Anda di halaman 1dari 7

p - ISSN : 2407 – 1846

TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Zat


Tambahan Pembuatan Moisturizer

Susanty1*, Naufal Abiyu Ridnugrah1, Alfan Chaerrudin1, Sri Anastasia Yudistirani1


1
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta 10510
*Corresponding Autthor : susanty@umj.ac.id

Abstrak
Tanaman kelor (Moringa oleifera) merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mudah
tumbuh pada daerah tropis. Daun kelor mengandung senyawa aktif flavonoid yang
berfungsi sebagai antioksidan untuk membantu menetralisir dan menstabilkan radikal
bebas sehingga tidak lagi merusak sel-sel dan jaringan sehat. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan ekstrak daun kelor melalui metode ekstraksi maserasi dan
membuat pelembab (moisturizer) dengan penambahan ekstrak daun kelor. Maserasi
dengan variasi waktu (1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari) menggunakan pelarut etanol
PA dan rasio pelarut 1:10 memperoleh rendemen sebesar 3,5; 8,8; 9,4; 13,2; dan 12,1
%. Pengaruh waktu maserasi terhadap rendemen yang diperoleh dinyatakan dengan
persamaan y = 2,16 x + 2,92 dengan R2 = 0,82. Selanjutnya rendemen dianalisis
menggunakan spetrofotometri UV – Vis untuk menghitung kadar flavonoid yang
terkandung dalam ekstrak. Kadar flavonoid berdasarkan perhitungan sebesar 5,84;
7,19; 8,04; 8,73; 9,65 (mg/ml) dan dinyatakan dalam persamaan y = 0,916 x + 5,142
dengan R² = 0,985. Perolehan nilai IC50 sebesar 4,289 menunjukkan bahwa ekstrak
daun kelor memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Aplikasi dari penelitian
ini adalah pembuatan moisturizer dengan analisis pH sebesar 7,82; viskositas sebesar
6853 cP, dan bobot jenis sebesar 0,9652 gram/liter.

Kata kunci: daun kelor, ekstraksi, flavonoid, pelembab

Abstract
Moringa oleifera is a tall plant that is easy to grow in the tropics. Moringa leaves
contain active compounds flavonoids that function as antioxidants to help neutralize
and stabilize free radicals so that they no longer damage healthy cells and tissues.
This study aims to obtain Moringa leaf extract through maceration extraction method
and make a moisturizer by adding Moringa leaf extract. Maceration with time
variation (1 day, 2 days, 3 days, 4 days, 5 days) using ethanol PA solvent and 1:10
solvent ratio obtained a yield of 3.5; 8.8; 9.4; 13.2; and 12.1 %. The effect of
maceration time on the yield obtained is expressed by the equation y = 2.16 x + 2.92
with R2 = 0.82. Furthermore, the yield was analyzed using UV-Vis spetrophotometry
to calculate the levels of flavonoids contained in the extract. Flavonoid levels based
on calculations of 5.84; 7.19; 8.04; 8.73; 9.65 (mg/ml) and expressed in the equation
y = 0.916 x + 5.142 with R² = 0.985. Obtaining an IC 50 value of 4.289 indicates that
Moringa leaf extract has very high antioxidant activity. The application of this
research is the manufacture of a moisturizer with a pH analysis of 7.82, a viscosity of
6853 cP, and a specific gravity of 0.9652 grams/liter.

Keywords: moringa leaves, extraction, flavonoid, moisturizer

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
p - ISSN : 2407 – 1846
TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

