(Ruang Melati). RSUD Dr. H. Soewondo Kendal terletak di Jl. Laut No. 21.
fasilitas yang dimiliki Ruang Peristi meliputi satu ruang kepala ruang, satu ruang
perawat, satu ruang jaga dokter, satu dapur yang digunakan untuk membuat susu
bayi, satu ruang untuk penyimpanan obat, ruang linen, tiga buah wastafel, satu
B. Hasil
pada By. Ny. S dan By. Ny. N dengan Hiperbilirubinemia di RSUD Dr. H.
ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap
39
40
1. Kasus Pertama
a. Pengkajian
1) Biodata Klien
ke-7 dari tujuh bersaudara, klien lahir pada tanggal 22 Februari 2019.
bayi yaitu Ny. S dan Tn. M, kedua orangtua klien bekerja sebagai
beragama Islam dan berasal dari suku Jawa. Orangtua klien tinggal di
Cepiring, Kendal.
2) Riwayat Keperawatan
minggu, klien lahir dengan berat lahir 3590 gram, panjang badan
tampak kuning pada sclera mata dan kulit, apgar skor 6-7-8.
refleks berkedip ada, refleks moro ada, refleks pupil baik, refleks
0,3 %.
diperoleh data karena klien masih bayi dan belum bisa menyampaikan
BAB sebanyak satu kali dalam satu hari dengan konsentrasi lembek
berwarna kuning berbau khas dan BAK sebanyak tiga kali dalam
sehari dengan warna urin kuning pekat, jumlah urin 264 cc.
Pola nutrisi dan cairan klien pertama (By. Ny. S), klien minum
susu formula (SGM Ananda 0-6 bulan) ± 20 cc/ 2 jam melalui dot,
untuk jantung (digoxin), input cairan yang diperoleh ialah 240 cc. BC
sehari klien tidur selama ± 21 jam. Pola mobilisasi dan latihan klien
pertama (By. Ny. S), keadaan umum klien baik, ROM klien bebas,
rangsangan.
Pola persepsi sensori dan kognitif klien pertama (By. Ny. S),
refleks moro ada, refleks pupil baik, refleks babinski ada, refleks
Pola konsep diri klien pertama (By. Ny. S) belum bisa dikaji
karena klien masih berusia lima hari. Pola hubungan dan peran klien
mekanisme koping dan stress klien pertama (By. Ny. S) yaitu klien
44
sering menangis karena klien masih berusia lima hari. Pola keyakinan
dan spiritual klien pertama (By. Ny. S), klien berkeyakinan Islam.
4) Pemeriksaan Fisik
44x/menit, suhu terkaji 36,6ºC, berat badan saat dikaji ialah 3280
gram.
dan lebat, ubun-ubun normal (tidak cekung), tidak ada lesi, mata
bersih tidak ada polip, mukosa bibir kering, lidah bersih tidak ada
letak telinga simetris, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan jantung terkaji sebagai berikut, tidak ada lesi tetapi kulit
dada tampak mengelupas, ictus cordis tidak tampak, teraba ictus cordis
lapang jantung, terdengar bunyi jantung I dan II, tidak ada suara
45
antara kanan dan kiri, tidak ada lesi tetapi kulit dada tampak
ada benjolan, kulit perut tampak mengelupas, tali pusat belum lepas,
terdengan bising usus 5x/ menit, tidak teraba massa, terdengar suara
jenis kelamin perempuan, alat kelamin bersih, pada anus tidak terdapat
kelainan.
antara kanan dan kiri, ROM bebas, akral teraba hangat, capillary refill
5) Pemeriksaan Penunjang
total 9,6 mg/dl, bilirubin direk 0,94 mg/dl, bilirubin indirek 8,67
6) Program Terapi
diberikan terapi sinar, klien diberi perlindungan pada area mata dan
sinar yang berlebih. Selain itu, klien juga memperoleh terapi berupa
b. Diagnosa Keperawatan
pertama (By. Ny. S) pada tanggal 27 Februari 2019, didapatkan data fokus
: refleks menghisap klien baik, klien menyusu dengan kuat, mukosa bibir
kering, kulit dada dan perut tampak kering dan mengelupas, kulit pada
ekstremitas tampak keriput, turgor kulit buruk (> 2 detik), balance cairan -
156 cc. Dari data tersebut dapat dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu
c. Intervensi
volume cairan berhubungan dengan efek samping fototerapi pada By. Ny.
