Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perpustakaan menjadi salah satu sentral informasi bagi
masyarakat. Sebagai sentra informasi, perpustakaan dituntut memiliki
sarana dan prasarana yang memadai bagi pemustaka. Kata memadai ini
dalam artian perpustakaan harus benar benar memiliki fasilitas yang bisa
memberi informasi yang akurat bagi pengunjung, memberikan rasa
nyaman kepada siapa saja yang berada di perpustakaan tersebut. Sejak
ditemukannya mesin cetak untuk mencetak buku dan sumber belajar cetak
lainnya, hingga sekarang media cetak masih menduduki posisi kunci
dalam menunjang proses belajar mengajar, buku, jurnal, modul, dan lain-
lain, hal tersebut banyak diandalkan untuk menunjang proses belajar
manusia. Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola sumber informasi
semestinya dijadikan sebagai kunci utama dalam proses pendidikan dan
pelatihan yang ada, baik di lingkungan sekolah, di luar sekolah, dunia
kerja maupun masyarakat pada umumnya. Namun kenyataannya masih
jauh dari harapan. Perpustakaan masih belum benar-benar memasyarakat,
hal ini ditandai dengan rendahnya minat baca masyarakat dan kurangnya
kesadaran bahwa belajar harus mencari sendiri informasi atau jawaban atas
persoalan yang mereka hadapi.
Menurut Sutarno Dalam Muhsin Kalida bahwa “Perpustakaan
sebagai salah satu pusat informasi mempunyai banyak fungsi diantaranya
memenuhi kebutuhan masyarakat”.1

1
Kalida, Muhsin. Capacity Building Perpustakaan. (Yogyakarta:Aswaja Pressindo.2015). hlm 5
1
Perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan bahan
pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan,
kenyamanan, atau kesenangan.2
Perpustakaan sebagai sumber ilmu, memiliki peran strategis untuk
menciptakan masyarakat yang gemar membaca. Keberadaan perpustakaan
tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya masyarakat Indonesia.
Perpustakaan sebagai wadah peningkatan minat baca masyarakat,
merupakan bentuk amanah dari undang-undang dasar.
Budaya baca sudah merupakan suatu keharusan praktis dalam
dunia modern. Membaca sebagai aktivitas pribadi pada umumnya telah
menjadi suatu kebutuhan pada masyarakat di negara-negara maju, tetapi
tidak demikian halnya pada masyarakat di negara-negara berkembang,
seperti Indonesia. Di kebanyakan negara berkembang, dimana tingkat buta
aksara dan kurang terdidik dalam masyarakat masih tinggi, kegiatan
membaca belum menjadi kebutuhan sehari-hari.3
Budaya baca dalam masyarakat tidak hanya ditentukan oleh
keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, tetapi juga
ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap bahan-bahan
bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan berarti tersedianya bahan-bahan
bacaan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan kemudahan
akses adalah tersedianya sarana dan prasarana dimana masyarakat dapat
dengan mudah memperoleh bahan bacaan dan informasi tentang bacaan
dan informasi tentang bahan bacaan.
Membaca merupakan proses pengolahan bacaan serta memahami
makna yang terdapat dalam tulisan, kegiatan membaca berfungsi agar
pembaca dapat memahami secara menyeluruh bacaan tersebut dan diikuti
oleh penilaian terhadap keadaan dan dampak bacaan tersebut.4

Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan oleh


2
Basuki, Sulistyo. Pengantar ilmu perpustakaan. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). Hlm 4
3
Wahyuni, Skripsi: “Peranan Pustakawan dalam meningkatkan budaya membaca di perpust
akaan masjid al-markaz al islami makassar” (Makassar : UIN ALAUDDIN,2015), hlm.16
4
Nurhadi. Teknik membaca. (Jakarta: Bumi aksara, 2016) hlm 2
2
siapa saja, dengan cara melakukan kegiatan membaca wacana ilmu
pengetahuan. Bidang ilmu mempunyai cakupan yang luas, sehingga
semakin tinggi pendidikan seseorang akan merasakan semakin banyak
yang tidak diketahui. Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan membaca
yang dapat meningkatkan sumber daya manusia.5
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 43 tahun 2007
tentang perpustakaan dalam Lasa HS menyatakan bahwa:
”Dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, perlu
ditumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan
pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi yang berupa karya
tulis,karya cetak dan karya rekam”.6
Budaya membaca di indonesia masih tergolong lemah hal ini dapat
dilihat dari kurangnya minat baca pada masyarakatnya, baik dari segi
pelajar, pekerja, dan nonpekerja. Padahal dengan membaca kita bisa
menemukan inspirasi baru, pengetahuan baru serta berita-berita baru.
Dengan membaca secara tidak langsung kita sudah menjelajahi tempat
atau waktu yang tidak pernah kita lalui, begitu dahsyat efek dari
membawanya, sehingga bisa membuka cakrawala seluas-luasnya. Sebagai
jembatan ilmu pengetahuan, membaca meiliki dampak yang sangat luar
biasa apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam karya ilmiah yang ditulis oleh Dwi Puji Astuti (2013)
menyatakan bahwa:
“Minat baca warga Indonesia rendah. Hal ini dibuktikan dengan
hasil indeks nasional yang menyebutkan bahwa indeks baca di
Indonesia hanya 0,01. Sedangkan rata-rata indeks baca negara maju
berkisar antara 0,45 sampai dengan 0,62. Jika hal ini merupakan
hasil survey yang memiliki validitas tinggi, maka rendahnya minat
baca di Indonesia menjadi problematika khusus. Karena suatu negara
memiliki minat membaca rendah, maka akan menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan di negara tersebut”. (2015 : 4)

Rendahnya budaya baca dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor


5
Kasiyun, S (2015). Upaya Meningkatkan minat baca sebagai sarana untuk mencerdaskan
bangsa. Jurnal Pena Indonesia volume 1, nomor 1, 83
6
Hs, Lasa. Manajemen Perpustakaan. (Yogyakarta:Ombak.2016). hlm 250
3
diantaranya lemahnya sarana dan prasarana pendidikan, kurangnya
pengelolaan perpustakaan dan koleksi buku, kemajuan teknologi,
kurangnya dukungan keluarga.7
Jadi dapat disimpulkan mengapa harus ada budaya baca, Budaya
baca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan ketekunan serta
penunjang yang paling penting untuk mendorong rasa ingin tahu seseorang
terhadap suatu bacaan untuk mengetahui informasi yang awalnya tidak
diketahui menjadi tahu. Apabila tidak ada budaya baca maka apa yang
didapatkan oleh seseorang mengenal sesuatu hal tidak akan diketahui
secara baik dan utuh.8
Pengelolaan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Muaro Jambi
dimulai sejak tahun 2008 seiring berdirinya kantor Pengolahan Data
Elektronik, Perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Muaro Jambi sesuai
dengan perda nomor 06 tahun 2008. Sebelumnya merupakan bagian dari
perpustakaan sekretariat daerah kabupaten muaro jambi. Dalam
perkembangannya perpustakaan Muaro Jambi berkedudukan di Simpang
Sei Duren KM. 18 Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Muaro Jambi mempunyai
visi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia agar menjadi kompetitif
dan mempunyai misi salah satunya pembinaan perpustakaan sebagai upaya
meningkatkan budaya baca masyarakat khususnya masayarakat kabupaten
muaro jambi.
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Muaro Jambi memiliki
berbagai macam koleksi diantaranya koleksi pertanian, politik, karya
umum, pemerintah, ekonomi, dan sosial. Dari semua koleksi tersebut total
jumlah koleksinya sebanyak 6.353 judul ( 2018).9
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan peneliti, peneliti
melihat sangat sedikit pengunjung yang mendatangi perpustakaan tersebut,
yang datang hanya duduk dan menikmati wifi yang disediakan
perpustakaan tetapi tidak menggunakan koleksi dan tidak membacanya.
dilihat dari absen pengunjung setidaknya kurang dari 10 orang perharinya

