Pengertian Konsep Serta Dalil
Pengertian Konsep Serta Dalil
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI
A. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
1 . Pengertian Istidraj...........................................................................................................1
2. Contoh Kasus.....................................................................................................................6
A. Pengertian Salafusahalih.........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24
Dalam islam, hal ini disebut juga dengan Istidraj. Istilah ini mengarah pada jebakan bagi
kita sebagai manusia berupa kenikmatan, yang dengan kenikmatan itu kita menjadi lalai
dan binasa.
Istidraj sendiri secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.
Sedangkan secara pengertian, istidraj ini dapat bermakna sebagai ‘hukuman’ dari Allah
kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah
tidak menyegerakan hukumannya. Sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)
Untuk semakin memahami makna istidraj, coba kita simak hadist Rasul yang
diriwayatkan oleh Uqbah bin Amir
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah
memberi pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada
dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw
membaca ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)
Dari pengertian dan dalil di atas kita dapat menyimpulkan bahwasannya Istidraj itu
adalah jebakan berupa pemberian nikmat karena kita bermaksiat, dimana nikmat
tersebut dapat makin melalaikan kita, sehingga kita yang seharusnya dengan apa yang
kita dapatkan itu bersyukur dan semakin dekat dengan Allah, maka bisa makin
terjerumus ke dalam kemaksiatan bila tidak segera sadar dan bertaubat.
1
Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut
telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan,
siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan
ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh
Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia
juga terperdaya.
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan
kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikankebaikan
kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya tidak bisa
dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. Allah SWT berfirman, ''Rahmat (kasih
sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.'' (QS Al-A'raf [7]: 156).
Untuk memberikan gambaran kepada umat tentang kasih sayang Allah, Rasulullah
mengibaratkan kalau kasih sayang Allah itu berjumlah seratus, maka yang sembilan
puluh sembilan disimpan dan satu bagian lagi dibagi-bagi. Yang satu bagian bisa
mencukupi seluruh kebutuhan makhluk. Hal ini menunjukkan betapa luasnya cinta
Allah. Ada beberapa bukti nyata-dari banyak bukti-tentang besarnya cinta Allah kepada
manusia.
Bukti cinta yang pertama adalah diturunkannya Alquran. Allah SWT, Al Khaliq tidak
membiarkan kita kebingungan dalam menjalani hidup. Dia menurunkan Alquran
sebagai penuntun hidup, agar kita dapat meraih bahagia di dunia dan akhirat. Firman-
3
Nya, ''Kitab ini tidak ada keraguan padanya; (merupakan) petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.'' (QS Al Baqarah [2] : 2).
Dalam ayat lain difirmankan pula, ''Sebenarnya Alquran itu adalah kebenaran (yang
datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum
datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; agar mereka
mendapat petunjuk.'' (QS As-Sajdah [32]: 3).
Prof Dr Quraish Shihab mencatat ada tiga petunjuk penting yang diberikan Alquran.
Pertama, petunjuk akidah yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan
kepercayaan akan kepastian hari pembalasan. Kedua, petunjuk mengenai akhlak yang
murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan moral, baik yang
menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. Ketiga, petunjuk mengenai syariat dan
hukum, yaitu dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum dalam hubungannya
dengan Allah dan sesama manusia.
Secara fitrah, setiap manusia membutuhkan teladan yang bisa dijadikan rujukan. Untuk
memenuhi kebutuhan itulah, Allah mengutus para Rasul. Dalam QS Al An'am [6] ayat
48, Allah SWT berfirman, ''Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan
untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman
dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.''
Inilah bukti kecintaan Allah yang kedua. Dia tidak membiarkan manusia berjalan
"sendirian". Dia mengaruniakan "teman terbaik" yang akan menemani manusia menuju
jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model
manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Firman-Nya, "Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
4
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah" (QS Al Ahzab [33]: 21).
Kita yang hidup tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, dapat membuka warisannya
berupa hadis dan sunah. Di dalamnya terdapat penjelasan yang rinci tentang semua
ajaran Allah. Ajaran yang berisi tentang petunjuk menjalin hubungan dengan Allah
(hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minannas). Di dalamnya kita juga
mendapati gambaran karakter mulia Rasulullah SAW sebagai teladan paling baik.
Allah SWT tidaklah menciptakan alam semesta tanpa maksud. Dia menjadikan semua
yang ada di bumi dan di langit untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Difirmankan, "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu,
kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al Baqarah [2]: 29).
