Anda di halaman 1dari 7

“Tugas Lembaga Negara (MK,KY)”

Kelompok 4 :
 M.Rhaditya S
 Farah Yasmin
 Nida aulia
 M.Ammar
 Eric Fernando

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 1


1. ARTI MK(Mahkamah Konstitusi)
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (disingkat MKRI) adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan

kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung .


2. ARTI KY(Komisi Yudisial)
Komisi Yudisial Republik Indonesia atau cukup disebut Komisi Yudisial (disingkat KY
RI atau KY) adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.[1] Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat
mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh
kekuasaan lainnya.Komisi Yudisial bertanggungjawab kepada publik melalui DPR, dengan cara
menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.

3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MAHKAMAH KONSTITUSI


1. Menguji Undang-Undang
Salah satu tugas MK yang utama adalah menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar. MK bertugas menjelaskan jika ada perbedaan interpretasi atas sebuah undang-undang
yang dibuat berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD).

2. Memutus Sengketa Kewenangan Lembaga Negara


Wewenang MK juga bertugas untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. Mahkamah Konstitus menjadi lembaga
yang berhak untuk memutuskan segala konflik dan perselisihan wewenang dalam lembaga
negara.

3. Memutus Pembubaran Partai Politik


Tugas Mahkamah Konstitusi juga penting dalam pengawasan partai politik. MK memiliki
wewenang untuk memutus pembubaran partai politik. Tentu segala prosedur terkait
pembubaran partai politik harus dilakukan sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Memutus Perselisihan Tentang Hasil Pemilihan Umum


MK juga memiliki wewenang untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum atau
pemilu. Segala sengketa, konflik atau dugaan kecurangan dalam pemilu bisa dilaporkan dan
diajukan ke Mahkamah Konstitusi, untuk kemudian diputuskan solusinya.

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 2


5. Memberi Putusan Mengenai Dugaan Pelanggaran Presiden
Mahkamah Konstitusi juga wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-
Undang Dasar. DPR berhak mengajukan dugaan pelanggaran presiden untuk diputuskan oleh
MK.

Nah itulah penjelasan tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi menurut Undang-Undang
Dasar. Segala sesuatu terkait tugas dan fungsi MK telah diatur dalam UUD 1945 pasal 24C
selaku dasar hukum MK dalam undang-undang. Semoga bisa menjadi referensi.

4. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMISI YUDISIAL


Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011, dalam melaksanakan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung
dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan, maka
Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
b. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
c. Menetapkan calon hakim agung; dan
d. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
 
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 mengatur bahwa: 
1. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas:
 
a. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim;
b. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim;
c. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup;
d. Memutus benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim,
e. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok
orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
 
2. Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi Yudisial juga mempunyai tugas
mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim;
 
3. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial dapat meminta bantuan
kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam
hal adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim oleh Hakim.
 

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 3


4.Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)

5. WEWENANG KOMISI YUDISIAL


Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai wewenang:
 
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR
untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan
Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).

6. WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI


Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan ketentuan tersebut,
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman selain Mahkamah
Agung. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi
adalah suatu lembaga peradilan, sebagai cabang kekuasaan yudikatif, yang mengadili perkara-
perkara tertentu yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal 10 ayat (1)
huruf a sampai dengan d UU 24/2003, kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji
undang-undang terhadap UUD 1945; memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; memutus pembubaran partai politik; dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain itu, berdasarkan Pasal 7 ayat (1) sampai
dengan (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang ditegaskan lagi oleh Pasal 10 ayat (2) UU
24/2003, kewajiban Mahkamah Konstitusi adalah memberikan keputusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan
tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 4


7. HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA MK .
Hubungan Presiden dengan MK

Hubungan Presiden dengan MK di atur di dalam :

UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan
atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.

UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang
anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga
orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh
Presiden.”

UU no 48 tahun 2009 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Selain kewenangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.”

UU no 48 tahun 2009 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “Hakim konstitusi diajukan masing-
masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
dan 3 (tiga) orang oleh Presiden.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (MK), MK mempunyai lima kewenangan. Yakni, menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, memutus
perselisihan hasil pemilu (baik di tingkat nasional maupun pemilihan umum kepala daerah) dan
memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden (impeachment).

Dari lima kewenangan MK itu, hampir semuanya berpotensi bersinggungan dengan Presiden.
Pertama, pengujian UU terhadap UUD. Lembaga negara yang mempunyai kewenangan
membuat UU adalah Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga produk Presiden –
bersama dengan DPR- lah yang diuji ke MK. Kedua, sengketa kewenangan antar lembaga
negara (SKLN). Sebagai lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, Presiden
berpeluang menjadi subjek perkara SKLN di MK.