7
Nurhaidah. (2016). Dampak Rendahnya Minat baca dikalangan Mahasiswa PGSD Lampe
uneurut Banda Aceh Serta cara meningkatkannya. Jurnal Pesona Dasar, 4-5.
8
Meliyawati. (2016). Pemahaman Dasar Membaca. Yogyakarta : Deepublish Publisher. Hlm. 32.
9
Observasi. 15 Maret 2019
4
yang mengunjungi perpustakaan tersebut dari total 7. 616 ribu penduduk
Kelurahan Sengeti. Artinya dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan
bahwa budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti sangatlah rendah. Ada
beberapa hal yang akan terjadi jika budaya baca atau mencari informasi
masyarakat masih rendah diantaranya masyarakat kurang memiliki
wawasan, masyarakat tidak memiliki pengetahuan (informasi).
Berdasarkan prolog di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam
apa faktor penyebab kurangnya minat baca masyarakat Muaro Jambi. Dan
penulis menuangkan dalam tema “Upaya Meningkatkan Budaya Baca
Masyarakat Kelurahan Sengeti Melalui Program Pengembangan
Literasi Informasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Muaro Jambi”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti dalam
konteks program pengembangan literasi informasi ?
2. Apa saja kendala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Muaro Jambi
dalam meningkatkan budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti
melalui program pengembangan literasi informasi ?
3. Apa Upaya yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Muaro Jambi dalam meningkatkan budaya baca masyarakat Kelurahan
Sengeti melalui program pengembangan literasi informasi ?

C. Tujuan Dan Kegunaan


Apabila tujuan-tujuan penelitian tersebut dapat tercapai dengan
baik, maka sebagai manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui kondisi budaya baca masyarakat Kelurahan
Sengeti dalam konteks program pengembangan literasi informasi
b. Untuk mengetahui apa saja kendala Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Muaro Jambi dalam meningkatkan budaya baca masyarakat
Kelurahan Sengeti melalui program pengembangan literasi
informasi

5
c. Untuk mengetahui upaya apa saja yang di lakukan Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Muaro Jambi dalam meningkatkan
budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti melalui program
pengembangan literasi informasi
2. Kegunaan
a. Untuk menambah pengetahuan penulis baik secara teoritis maupun
praktis tentang penelitian lapangan.
b. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata Satu
(S.1) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi

D. Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya lokasi penelitian dan kajian tentang:
Upaya Meningkatkan Budaya Baca Masyarakat Kelurahan Sengeti
Melalui Program Pengembangan Literasi Dinas Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kabupaten Muaro Jambi, maka penulis menfokuskan penelitian ini
pada 2 RT yang lokasinya berdekatan dengan lokasi Dinas Perpustakaan
Dan Arsip Daerah Muaro Jambi.

6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Upaya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia upaya adalah usaha, ikhtiar
(untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan
keluar, daya upaya).10 Menurut Tim Penyusunan Departemen Pendidikan
Nasional upaya adalah usaha, akal, atau ikhtiar untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan suatu persoalan, mencari jalan keluar, dan
sebagainya.
Poerwadarminta mengatakan bahwa upaya adalah usaha untuk
menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar,. Peter Salim dan Yeni Salim
mengatakan upaya adalah bagian yang dimainkan oleh guru atau bagian
dari tugas utama yang harus dilaksanakan.11
Berdasarkan pengertian diatas dapat diperjelas bahwa upaya adalah
bagian dari peranan yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu.

B. Budaya Baca
1. Pengertian Budaya
Budaya adalah bentuk kata jamak dari kata “Budi” dan “Daya”
yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari
bahasa sanskerta, budhaya, yaitu bentuk jamak kata buddhi yang
berarti budi atau akal. Dalam bahasa inggris kata budaya berasal dari
kata culture. Dalam bahasa Belanda diisitilahkan dengan cultur. Dalam
bahasa latin berasal dari kata colera. Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti kultur, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Untuk lebih jelas dapat
dirinci sebagai berikut:

a. Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan


10
Indrawan WS, Kamus lengkap bahasa Indonesia, Jombang : Lintas Media, Hal 568.
11
Peter Salim dan Yeni Salim, (2005) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Modern English
press, hal. 1187
dihasilkan manusia. Karena itu meliputi :
1) Kebudayaan Material (Bersifat jasmania), yang meliputi benda-
benda ciptaan manusia, misalnya: alat-alat perlengkapan hidup.
2) Kebudayaan Non Material (Bersifat Rohaniah), yaitu semua hal
yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa,
ilmu pengetahuan.
b. Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (Biologis),
melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.
Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia, dan hampir
semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena yang tidak perlu
dibiasakan dengan cara belajar, misalnya tindakan atas dasar naluri
(Instink), gerak refleks.
Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara meyakini dan
menganggap, kebudayaan adalah pengetahuan yang dimiliki warga
kelompok yang diakumulasi (dalam memori manusia dalam buku dan
obyek-obyek) untuk digunakan dimasa depan.
Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh individu-
individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota kelompok satu sama
lain, sehingga kebudayaan juga bersifat dimiliki bersama.
Ruth Benerdiet memberi suatu defenisi lengkap mengenai konsep
itu dengan mengatakan, “kebudayaan adalah pengikat manusia
bersama-sama”. Dengan demikian, kebudayaan atau budaya
menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik materil
maupun non materil. Sebagian besar ahli yang mengartikan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh
pandangan evolusionisme yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa
kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju
tahapan yang lebih baik.

2. Sifat Budaya

8
Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu tidak sama, seperti
di indonesia yang terdiri atas berbagai macam sukubangsa yang
berbeda, tetapi kebudayaan mempunyai ciri atau sifat yang sama.
Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut sebagai berikut:
a. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
b. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi
tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan
c. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya.
d. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan
yang dilarang, dan tindakan yang diizinkan
Dalam pengalaman manusia, kebudayaan itu bersifat universal,
akan tetapi perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri yang khusus
yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya
3. Unsur Budaya
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari beberapa
unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian
dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Misalnya dalam
kebudayaan indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya
majelis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil
seperti sisir, kancing, baju, peniti, dan lain-lainnya yang dijual di
pinggir jalan.
Beberapa orang sarjana telah mencoba merumuskan unsur-unsur
pokok kebudayaan tadi misalnya, “melville J Hers Kovits
menganjurkan empat unsur pokok kebudayaan yaitu”.
a. Alat-alat teknologi
b. Sistem ekonomi
c. Keluarga
d. Kekuasaan politik.

9
Adapun unsur pokok kebudayaan menurut bronislaw malinowski
sebagai berikut:
a. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota
masyarakat didalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat-alat dan lembaga pendidikan.
d. Organisasi kekuatan
Tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dianggap Culture Universal
yaitu sebagai berikut:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (Pakaian perumahan,
alat-alat rumah tangga, alat-alat produksi, transportasi, dan
sebagainya)
b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem (pertanian, peternakan,
sistem produksi, sistem distribusi,dan sebagainya)
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, sistem perkawinan)
d. Bahasa (lisan maupun tertulis)
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya)
f. Sistem pengetahuan
g. Religi (sistem kepercayaan)
4. Defenisi Budaya Menurut Para Ahli
a. Menurut E. B Taylor budaya adalah suatu keseluruhan kompleks
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b. J. P. H. Dry Vendak mengatakan bahwa kebudayaan adalah
kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beranekaragam
berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
c. Koentjaraningrat mengatakan budaya adalah keseluruhan sistem
gagasan, milik dari manusia dengan belajar.

d. R. Linton dalam bukunya “The culture background of personality”