Seluruh potensi yang ada di dalam dan permukaan bumi dihamparkan untuk diambil
manfaatnya oleh manusia. Tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang tidak
bermanfaat. Nyamuk misalnya. Walaupun menganggu, nyamuk dapat membangkitkan
kreativitas manusia, obat nyamuk contohnya. Dengan adanya nyamuk, banyak orang
yang tercukupi ekonominya.
Allah telah menciptakan alam dengan sangat sempurna, sehingga manusia dapat hidup
di dalamnya dengan nyaman. Semuanya telah ditata dengan akurat. Perjalanan siang
dan malam, rantai makanan antara makhluk hidup sampai pada lingkungan tempat ia
hidup, semuanya telah diatur dengan hukum-Nya.
Bukti keempat adalah luasnya ampunan Allah SWT. Sebanyak apa pun dosa manusia,
Allah pasti akan mengampuni, asalkan ia betul-betul bertobat. Allah SWT telah berjanji
5
dalam Alquran, ''Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat
kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(balasan) keutamaannya.'' (QS Hud [11]: 3)
Tangan Allah terbuka setiap saat bagi orang yang mau bertobat. Rasulullah SAW
bersabda, "Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat
keburukan di siang hari bertobat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar
orang yang berbuat keburukan di malam hari bertobat. (Ini akan terus berlaku) hingga
matahari terbit dari arah Barat" (HR Muslim).
Dia akan mengampuni semua dosa, sekalipun dosanya sepenuh isi bumi, "Wahai
manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi
kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam kedaan tidak menyekutukan Aku dengan
sesuatu apa pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi
pula," demikian bunyi sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.
Memberikan rezeki
Allah adalah Al Razzaq, Dzat Maha Pemberi Rezeki. Setiap makhluk diberi-Nya rezeki
agar mereka dapat hidup dan beribadah kepada Allah SWT. Tidak ada satu pun
makhluk yang tidak diberi rezeki, termasuk manusia. Firman-Nya,
Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki.'' (QS Saba [34]: 39).
Demikian pula makhluk yang lain. ''Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauhul Mahfudz).'' (QS Hud [11]: 6)
6
Inilah tanda bukti cinta Allah yang kelima. Setiap kita telah diberi bagian rezeki. Yang
perlu dilakukan adalah ikhtiar menjemput rezeki itu. Allah memberi kasih sayang-Nya
yang tak terbatas agar kita bersyukur. Dan syukur yang paling utama adalah mengabdi
dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun. Wallahu a'lam.
b. Contoh Kasus
Pertama, Zina, bisa zina mata, zina hati apalagi sampai melakukan
hubungan suami istri, maka azab Allah biasanya kontan. Akan dicabut barokah
hidup kita. Bahkan dalam kesempatan yang lain dikisahkan, Allah akan
memberikan balasan orang zina dengan enam perkara, tiga di dunia dan tiga lagi
di akhirat. Yang di dunia adalah hilang keceriaan wajah, pendek umur dan
senantiasa dalam keadaan susah. Sedangkan tiga ditangguhkan di akherat adalah
kemurkaan Allah, balasan yang buruk dan azab di neraka. Islam tidak mengenal
konsep abu-abu dalam beriman. Artinya, ketika seseorang sedang berzina, di
manapun dan dengan siapapun, maka saat itu ia sedang tidak beriman. Laksana
kepala tanpa penutup. Islam dia, namun pada saat kejadian itu, imannya sedang
runtuh. Itulah sebabnya kadang antara Islam dan iman seseorang tidak sejalan.
Dalam surat Luqman ayat 12-19 sangat jelas dan rigit, bagaimana kita
harus bersikap kepada keduanya. Bahkan sampai ketika mereka berbeda
keyakinan sekalipun, kita tetap harus berbuat baik kepadanya dengan tetap
mendoakannya. Apalagi orang tua kita seiman-seagama.
Rasul bersabda, Ridha Allah adalah ridha orang tua dan murka Allah
adalah juga karena murka orang tua kita. Maka sudah selayaknya kita buat
orang tua kita tersenyum dengan sikap kita. Pengorbanannya tidak dapat ditukar
dengan harta benda dan perbuatan baik kita kepada mereka. Dalam surat Al-
Ahqaf ayat 15, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
kedua ibu-bapaknya, “ Dalam surat An-Nisa ayat 36, “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu menyekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua ibu bapakmu, kaum kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangan
dekat danjauh, rekan karib dan ibnu sabil serta hamba sahaya.”
Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para
penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah
yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad
Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.
