktifkan guru, sedangkan siswa pasif
mendengarkan dan menyalin, dimana sesekali guru bertanya dan sesekali siswa
menjawab. Kemudian guru memberi contoh soal, dilanjutkan dengan memberi
soal latihan yang sifatnya rutin dan kurang melatih daya kritis; akhirnya guru
memberikan penilaian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Pendekatan Inquiry
2. Pendekatan Problem Solving
3. Pendekatan STM
4. Kelebihan dan Kekurangan di setiap pendekatan
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pendekatan Inquiry
2. Untuk mengetahui Pendekatan Problem Solving
3. Untuk mengetahui Pendekatan STM
4. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan di setiap pendekatan.

2
BAB II
ISI
A. Pendekatan Inquiry
1. Pengertian Inquiry
Inquiry adalah kata yang memiliki banyak makna bagi banyak orang
dalam berbagai konteks yang berbeda. Dalam bidang sains, inquiry berarti
seni atau ilmu bertanya tentang alam dan menemukan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Inquiry dilakukan melalui langkah-langkah seperti
observasi dan pengukuran, hipotesis, interpretasi, dan penyusunan teori.
Inquiry memerlukan eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan terhadap
kekuatan dan kelemahan metode yang digunakan (Hebrank, 2000).
Pendapat senada dikemukakan oleh Budnitz (2003), yang mengatakan
bahwa inquiry berarti mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab melalui
justifikasi dan verifikasi.
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal pendekatan pembelajaran
yang disebut Inquiry-Based Learning (IBL) dan pendekatan pengajaran
yang disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL adalah cara memperoleh
pengetahuan melalui proses inquiry(Hebrank, 2000). Sementara itu, IBT
adalah sebuah pendekatan pengajaran yang memandatkan guru untuk
menciptakan situasi yang memposisikan pemelajar sebagai ilmuwan.
Pembelajar mengambil inisiatif untuk mempertanyakan suatu fenomena,
mengajukan hipotesis, melakukan observasi di lapangan, menganalisis data,
dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain.
Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal
tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban,
pemelajar bekerja dengan menggunakan standar tertentu yang jelas
sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
dimungkinkan pemelajar mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai
disiplin ilmu dan/atau metode yang berbeda (Budnitz, 2003).

3
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh informasi dengan
melakukan pengamatan dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah dengan menggunakan berpikir kritis dan logis.
Terdapat beberapa sintaks model Inkuiri, salah satunya oleh Joyce dan Weil
(2000), yang terdiri dari 6 tahap yaitu, (1) identifikasi dan penetapan ruang
lingkup masalah, (2) perumusan hipotesis, (3) pengumpulan data, (4)
interpretasi data, (5) pengembangan simpulan, dan (6) menganalisis proses
inkuiri.
2. Tujuan Inquiry
Tujuan utama pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri adalah
mengembangkan sikap dan keterampilan siswa, sehingga mereka dapat
menjadi pemecah masalah yang mandiri (independent problem solvers).
Dengan begitu siswa harus bisa mengembangkan pemikiran skeptis tentang
sesuatu hal dan peristiwa-peristiwa yang ada di dunia ini (Jarolimek, 1977).
Menurut pendapat Joice dan Weil (1980) mengatakan bahwa tujuan umum
dari pendekatan inkuiri ini adalah membantu siswa mengembangkan
disiplin dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan
masalah dan mencari jawabannya sendiri melalui rasa keingin-tahuannya
itu.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa
tujuan umum pendekatan inkuiri adalah membantu siswa disiplin dan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan
kemudian dapat mencari jawabannya sendiri sehingga mereka dapat
menjadi pemecah masalah mandiri.
Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan utama dari strategi inkuiri
adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses belajar.

4
3. Ciri – ciri Inquiry
a. Aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
b. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
c. Mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (Self belief).
d. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri
4. Pendekatan Inquiry Pada Pelajaran Bahasa Indonesia
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran bervariasi.
Materi pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu susah
dimengerti oleh anak didik. Apalagi, bagi anak didik yang kurang menyukai
bahan pelajaran yang disampaikan itu. Anak didik cepat merasa bosan dan
kelelahan tentu tidak dapat dihindari. Hal itu disebabkan, karena penjelasan
guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang profesional tentu sadar
bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik dikarenakan guru masih
menggunakan pendekatan tradisional.
Slameto (2003) mengemukakan bahwa peranan guru telah
meningkat dari sebagai pengajar menjadi sebagai direktur pengarah belajar.
Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluarnya. Apa salahnya jika
menghadirkan pendekatan baru, seperti pendekatan kontekstual tepatnya
pada model inkuiri guna mencapai tujuan yang ditetapkan sebelum
pelaksanaan pengajaran berlangsung. Menurut Nurhadi (2002) pendekatan
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.