10
kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan
hasil tingkah laku, yang unsur pembentukannya di dukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
e. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kebudayaan itu adalah
budidaya tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia digerakkan
oleh akal dan perasaannya. Yang mendasari semua ini adalah
ucapan hatinya, dan ucapan batin itu merupakan keyakinan akan
penghayatannya terhadap sesuatu yang dianggap benar, yang
dianggap benar itu besar atau kecil adalah agama, sepanjang tidak
diwahyukan adalah hasil pemikiran filsafat.
f. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan itu berarti
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya,
karena dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu, ia memang tidak menekankan penggunaan simbol
dalam kebudayaan, tetapi inti dari defenisinya yaitu kebudayaan
adalah produk manusi.
g. Drs. Sidi Gazalba beliau mengatakan kebudayaan adalah cara
berfikir dan merasa yang mengatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan
sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
5. Pengertian Baca
Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa
disamping menyimak, menulis, dan bicara. Sebagai salah satu aspek
keterampilan berbahasa, membaca berusaha menggali informasi dari
suatu teks, baik yang berupa tulisan maupun gambar atau diagram, atau
bahkan kombinasi atau perpaduan itu semua.
Secara khusus, membaca merupakan keterampilan mengenal dan
memahami tulisan dalam bentuk lambang-lambang garis perubahannya
menjadi wacana bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau
pengujaran keras-keras.`

6. Pengertian membaca menurut para ahli:


11
a. Menurut sabarthi akhadiah M. K mengemukakan bahwa membaca
suatu kegiatan yang mencakup kegiatan, seperti mengenali huruf
dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi serta makananya,
serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.
b. Menurut Schmitt dan Viala mereka membagi definisi membaca
dalam pengertian khusus dan umum. Membaca dalam artian khusus
adalah suatu upaya mengurai teks tulis tetapi dalam arti yang lebih
luas, membaca adalah suatu kegiatan mengobservasi suatu jaringan
tanda sebagaimana karakteristiknya untuk tujuan membongkar
maknanya sehiingga wajar apabila kegiatan ini meluas menjadi
membaca suatu gambar, lukisan, grafik dan sebagainya.
c. Menurut Wilson dan Peters mendefenisikan bahwa membaca
merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis
diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang
dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca.
d. Menurut Marksheffel mendefenisikan membaca itu merupakan
kegiatan komplek dan disengaja, dalam hal ini berupa proses
berfikir yang didalamnya terdiri dari berbagai aksi pikir yang
bekerja secara terpadu mengarah kepada satu tujuan yaitu
memahami makna paparan tertulis secara keseluruhan. Aksi-aksi
pada waktu membaca tersebut berupa memperoleh pengetahuan
dari simbol-simbol huruf atau gambar yang diamati, pemecahan
masalah-masalah yang timbul serta menginterpretasikan simbol-
simbol huruf atau gambar-gambar dan sebagainya.

C. Pengertian Budaya Baca


Budaya merupakan fikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang
sudah sukar diubah. Budaya adalah daya dari budi yang berupa citra, rasa
dan karsa. Sedangkan membaca adalah melihat serta memahami isi dari
apa yang ditulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), mengeja atau
melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, mengetahui, meramalkan,
memperhitungkan dan memahami. Jadi budaya membaca adalah
keterampilan seseorang yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan,
bukan keterampilan bawaan. Oleh karena itu, budaya dapat dipupuk,

12
dibina dan dikembangkan.12

1. Pengertian Budaya Menurut Bahasa


Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal).
2. Pengertian Budaya Menurut Istilah
Budaya diambil dari istilah Culture dari bahasa inggris. Kata
culture berasal dari bahasa latin colore yang berarti mengolah,
mengerjakan, menunjuk pada pengolahan tanah, perawatan dan
pengembangan tanaman dan ternak.

3. Pengertian Baca Menurut Bahasa


Menurut bahasa baca merupakan melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis, bisa dengan melisankan atau hanya dalam hati.
4. Pengertian Budaya Baca Menurut Pendapat Para Ahli
Menurut Rozin budaya baca merupakan kegiatan positif rutin
yang baik dilakukan untuk melatih otak untuk menyerap apa saja
informasi yang terbaik diterima seseorang dalam kondisi dan waktu
tertentu. Kemudian menurut sutarno budaya baca adalah suatu sikap
dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara
teratur dan berkelanjutan.13

D. Konsep Budaya Baca


Budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Budaya diawali dari
sesuatu yang sering atau biasa dilakukan sehingga akhirnya menjadi suatu
kebiasaan atau budaya. Sedangkan baca adalah melihat serta memahami
isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati),
mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan, mengetahui,
meramalkan,menduga, memperhitungkan.
Budaya baca seseorang adalah suatu sikap dan tindakan untuk
membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang
mempunyai budaya baca adalah orang tersebut telah terbiasa dan berproses
dalam waktu yang lama didalam hidupnya selalu menggunakan sebagian
waktunya untuk membaca.
12
Budaya baca. (2018). Mediakalimantan.co.id. (Diakses pada tanggal 15 juni 2020)
13
Pengertian budaya baca menurut ahli. (2012). Hendriansblogspot.com (Diakses pada tanggal
15 juni 2020)
13
Faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah
ketertarikan, keragaman, hobi membaca, dan pendorong tumbuhnya
kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan mereka.
Tumbuhnya budaya membaca adalah kebiasaan membaca, sedangkan
kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang
baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah, maupun mutunya.
Pembinaan budaya baca merupakan jangka panjang yang harus
dimulai seawal mungkin. Karena menumbuhkan budaya baca tidak dapat
dicapai secara mendadak sehingga harus melalui proses dalam bentuk
penamaan dan pembiasaan yang berkesinambung. Untuk membudayakan
membaca dituntut adanya kemauan yang keras dan disiplin yang tinggi
serta konsentrasi yang baik. Tujuan utama membaca terutama adalah
untuk menciptakan masyarakat dengan penekanan pada penciptaan
lingkungan membaca untuk semua jenis baca pada semua lapisan
masyarakat.
Pengembangan budaya baca dalam masyarakat tidak hanya
ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap minat baca,
tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan akses terhadap
bahan bacaan. Ketersediaan bahan-bahan bacaan untuk memenuhi
kebutuhan informasi, sedangkan kemudahan akses adalah tersedianya
sarana dan prasarana dimana masyarakat dapat dengan mudah
memperoleh bahan bacaan dan informasi.14

E. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Baca Masyarakat


Menurut soetminah dalam buku menumbuhkan minat membaca
pada anak usia dini, faktor-faktor yang mempengaruhi budaya baca
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Faktor dari dalam
a. Pembawaan atau bakat seseorang merupakan faktor yang
dituruntan oleh orangtua kepada anaknya. Jika kedua orangtuanya
senang membaca buku akan dimungkinkan sifat tersebut akan
menurun pada anaknya.
b. Jenis kelamin, perbedaan budaya membaca juga dipengaruhi oleh

14
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) hal. 94
14
perbedaan kelamin. Mungkin karena sifat kodrati, maka pria dan
wanita memiliki minat dan selera yang berbeda.
c. Tingkat pendidikan, orang yang lebih tinggi pendidikannya akan
berbeda minat membacanya dengan orang yang lebih rendah
tingkat pendidikannya. Minat yang berbeda disebabkan karena
perbedaan kemampuan dan kebutuhan.
d. Keadaan kesehatan, minat membaca seseorang akan dipengaruhi
oleh keadaan kesehatannya. Apabila seseorang (khusunya anak-
anak) yang mempunyai minat membaca buku, tapi dia dalam
keadaan yang kurang sehat maka gairahnya untuk membaca akan
terganggu bahkan minat membacanya bisa sampai hilang.
Sebaliknya apabila orang tersebut dalam keadaan yang sehat maka
di sangat bersemangat untuk membaca.
e. Keadaan jiwa, faktor kejiwaan seseorang juga berpengaruh
terhadap minat bacanya. Apabila seseorang dalam keadan resah,
sedih, atau kacau pikirannya, kebanyakan orang bila dalam
keadaan tersebut maka gairahnya untuk membaca akan berkurang
ataupun hilang.berbeda jika dia dalam keadaan senang atau
gembira orang tersebut akan sangat bersemangat untuk membaca
f. Kebiasaan, orang yang mempunyai kebiasaan membaca tentu
memiliki minat terhadap buku/bacaan, atau sebaliknya.
Intensitas/jumlah waktu yang diperlukan seseorang yang gemar
membaca dengan orang yang tidak suka membaca akan berbeda.
Orang yang gemar membaca dalam satu hari akan meluangkan
waktu untuk membaca lebih banyak daripada orang yang tidak
suka membaca.15
2. Faktor dari luar
Keragaman jenis buku juga mempengaruhi minat baca
seseorang. Seseorang akan merasa lebih tertarik pada suatu bacaan
apabila bacaan tersebut terdapat gambar atau warna yang menarik.