PENDAHULUAN Berdasarkan uraian tersebut, maka


perkembangan berbagai macam produk penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kecantikan kulit, maka berdampak pula pada kualitas moisturizer (warna, aroma, tekstur,
peningkatan kebutuhan kulit. Salah satu cara pH dan uji viskositas). dengan penambahan
untuk merawat kulit adalah dengan
ekstrak daun kelor. Dari latar belakang
menggunakan moisturizer. Semakin
beragamnya kebutuhan dan selera masyarakat, tersebut, maka dilakukan penelitian tentang
produk moisturizer kini sudah sangat “Pengaruh waktu maserasi terhadap hasil
bervariasi. Selain memenuhi syarat rendemen ekstraksi flavonoid pada daun kelor
moisturizer yang baik secara kimia yang (moringa oleifera) sebagai zat tambahan
mengacu pada Standar Nasional Indonesia pembuatan moisturizer.
(SNI), penerimaan masyarakat terhadap
produk moisturizer juga merupakan sesuatu METODE
yang penting diantarnya adalah warna, tekstur, Bahan–bahan yang digunakan daun
dan aroma. (Hernani et al, 2010). Moisturizer kelor, etanol PA, DPPH, gliserin,
yang banyak diminati yaitu moisturizer trietanolamin, parafin lliquid,, asam stearat,
dengan bahan alami. Kandungan flavonoid setil alkohol, metil paraben, pewangi,
pada moisturizer berfungsi sebagai aquadest.
antioksidan sehingga cocok digunakan sebagai Alat-alat yang digunakan antara lain
produk kecantikan. Moisturizer yang baik labu ukur, gelas ukur, labu erlenmeyer,
bukan hanya dapat melembabkan kulit saja aluminium foil, neraca digital, batang
tetapi juga dapat sebagai anti radikal bebas. pengaduk, pipet ukur, pipet volum, kertas
Efek radikal bebas pada kulit yaitu saring, blender, oven, rotary evaporator, dan
penuaan dini yang ditandai dengan kulit cepat spektrofotometer UV-Vis.
keriput dan noda hitam pada kulit. Senyawa
untuk menangkal radikal bebas adalah Prosedur penelitian
antioksidan. Antioksidan bermanfaat untuk Pembuatan ekstrak daun kelor
merawat kecantikan dan meningkatkan Daun kelor dijemur hingga kering,
perlindungan kulit (Wasitaatmadja, 1997). kemudian dihaluskan dengan cara diblender
Antioksidan yang umum digunakan pada hingga berbentuk serbuk. Bubuk daun kelor di
produk kecantikan yaitu Butil Hidroksi timbang dan dimasukkan sebanyak 30 gram ke
Toluen (BHT) yang merupakan antioksidan dalam bejana maserasi. Proses ekstraksi
sintetis dan dinilai kurang aman bagi kulit dilakukan didalam suatu wadah menggunakan
pada penggunaan berlebihan. pelarut etanold engan ratio perbandingan daun
Dewasa ini produk kecantikan dengan kelor dan etanol sebesar 1:10. Maserasi
ekstrak bahan alami sedang digemari karena dengan variasi waktu yaitu 1 hari, 2 hari, 3
dinilai lebih aman bagi kulit. Pada penelitian hari, 4 hari, 5 hari. Hasil ekstraksi disaring
ini menggunakan antioksidan alami yaitu kemudian dipekatkan menggunakan rotary
ekstrak daun kelor. Di Indonesia, kelor evaporator dan dihitung rendemennya.
menjadi tanaman yang mudah dijumpai dan Selanjutnya kadar flavonoid dihitung
memiliki harga yang sangat murah. Salah satu menggunakan metode spektrofotometri.
yang paling menonjol dari kandungan tanaman
kelor adalah antioksidan, terutama daunnya Perhitungan rendemen ekstrak daun kelor
yang mengandung antioksidan tinggi. Kelor adalah sebagai berikut :
sudah mulai dikembangkan untuk digunakan
sebagai tambahan bahan kesehatan dan
kecantikan. Berdasarkan penelitian
Hardiyanthi (2015) yaitu aktifitas antioksidan
dari ekstrak daun kelor dapat dimanfaatkan
dalam sediaan hand and body cream dengan Analisa kualitatif flavonoid
penambahan ekstrak daun kelor dimulai dari Pengujian uji fitokimia juga dilakukan
konsentrasi 0,1% hingga 0,3%. terhadap ekstrak flavonoid yaitu dengan cara
ekstrak 0,5 gram dalam cawan ditambahkan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
p - ISSN : 2407 – 1846
TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
2mL etanol 70% kemudian diaduk, Untuk melakukan uji secara
ditambahkan serbuk magnesium 0,5 gram dan kuantitatif jumlah flavonoid yang terdapat
3 tetes HCl pekat. Ekstrak 0,5 gram dalam dalam ekstrak dapat dilakukan dengan
cawan ditambahkan 2mL etanol 70% menggunakan spektrofotometer UV-Vis yaitu
kemudian diaduk, ditambahkan serbuk dengan mengukur nilai absorbansinya. Kadar
magnesium 0,5 gram dan 3 tetes HCl pekat. flavonoid dalam sampel dapat ditentukan
Terbentuknya warna orange menunjukan dengan berbagai metode. Metode yang diakui
adanya flavonoid. oleh departemen kesehatan Republik
Penetapan panjang gelombang flavonoid Indonesia adalah spektrofotometri UV yang
Penentuan panjang gelombang berdasar pada prinsip kolorimetri absorbansi
flavonoid dilakukan dengan menggunakan dari warna yang terbentuk diukur dengan
photometric Spektrofotometer UV-vis. Peneliti spektrometer UV. Kadar kuersetin dihitung
menggunakan larutan standar yang bernama sebagai kadar flavonoid total dalam sampel.
quersetinuntuk menunjukan panjang Perhitungan ini berdasarkan pada hukum
gelombang flavonoid Larutan standar dengan lambert-beer yang menunjukan hubungan
konsentrasi 100 ppm kemudian dimasukkan ke lurus antara absorbans dan kadar analat. Untuk
dalam kuvet. Larutan standar dibaca menentukan kadar flavonoid pada sampel
absorbansinya pada panjang gelombang 300 – berdasarkan nilai absorbansi data larutan
500 nm. standar. Data larutan standar ini digunakan
untuk membuat persamaan regresi yaitu
Pembuatan larutan pembanding (kuersetin) persamaan yang digunakan untuk menghitung
Penetapan kadar flavonoid total kadar flavonoid.
dengan metode spektrofotometri yang
mengacu pada prosedur Chang (2004) dengan Pengukuran Kadar Flavonoid
deret kuersetin sebagai standar. Untuk melakukan uji secara
Ditimbang 10 mg baku standar kuantitatif jumlah flavonoid yang terdapat
kuersetin dan dilarutkan ke dalam labu ukur dalam ekstrak daun kelor dapat dilakukan
sampai 100 ml dengan etanol PA untuk 100 dengan spektrofotometer UV-Vis yaitu dengan
ppm. Dari larutan standar kuarsetin 100 ppm, mengukur nilai absorbansinya. Kadar
kemudian dipipet 10 ml dan dilarutkan dalam flavonoid dalam sampel dapat ditentukan
100 ml etanol pa untuk 10 ppm, kemudian dengan berbagai metode. Metode yang diakui
dibuat beberapa konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 oleh departemen kesehatan RI adalah
ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Dari masing-masing spektrofotometri UV yang berdasar pada
konsentrasi larutan standar kuersetin ukur prinsip kolorimetri. Kadar kuersetin dihitung
absorbansinya pada spektrofotometri UV-Vis sebagai kadar flavonoid total dalam sampel.
dengan panjang gelombang yang Perhitungan ini berdasarkan pada hukum
telahditentukan. lambert-beer yang menunjukan hubungan
lurus antara absorbans dan kadar analat. Untuk
Pengukuran absorbansi flavonoid pada menentukan kadar flavonoid pada sampel
sampel dilihat berdasarkan nilai absorbansi pada data
Metode spektrofotometri dapat larutan standart kuercetin. Data larutan
digunakan untuk melakukan uji secara standart kuercetin ini digunakan untuk
kuantitatif dengan cara mengukur nilai membuat persamaan regresi yaitu persamaan
absorbansinya. Ekstrak pekat masing-masing yang digunakan untuk menghitung kadar
rasio ditimbang menggunakan cawan kaca flavonoid.
sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan dalam
100 ml labu ukur dengan etanol PA. Kemudian Y=a+bX
dibandingkan absorbansi hasil ekstraksi
dengan absorbansi standard, kuersetin. Keterangan :
Sebelumnya dilakukan pengukuran blanko Y = nilai absorbansi
terlebih dahulu agar yang terbaca pada panjang X = kadar flavonoid
gelombang tersebut adalah murni zat a = konstanta/intersep
flavonoid. b = koefisienregresi/slope