Prof. Pundit Vaid Parkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum
Brahmana dan ahli bahasa Sansekerta itu mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil
kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui
kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang
disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri "Kalky Autar" sama
persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yang lahir di Makkah.
Prof. Parkash menguatkan pernyatannya itu dengan mengutip beberapa hal dari kitab
Veda (Weda), kitab suci agama Hindu.
9
Menurutnya, dalam kitab Weda, sosok 'Kalki autar' akan menjadi Pembawa Risalah
Terakhir atau Prophet of Bhagwan (Allah) untuk menuntun seluruh dunia. Itu hanya
terjadi dalam kasus Nabi Muhammad Saw. Menurut ramalan Hindu, 'Kalki autar' akan
lahir di sebuah Jazeerah (Island) dan itu di wilayah Arab yang dikenal sebagai
'jazeeratul Arab.
c. Kitab Agama Hindu
Dalam kitab 'suci' Hindu, menurut Prof. Parkash, bapaknya bernama "Vishnu Bhagat"
dan ibunya bernama "Somanib". Dalam bahasa Sansekerta, 'Vishnu' berarti Allah (swt)
dan arti harfiah dari kata 'Bhagat' adalah hamba atau budak, dalam bahasa Arab berarti
"Abdun". Oleh karena itu, 'Wisnu Bhagat' dalam bahasa Arab berarti Abdullah (hamba
Allah). Sedangkan,'Somanib' dalam bahasa Sansekerta berarti damai (aman) dan
tentram yang dalam bahasa Arab berarti kata 'Aminah'. Dan sebagaimana diketahui
bahwa ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah dan ibundanya bernama Aminah.
Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa 'Kalky autar' akan lahir di kaum yang
dihormati dan mulia ditanahnya. Dan ini juga berlaku dalam kasus Nabi Muhammad
(saw) karena ia lahir di suku Quraisy yang dihormati di Makkah.Disebutkan pula bahwa
'Kalki Autar' akan diajarkan dalam sebuah gua oleh Bhagwan melalui utusan-Nya
sendiri. Hal itu mengingatkan kisah Nabi Muhammad Saw dalam gua Hira' saat
didatangi oleh malaikat Jibril dan mengajarkannya tentang wahyu Islam pertama
kali. Tertulis dalam buku-buku Hindu bahwa Bhagwan akan memberikan 'Kalky autar'
dengan kuda tercepat dan dengan bantuan kuda itu, ia akan naik di seluruh dunia dan
tujuh langit. Ini isyarat tentang 'Buraq' dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
Saw.
Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi telah disebutkan jauh
sebelum beliau lahir. Kitab-kitab agama terdahulu dikatakan telah menyebut akan
lahirnya Muhammad yang membawa ajaran kenabian dari Allah.
Kitab-kitab yang dimaksud ialah kitab yang pengikutnya dinyatakan Allah di dalam
Alquran sebagai Ahli Kitab atau disebut kitab kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi
Muhammad juga telah disebut dalam kitab agama Persia dan Hindu.
Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Volume 1"
oleh Moenawar Khalil, disebutkan bahwa datangnya Nabi Muhammad SAW kepada
10
umat manusia telah disebutkan dan dinyatakan dalam kitab Taurat dan Injil. Hal
demikian sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al-A'raaf ayat 157 yang
berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil."
Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-kitab agama terdahulu, yang
menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW. Buku tersebut mengutip
bunyi kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang disalin dari Bibel yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Nederlandsch Bibel
Genootschap di Amsterdam pada 1916.
Salah satunya disebutkan dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi, "Bahwa seorang
Nabi dari antara kamu dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah kamu dengar."
Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya Nabi Muhammad
SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut Nama Tuhan dan
bukan nama dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena dibunuh orang.
11
Selain itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi, meski baru terjadi
pada masa beberapa abad sesudah wafatnya dan yang terjadi pada masa hidupnya.
Samuk Al-Yahudi berkata dan dia adalah yang paling alim di antara mereka "Wahai
Raja, negeri ini akan didatangi seorang yang berhijrah yaitu seorang nabi dari keturunan
Ismail.
Dia dilahirkan di Makkah. Namanya Ahmad. Ini adalah tempat hijrahnya. Rumah yang
kau berada pada saat ini akan terjadi di sini peperangan serta pertumpahan darah antara
pengikutnya dan musuh - musuhnya."
Tubba'berkata, "Siapa yang akan memeranginya pada hari itu, sedangkan ia adalah
seorang nabi seperti yang kalian kira?" Samuk berkata, "Pengikutnya akan
mendukungnya dan mereka akan berperang di sini."