3. Faktor lingkungan keluarga


Lingkungan keluarga yang punya kebiasaan membaca akan
15
Ramdani, I. (2015). Menumbuhkan minat membaca pada anak usia dini. Jakarta: Luxima
15
memberikan pengaruh yang besar terhadap minat baca seseorang.
Contohnya jika seorang ayah mengajak anaknya pergi ketoko buku,
membelikannya buku, dan mengajarnya membaca. Hal itu dilakukan
untuk merangsang, menarik perhatian, memupuk minat anak terhadap
bacaan dan menimbulkan anak yang gemar membaca.16

F. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan istilah yang sangat lazim digunakan untuk
menyebut suatu kesatuan-kesatuan manusia yang berasal dari bahasa Arab
yaitu Syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi, yang kemudian
mengalami perubahan dalam bahasa Indonesia menjadi masyarakat.
Masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang saling berinteraksi
menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan saling
terikat oleh suatu rasa dan identitas yang sama dalam dirinya.
Masyarakat menurut Berger adalah suatu keseluruhan yang
kompleks antara hubungan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang
bersifat luas. Terdiri dari bagian yang membentuk sesuatu.
Sedangkan menurut Mac Iver dan Page mengatakan bahwa
masyarakat merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan,
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat selalu
berubah.
Pengertian lain muncul dari Auguste Comte yang mendifinisikan
masyarakat sebagai suatu kelompok- kelompok makhluk hidup dengan
realitas-realitas baru yang baru yang berkembang menurut hukum-
hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri.
Manusia terikat kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan
kebutuhannya.

Dari beberapa definisi diatas terdapat kesamaan arti bahwa


masyarakat merupakan suatu hubungan kelompok baik dalam lingkup
kecil seperti hubungan orang tua dan anak, guru dan murid, atasan dan
bawahan maupun lingkup besar seperti sekolah dan
16
Ramdani, I. (2015). Menumbuhkan minat membaca pada anak usia dini. Jakarta: Luxima
16
lingkungannya/interaksi yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang
prosesnya berjalan cukup lama. Dimana didalamnya terlihat suatu tata
cara, adat istiadat dan hukum disetiap kebiasaan dalam kehidupannya yang
mengatur antara kepentingan individu dan individu lainnya. Interaksi
sosial dalam individu juga mempunyai kebebasan dengan batasan tertentu
sesuai dengan aturan yang disepakati bersama-sama, dalam interaksi yang
terjalin harus mampu memunculkan rasa kesatuan yang dapat saling
mengikat satu sama lain. Hubungan yang terjalin dalam suatu kelompok
selalu mengalami perubahan dengan berjalannya waktu dan kondisi yang
dihadapinya. Namun, karena adanya suatu kepentingan yang sama mampu
menumbuhkan rasa saling membutuhkan sehingga membuat mereka terus
bertahan dalam berbagai perubahan yang terjadi.
Menurut Koentjoroningrat masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok
sebagai berikut :
1. Adanya interaksi antara warga-warganya.
Interaksi yang dimaksud dalam masyarakat adalah interaksi yang
dilakukan oleh warga dengan warga baik melalui prasarana yang ada
seperti yang terjadi di negara modern yaitu berupa jaringan
telekomunikasi, jaringan jalan raya, sistem radio dan televisi dan surat
kabar nasional yang memungkinkan warganya untuk berinteraksi secara
intensif, maupun interaksi yang terjadi karena adanya faktor geografis
dari suatu negara. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua manusia yang
berinteraksi merupakan masyarakat karena suatu masyarakat harus
mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Contohnya sekumpulan
orang yang berinteraksi dengan melihat adanya suatu pertunjukkan
topeng monyet mereka tidak bisa disebut dengan masyarakat karena
walaupun mereka berinteraksi secara terbatas tetapi mereka tidak
mempunyai suatu ikatan kecuali ikatan berupa perhatian terhadap
pertunjukkan tersebut.

2. Adanya aturan yang khas yang dapat mengatur seluruh pola tingkah
laku warganya.
Setiap masyarakat pasti mempunyai aturan yang mengatur dalam
kehidupannya baik dalam lingkup masyarakat besar seperti negara
17
maupun masyarakat kecil seperti desa, peraturan yang dimaksut adalah
peraturan yang dapat dijadikan sebagai ciri khas dari daerah tersebut
maka dari itu antara masyarakat satu dengan yang lain mempunyai ciri
khas yang berbeda melalui aturan yang diterapkan di daerahnya
masing-masing yang sudah ditetapkan bersama. Aturan tersebut berupa
norma-norma, adat-istiadat dan hukum.
3. Merupakan suatu kontinuitas dalam waktu
Aturan yang diterapkan dalam suatu masyarakat bersifat mantap
dan continue/berlaku dalam jangka waktu yang lama. Artinya peraturan
itu tidak bersifat sementara seperti yang ada didalam suatu asrama
maupun sekolah, keduanya tidak bisa disebut dengan masyarakat
meskipun kesatuan manusia dalam sekolah terikat dan diatur tingkah
lakunya dalam suatu norma dan atura sekolah yang lain, namun sistem
normanya mempunyai lingkup terbatas dalam beberapa poin saja tidak
menyeluruh selain itu peraturan tersebut bersifat sementara yaitu
selama warga tersebut bersekolah.
4. Adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Yaitu adanya suatu rasa identitas diantara para warga atau
anggotanya bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus
yang berbeda dengan kesatuan-kesatuan manusia yang lain.
Pada umumnya masyarakat hidup bukan hanya sebagai kelompok
yang mempunyai wilayah tanpa adanya suatu pemimpin atau aturan
baik aturan berupa undang-undang dari pemerintah maupun aturan adat
yang diciptakan oleh warga masyarakat itu sendiri untuk mengatur
kehidupan mereka, didalam suatu masyarakat juga harus ada kesadaran
yang dimiliki oleh setiap individu dengan adanya individu lain yang
hidup disekitarnya. Sehingga mereka dapat saling berhubungan dan
berinteraksi, dengan adanya hal ini maka dapat muncul suatu
pemikiran-pemikiran setiap individu dimana dapat di temukan suatu
tujuan yang akan di capai bersama. Tentunya dalam mencapai suatu
tujuan yang diinginkan banyak menemui kendala yang akan
menghambat tujuan yang dimaksud, oleh karena itu setiap kelompok
masyarakat dibutuhkan rasa persatuan yang tinggi sebagai suatu
perantara untuk menghadapi berbagai macam kendala yang akan
18
muncul. Karena rasa persatuan dapat memunculkan rasa saling memilki
secara langsung akan tumbuh upaya untuk meciptakan suatu pemikiran
dimana didalamnya mengandung unsur dukungan baik berupa tindakan,
pemikiran dan yang lainnya untuk mempertahankan apa yang dicita-
citakan bersama.

