Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DHF “DENGUE HEMORRHAGIC FEVER”

“Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik

Keperawatan Medikal Bedah II”

Disusun Oleh
Nurjanah Fitriyani 21119096

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
GASAL TA. 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP TEORI

A. Pengertian
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue
(DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123).
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa DHF merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigita nyamuk Aedes
Aegypti, biasanya menyerang anak di bawah usia 15 tahun dan dapat menimbulkan
kematian.
B. Etiologi
DHF Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Rahayu &
Budi, 2017).
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-
bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus
Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue tipe 3
merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat (Masriadi,
2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
(Wijaya, 2013).
C. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
hyperemia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada
system retikolo endhothelial seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening, hati dan
limpa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan
tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu, akan timbul the secondary heterologous
infection atau the sequential infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu
reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen
antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi. Terdapatnya kompleks virus antibody
dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut :
a. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C3a. C3a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
b. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh system
retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan vasoaktif (histmin dan serotonini) yang bersifat
meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang
merangsang koagulasi intravascular.
c. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor III) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan
menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran
fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivas akan
merangsang sistim klinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah (Wijaya, 2013).\
D. Tanda dan gejala
Menurut (Vyas et. Al 2014), gejala awal pada penyakit DHF (dengue hemoragic fiver)
setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan
berkeringat. Terjadi perdarahan dan muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit
dan patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan. Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan, pemulihan
dimulai setelah masa krisis 1- hari.
1. Gejala awal termasuk :
a. Nafsu makan menurun
b. Demam
c. Sakit kepala
d. Nyeri sendi atau otot
e. Perasaan sakit umum
f. Muntah
2. Gejala fase akut termasuk kegelisahan diikuti oleh :
a. Bercak darah di bawah kulit
b. Bintik-bintik kecil darah di kulit
c. Ruam Generalized
d. Memburuknya gejala awal
3. Fase akut termasuk seperti shock ditandai dengan :
a. Dingin, lengan dan kaki berkeringat
b. Berkeringat
E. Klasifikasi
a. Derajat 1 (ringan) Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan
yaitu uji turniket.
b. Derajat 2 (sedang) Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan
atau perdarahan lainnya.
c. Derajat 3 Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun.
d. Derajat 4 Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).
F. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Pada demam Dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokosentrasi atau
meningkatnya nilai hematocrit dan pemeriksaan tourniquet.
3) Pada pemeriksaan kimia darah : hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT,
ureum dan pH darah meningkat .
b. Urine Mungkin ditemukan albuminuria ringan.( T. Lestari, 2016 : 19)
G. Penatalaksanaan klinik
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention,
2009), yaitu :
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka.
anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat anti
inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau output
urine
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin perlu
cairan IV.
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian kapiler,
nadi, tekanan darah, dan Output urine.
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal dan
berlangsung 24-48 jam.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
1. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi
atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan
organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif &
Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang
ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,
dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat 35 mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang,
napsu makan menurun.
b. Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau
banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan. .
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan. 37 Sementara tenggorokan mengalami hiperemia
pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan (SDKI PPNI, 2016) yang mungkin muncul pada DHF adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit infeksi Virus dengue ditandai dengan suhu tubuh diatas normal. (D.0130)
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan pasien merasa lemas, mukosa bibir kering,
mengeluh haus. (D.0023)
3. Risiko perdarahan dibuktikan dengan gangguan koagulasi (D.0012)
3. Rencana keperawatan

N Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan


o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermi (I.15506)
b.d proses intervensi selama 3x24 Observasi - Untuk mengetahui penyebab
penyakit jam maka - Identifkasi penyebab hipertermi hipertermi
(Infeksi akibat Termoregulasi - Monitor suhu tubuh - Untuk mengetahui suhu tubuh
nyamuk aedes membaik. dengan - Monitor kadar elektrolit - Untuk mengetahui kadar elektrolit
aegypti) d.d kriteria hasil : - Monitor haluaran urine - Untuk mengetahui haluaran urine
suhu tubuh - Kulit merah - Monitor komplikasi akibat - Untuk mengetahui komplikasi
diatas normal. menurun (5) hipertermia akibat hipertermia
(D.0130) - Mengigil menurun Terapeutik
(5) - Sediakan lingkungan yang dingin - Agar pasien nyaman