tanda vital, rasional : mengetahui tanda vital klien (masih dalam rentang
kulit dan juga membran mukosa bibir, rasional : mengetahui apakah klien
d. Implementasi
Setelah melakukan pengkajian terhadap klien pertama (By. Ny. S), penulis
menghisap klien dan memberikan minum setiap dua jam dengan jumlah
berat badan 3280 gram, mukosa bibir tampak kering bahkan ada yang
mengelupas, turgor kulit buruk (> 2 detik), kulit dada dan perut tampak
diperoleh hasil mukosa bibir klien tampak kering, turgor kulit baik, kulit
baik, klien tampak menyusu dengan kuat, klien minum susu formula
setiap dua jam sebanyak 20 cc melalui dot. Balance cairan pada hari kedua
formula setiap dua jam sebanyak 20 cc. Respon klien terhadap tindakan
yang diberikan adalah nadi 140x/ menit, RR 40x/menit, suhu 36,7ºC, berat
badan 3220 gram, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan
perut tampak kering, refleks menghisap bayi baik, klien menyusu dengan
kuat setiap dua jam sebanyak 20 cc memalui dot. Balance cairan pada hari
e. Evaluasi
kepada klien pertama (By. Ny. S) adalah sebagai berikut, tidak diperoleh
data subjektif karena klien masih bayi dan belum bisa menyampaikan apa
yang dirasakannya saat ini, data objektif yang diperoleh meliputi, mukosa
bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan perut tampak kering, klien
balance cairan yaitu -112. Assessment dari data tersebut adalah masalah
setiap dua jam sekali, monitor adanya tanda-tanda dehidrasi yang meliputi
2. Kasus Kedua
a. Pengkajian
1) Biodata Klien
kedua orangtua bayi yaitu Ny. N dan Tn. S, Ayah klien bekerja
sebagai buruh dan Ibu klien tidak bekerja setelah usia kehamilan enam
orangtua klien beragama Islam dan berasal dari suku Jawa. Orangtua
2) Riwayat Keperawatan
27 Februari 2019 secara SC, klien lahir dari ibu G3P2A0, klien
kedua tidak diperoleh data karena klien masih bayi dan belum bisa
Pola eliminasi klien kedua (By. Ny. N) yaitu klien sudah BAB
berwarna kuning berbau khas dan BAK sebanyak tiga kali dalam
sehari dengan warna urin kuning keruh, jumlah urin 256 cc.
Pola nutrisi dan cairan klien kedua (By. Ny. N), klien minum
susu formula (SGM Ananda 0-6 bulan) ± 20 cc/ 2 jam melalui dot,
pertama dan kedua juga tidak diberikan ASI oleh Ny. N, input cairan
53
cc.
Pola istirahat / tidur klien kedua (By. Ny. N) yaitu dalam sehari
klien tidur selama ± 20 jam. Pola mobilisasi dan latihan klien kedua
(By. Ny. N), keadaan umum klien baik, ROM klien bebas, klien
Pola persepsi sensori dan kognitif klien kedua (By. Ny. N),
refleks moro ada, refleks pupil baik, refleks babinski ada, refleks
Pola konsep diri klien kedua (By. Ny. N) belum bisa dikaji
karena klien masih berusia lima hari. Pola hubungan dan peran klien
mekanisme koping dan stress klien kedua (By. Ny. N) yaitu klien
sering menangis karena klien masih berusia lima hari. Pola keyakinan
dan spiritual klien kedua (By. Ny. N), klien berkeyakinan Islam.
54
4) Pemeriksaan Fisik
46x/menit, suhu terkaji 36,6ᵒC, berat badan saat dikaji ialah 3180
gram.
dan lebat, ubun-ubun normal (tidak cekung), tidak ada lesi, mata
bersih tidak ada polip, mukosa bibir kering, lidah bersih tidak ada
letak telinga simetris, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
kulit keriput dan banyak yang mengelupas terutama pada bagian dada
Pemeriksaan jantung terkaji sebagai berikut, tidak ada lesi tetapi kulit
dada tampak mengelupas, ictus cordis tidak tampak, teraba ictus cordis
lapang jantung, terdengar bunyi jantung I dan II, tidak ada suara
antara kanan dan kiri, tidak ada lesi tetapi kulit dada tampak
55
ada benjolan, kulit perut tampak mengelupas, tali pusat belum lepas,
terdengan bising usus 5x/ menit, tidak teraba massa, terdengar suara
jenis kelamin perempuan, alat kelamin bersih, pada anus tidak terdapat
kelainan.