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
p - ISSN : 2407 – 1846
TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Pembuatan konsentrasi larutan DPPH Analisa moisturizer


menggunakan variasi deret konsentrasi 1 ppm, Uji Viskositas
2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm kemudian larutan Pengujian viskositas dilakukan untuk
di vortex selama 2 menit dan selanjutnya di mengetahui tingkat kekentalan moisturizer.
ukur dengan spektrofotometer dengan panjang Moisturizer yang dibuat nantinya akan
gelombang 517 nm. Dan didapatkan % inhibisi dilakukan pengujian viskositas dengan alat
dan nilai IC50. viskometer jenis brookfield.

Prosedur pembuatan moisturizer Uji pH


Komposisi bahan-bahan pembuatan Pengujian pH moisturizer dilakukan
pelembab disajikan dalam tabel berikut ini : dengan membuat moisturizer sesuai prosedur.
moisturizer yang akan dibuat sebelum
Tabel 1. Komposisi moisturizer memadat nantinya akan dilakukan pengujian
pH dengan cara memasukan indikator pH ke
Nama Bahan Formula dalam moisturizer. Setelah itu dapat dilihat di
Ekstrak Yang di dapat indikator pH warna yang timbul dari indikator
Gliserin 10 gr tersebut. Pada kertas pH sudah tertera warna
Trietanolamin 2 gr pH nya.
White Oil 10 gr
Asam Stearat 6 gr Uji Bobot Jenis
Setil Alkohol 2 gr Moisturizer memiliki standar nasional
Metil Paraben 0,1 gr untuk sediaan moisturizer yaitu: 0,95 – 1,05.
Pewangi 0,2 gr Piknometer yang sudah bersih dan kering
Aquadest 100 gr ditimbang (a). Selanjutnya aquadest dan
moisturizer masing – masing dimasukkan ke
Masing–masing bahan dalam formula dalam piknometer dengan menggunakan pipet
tetes. Piknometer ditutup dan dimasukkan ke
ditimbang kemudian dipisahkan berdasarkan
dalam pendingin sampai suhunya menjadi
fasanya (Anita, 2008). Asam stearat, white oil,
dan setil alkohol yang merupakan fase minyak 250C. Kemudian ditimbang bobot piknometer
dicampurkan dan kemudian dipanaskan dalam yang berisi air (b) dan piknometer yang berisi
moisturizer (c).
beaker glass hingga mencapai suhu 70 0C
sambil dilakukan pengadukan lalu suhu
diturunkan mencapai 650C (Adonan 1). HASIL DAN PEMBAHASAN
Gliserin dan air yang merupakan fase air Pada penelitian ini, rendemen dihitung
dengan cara berat hasil (ekstrak pekat) dibagi
dicampurkan dan dipanaskan hingga suhu 80 0C
dengan berat awal (bubuk daun salam),
dalam wadah yang berbeda sambil dilakukan
pengadukan menggunakan pengaduk magnet pemekatan ekstrak dilakukan dengan
lalu dilakukan pendinginan hingga suhu 65 0C menggunakan alat rotary evaporator pada suhu
60oC dan tekanan 175 mbar dengan variabel
sambil dimasukan Trietanolamin secara
waktu maserasi 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5
perlahan (Adonan 2). Adonan 1 dan Adonan 2
dicampur sambil terus diaduk sampai terbentuk hari.
emulsi cream yang halus sampai mengembang Tabel 2. Nilai rendemen (%)
(Adonan 3). Berat
Adonan 3 dibiarkan hingga suhu turun Waktu Rendemen
No. ekstrak
menjadi 400C. Metil Paraben, pewangi, dan Maserasi (%)
(gram)
ekstrak daun kelor dengan konsentrasi tertentu 1 1 hari 1.07 3.5
ditambahkan sambil terus dilakukan 2 2 hari 2.64 8.8
pengadukan hingga terbentuk cream yang 3 3 hari 2.83 9.4
halus. 4 4 hari 3.97 13.2
5 5 hari 3.62 12.1