G. Dampak Budaya Baca Terhadap Kehidupan Masyarakat


1. Masyarakat menjadi mandiri dan memiliki pengetahuan serta wawasan
yang luas dalam berfikir untuk mengambil kebijaksanaan.
2. Terciptanya masyarakat yang kritis dan berwawasan luas dalam
mencari informasi yang berguna bagi dirinya serta dapat berfikir dan
bertindak lebih bijak lagi.
3. Meningkatkan taraf hidup serta bersosialisasi dalam kehidupan
sosialnya.
4. Masyarakat lebih mengetahui hal yang actual yang terjadi di
lingkungannya
5. Masyarakat dapat memuaskan tuntutan intelektual dan spiritualnya17

H. Program Literasi Informasi


Dengan kemudahan penyebaran dan penciptaan kembali
pengetahuan, dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya, dunia sekarang
ini menghadapi masyarakat informasi (information society) atau
masyarakat pengetahuan (knowledge society), yaitu masyarakat
memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang penting.
Masyarakat informasi memandang kegiatan penciptaan, penyebaran, dan
pemanfaatan pengetahuan sebagai bagian penting dan terintegrasi dari
kegiatan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Secara etimologis literasi berasal dari bahasa latin littera yang


memiliki pengertian sistem tulisan yang menyertainya. Literasi adalah hak
asasi manusia sepanjang hayat. Hal ini penting sepenuhnya untuk
pembangunan sosial dan manusia dalam kemampuan untuk mengubah

17
Dampak Budaya Baca. (2017) Gpmb.perpusnas.go.id. (Diakses pada tanggal 15 juni 2020).
19
kehidupan.18
Pada masa perkembangan awal, Literasi didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam bentuk yang
kaya dan beragam untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara,
melihat, menyajikan dan berpikir kritis tentang ide-ide. Hal ini
memungkinkan kita untuk berbagi informasi, berinteraksi dengan orang
lain, dan untuk membuat makna.19
1. Pengertian Lierasi Informasi
Literasi merupakan sebagai pembelajaran berupaya menulis dan
membaca, mempunyai kemahiran di dalam atau dengan dalam bahasa
pendidikan. “literasi Asas” bermakna literasi klasik atau tradisional
tentang pembelajaran mengenai bagaimana untuk membaca, dan
menulis.
Literasi informasi adalah suatu kemampuan belajar terus menerus
secara mandiri dan untuk berkomunikasi. Literasi informasi adalah
serangkaian kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan
kapan informasi diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi
informasi yang diperlukan, memanfaatkan secara efektif, legal dan etis
serta mengkomunikasikannya.20
Menurut American Library Association (ALA) orang yang
menjadi “melek informasi” mereka tidak hanya menyadari atau
mengenali kapan informasi dibutuhkan, tetapi juga mampu mengakses
Informasi yang dibutuhkan, mengevaluasi serta menggunakannya
secara efektifinformasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
atau pemecahan masalah- masalah yang sedang ditangani.21

Pengertian informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu


bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau yang akan datang. Sedangkan
pengertian lain bahwa informasi merupakan data yang diolah dan

18
Malawi, I. (2017). Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal. Jawa Timur: Media Grafika.
19
Yunus, A. (2018). Pembelajaran Literasi. Bumi Aksara, hlm 1
20
Febriani, N. (2017). Literasi Hijab Pada Muslimah. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, 12
21
Pattah, S. H. (2014). Literasi Informasi, Peningkatan Kompetensi Informasi Dalam Proses Pe
mbelajaran. Al-Hikmah, hlm 4.
20
disajikan yang sedemikian rupa kemudian digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan. Informasi tersebut merupakan nilai apabila
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan, dan informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian di
masa yang akan datang. Jadi jika digabungkan literasi informasi adalah
kemelekan informasi atau keberaksaraan informasi.
Literasi informasi menurut UNESCO adalah kemampuan untuk
menyadari kebutuhan informasi dan saat informasi dibutuhkan,
mengidentifikasi dan menemukan informasi yang diperlukan,
mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasi dan
mengintegrasikan informasi kedalam pengetahuan yang sudah ada,
memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal, dan
etis.
2. Tujuan Literasi Informasi
Proses pembelajaran sangat berpengaruh untuk merubah
informasi menjadi pengetahuan. Pengaruh proses pembelajaran itu
akan semakin kuat bila didukung oleh kompetensi literasi informasi
yang baik. Dengan demikian literasi informasi memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Agar pemustaka menggunakan perpustakaan secara efektif dan
efisien.
b. Agar pemustaka dapat menggunakan sumber-sumber literatur dan
dapat menemukan informasi yang relevan dengan masalah yang
dihadapi.
c. Memberi pengertian kepada pemustaka akan tersedianya informasi
diperpustakaan dalam bentuk tercetak dan bentuk lain.
d. Memperkenalkan kepada pemustaka mengenai jenis-jenis koleksi
dan ciri-cirinya.
e. Memberi pelatihan atau petunjuk dalam memanfaatkan
perpustakaan dan sumber informasi agar pemustaka mampu
meneliti suatu masalah, menemukan materi yang relevan,
mempelajari dan memecahkan masalah.
f. Mengembangkan minat baca pemustaka.
g. Memperpendek jarak antara pustakawan dan pemustaka.
21
3. Manfaat Literasi Informasi
Kemampuan literasi informasi sangat penting untuk dimiliki
dikarenakan kemajuan teknologi yang semakin berkembang.
Ledakan informasi yang menyebabkan masyarakat harus memiliki
keahlian ini. Karena miliaran informasi yang tersedia yang
membuat para pencari informasi kebingungan untuk mendapatkan
informasi yang relevan oleh karena itu harus memiliki kemampuan
mengelola informasi. Menurut Bundy dalam Hilmawati Almah,
dengan meningkatkan akses informasi dan sumber-sumbernya.
Setiap orang dihadapkan dengan pilihan-pilihan informasi yang
beragam dan overload pada saat belajar, di tempat kerja dan dalam
kehidupan. Maka disinilah kemampuan literasi menjadi sangat
diperlukan sehingga orang akan memiliki pola pikir yang dinamis
dan menjadi manusia yang cerdas.
Pendapat Hancock dalam Linda Nur Fatimah mengenai
manfaat literasi informasi bagi pelajar yaitu menggaris bawahi pada
peran aktif siswa dalam proses belajar.28 Pelajar dapat belajar secara
mandiri dan menguasai pelajaran mereka. Pelajar juga diharapkan
dapat mengidentifikasi tema dan topik di dalam penelitian mereka.
Melalui pengajaran literasi informasi, masyarakat akan
diajarkan pada sebuah metode untuk menelusur informasi dari
bebrbagai sumber informasi yang terus berkembang. Maka, literasi
dapat membantu masyarakat luas untuk menemukan informasi
yang dibutuhkan secara cepat, mudah dan relevan tentunya.
Masyarakat dapat memilih dan membedakan informasi apa saja
yang sekiranya baik digunakan dan tidak. Literasi informasi dapat
menambah pengetahuan masyarakat akan informasi yang sedang
berkembang saat ini.