Tubba' berkata, "Dimanakah letak kuburnya?" Samuk berkata, "Di negeri ini."
Tubba'berkata, "Jika terjadi perang maka siapakah yang menang?" Samuk berkata,
"Sesekali kekuasaan ada di pihaknya dan satu kali ada di pihak musuhnya. Di tempat
inilah banyak para shahabatnya yang terbunuh.
12
Dia mengendarai onta dan memakai mantel. Pedangnya berada di atas pundaknya. Dia
tidak peduli dengan siapa ia berhadapan; apakah itu saudara, sepupu ataupun pamannya
sehingga urusannya menjadi menang." Tubba' berkata, "Aku tidak punya jalan pada
negeri ini dan kedua tanganku tidak dapat menghancurkannya."
Dia pun pergi menuju ke Yaman. Abdullah bin Salam berkata, "Tubba'belum meninggal
sehingga ia membenarkan Nabi Muhammad terhaddap apa yang diberitakan oleh orang
Yahudi Yastrib tadi, Tubba' meninggal dalam keadaan Islam."n Ratna Ajeng Tejomukti.
13
14
15
16
kekuasaan Allah SWT serta diatur dengan sangat teliti. Alam raya
tidak dapat melepaskan diri dari ketetapan ketetapan tersebut kecuali
jika dikehendaki oleh Tuhan. Dari sini tersirat bahwa:
1) Alam raya atau elemen-elemennya tidak boleh disembah,
dipertuhankan atau dikultuskan.
2) Manusia dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tentang adanya
ketetapan-ketetapan yang bersifat umum dan mengikat bagi alam
raya dan fenomenanya (hukum-hukum alam).
3) Redaksi ayat-ayat kawniyyah bersifat ringkas, teliti lagi padat,
sehingga pemahaman atau penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut
17
dapat menjadi sangat bervariasi, sesuai dengan tingkat kecerdasan
dan pengetahuan masing-masing penafsirnya.
Kembali kepada masalah keterkaitan al-Quran dengan ilmu
pengetahuan, Quraish Shihab mengatakan : Menurut hemat kami,
membahas hubungan al-Quran dan ilmu pengetahuan bukan dinilai
dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul
di dalamnya, dan bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teoriteori ilmiah. Tetapi
pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi
yang lebih sesuai dengan kemurnian dan kesucian al-Quran dan sesuai
dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri.44
Kandungan yang dapat diambil dari ayat al-Quran di atas adalah
adanya petunjuk, landasan dan motivasi dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan bagi manusia. Kita perlu ingat kembali juga kepada surat
al-Quran yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah
menunjuk pada perintah mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan
memerintahkan untuk membaca, sebagai kunci ilmu pengetahuan, dan
menyebut qalam sebagai alat transformasi ilmu pengetahuan. Allah
SWT berfirman :
ٱ ۡ ۡقَرأ
بِٱ ِۡسم َربِّ َك ٱلَِّذي
َخل َق ۡٱ ۡل
َ
َخل َقَ . َوربُّ َك ۡٱ َۡل ۡ َكر ُ َم
ۡ م
َعلََّم ۡٱ ۡل.بِ ۡٱلَقلَِم
18
Persepsi yang menggambarkan hubungan keduanya sebagai interdependensi
menganggap adanya distribusi wilayah kekuasaan agama yang berbeda dari
wilayah sains. Keduanya tidak saling menegasi. Ilmu pengetahuan bertugas
memberi jawaban tentang proses kerja sebuah penciptaan dengan
mengandalkan data publik yang obyektif. Sementara agama berkuasa atas
nilai-nilai dan kerangka makna yang lebih besar bagi kehidupan seseorang.
Yang ketiga adalah persepsi yang menempatkan sains dan agama
bertautan dalam model dialog. Model ini menggambarkan sains dan agama itu
memiliki dimensi irisan yang bisa diperbandingkan satu sama lain. Pertanyaan
sains bisa dipecahkan melalui kajian-kajian agama dan sebaliknya.