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
p - ISSN : 2407 – 1846
TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
Grafik rendemen hasil ekstrak daun
kelor versus lamanya waktu maserasi dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi larutan


standar kuercetin terhadap absorbansi yang
diperoleh menggunakan spektrofotometer UV-
Vis
Gambar 1. Pengaruh lamanya waktu maserasi
terhadap perolehan rendemen ekstrak daun Berdasarkan data absorbansi
kelor didapatkan persamaan y = 0,0684x – 0,0094
Persamaan ini yang selanjutnya akan
Berdasarkan grafik di atas, terlihat digunakan untuk dapat menghitung kadar
bahwa trend semakin lama waktu maserasi flavonoid yang terkandung. Persamaan
maka rendemen yang dihasilkan semakin tersebut didapat dari regresi absorbansi larutan
besar, kecuali pada hari ke-5. Persamaan yang standar kuersetin dengan menggunakan
didapat pada hubungan antara waktu maserasi spektrofotometri UV-Vis. Kuercetin yang
dengan hasil rendemen adalah y=2,16x+2,92 dilarutkan dengan etanol PA. Didapatkan
dengan R2= 0,82. absorbansi disetiap variasi waktu lalu
Pembuatan konsentrasi larutan dimasukan kedalam program excel dan dibuat
pembanding dengan menggunakan variasi grafik regresi linier sehingga didapatkan hasil
deret konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, persamaan tersebut. Dari hasil persamaan
5 ppm dengan melarutkan bubuk kuercetin tersebut setiap absorbansi dimasukan terhadap
dengan pelarut etanol PA. Kemudian larutan nilai y, dan hasilnya berupa kadar yang
tersebut diukur absorbansinya pada 370 nm. terkandung dalam flavonoid tersebut.
Data konsentrasi larutan pembanding serta
absorbansinya di dapat dari hasil Tabel 4. Kadar flavonoid
spektrofotometri.
Waktu absorbansi Kadar flavonoid
Tabel 3. Absorbansi larutan standar kuercetin maserasi (mg/ml)
1 hari 0,390 5,84
Konsentrasi Absorbansi
2 hari 0,483 7,19
1 ppm 0.057
2 ppm 0.130 3 hari 0,541 8,04
3 ppm 0.200 4 hari 0,588 8,73
4 ppm 0.256 5 hari 0,651 9,65
5 ppm 0.336
Pengukuran kadar flavonoid
Grafik konsentrasi larutan standar menggunakan metode spektrofotometri pada
quercetin versus absorbansi dapat dilihat pada panjang gelombang 370 nm. Trend kenaikan
gambar berikut ini : kadar flavonoid seiring lamanya waktu
maserasi dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
p - ISSN : 2407 – 1846
TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
Grafik persen inhibisi versus
konsentrasi ekstrak dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 3. Pengaruh lamanya waktu maserasi


terhadap kadar flavonoid

Berdasarkan grafik diatas didapat


persamaan y = 0,916x+5,142 dengan R² = Gambar 4. Pengaruh variasi konsentrasi (ppm)
0,985. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ekstrak terhadap persen inhibisi
semakin lama waktu maserasi maka kadar
flavonoid yang didapat semakin banyak. Ini Berdasarkan grafik diatas diperoleh
menandakan bahwa dari ekstrak kental yang persamaan y=-16,443X + 120,54 dengan nilai
didapatkan memiliki kandungan flavonoid R2=0,9292. Dari penelitian didapat nilai IC50
yang berbeda di setiap variasi waktu selama sebesar 4,289 μg/ml. Menurut Pongpaicit et
maserasi. Dari hasil penelitian dapat dilihat al., 2007, suatu senyawa dikatakan sebagai
bahwa semakin lama waktu maserasi yang antiradikal bebas sangat kuat apabila nilai IC 50
digunakan maka akan semakin besar kadar < 10 μg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 10-
flavonoid yang didapatkan. Hasil yang 50 μg/ml, sedang apabila IC50 berkisar antara
didapatkan pada masing-masing waktu 50-100 μg/ml, lemah apabila nilai IC50
maserasi juga tidak berbeda jauh dari satu titik berkisar antar 100-250 μg/ml dan tidak aktif
ke titik lainnya dikarenakan flavonoid tersebut apabila > 250 μg/ml.
dapat larut dengan baik dalam etanol karena
kepolaran pelarut tersebut, maka kadar zat Perhitungan persentase inhibisi:
yang terlarut makin besar dan semakin lama
waktu yang digunakan maka makin besar
konsentrasi zat tersebut.
Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun
kelor hasil maserasi hari ke-5 menggunakan
metode DPPH memperoleh nilai IC50 berikut Perhitungan nilai IC50 :
ini:
Tabel 5. Nilai IC50 Y=ax+b
Konsentrasi Keterangan :
Ekstrak % Y = 50
absorbansi IC50 x = nilai IC50
hari ke-5 inhibisi
(mg/ml) a dan b = konstanta .
1 0,011 98,004%
Uji pH
2 0,048 91,2885% Dari hasil penelitian ini dibuat satu
4,289 sampel pelembab (moisturizer) yang memiliki
3 0,102 81,488% derajat keasaman yang sesuai dengan standar
4 0,288 47,731% derajat keasaman yaitu 4,5-8,5 (SNI,1996).