Adapun manfaat litersi informasi menurut Adam dalam


buku modul Universitas Terbuka yaitu:
a. Membantu dalam mengambil keputusan. Literasi informasi
sangat berperan dalam membantu menyelesaikan persoalan.
Untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah,
22
seseorang harus memiliki informasi tentang keputusan yang
akan di ambil.
b. Menjadi manusia pembelajar di era informasi. Kemampuan
literasi informasi memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkat kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar.
Semakin trampil seseorang mencari, menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi maka semakin
terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran
secara mandiri.
c. Menciptakan pengetahuan baru. Seseorang dikatakan telah
berhasil dalam belajar apabila mampu untuk menciptakan
pengetahuan baru.
Dilihat dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa literasi informasi bermanfaat bagi
setiap orang terutama pelajar. Dengan memiliki kemampuan literasi
informasi seseorang juga dapat berpikir secara kritis dan kreatif
untuk mengambil sebuah keputusan.
4. Unsur-Unsur Literasi Informasi
Beberapa jenis literasi menurut Eisenberg, Lowe, Spitzer yang
berperan dalam elemen-elemen literasi informasi, yaitu :
a. Literasi gambar (Visual Literacy) yaitu suatu kemampuan untuk
memahami dan menggunakan gambar termasuk pula kemampuan
untuk berfikir, belajar, serta mengekspresikan gambar tersebut.
Literasi visual dibedakan menjadi 3 yaitu visual learning, visual
thinking, dan visual communication.
b. Literasi media (Media Literacy) yaitu suatu kemampuan untuk
mengakses, menganalisa, dan memproduksi informasi untuk hasil
yang spesifik menurut National Leadership Conference on Media
Literacy.
c. Literasi Komputer (Computer Literacy) yaitu suatu kemampuan
untuk menciptakan dan memanipulasi dokumen dan data
menggunakan perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data dan
sebagainya.
d. Literasi Digital (Digital Literacy) yaitu suatu keahlian yang
23
berkaitan dengan penguasaan sumber data perangkat digital.
Mereka yang mampu mengejar dan menguasai perangkat-perangkat
digital mutakhir dicitrakan sebagai penggenggam dalam masa
depan, dan sebaliknya yang tertinggal akan semakin sempit
kesempatan untuk meraih kemajuan.
e. Literasi Jaringan (Network literacy) yaitu suatu kemampuan untuk
dapat mengakses, menempatkan, dan menggunakan informasi
dalam dunia berjejaring misalnya internet.
Berdasarkan penjelasan komponen diatas yang merupakan
bentuk-bentuk literasi yang mendukung tercapainya tujuan dari literasi
informasi itu sendiri. Merujuk pada arti literasi informasi yang sudah
disimpulkan sebelumnya maka berbagai bentuk literasi tersebut sangat
dibutuhkan dan pada akhirnya kelima komponen ini saling melengkapi
untuk tercapainya literasi informasi pemustaka.
5. Pentingnya Literasi Informasi
Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan
drastis dalam pengadaan, organisasi, manajemen dan penyebarluasan
informasi. Perkembangan teknologi informasi berkaitan erat dengan
perubahan sikap atau perilaku dan kemampuan pengguna dalam
mencari informasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkannya.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah informasi serta
kualitas informasi yang tidak jelas sampai kepada pengguna.
Orang juga mulai mempertanyakan keabsahan atau keaslian,
validitas dan realibitas informasi yang diperolehnya. Untuk membuat
temu kembali informasi menjadi efektif dan jelas, orang dituntut untuk
melek informasi. Karena itu diperlukan kemampuan untuk
mendapatkan dan mengolah informasi.

I. Peran Perpustakaan Untuk Literasi Informasi


Para ahli dibidang literasi informasi telah sepakat bahwa
perpustakaan memiliki peran sangat penting dalam menciptakan
masyarakat literat. Perpustakaan memiliki kontribusi besar dalam
membentuk masyarakat informasi berstatus biasa menjadi masyarakat
24
yang berpikir kritis dan menjadi pembelajar seumur hidup. Akan tetapi,
secara kasat mata dapat dikatakan literasi informasi tampaknya belum
menjadi fokus perhatian, baik pihak pemerintah maupun masyarakat. Hal
tersebut dikemukakan oleh Kalerensi Naibaho yang menyatakan: “Pola
pembelajaran di lembaga pendidikan pun sebagian besar masih berpola
teacher centered”, dimana yang aktif justru pendidik, bukan peserta
akademis, seperti kepekaan terhadap lingkungan, pemahaman dan empati
terhadap sesuatu, serta kemauan untuk terus belajar dan menerima hal-hal
baru dalam hidupnya.Mencermati perihal diatas kini perpustakaan dituntut
untuk melakukan program litrasi informasi. Perpustakaan sebagai pusat
informasi tentunya perlu mengkaji dan menyusun program kegiatan
literasi informasi sebagai sebuah terobosan yang bertujuan meningkatkan
literasi informasi. Beberapa langkah yang perlu dilakukan terkait dengan
program tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. Perpustakaan harus meningkatkan kinerja setiap pustakawan atau
pengolah perpustakaan dengan memberikan pelatihan yang relevan
tentang literasi informasi.
b. Perpustakaan mengadakan program bedah buku rutin dengan
mengundang pakar dan seluruh pemustaka untuk ikut membahasnya
dihari-hari tertentu.
c. Perpustakaan perguruan tinggi dapat bekerjasama dengan lembaga
induk, yakni dengan pihak universitas untuk ikut berpartisipasi serta
memberikan masukan terkait dengan kegiatan pengembangan
kurikulum berbasis active learning inquiri.

J. Kegiatan Literasi Informasi di Perpustakaan


Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, perpustakaan harus
mampu berperan dalam membantu pemustaka dalam menjadi pembelajar
seumur hidup. Pemustaka seharusnya menjadi pengguna informasi secara
efektif dan mampu mendapatkan informasi secara tepat dalam kebutuhan
25
pribadi maupun profesi mereka, untuk itu mereka dituntut untuk mejadi
melek informasi.
Dalam lingkungan perguruan tinggi misalnya, kualitas lulusan
yang dihasilkan dalam sebuah masyarakat informasi dapat diukur dengan
melihat apakah mahasiswa mampu mengarahkan diri menjadi pembelajar
seumur hidup.
Perpustakaan merupakan tempat pengetahuan dimana disiplin ilmu
berhubungan, lingkungan informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa dan
merupakan lingkungan alami untuk pemecahan masalah dalam dunia
informasi yang tidak terbatas. Perpustakaan dan pustakawan dapat
membantu mahasiswa dalam mengajarkan kemampuan untuk berfikir
kritis dan menjadi manusia yang literat.
Rekonstruksi perpustakaan pembelajaran tidak hanya menambah
kemampuan berfikir pemustaka, tetapi juga memberikan kekuatan pada
mereka untuk pembelajaran seumur hidup dan kemampuan kerja yang
efektif. Di era digital saat ini pengguna menghadapi perubahan dalam
belajar, teknologi informasi memungkinkan mahasiswa untuk distence
learning dan pembelajaran berbasis web. Di era ini lulusan yang terpelajar
bukanlah orang yang mempunyai banyak informasi, melainkan orang yang
memahami bagaimana knowledge management yang dibutuhkan.

K. Bentuk – Bentuk Program Pengembangan Literasi


Ada beberapa kegiatan yang layak dijalankan agar program
pengembangan literasi dapat berjalan dengan baik, antara lain:
1. Pengembangan buku bacaan anak
a. Pengembangan buku
b. Pengembangan buku cerita anak
c. Pengembangan buku kemampuan membaca

2. Perpustakaan rumah anak


a. Meningkatkan minat membaca dan membentuk budaya membaca
b. Renovasi infrastruktur perpustakaan sekolah
c. Pengadaan buku bacaan berkualitas berdasarkan perbedaan tingkat
kemampuan membaca

26
d. Pelatihan bagi pustakawan, guru, dan kepala sekolah
3. Program peningkatan kemampuan membaca
a. Pelatihan bagi guru
b. Bantuan teknis bagi guru
c. Survey dan penelitian atas tingkat literasi siswa
4. Literasi keuangan
a. Pelatihan literasi keuangan bagi siswa
b. Mengembangkan bisnis model
c. Meghasilkan produk wirausaha22

L. Perpustakaan Umum
Menurut Manifesto UNESCO Perpustakaan umum merupakan
perpustakaan yang dianggap penting oleh umum (badan PBB yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan) sebagaimana
mencerdaskan kehidupan bangsa. Unesco mengeluarkan Manifesto
Perpustakaan Umum pada tahun 1972 yang menyatakan bahwa
perpustakaan umum harus terbuka bagi semua orang tanpa membeda-
bedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan, ras.
Perpustakaan umum dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “
Public Library”, yaitu satu dari empat jenis perpustakaan yang ada
disediakan untuk kepentingan pelayanan kepada masyarakat umum.
Berbeda dengan ketiga jenis perpustakaan lainnya yaitu: perpustakaan
sekolah (school library), perpustakaan perguruan tinggi (university library)
dan perpustakaan khusus (special library). Perpustakaan umum melayani
masyarakat pemakai tidak mengenal adanya pembatasan. Yang dimaksud
adalah bahwa dalam lingkup dan layanan perpustakaan umum
diperuntukkan bagi semua masyarakat (terutama yang berdomisili di
daerah dimana perpustakaan berada). Keberadaan perpustakaan umum
biasanya terkait dengan keberadaan pemerintahan, baik yang berada di
tingkat pusat (perpustakaan nasional maupun pemerintah daerah, mulai
dari daerah tingkat I (propinsi) sampai ke pemerintahan desa.
Perpustakaan umum sebagai sarana layanan masyarakat, berupaya
memasyarakatkan perpustakaan dengan mengadakan penyajian yang