19
para Sahabat dan Tabi’in disebut Salafus-Shalih, dan makna inilah yang umumnya
dimaksud ketika disebut kata “Salaf”. Dalam hal ini bisa dilihat firman Allah :
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang
sudah lalu, dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka)
sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.” (Q.S. Al-Anfaal: 38)
Begitu pula perkataan Fir’aun dan kaumnya yang diceritakan oleh Allah dakam firman-
Nya:
“Dan kami jadikan mereka sebagai pendahulu dan contoh bagi orang-orang yang
datang kemudian.” (Q.S. Al-Zukhruuf: 56)
Begitu pula dalam Sunnah, di mana Rasululullah r bersabda:
َ َ”ِإ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل ِإ َذا َأ َرا َد َرحْ َمةَ ُأ َّم ٍة ِم ْن ِعبَا ِد ِه قَب
“ض نَبِيَّهَا قَ ْبلَهَا فَ َج َعلَهُ لَهَا فَ َرطًا َو َسلَفًا بَ ْينَ يَ َد ْيهَا
“Sesungguhnya Allah bila menghendaki rahmat untuk satu umat dari hamba-hamba-
Nya, Dia mencabut nyawa nabi mereka, hingga ia menjadi pendahulu bagi mereka.”[5]
Di kesempatan lain, Rasulullah r berkata kepada Faathimah:
20
“Aku merasa ajalku segera datang, dan sungguh engkau adalah keluargaku yang
paling dulu bertemu denganku. Sesungguhnya aku adalah pendahulu yang baik
bagimu.”[6]
“اس قَرْ نِي ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم
ِ َّ”خَ ْي ُر الن
“Manusia yang paling baik adalah generasi (yang hidup bersama)ku, kemudian
generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”
Mungkin pula istilah Salaf ditujukan kepada setiap orang yang menermpuh jalan tiga
generasi di atas dan mengikuti manhaj mereka. Hal mana sesuai dengan sabda
Rasulullah r:
“Akan tetap ada satu kelompok dari umatku yang berada di atas kebenaran, mereka
tidak akan dicelakakan oleh orang yang mencelakakan mereka, sampai datang urusan
Allah dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu.
ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم، ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم،اس قَرْ نِي
ِ َّ»خَ ْي ُر الن
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya.” (HR.
Bukhari (2652), Muslim (2533))
Sebagai seorang Muslim, kita hendaknya mengikuti jejak salafus shalih. Sebab mereka
adalah golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
banyak membantu Rasulullah dengan harta benda dan jiwa raganya dalam menyebarkan
Agama Allah SWT.
صيرًا ْ ق ال َّرسُو َل ِم ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْالهُدَى َويَتَّبِ ْع َغي َْر َسبِي ِل ْال ُمْؤ ِمنِينَ نُ َولِّ ِه َما ت ََولَّى َونُصْ لِ ِه َجهَنَّ َم َو َسا َء
ِ ت َم ِ َِو َم ْن يُ َشاق
Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
21
َ َويَ ُخونُونَ َوال، َ ثُ َّم ِإ َّن بَ ْع َد ُك ْم قَوْ ًما يَ ْشهَ ُدونَ َوالَ يُ ْستَ ْشهَ ُدون، ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم، ثُ َّم الَّ ِذينَ يَلُونَهُ ْم،َخ ْي ُر ُأ َّمتِي قَرْ نِي
ْ َ َوي، َ َويَ ْن ُذرُونَ َوالَ يَفُونÅ، َيُْؤ تَ َمنُون
ُظهَ ُر فِي ِه ُم ال ِّس َمن
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang hidup
pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya, kemudian
akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya,
dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR SD Bukhari) (3650), Muslim (2533).
3.Pengertian dari tabi’in dan tabi’it
Tabi’in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para
Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad. Usianya tentu saja
lebih muda dari Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa
Sahabat masih hidup. Tabi’in disebut juga sebagai murid Sahabat Nabi.