5 0,344 37,568%

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019
p - ISSN : 2407 – 1846
TK-021 e - ISSN : 2460 – 8416

Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek
Tabel 6. Nilai pH Saran
Penelitian ini dapat dikembangkan
Sampel pH SNI 16-4399- dengan meneliti variabel lain seperti bahan
1996 baku yang lain, ratio pelarut, pelarut yang
Moiturizer 7,82 4,5 – 8,5 akan digunakan, dan dengan menggunakan
bahan baku lain yang memiliki kandungan
Uji Viskositas yang lebih optimal.
Dari hasi penelitian ini dibuat satu
sampel pelembab (moisturizer) yang memiliki UCAPAN TERIMAKASIH
nilai viskositas yang sesuai dengan nilai Ucapan terimakasih ditujukan kepada
viskositas yaitu 2000-50000 cP (SNI,1996). Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Tabel 7. Nilai viskositas Jakarta sebagai penyandang dana
Sampel Viskositas SNI 16- terselenggaranya kegiatan pengabdian kepada
4399-1996 masyarakat ini dengan nomor surat kontrak
Moiturizer 6853 cP 2000-50000 penelitian: 46.A/LPPM-UMJ/III/2018
cP
DAFTAR PUSTAKA
Uji Bobot Jenis Anita, S. Y. 2008. Aplikasi Karaginan Dalam
Salah satu pengujian yang bertujuan Pembuatan Skin Lotion. Departemen
untuk menguji seberapa besar bobot jenis dari Teknologi Hasil Perairan Fakultas
produk ini. Bobot jenis yang baik untuk Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut
pelembab berkisar antara 0,95-1,05 gr/l. Pertanian Bogor

Chang, R. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep


Tabel 8. Nilai bobot jenis Inti. Ed. ke-3. Jakarta: Penerbit
Sampel Bobot Jenis SNI 16-4399- Erlangga
1996
Moiturizer 0,9652 gr/l 0,95-1,05 gr/l Hernani, dkk. 2010. Formula Sabun
Transparan Antijamur Dengan Bahan
Perhitungan bobot jenis : Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia
Galanga L.Swartz.). Bogor: Teknologi
Industri Pertanian.

Hardiyanthi, F. 2015. Pemanfaatan aktivitas


antioksidan ekstrak daun kelor
(moringa oleifera) dalam sediaan
hand and body cream. Skripsi UIN
SIMPULAN DAN SARAN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kesimpulan
Phongpaichit S, Nikom J, Rungjindamai N,
Lamanya waktu maserasi terbaik yang
Sakayaroj J, Hutadilok-Towatana N,
didapatkan pada waktu hari ke-4 dimana besar
Rukachaisirikul V, et al. 2007.
rendemen yang didapat adalah 13,2 %. Kadar
Biological activities of extracts from
flavonoid terbesar yang di dapat pada maserasi
endophytic fungi isolated from
hari ke-5 yaitu 9,65 µg/ml. Aktivitas
Garcinia plants. FEMS Immunol.
antioksidan ekstrak daun kelor ditandai dengan
Med. Microbiol. 51:517-525
nilai IC50 sebesar 4,289. Sifat fisik moisturizer
dengan penambahan ekstrak daun kelor [SNI] Standar Nasional Indonesia 164399.
memiliki pH 7,82, viskositas sebesar 6853 cP, 1996. Sediaan Tabir Surya. Jakarta:
dan bobot jenis sebesar 0,9652 gram/liter. Badan Standarisasi Nasional.

Wasitaatmadja, SM. 1997. Penuntun Ilmu


Kosmetika Medik. Jakarta: UI Press

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2019 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 16 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai