Anda di halaman 1dari 3

Mata 

adalah organ penglihatan. Mata mendeteksi cahaya dan mengubahnya menjadi impuls


elektrokimia pada sel saraf. Pada organisme yang lebih tinggi, mata adalah
sistem optik kompleks yang mengumpulkan cahaya dari lingkungan sekitarnya, mengatur
intensitasnya melalui diafragma, memfokuskan melalui penyesuaikan lensa untuk membentuk
sebuah gambar, mengkonversi gambar tersebut menjadi satu himpunan sinyal listrik, dan
mentransmisikan sinyal-sinyal ke otak melalui jalur saraf kompleks yang menghubungkan mata
melalui saraf optik menuju korteks visual dan area lain dari otak. Mata dengan daya resolusinya
memiliki sepuluh bentuk yang berbeda secara fundamental, dan 96% dari
spesies hewan memiliki sistem optik yang kompleks.[1] Mata kompleks ini mampu membentuk
gambar, seperti pada moluska, kordata, dan artropoda.[2]
"Mata" yang paling sederhana, seperti pada mikroorganisme, tidak melakukan apa-apa, tetapi
dapat mendeteksi apakah lingkungan sekitarnya terang atau gelap, yang cukup
untuk pengiringarusan ritme sirkadian.[3] Dari mata yang lebih kompleks, sel ganglion
fotosensitif retina mengirim sinyal sepanjang saluran retinohipotalamik menuju inti
suprakiasmatik untuk efek penyesuaian sirkadian dan menuju daerah pratektal untuk
mengontrol refleks sinar pupilar.

Daftar isi

 1Tinjauan luas
 2Jenis
o 2.1Mata nonmajemuk
 2.1.1Mata ceruk
 2.1.2Mata berlensa sferis
 2.1.3Lensa ganda
 2.1.4Kornea refraktif
 2.1.5Mata pemantul
o 2.2Mata majemuk
 2.2.1Mata aposisi
 2.2.2Mata superposisi
 2.2.3Lainnya
 3Evolusi
o 3.1Hubungan dengan kebutuhan hidup
 4Fisiologi
o 4.1Ketajaman penglihatan
o 4.2Persepsi warna
o 4.3Sel batang dan kerucut
 5Pigmentasi
 6Lihat pula
 7Catatan
o 7.1Referensi
o 7.2Bacaan tambahan
o 7.3Bibliografi
 8Pranala luar

Tinjauan luas[sunting | sunting sumber]


Mata bison Eropa.

Mata manusia.

Mata kompleks dapat membedakan bentuk dan warna. Bidang penglihatan pada banyak


organisme, terutama predator, penglihatan binokular melibatkan wilayah luas untuk
meningkatkan persepsi kedalaman. Pada organisme lain, mata terletak sedemikian rupa
sehingga memaksimalkan bidang pandang, seperti pada kelinci dan kuda, yang
memiliki penglihatan monokular.
Proto-mata pertama di antara hewan berevolusi 600 juta tahun silam sekitar ledakan Kambrium.
[4]
 Nenek moyang terakhir dari hewan memiliki perangkat biokimia yang diperlukan untuk
penglihatan, dan mata lebih maju berkembang pada 96% dari spesies hewan pada enam dari
~35[a] filum utama.[1] Pada kebanyakan vertebrata dan beberapa moluska, mata bekerja dengan
memungkinkan cahaya untuk masuk dan memproyeksikannya pada panel sel peka cahaya,
yang dikenal sebagai retina, di belakang mata. Sel kerucut (untuk warna) dan sel batang (untuk
kontras cahaya rendah) pada retina mendeteksi dan mengkonversi cahaya menjadi sinyal saraf
untuk penglihatan. Sinyal visual tersebut kemudian diteruskan ke otak melalui saraf optik. Mata
biasanya berbentuk seperti bola, diisi dengan zat seperti gel transparan yang disebut badan
bening, dengan lensa pemfokus dan sering dengan suatu selaput pelangi; relaksasi atau
kontraksi otot-otot di sekitar selaput pelangi mengubah ukuran pupil, sehingga mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata,[5] dan mengurangi aberasi ketika terdapat cahaya yang cukup.
[6]
 Mata pada kebanyakan sefalopoda, ikan, amfibi, dan ular telah memiliki bentuk lensa yang
tetap, dan memfokuskan penglihatan yang diperoleh dengan lensa teleskopik—serupa dengan
cara kamera berfokus.[7]
Mata majemuk ditemukan pada artropoda dan terdiri dari banyak faset sederhana yang,
tergantung pada detail anatomi, dapat memberikan baik citra terpikselasi tunggal maupun
beberapa gambar per mata. Setiap sensor memiliki lensa sendiri dan sel fotosensitif. Beberapa
mata memiliki hingga 28.000 sensor tersebut, yang diatur secara heksagonal, dan dapat
memberikan bidang penglihatan 360° penuh. Mata majemuk sangat sensitif terhadap gerakan.
Beberapa artropoda, termasuk banyak Strepsiptera, memiliki mata majemuk dari hanya
beberapa faset, masing-masing dengan retina yang mampu membuat gambar, menciptakan
penglihatan. Dengan setiap mata melihat sesuatu yang berbeda, gambar menyatu dari semua
mata dan dihasilkannya gambar yang sangat berbeda dan beresolusi tinggi di dalam otak.
Memiliki penglihatan warna hiperspektral mendetail, udang sentadu telah dilaporkan memiliki
sistem penglihatan warna paling kompleks di dunia.[8] Trilobita, yang sekarang sudah punah,
memiliki mata majemuk yang unik. Hewan ini menggunakan kristal kalsit bening untuk
membentuk lensa mata. Dalam hal ini, Trilobita berbeda dari kebanyakan artropoda lainnya yang
memiliki mata lembut. Jumlah lensa mata bervariasi, tetapi beberapa trilobita hanya memiliki
satu lensa, dan beberapa memiliki ribuan lensa dalam satu mata.
Berbeda dengan mata majemuk, mata sederhana adalah mata yang memiliki lensa tunggal.
Misalnya, laba-laba peloncat memiliki sepasang mata sederhana yang besar dengan ruang
pandang sempit, didukung oleh susunan lain, mata yang lebih kecil untuk penglihatan periferal.
Beberapa larva serangga, seperti ulat, memiliki berbagai jenis mata sederhana (stemmata) yang
memberikan gambar kasar. Beberapa mata sederhana, yang disebut oselus, dapat ditemukan
pada hewan seperti beberapa spesies siput, yang tidak benar-benar "melihat" dalam arti normal.
Siput ini memiliki sel fotosensitif, tetapi tidak memiliki lensa dan tidak ada cara lain untuk
memproyeksikan gambar ke sel-sel ini. Siput dapat membedakan antara terang dan gelap, tetapi
tidak lebih dari itu. Hal ini memungkinkan siput untuk menjaganya dari sinar matahari langsung.
Pada organisme yang hidup di dekat ventilasi hidrotermal, mata majemuk telah disederhanakan
secara sekunder dan beradaptasi untuk menandai sinar inframerah yang dihasilkan oleh
ventilasi panas, dengan cara ini mereka dapat menandai air panas dan menghindari dirinya
terebus hidup-hidup.[9]

Anda mungkin juga menyukai