Ketiga, memutus pembubaran partai politik. Pasal 68 UU No.23/2004 tentang MK disebutkan


bahwa pemohon pembubaran partai politik adalah pemerintah. Jadi, hanya pemerintah
(Presiden) yang berhak memohon agar MK membubarkan sebuah partai politik yang dianggap
“berbahaya”.

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 5


Sedangkan, kewenangan dalam memutus sengketa hasil pemilu atau pemilukada tidak terlalu
berhubungan dengan presiden. Pasalnya, pemilu atau pemilukada diselenggarakan oleh
lembaga yang independen –Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota-
dari presiden.

Terakhir, kewenangan memutus perkara impeachment atau pemakzulan Presiden dan/atau


Wakil Presiden adalah kewenangan khusus yang diberikan UUD. Bila DPR menemukan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden berupa
pengkhinatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden, maka perkara itu akan dibawa ke MK. Setelah MK memutus, maka
akan diserahkan lagi ke Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk melakukan eksekusi.
MPR dimungkinkan untuk melakukan eksekusi yang berbeda dengan putusan MK.

8. HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA KY

Hubungan KY Dan MA Adalah Dinamika Lembaga


Purwokerto (Komisi Yudisial) – Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Layanan
Informasi Komisi Yudisial (KY) Farid Wajdi hadir sebagai salah satu narasumber dalam
Seminar Nasional dan Call of Paper dengan tema “Sinergitas Mahkamah Agung dan Komisi
Yudisial dalam Mewujudkan Excellent Court” yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah
Purwokerto (UMP), Sabtu (06/05) di Aula A.K. Anshori Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Farid banyak menyoroti soal sinergi dan komunikasi KY dengan MA belakangan ini.
 
“Hakim harus diawasi karena merupakan Wakil Tuhan dan wewenangnya luar biasa. Presiden
saja tidak bisa mencabut nyawa manusia,” tegas Farid.
 
Namun, publik melihat bila hubungan KY dan MA ada semacam ketegangan. Salah satu
penyebabnya adalah ada kalanya media memberikan asumsi yang salah atas pernyataan KY.
 
“Jika boleh diibaratkan, terkait hal-hal yang wajib antara KY dan MA tidak terjadi
permasalahan. Hanya yang sunnah-sunnah saja kadang kala ada perbedaan pendapat, tapi itu
adalah dinamika dalam hubungan antar lembaga,” jelas mantan Dekan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara ini.
 

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 6


Tenangnya hubungan antar KY dan MA juga ternyata memberi persepsi pada masyarakat
bahwa KY adalah lembaga macan ompong. Padahal cara kerja KY berbeda, yakni bersifat
rahasia. Tugas KY yang paling utama adalah menjaga, bukan menegakkan. Sehingga sistem
pelaksanaan tugas pengawasan di KY tidak diekspos secara masif seperti kinerja lembaga
lainnya. KY adalah lembaga etik, sehingga dalam menjalankan tugasnya haruslah tetap
menerapkan asas presumption of innoncet. Bahkan jika dikenakan sanksi pun KY masih
menjaga hakim tersebut, karena profesi hakim adalah profesi yang mulia. Berbeda dengan
profesi lainnya.
 
“Jika dikatakan KY macan ompong, saya tidak bisa memberikan komentar. Karena yang
terpenting kami di KY bekerja dalam senyap. Sebab sebagai lembaga etik, yang disentuh
adalah hati, bukan raganya,” pungkas Juru Bicara KY ini.
 
Susilo Wardani selaku Wakil Rektor II UMP dalam sambutannya  menyatakan, menyambut
baik acara dan senang dengan kehadiran narasumber . 
 
“Semoga mahasiswa dan dosen bisa memperoleh pencerahan dan ilmu pengetahuan dari
sumbernya secara langsung tentang sinergitas KY dan MA. Karena saat ini ada banyak
permasalahan yang sedang terjadi di dunia peradilan,” harap Susilo. 
 
Dalam acara ini juga menghadirkan narasumber Hakim Agung dan Ketua Muda Pengawasan
Mahkamah Agung (MA) Sunarto dan Pakar Hukum Tata Negara dan Guru Besar Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto Muhammad Fauzan. Acara dihadiri oleh mahasiswa, kalangan
akademisi, dan praktisi di wilayah Purwokerto. (KY/Noer/Festy)

TUGAS LEMBAGA NEGARA PPKN 7

Anda mungkin juga menyukai