5
Menurut Winawan (2007) pembelajaran bahasa Indonesia selain
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat,
persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan
kemampuan memperluas wawasan. Salah satu materi pengajaran bahasa
Indonesia misalnya, adalah pembelajaran berita, tepatnya fakta dan opini.
Materi fakta dan opini tampaknya cukup sulit diajarkan dan cenderung
membosankan daripada materi pengajaran bahasa Indonesia lainnya. Guru
yang profesional tentunya mempunyai pendekatan atau pemodelan dalam
memecahkan kesulitan pada pembelajaran fakta dan opini. Untuk itu, demi
mengatasi kesulitan dan kebosanan pada pelajaran fakta dan opini, maka
diperlukanlah pemilihan model inkuiri yang dapat membantu kesulitan
dalam pembelajaran fakta dan opini.

B. Pendekatan Problem Solving


1. Pengertian Problem Solving
Metode pembelajaran problem solving berasal dari John Dewey,
maksud metode ini adalah memberikan latihan kepada anak untuk berfikir.
Metode ini dapat menghindarkan anak dari membuat kesimpulan yang
tergesa-gesa, menimbang- nimbang kemungkinan berbagai pemecahan, dan
menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang
cukup (Abdul Kadir Musyik, 1981).
Metode pembelajaran problem solving merupakan salah satu
metode pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat
konstrukstivisme. Konstuktivisme merupakan salah satu aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi (bentukan) kita sendiri (Matthews, 1994). Pengetahuan bukanlah
suatu imitasi dari kenyataan, pengetahuan selalu merupakan akibat dari
suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian
aktivitas seseorang (siswa).

6
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih anak
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah perorangan maupun
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama- sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya
adalah pemecahan masalah.
Metode problem solving atau metode pemecahan masalah bukan
sekedar metode mengajar tetapi merupakan metode berfikir. Sebab dengan
metode problem solving anak mencoba berusaha belajar berfikir dengan
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dari metode mencari
masalah, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan. Hal ini
sebenarnya bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi anak harus dilatih
supaya dapat berfikir kreatif. Metode problem solving dapat diberikan
secara individu maupun kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan
kreatifitas berfikir anak.
Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah
interaksi antara stimulus dan respon yang merupakan hubungan dua arah,
belajar dan lingkungannya. Hubungan dua arah itu terjadi antara siswa dan
guru, antara pelajar dan pengajar. Lingkungan memberikan pengaruh dan
masukan kepada anak berupa bantuan dan masalah dan system saraf otak
memberikan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari jalan pemecahannya. Pengetahuan
dasar dan pegalaman anak yang telah dimiliki dan telah diperoleh dari
lingkungannya akan menjadikan dirinya sebagaibahandanmateriuntuk
memperoleh pengertian serta dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan
belajarnya.
Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah proses
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi
baru yang belum dikenal.

7
2. Tujuan Problem Solving
Metode pembelajaran problem solving mengembangkan
kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk
mengobservasi problema, mengumpulkan data, menganalisa data,
menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data
yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan
hasil pemecahan masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut
cara berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan atau
keputusan yang diyakini kebenarannya karena seluruh proses pemecahan
masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang ¥berhasil
dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau
ditetapkan.

Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah adalah:


a) Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari
sebab-akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid
dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah
apabila akan memecahkan suatu masalah.
b) Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang
bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini
memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai
bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan kecakapan ini
dapatditerapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya
didalam masyarakat.

Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan


mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga
problem solving melatih siswa berfikir kritis dan metode ini melatih siswa
memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metode problem
solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara
memecahkan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan nyata atau di
luar lingkungan sekolah.