22
Bentuk Program Literasi. (2018). Gurudigital.id. (Diakses pada tanggal 16 juni 2020)
27
menarik dan menempatkan lokasi perpustakaan pada pusat keramaian
sehingga masyarakat mudah untuk mendatanginya. Seperti diketahui
bahwa salah satu upaya mengadakan perpustakaan umum agar masyarakat
yang tidak mampu dapat menikmati bacaan tanpa mengeluarkan biaya
besar. Perpustakaan umum turut membina masyarakat agar gemar
membaca sedini mungkin, terutama anak-anak berusia balita, anak
sekolah, dan masyarakat pada umumnya.
1. Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah tempat penyimpanan berbagai jenis
bacaan, disitu masyarakat dapat memanfaatkan bacaannya untuk
menambah pengetahuan, mencari informasi atau sekedar mendapatkan
hiburan.
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas
mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan
pustakanya untuk masyarakat umum. Perpustakaan umum
diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat
istiadat, umur, jenis dan lain sebagainya, maka koleksi perpustakaan
Umum pun terdiri dari beraneka ragam bidang dan pokok masalah
sesuai dengan kebutuhan informasi dari pemakainya.
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari
sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang
kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan.
2. Tujuan Perpustakaan Umum
a. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan
pustaka yang tersedia di perpustakaan umum.
b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengelola dan
memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaan umum.
c. Mendidik masyarakat agar dapat memanfaatkan perpustakaan
secara efektif dan efesien.
d. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
e. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan
imajinasi masyarakat.
f. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan
28
masalah, bertanggung jawab dan berpatisipasi aktif dalam
pembangunan nasioanal
3. Fungsi Perpustakaan Umum
a. Pusat Informasi : Menyediakan informasi yang dibutuhkan
masyarakat pemakai.
b. Preservasi kebudayaan : menyimpan dan menyediakan tulisan-
tulisan tentang kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai
pengembangan kebudayaan di masa yang akan datang.
c. Pendidikan : mengembangkan dan menunjang pendidikan diluar
sekolah, universitas dan sebagai pusat kebutuhan penelitian
d. Rekreasi : dengan bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan
perpustakaan umum dapat digunakan oleh masyarakat pemakai
untuk mengisi waktu luang.
4. Koleksi Perpustakaan Umum
Jenis koleksi yang terdapat di perpustakaan umum yaitu:
a. Buku teks atau monografi: membahas satu masalah dari karya
pengarang tunggal, ganda atau editor. Monografi bisa berupa
karya asli, terjemahan atau saduran dalam bentuk satu buku atau
beberapa jilid buku .
b. Buku fiksi adalah buku yang berisi cerita rekaan, misalnya,
cerpen, novel.
c. Majalah terbitan berkala seperti mingguan, bulanan isinya berupa
informasi mutakhir. Surat Kabar sering disebut harian; memuat
berita- berita hangat, artikel-artikel, cerita pendek, cerita
bersambung dan lain- lain, isinya beraneka ragam dan menjadi
sumber informasi mutakhir, sumber pengetahuan dan hiburan.
d. Brosur atau Pamflet; suatu terbitan yang isinya bersifat sementara
berupa uraian mengenai hal-hal actual dan diterbitkan dalam
jumlah terbatas tidak diperdagangkan.
e. Buku referensi dikenal dengan rujukan umum. Contohnya kamus,
ensiklopedia, biografi, autobiografi, peta, buku tahunan, abstrak,
direktori dan lain-lain.
f. Disamping bahan tercetak dan rekaman ada pula yang disebut
bahan grafis yaitu:
29
1) Bahan pustaka yang dapat diproyeksikan seperti film hidup,
slide.
2) Bahan pustaka yang dapat dilihat langsung yaitu karya seni
asli, seni cetak,bagan, foto dan poster.
g. Bahan kartografi adalah karya referensi grafis dari bumi, matahari,
bulan, benda-benda ruang angkasa, peta dan atlas.
h. Bentuk komputer atau non buku.
5. Peran Perpustakaan Umum Dalam Pengembangan Budaya Baca
Masyarakat
Peranan merupakan aspek dinamis dari status atau kedudukan,
apabila seseorang atau beberapa orang atau organisasi melakukan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia atau mereka
tersebut menjalankan peranannya.
Perpustakaan umum sebagai wahana strategi dalam mencari
dan menambah ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan oleh siapa saja
tanpa terkecuali, karena perpustakaan umum untuk masyarakat dan
dibiayai dari anggaran yang dikumpulkan melalui pajak yang dikelola
pemerintah. Peranan sebuah perpustakaan adalah bagian dari tugas
pokok yang harus dijalankan didalam perpustakaan. Oleh karena itu
peranan yang harus dijalankan ikut menentukan dan mempengaruhi
tercapainya misi dan tujuan perpustakaan.
Perpustakaan menganggap bahwa masyarakat pengguna yang
dilayani merupakan the whole community dengan sifat dan
karakteristik yang sangat beragam sesuai dengan kondisi
sosiodemografinya.
Peranan yang dilakukan perpustakaan umum dalam upaya
meningkatkan budaya baca masyarakat diperlukan unsur pendukung,
diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan adalah semua pustaka yang
dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disebarluaskan kepada
masyarakat pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Koleksi perpustakaan hendaknya diatur dalam susunan yang
30
rapi dan setiap koleksi perpustakaan yang ditempatkan di ruang
koleksi atau rak harus sudah siap untuk dipergunakan atau
dipinjamkan kepada masyarakat pengguna.
b. Promosi Perpustakaan
Dalam menjalankan promosi perpustakaan ada dua faktor yang
perlu diperhatikan, pertama yaitu kegiatan promosi perpustakaan
yang merupakan suatu langkah yang diperlukan guna menarik
minat masyarakat pengguna agar berkunjung ke perpustakaan.
Ada beberapa kegiatan promosi yang harus dilakukan
perpustakaan antara lain:
1) Perpustakaan harus menyelenggarakan promosi jasa kesiagaan
bagi pemerintah daerah, penyelenggara program ekstra
kurikuler,pusat- pusat kesehatan masyarakat maupun organisasi
sosial kemasyarakatan dan konferensi pers.
2) Perpustakaan harus menyelenggarakan pameran, lomba-lomba,
pertunjukan, seminar, reklame, poster, bookmark, baleho.
3) Perpustakaan harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat setempat.
4) Perpustakaan harus menyelenggarakan promosi melalui media
cetak dan media elektronik.
5) Perpustakaan harus menyelenggarakan kampanye minat baca
disekolah, pusat pemukiman dan pusat kegiatan masyarakat.
Media promosi perpustakaan, yakni dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi dengan masyarakat dalam memperkenalkan
perpustakaan secara lebih terbuka.
c. Kualitas Pelayanan Perpustakaan
Perpustakaan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
menyenangkan dan nyaman bagi masyarakat pengguna, hal ini
untuk menarik masyarakat agar sering berkunjung ke perpustakaan.
Dengan kualitas pelayanan perpustakaan yang baik dan ramah akan
memberikan dampak positif bagi masyarakat pengguna, yaitu
pengguna akan merespon apa yang telah perpustakaan berikan demi
kepuasan pengguna.23
23
Deffi, K. (2007). Peranan Perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Jurnal
31
M. Studi Relevan
Studi relevan merupakan suatu penelitian sebelumnya yang sudah
pernah dibuat dan dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan
dengan judul dan topik yang akan diteliti yang berguna untuk menghindari
terjadinya pengulangan penelitian dengan pokok permasalahan yang sama.