antara kanan dan kiri, ROM bebas, akral teraba hangat, capillary refill
5) Pemeriksaan Penunjang
hemoglobin 17,2 gr/dL, lekosit 10,3 10^3/ uL, trombosit 317 10^3/
uL, hematokrit 51,2 %, bilirubin total 12,73 mg/dl, bilirubin direk 0,46
2019 ialah bilirubin total 9,4 mg/dl, bilirubin direk 0,40 mg/dl,
6) Program Terapi
terapi sinar, klien diberi perlindungan pada area mata dan kemaluan
2x15 mg.
b. Diagnosa Keperawatan
kedua (By. Ny. N) pada tanggal 3 Maret 2019 diperoleh data fokus :
refleks menghisap klien kuat, klien menyusu dengan kuat, mukosa bibir
kering, kulit dada dan perut tampak kering dan mengelupas, kulit keriput,
turgor kulit buruk (> 2 detik), balance cairan -144. Dari data tersebut dapat
c. Intervensi
volume cairan berhubungan dengan efek samping fototerapi pada By. Ny.
tanda vital, rasional : mengetahui tanda vital klien (masih dalam rentang
kulit dan juga membran mukosa bibir, rasional : mengetahui apakah klien
d. Implementasi
memberikan minum susu formula setiap dua jam dengan jumlah 20 cc.
berikut, nadi 160x/ menit, RR 46x/menit, suhu 36,6ºC, berat badan 3180
gram, mukosa bibir tampak kering, turgor kulit buruk (> 2 detik), kulit
dada dan perut tampak kering dan mengelupas, refleks menghisap klien
58
baik, klien menyusu dengan kuat, klien tampak menangis ketika merasa
haus dan popoknya penuh. Balance cairan pada hari pertama adalah -144
cc.
diperoleh hasil mukosa bibir klien tampak kering, turgor kulit baik, kulit
baik, klien tampak menyusu dengan kuat, klien minum setiap dua jam
sebanyak 20 cc susu formula melalui dot. Balance cairan pada hari kedua -
108 cc.
minum setiap dua jam sebanyak 20 cc. Respon klien terhadap tindakan
yang diberikan adalah nadi 108x/ menit, RR 58x/menit, suhu 36,5ºC, berat
badan 2850 gram, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan
perut tampak kering, refleks menghisap bayi baik, klien menyusu dengan
59
kuat setiap dua jam sebanyak 20 cc susu formula memalui dot. Balance
e. Evaluasi
kepada klien kedua (By. Ny. N) mulai tanggal 3 Maret 2019 hingga
tanggal 5 Maret 2019 adalah sebagai berikut, tidak diperoleh data subjektif
karena klien masih bayi dan belum bisa menyampaikan apa yang
dirasakannya saat ini, data objektif yang diperoleh meliputi, mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan perut tampak kering, klien
balance cairan -79 cc. Assessment dari data tersebut adalah masalah
setiap dua jam sekali, monitor adanya tanda-tanda dehidrasi yang meliputi
C. Pembahasan
1. Pengkajian
Dari pengkajian yang telah dilakukan terhadap kedua klien yaitu By.
Ny. S dan By. Ny. N pada tanggal 27 Februari 2019 dan tanggal 3 Maret 2019
60
klien pertama (By. Ny. S) yaitu 18,2 mg/dl, tampak kuning pada sclera mata
dan kulit. Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium bilirubin total pada klien
kedua (By. Ny. N) yaitu 12,73 mg/dl, tampak kuning pada sclera mata dan
kulit. Pada bayi normal, kulit bayi akan tampak merah muda dan pada hasil
pemeriksaan bilirubin total hasilnya < 1,0 mg/dl. Berdasarkan data pengkajian
tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kedua klien (By. Ny. S dan By. Ny.
dengan kulit dan sclera tampak berwarna kuning terang sampai jingga, adanya
Dari pengkajian pola istirahat / tidur terhadap kedua klien (By. Ny. S
dan By. Ny. N) diperoleh data bahwa dalam sehari klien tidur selama ± 20-21
jam. Sedangkan pengkajian terhadap pola mobilisasi dan latihan kedua klien
(By. Ny. S dan By. Ny. N) didapatkan data bahwa ROM kedua klien bebas
CMNRP (2015) dan Widagdo (2012) yang menyatakan bahwa salah satu
tanda atau tanda yang spesifik pada bayi yang mengalami hiperbilirubinemia
klien (By. Ny. S dan By. Ny. N) bahwa jumlah urin yang diproduksi oleh
kedua klien berbeda yaitu pada klien pertama 264 cc dan pada klien kedua
256 cc. Perbedaan produksi urin ini dipengaruhi oleh berat badan kedua klien,
dimana berat badan klien pertama 3280 gram dan berat badan klien kedua
Data yang diperoleh dari pengkajian pola nutrisi dan cairan adalah
240 cc susu formula, sedangkan berat badan kedua klien berdeda yaitu pada
klien pertama 3280 gram dan pada klien 3180 gram. Meskipun perbedaan
berat badan klien tidak terlalu banyak tetapi dari hasil balance cairan yang
diperoleh (balance cairan klien pertama -156 dan klien kedua -144)
kategori C (studi pada hewan menunjukkan efek samping pada fetus tetapi
62
belum ada studi control pada ibu hamil) dan obat digoxin tersebut akan
ASI (Riordan, 1996). Sedangkan klien kedua tidak diberikan ASI karena
ASInya tidak keluar, Ny. N mengatakan bahwa dari anak pertama sampai
Hasil dari pengkajian riwayat kelahiran, kedua klien (By. Ny. S dan
By. Ny. N) lahir dalam kondisi cukup bulan yaitu 38 minggu. Dimana
juga dapat terjadi pada bayi cukup bulan meskipun pada kondisi bayi lahir
prematur lebih sering terjadi, hal tersebut dikarenakan pada bayi yang lahir
Hasil pemeriksaan fisik terhadap kedua klien (By. Ny. S dan By. Ny.
N) ditemukan data sebagai berikut, tampak kuning pada sclera mata dan kulit,
mukosa bibir kering, kulit keriput, kulit pada bagian dada dan perut tampak
kering dan mengelupas. Menurut Potter & Perry (2009), kelembapan kulit
langsung berkaitan dengan hidrasi klien dan kondisi lapisan lemak luar
normalnya halus, lunak dan rata. Tetapi pada bayi yang mendapat fototerapi
tekstur kulitnya dapat menjadi kering dan kasar karena pada terapi sinar
data yang diperoleh dari kedua klien (By. Ny. S dan By. Ny. N) penulis dapat
2. Diagnosa Keperawatan
klien (By. Ny. S dan By. Ny. N) yang meliputi hasil pemeriksaan
laboratorium bilirubin total yang mencapai angka 18,2 mg/dl dan 12,73 mg/dl,
kulit dan sclera tampak kuning. Dari data tersebut menurut Wulandari dan
pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin total mencapai lebih dari 10 mg/dl
yang ditandai dengan menguningnya sclera mata dan kulit atau jaringan lain
akibat akumulasi bilirubin dalam darah. Penatalaksaan pada bayi baru lahir
Berdasarkan data fokus yang diperoleh dari kedua klien (By. Ny. S
dan By. Ny. N) yang meliputi mukosa bibir kering, kulit dada dan perut
tampak kering dan mengelupas, kulit keriput dan turgor kulit buruk (> 2
detik). Dari data tersebut kedua klien mengalami kekurangan volume cairan,
64
Menurut Mendri dan Prayogi (2015) salah satu diagnosa keperawatan yang
3. Intervensi
cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
ini bertujuan untuk mengetahui tanda vital klien (masih dalam rentang normal
atau tidak), untuk melihat apakah selama mendapat terapi sinar terjadi
65
atau tidak seperti membran mukosa bibir kering, turgor kulit buruk dan kulit
kering.
mengetahui kemampuan hisap bayi, jika refleks menghisap bayi bagus maka
mengetahui kekuatan menyusu bayi, apabila bayi menyusu dengan kuat maka
lebih malas dan letargi, refleks menghisap kurang, dan malas menyusu. Jadi
jika bayi menyusu dengan kuat maka kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi.
66
terpenuhi maka keseimbangan cairan dalam tubuh bayi akan terpenuhi juga,
volume cairan karena pada bayi yang mendapat terapi sinar penguapan dalam
4. Implementasi
lakukan terhadap kedua klien (By. Ny. S dan By. Ny. N) adalah sebagai
tindakan selama 3x6 jam terhadap kedua klien, tanda vital klien setiap harinya
Tanda vital kedua klien berada dalam rentang normal, klien juga tidak
karena bayi yang mendapatkan terapi sinar (fototerapi) yang diberikan selama
tiga hari maka proses pengupan cairan dari tubuhnya lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang tidak memperoleh terapi sinar. Jika proses
67
penguapan cairan tubuh lebih tinggi maka suhu tubuh akan lebih mudah
dilakukan selama 3x6 jam, respon yang diberikan klien pertama 36,7 ᵒC dan
klien kedua 36,5 ᵒC, dari data tersebut menunjukkan bahwa kedua klien tidak
mengalami peningkatan suhu tubuh yang dapat dijadikan sebagai salah satu
adanya tanda dehidrasi sangat penting dilakukan karena pada bayi yang
mendapatkan terapi sinar maka proses penguapan cairan dari dalam tubuhnya
apakah selama mendapat terapi sinar (fototerapi) selama tiga hari klien
suhu tubuh, turgor kulit buruk (> 2 detik) dan penurunan pengeluaran urin.
Dan setelah dilakukan tindakan 3x6 jam terhadap kedua klien, respon yang
ditunjukan kedua klien adalah sebagai berikut, respon klien pertama (mukosa
bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan perut tampak kering), respon
68
klien kedua (mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan perut
tampak kering). Dari respon yang ditunjukan oleh kedua klien, hal tersebut
kulit buruk.
menghisap bayi ini bisa diketahui dengan cara menyentuhkan puting payudara
atau botol susu pada bagian atas mulut bayi atau dengan cara menyentuhkan
puting payudara, botol susu atau tangan orang tua pada pinggiran mulut bayi.
menyusu. Setelah dilakukan tindakan 3x6 jam terhadap kedua klien, refleks
menghisap kedua klien baik, hal tersebut menunjukkan bahwa klien mampu
kurang dan malas menyusu sehingga nutrisi yang akan dicerna sedikit. Dan
69
setelah dilakukan tindakan 3x6 jam, respon yang ditunjukkan kedua klien
adalah klien mempunyai kekuatan menghisap yang baik sehingga nutrisi yang
akan dicerna oleh tubuh tercukupi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
teori yang dikemukakan oleh Widagdo (2012) tidak dijumpai pada kedua
klien.
intake. Susu formula yang diberikan kepada kedua klien jumlahnya sama
dihabiskan oleh klien. Respon yang diberikan kedua klien setelah dilakukan
tindakan 3x6 jam menunjukkan bahwa klien selalu meminum habis susu
formula yang diberikan oleh perawat. Pemberian minum sesuai jadwal ini
dilakukan untuk mecegah terjadinya dehidrasi pada klien karena klien sedang
penguapan cairan dari dalam tubuh. Sama halnya dengan yang dikemukakan
oleh Wulandari dan Erawati (2016) bahwa salah satu efek samping dari
adanya peningkatan kehilangan air yang tidak disadari karena energi foton
yang diabsorbsi.
70
5. Evaluasi
intervensi yang telah ditentukan dan implementasi yang telah dilakukan dapat
3x6 jam kepada kedua klien (By. Ny. S dan By. Ny. N), evaluasi yang
yang telah diberikan kepada klien pertama (By. Ny. S) mulai tanggal 27
Februari 2019 hinggal tanggal 1 Maret 2019 adalah sebagai berikut, tidak
diperoleh data subjektif karena klien masih bayi dan belum bisa
menyampaikan apa yang dirasakannya saat ini, data objektif yang diperoleh
meliputi, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan perut tampak
melalui dot, balance cairan -112 cc. Assessment dari data tersebut adalah
mulai tanggal 3 Maret 2019 hinggal tanggal 5 Maret 2019 adalah sebagai
berikut, tidak diperoleh data subjektif karena klien masih bayi dan belum bisa
71
menyampaikan apa yang dirasakannya saat ini, data objektif yang diperoleh
meliputi, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit dada dan perut tampak
melalui dot, balance cairan -79 cc. Assessment dari data tersebut adalah
yang terjadi kepada kedua klien (By. Ny. S dan By. Ny. N) teratasi sebagian,
dehidrasi yang meliputi kelembapan mukosa bibir, turgor kulit dan tekstur
kulit klien.