4.Sahabat Nabi dalam Pandangan Kelompok Syi’ah
Dari segi definisi, Syi'ah melihat bahwa pelabelan Sahabat (ṣuhbah) hanya bisa
dibenarkan dengan lamanya berhubungan dengan Nabi, meskipun mereka juga tidak
menentukan jangka waktu tertentu. Syi'ah lebih suka menggunakan
istilah aṣhab daripada shahabi karena istilah kedua tersebut dianggap tidak disebutkan
dalam al-Qur'an atau as-Sunnah dan tidak ada asal-usulnya dalam bahasa Arab, tetapi
istilah tersebut tetap digunakan meskipun dalam tingkatan kuantitas yang lebih rendah
dalam literatur Syiah. Syiah menghargai status para sahabat, kebajikan, dan dukungan
mereka untuk Nabi, kaum Syiah percaya bahwa para sahabat memang
mematuhi manhaj (aturan) Al-quran dalam evaluasi mereka terhadap status sahabat,
namun disisi lain mereka menyoroti ayat Al-quran yang dianggap diturunkan untuk
untuk menyalahkan dan mencerca mereka di beberapa situasi dan kasus. Tentu saja hal
semacam ini ditolak mentah-mentah dan ditentang oleh kalangan ahli sunnah karena
dianggap sembrono dalam menafsirkan ayat dan riwayat yang shahih menurut syi'ah
sendiri secara sepihak. Kaum syi'ah juga menganggap bahwasanya tidak ada satu
ayatpun yang menjamin kesucian para sahabat karena setiap ayat dan hadits tersebut
harus dimaknai secara terbatas, maka mereka menyatakan bahwa nasib para sahabat
tidak ada bedanya dengan orang-orang setelahnya, dimana jika mereka berbuat baik
maka akan dibalas dengan pahala dan surga, sedang apabila berbuat kesalahan dan dosa
22
maka mereka akan mendapat ganjaran dan siksa. Selain itu, para ahli ilmu al-Jarh wa
at-Ta'dil syi'ah juga memperlakukan riwayat dari para sahabat sama dengan riwayat dari
selain mereka, berbeda halnya dengan apa yang dipercaya dan dilakukan oleh kalangan
ahlu sunnah. Sebagai tambahan mereka juga memperselisihkan berbagai peristiwa
sejarah dalam islam mengenai sikap para sahabat terhadap Imam Ali bin Abi Thalib -
karramallahu wajhah- yang berimplikasi terhadap lahirnya kelompok yang lebih ekstrim
dalam hal 'aqidah (kepercayaan) di kalangan orang Syi'ah.
5.TOKOH-TOKOH TABI’IN
Uwais Al-Qorniy
Said bin Al-Musayyib
Urwah bin Az-Zubair
Saalim bin Abdillah bin Umar
Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud
Muhammad bin Al-Hanafiyah
Ali bin Al-Hasan Zainal Abidin
Al-Qaasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq
Al-Hasan Al-Bashriy
Muhammad bin Sirin
Abu Hanifah Umar bin Abdul Aziz
Muhammad bin Syihab Az-Zuhriy.
Tabi’ut tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in, adalah orang Islam teman
sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi.
Tabi’ut tabi’in disebut juga murid Tabi’in. Menurut banyak literatur Hadis : Tab’ut
Tabi’in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi’in dan
sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi’in yang
ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena Tabi’in yang terahir wafat
sekitar 110-120 Hijriah. Dalam kalangan 4 imam mazhab ahli sunnah waljamaah imam
Hanafi tidak termasuk dalam tabi’ tabiin karena beliau pernah berguru dengan sahabat
Nabi. Manakala baik 3 imam yaitu imam Malik dan imam Syafi’i adalah tabi’ tabiin
karena mereka berguru dengan tabiin. Tabi’in seperti definisi di atas tapi bertemu
dengan Sahabat. Sahabat yang terahir wafat sekitar 80-90 Hijriah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Al-Audah, Salman bin Fahd., Fadli Ilahi, Amar Ma’ruf Nahi Munkar, diterjemah
oleh: Rakhmat, dkk., Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1993. Cet. 1
Atiqoh, Nurul. Konsep Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Tafsir Al-
Misbah
Rizekiyah, Nayla. 2017. Implementasi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Perspektif Muhammad Abduh dan Bishri Mustofa
(tinjauankomparatif dalam tafsir Al-Manar dan tafsir Al-
Ibriz). Fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel. Surabaya.
24
https://kalam.sindonews.com/read/293770/70/munculnya-imam-
mahdijelang-kiamat-ini-tanda-tandanya-1610035306
https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/kenabian-muhammad-saw-
telahdiramalkan-dalam-kitab-weda
https://www.suaramuhammadiyah.id/2019/05/20/terjebak-istidraj-
dalamkenikmatan/
https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-
sampaiterbuai/
https://rumaysho.com/3131-ujian-dan-musibah-tanda-allah-cinta.html
https://menara62.com/inilah-dua-dosa-besar-yang-disegerakan-
balasannya/
Attas, Syed Naquib al-. 1991. Islam dan Sekularisme, Bandung: Pustaka
Salman.
.
Barbour, Ian G. 2005. Menemukan Tuhan dalam Sains Kontemporer dan
Agama, Bandung: Mizan.
Dzahabi, al-. 1961. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid II, Kairo: Daar al-
Kutub al-Haditsah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sahabat_Nabi
https://id.wikipedia.org/wiki/Tabiin
25