- Pucat menurun (5) - Longgarkan atau lepaskan pakaian - Agar menurunkan panas

- Tekanan darah - Basahi dan kipasi permukaan - Agar dingin


membaik (5) tubuh - Agar memenuhi kebutuhan cairan
- Suhu tubuh - Berikan cairan oral - Agar pasien nyaman
membaik (5) - Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih) - Agar menurunkan demam

- Lakukan pendinginan eksternal


(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
- Agar tidak menimbulkan afek
dada, abdomen,aksila)
samping
- Hindari pemberian antipiretik atau
- Agar tidak sesak
aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
- Agar pasien istirahat
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu - Untuk memenuhi kebutuhan cairan
pasien
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
berhubungan tindakan keperawatan 3 Observasi
dengan x 24 jam maka Status - Periksa tanda dan gejala - Untuk mengetahui tanda gejala

kehilangan Cairan membaik hipovolemik ( tekanan darah hipovolemik


cairan aktif dengan kriteria hasil : menurun, membrane mukosa
ditandai - Turgor kulit kering, hematocrit meningkat )
dengan pasien meningkat (5) - Monitor intake dan output cairan - Untuk mengetahui intake output

merasa lemas, - Perasaan lemah Terapeutik cairan

mukosa bibir menurun (5) - Hitung kebutuhan cairan - Untuk mengetahui kebutuhan cairan

kering, - Keluhan haus - Berikan posisi modified - Untuk meningkatkan aliran balik

mengeluh menurun (5) trendelenburg vena

haus. - Tekanan darah - Berikan asupan cairan oral - Untuk memenuhi asupan cairan oral

(D.0023) membaik (5) Edukasi


- Intake cairan - Anjurkan memperbanyak asupan - Untuk memenuhi asupan cairan oral

membaik (5) cairan oral


- Agar mencegah terjadinya pusing
- Suhu tubuh - Anjurkan menghindari perubahan
membaik (5) posisi mendadak
Kolaborasi
- Untuk memenuhi asupan cairan
- Kolaborasi pemberian cairan IV
45 isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Untuk memenuhi asupan cairan
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% ) – - Untuk memenuhi asupan cairan
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( miosal : albumin,
plasmanate ) - Untuk memenuhi kebutuhan pasien
- Kolaborasi pemberian produk
darah
3. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
perdarahan tindakan keperawatan 3 Observasi
dibuktikan x 24 jam maka tingkat - Monitor tanda dan gejala - Untuk mengetahui tanda dan gejala

dengan perdarahan menurun perdarahan perdarahan

gangguan dengan kriteria hasil : - Monitor nilai hematocrit / - Untuk mengetahui nilai hematocrit /

koagulasi - Kelembapan hemoglobin sebelum dan sesudah hemoglobin sebelum dan sesudah

(D.0012) kulit meningkat kehilangan darah kehilangan darah

(5) - Monitor tanda dan gejala ortostatik - Untuk mengetahui tanda dan gejala

- Suhu tubuh - Monitor koagulasi ( mis. ortostatik

membaik (5) Prothrombin time (PT), Partial - Untuk mengetahui koagulasi

- Hematokrit thromboplastin time (PTT),


membaik (5) fibrinogen, deradasi fibrin
- Hemoglobin dan/atau platelet )
membaik (5) Terapeutik
- Agar pasien istirahat
- Pertahankan bedrest selama
perdarahan
- Agar pasien tidak mudah lelah
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Agar mencegah decubitus
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
Edukasi - Untuk mengetahui tanda dan gejala
- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
perdarahan - Agar
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi - Agar memenuhi kebutuhan cairan
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
- Agar tidak menimbulkan efek
konstipasi
samping
- Anjurkan menghindari aspirin atau
- Untuk memenuhi asupan makanan
antikoagulan
dan vitamin K
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Agar tidak terjadi pendarahan hebat
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan - Agar tidak terjadi pendarahan hebat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
- Untuk memenuhi supla darah
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk
- Agar tinja tidak keras
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2139/2/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2394/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/8135/4/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2139/2/BAB%20II.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/846/1/26%20TIKA%20GENESHA%20PUTRI.pdf

Anda mungkin juga menyukai