8
Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan
metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang
memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku
teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber- sumber lingkungan
seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam
lingkungan sekolah. Tujuannya agar memudahkan siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan
sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang penyelesaian
masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.
3. Ciri – Ciri Problem Solving
Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran problem solving adalah:
a) Mengajukan pertanyaan atau masalah
Pengajaran berdasarkan masalah bukan hanya mengorganisasikan
prinsip- prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran
berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara penting dan secara
pribadi bermakna bagi anak.
b) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pengajaran berdasarkan masalahmungkin berpusat pada
mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah
itu dari banyak mata pelajaran.
c) Penyelidikan autentik
Pengajaran berdasarkan masalah mengharuskan anak melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaiannya taterhadap
masalah nyata.
d) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.
Pengajaran berdasarkan masalah menuntut anak untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan
yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan.

9
4. Pendekatan Problem Solving Pada Pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam pengajaran bahasa Indonesia penggunaan metode mengajar harus
berpedoman pada tujuan yang akan dicapai tanpa melupakan faktor-faktor siswa.
Guru harus menggunakan metode yang sesuai situasi dan kondisi kelas pada saat
pembelajaran.
Salah satu metode yang tepat digunakan dalam pelajaran bahasa
Indonesia kelas XII di SMA Negeri 1 Jatibarang adalah metode
pembelajaran problem solving. Metode ini merupakan cara penyajian bahan
pelajaran dengan jadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk
dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahannya oleh siswa.
Penerapan metode pembelajaran problem solving dilakukan dimana
guru menyampaikan pokok bahasan yang akan diajarkan sehari atau
sebelum pembelajaran. Pada saat pembelajaran siswa sudah mempelajari
materi yang telah dipelajari.
Sehingga potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
Hasil tersebut dapat ditunjukkan karena materi yang dipelajari akan terpatri
dan dapat bertahan lama dalam pikiran, sehingga dibuktikkan siswa mampu
mengeluarkan pendapatnya dengan rasa percaya diri.

C. Pendekatan STM
1. Pengertian STM
Isitlah STM diterjemahkan dari akronim bahasa inggris STS
(Science-Technology-Scociety) yang pertama kali diciptakan oleh John
ZIman dalam bukunya “Teaching and Learning About Scince and Society”
Ia mengemukakan bahwa konsep-konsep dan proses sains seharusnya
sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat (S-T-M) merupakan
suatu strategi pembelajaran yang memadukan pemahaman dan
pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan tujuan agar
konsep sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang bermanfaat
bagi peserta didik dan masyarakat. STM dipandang sebagai
proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman
manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatkan

10
kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam bahasa aslinya (Bahasa Inggris), pendekatan Sains Teknologi
dan Masyarakat (STM) dikenal sebagai Science Technology and Society
Approach (Science = sains; Technology = teknologi; Society =
masyarakat; dan Approach = pendekatan). Di Indonesia, pendekatan STM
ini mulai diperkenalkan di tahun 1990. Di negara pengembangnya, yaitu
Inggris dan Amerika, pendekatan STM atau STS ini telah banyak digunakan
dalam pembelajaran sejak tahun 1970-an.
Pendekatan S-T-M pada awalnya merupakan salah satu pendekatan
yang ditujukan untuk pendidikan ilmu alam (natural science education).
Pertama kali berkembang di Amerika Serikat, selanjutnya di Inggris dengan
nama SATIS (Science Technology in Society), di Eropa dikembangkan EU-
SATIS. Sedangkan di Israel dengan istilah (Science Technology
Environment Society) dan di negara-negara Afrika dengan nama Science
Policy. Sedangkan istilah Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M atau
SATEMAS) sendiri pertama kali dikemukakan oleh John Ziman dalam
bukunya Teaching and Learning About Science and Society.
Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia
pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena
ilmu pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan
teknologi merupakan suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari
konsep yang telah dipelajari dan dipahami. Dengan kata lain untuk
memahami sains dan teknologi berarti harus memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalah dengan menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal
teknologi yang ada di masyarakat serta dampaknya, mampu menggunakan
dan memelihara hasil teknologi, kreatif membuat hasil teknologi sederhana,
dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakatnya.

11
Definisi S-T-M menurut The National Science Teachers Association
(NSTA) adalah belajar dan mengajar sains dalam konteks pengalaman
manusia. Sedangkan Poedjiadi (2005:47) mengatakan bahwa pembelajaran
S-T-M berarti menggunakan teknologi sebagai penghubung antara sains dan
masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
S-T-M merupakan suatu strategi pembelajaran yang memadukan
pemahaman dan pemanfaatan sains, teknologi dan masyarakat dengan
tujuan agar konsep sains dapat diaplikasikan melalui keterampilan yang
bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat
2. Tujuan STM
Tujuan pendekatan STM adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masaah-masalah dalam masyarakat serta mengambil
tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Tujuan utama pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)
yaitu agar dihasilkan siswa-siswa yang memiliki bekal ilmu dan
pengetahuan agar nantinya mampu mengambil keputusan-keputusan terkait
masalah-masalah dalam masyarakat. Pendekatan Sains Teknologi dan
Masyarakat (STM) berlandaskan 3 hal yaitu:
a) Hubungan erat antara sains, teknologi dan masyarakat.
b) Proses belajar-mengajar didasarkan kepada teori konstruktivisme,
dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya saat berinteraksi
dengan lingkungan.
c) Ada 5 ranah pembelajaran, yaitu: 1) Ranah kognitif 2) Ranah afektif
3) Ranah proses sains 4) Ranah kreativitas, dan 5) Ranah hubungan
dan aplikasi

12
3. Ciri – ciri STM
STM adalah sebuah model dalam proses belajar-mengajar yang
mengaitkan antara sains-teknologi dalam konteks kehidupan. Ciri-ciri khas
pembelajaran dengan model STM adalah sebagai berikut:
a) siswa mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di daerahnya dan
dampaknya
b) menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan)
untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan
masalah,
c) keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah
d) penekanan pada keterampilan proses sains, agar dapat digunakan oleh
siswa dalam mencari solusi terhadap masalahnya, dan
e) sebagai perwujudan otonomi setiap individu dalam proses belajar.
Menurut Fajar (2003:108), mengemukakan pada umumnya S-T-M
memiliki karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut:
a) Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan
dampak.
b) Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk
mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
c) Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi yang dapat
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
d) Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
e) Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
f) Suatu pandangan bahwa isi dari pada sains bukan hanya konsep-konsep
saja yang harus dikuasai siswa dalam tes.
g) Penekanan pada keterampilan proses dimana siswa dapat
menggunakannya dalam memecahkan masalah.
h) Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan
teknologi.

13
i) Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia
mencoba untuk memecahkan isu-isu yang telah diidentiflkasikan.
j) Identifikasi sejauhmana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
k) Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
4. Pendekatan STM Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam
pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan
pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih
kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai
akibat perkembangan sains dan teknologi.
Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan
proses penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras
ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah
sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma
sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling
berinteraksi (Widyatiningtyas, 2009).
Menurut Widyatiningtyas (2009), pendekatan STM dapat
menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat
dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses pendekatan ini dapat
memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi
masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah,
mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi
berdasarkan keputusan tertentu.
Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman,
penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui
pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan
tentang fenomena alam yang meliputi produk dan proses.
Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan yang
menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional
secara umum dan tujuan pendidikan sains secara khusus, yaitu untuk

14
meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah (Amien, 1992 dalam
Widyatiningtyas, 2009).
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam
pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan
pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih
kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai
akibat perkembangan sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005).
Menurut Raja (2009), keputusan yang dibuat oleh masyarakat
biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk melaksanakannya.
Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi sebagai
sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh
teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam
pendekatan STM. Data juga menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai
sebuah bidang di semua masyarakat.

D. Kelebihan dan Kekurangan di setiap Pendekatan


1. Pendekatan Inquiry
Kelebihan pendekatan Inquiry
- Peserta didik dapat mengembangkan penguasaan keterampilan dan
proses kognitif
- Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dapat maju sesuai
kemampuan
- Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Kekurangan pendekatan Inquiry
- Memerlukan kesiapan mental untuk melakukan cara belajar Inquiry
- Membutuhkan banyak waktu untuk membantu peserta didik
menemukan teori atau jawaban
- Sulit mengontrol kegiatan keberhasilan siswa

15
2. Pendekatan Problem Solving
Kelebihan pendekatan Problem Solving
- Dapat membuat proses belajar mengajar di sekolah menjadi lebih
relevan dan interaktif sesuai dengan budaya dan kehidupan
- Pemecahan suatu masalah dapat membiasakan siswa dalam menghadapi
dan memecahkan masalah secara terampil
- Dapat merangsang perkembangan dan kemampuan berpikir siswa
secara kreatif, inovatif dan menyeluruh

Kekurangan pendekatan Problem Solving


- Kesulitan dalam menentuka tingkat suatu kesulitan masalah
- Waktu yang diperlukan relatif lama
- Perlu adaptasi dan kebiasaan belajar siswa

3. Pendekatan STEM
Kelebihan pendekatan STEM
- Menciptakan kesempatan pada peserta didik untuk menghubungkan
antara pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi familiar bagi
setiap peserta didik.
- Pendekatan interdisipliner dan diterapkan berdasarkan konteks dunia
nyata dan pembelajaran berbasis masalah
- Pembelajaran STMmeliputi proses berpikir kritis, analitis, dan
kolaborasi.

Kekurangan pendekatan STEM


- Memungkinkan peserta didik tidak tertarik terhadap salah satu bidang
STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)
- Peserta didik gagal memahami inegrasi yang terjadi secara alami antara
pembelajaran STEM di dunia nyata sehingga menghambat pertumbuhan
akademik peserta didik.
- Guru harus memahami benar integrasi bidan STEM dengan benar.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisa disimpulkan bahwa dari Pendekatan Inquiry, Problem Solving dan juga
STM memiliki pendekatan pembelajaran yang dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, Pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu. Kita tidak bisa hanya terpaku pada satu
pendekatan pembelajaran saja, karena itu pasti akan sangat membosankan bagi
peserta didik. Guru harus mampu menggunakan berbagai strategi pembelajaran
untuk mengembangkan pemikiran kritis dan problem solving, mengikuti
perkembangan teknologi yang ada, dan melakukan evaluasi.
Pendekatan Pembelajaran mengandung dua kata, yaitu pendekatan dan
pembelajaran. Pengertian pendekatan sendiri adalah suatu kerangka pemikiran
yang masuk agar memiliki langkah yang tepat untuk memecahkan masalah
guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Sedangkan pengertian pembelajaran
adalah merupakan kegiatan dalam proses implementasi kurikulum yang
dilakukan oleh guru agar siswa dapat mencapai pembelajaran efektif.
B. Saran
Untuk melaksanakan tugas guru secara profesional, kita sebagai calon guru
itu sendiri dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai
dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan. Sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan

17
DAFTAR PUSTAKA
Saliman. (2009). Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran. INFORMASI, No. 2,
XXXV.(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https:
//journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/6391/5524&ved=2ah
UKEwj6heLV-
PH1AhWCT2wGHflPA6sQFnoECAUQAQ&usg=AOvVaw1u_ZrH2X8A
xUqJFV_mOM1U,diakses pada 9 Februari 2022)
Ngalimun, dkk. (2015). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo. Hlm 63.
Kusmaryono, H., Rokhis, S. (2013). Penerapan Inquiry Based Learning untuk
Mengetahui Respon Belajar Siswa pada Materi Konsep dan Pengelolaan
Koperasi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, Vol. VIII, No.
2(133-145).
Prayitno, B. A., dkk. (2013). Penerapan Integrasi Sintaks Inquiry dan STAD
(INSTAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siswa Kelas VII-D SMPN 27 Surabaya. BIOEDUKASI, Vol. 6, No. 1(34-
38).
Lina Oktariani Utami, Indah Sari Utami, Nora Sarumpaet. 2017. Jurnal Pendidikan
(Online). PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
MELALUI KEGIATAN BERMAIN. http://www.e-
journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-
siliwangi/article/viewFile/649/479. Diakses pada hari Selasa, 8 Februari
2022.
RN Sari. 2017. Jurnal Pendidikan (Online). PENGARUH PENGGUNAAN
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP
PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK MATA PELAJARAN IPS
KELAS V DI SEKOLAH DASAR ISLAM (SDI) BABADAN WLINGI
BLITAR. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5760/5/Bab%202.pdf. Diakses
pada hari Selasa, 8 Februari 2022.

18
Elok Fatayati. 2021. Artikel (Online) METODE TEPAT PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DENGAN PROBLEM SOLVING.
https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-
guruku/2021/11/15/metode-tepat-pembelajaran-bahasa-indonesia-dengan-
problem-solving/?amp. Diakses pada hari Selasa, 8 Februari 2022.
Budiarti Yesi Dan Siti Suprihatin. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Sain
Teknologi Masyarakat (Stm) Terhadap Kemampuan Soft Skill Mahasiswa.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Um Metro. 5 (2) : 132-133.
Lestari Hidayah, Dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (Stm) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas
Viii Smpn 3 Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi. 2 (3) : 112-
113.
Poedjiadi, Anna (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Simatupang, H. Purnama, D. (2019). Handbook Best Practice Strategi Belajar
Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Media Guru.

19

Anda mungkin juga menyukai