1. Penelitian I Peranan pustakawan dalam meningkatkan budaya


membaca diperpustakaan masjid al-markaz al-islami makassar. Penulis
Wahyuni G 2015. Tempat Penelitian Perpustakaan masjid al-markaz
al-islami Makassar, dengan rumusan masalah bagaimana usaha
pustakawan dalam meningkatkan budaya baca diperpustakaan masjid
al-markaz al-islami makassar, bagaimana kendala yang dihadapi
pustakawan dalam meningkatkan budaya membaca diperpustakaan al-
markaz al-islami makassar. Jenis Data dan analitis dalam penelitian ini
yaitu Kualitatif deskriptif, kemudian subjek dan objek penelitian
adalah perpustakaan masjid al-markaz al-islami makassar, jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, tingkat analisis penelitian
adalah analisis deskriptif, teknik pengumpulan data penelitian ini
adalah teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini yaitu usaha yang dilakukan pustakawan dalam
meningkatkan budaya membaca adalah dorongan orang tua, melalui
pendidikan pemustaka, suasana yang nyaman dan penghargaan.
Kemudian kendala yang dihadapi dalam meningkatkan budaya baca
diperpustakaan masjid almarkaz- al-islami makassar. Diantaranya
fasilitas yang kurang memadai, kekurangan dana, kurangnya
pengunjung dan peningkatan koleksi.

2. Penelitian II Strategi Pengembangan budaya baca melalui membaca


pemahaman pada siswa kelas A semester IV Program studi pendidikan
bahasa sastra Indonesia universitassanata dharma yogyakarta.Tempat
penelitian ini adalah Kelas A Semester 4 Program studi pendidikan
bahasa sastra Indonesia universitassanata dharma yogyakarta, penulis
penelitian ini adalah Agatha Regina Pratiwi tahun 2016. Rumusan
Masalah penelitian ini adalah Faktor apa saja yang mempengaruhi

Berkala Ilmu Perpustakan Dan Informasi Volume III, Nomor 7,3.


32
kemampuan membaca mahasiswa PBSI Semester IV Kelas A
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun ajaran 2016,
Bagaimana tingkat kemampuan membaca pemahaman mahasiswaPBSI
Semester IV Kelas A Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun
ajaran 2016, Bagaimana strategi yang sesuai untuk mengembangkan
budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa PBSI
Semester IV Kelas A Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun
ajaran 2016. Desain penelitian ini adalah Research and development.
Jenis data dan analitis nya Kuantitatif. Subjek dan objek penelitian
Mahasiswa PBSI Semester IV Kelas A Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Tahun ajaran 2016. Jenis penelitian ini adalah Evalution
research dan sevaluasi formatif. Tingkat analisis penelitian ini adalah
analisis statistika deskriptif. Teknik pengumpulan data penelitian ini
adalah Teknik tes, Teknik angket, Teknik observasi, dan Teknik
dokumentasi. Uji Validitas dan reabilitas Validasi pakar.

3. Penelitian III Peran taman baca massenrempulu bo’ kampong dalam


meningkatkan budaya baca masyarakat di malua kabupaten enrekang.
Tempat penelitian ini adalah Malua Kabupaten Enrekang, penulis
penelitian ini adalah Sitti Hajar tahun 2016. Rumusan masalah
penelitian ini adalah Bagaimana upaya meningkatkan budaya
membaca masyarakat malua melalui taman baca massenrempulu bo’
kampong, Masalah apa saja yang dihadapi taman baca massenrempulu
bo’ kampong dalam meningkatkan budaya membaca masyarakat di
sekitarnya, Bagaimana solusi yang dilakuakan tamanbaca
massenrempulu bo’ kampong dalam mengatasi masalah yang
dihadapidalam meningkatkan budaya membaca masyarakat. Jenis data
dan analitis kualitatif deskriptif, subjek dan objek penelitian
masyarakat malua kabupaten enrekang, jenis penelitian nya penelitian
deskriptif, teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik
observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian
nya adalah Upaya dalam meningkatkan budaya masyarakat malua
dengan cara Bekerjasama sama dengan para guru, Menyumbangkan
beberapa koleksi ke sekolah dan masjid, Mengadakan sekolah

33
ramadhan ceria, Desain bangunan taman baca massenremp ulu Bo’
kampong, Promosi melalui sosial media. Kemudian Masalah yang
dihadapi taman baca massenrempulu bo’kampong dalam
meningkatkan budaya baca masyarakat antara lain, Fasilitas kurang
memadai, Pengelola yang kurang aktif. Solusi taman baca
massenrempulu bo’ kampong dalam menghadapi kendala-kendala
untuk meningkatkan budaya baca masyarakat adalah Bekerjasama
dengan kantor BKKBN Kecamatan malua.

34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian


Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian merupakan cara
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.24
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.25

B. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan dari sumber utama.26
Karena penelitian ini berbentuk kualitatif maka data primer
diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Dalam hal ini
peneliti mencari dan mengumpulkan data yang berkenaan dan
langsung berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian
ini
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak didapat langsung dari
sumber utama, melainkan lewat orang atau lewat dokumen. 27Data
tersebut diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
peneliti dari objek penelitiannya.28
2. Sumber data
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung:Alfabeta, 2007),
hlm.3
25
Lexi J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 6.
26
Sugiyono, Memahami Op Cit, hlm. 308.
27
Sugiyono Op Cit, hlm. 309.
28
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998). Hlm.91.
Sumber data yaitu kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai yang merupakan sumber data utama. 29
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film.

C. Subjek Penelitian
Penetapan subjek konsep sampel dalam penelitian kualitatif terkait
dengan bagaimana memilih informan dan situasi sosial tertentu yang dapat
member informasi yang terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada
(Karakteristik elemen-elemen yang tercakup dalam fokus atau pokok
penelitian).
Dalam penelitian ini akan digunakan metode yang sesuai dalam
pengambilan sampelnya dan sesuai dengan judul dan materi yang dibahas,
maka dalam penelitian ini cara penarikan sampelnya menggunakan
purposive sampling yaitu pengambilan sampel berupa data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut
yang dianggap paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan, atau dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek
yang diteliti.
Subjek penelitian adalah berupa informan sebagai sumber data
penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengkategorikan informan
termasuk informasi kunci, informasi kunci disini adalah Ibu Isyatul selaku
Kasi Pembinaan dan pengembangan Dinas Perpustakaan Dan Arsip
Daerah Kbupaten Muaro Jambi.

D. Metode Pengumpulan Data


1. Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
29
Tim Penyusun Buku pedoman skripsi, Pedoman penulisan skripsi fakultas ADAB-SASTRA
Dan Kebudayaan Islam. (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,2011) hlm 9.
36
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 30
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat
terjadinya peristiwa. Sehingga observasi bersama objek yang
diselidiki. Objek observasi tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga
objek-objek alam yang lain.31
Peneliti tidak hanya mengandalkan mata dan telinga sebagai
alat perekam data untuk merekam obrolan, guyonan, gosip-gosip,
tanggapan atas beberapa perilaku orang atau peristiwa yang
berlangsung pada saat itu, tetapi pengamat juga mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara informal untuk memenuhi
rasa keingintahuan terhadap suatu peristiwa. Oleh karena itu
pengamatan langsung ini merupakan metode pengumpulan data yang
paling utama dalam penelitian ini. Dalam melakukan pengamatan,
pertanyaan penelitian tetap merupakan patokan yang menerangi
kegiatan ini dengan kata lain, kerangka konseptual harus tetap
dijadikan rujukan dalam menentukan langkah-langkah pengamatan.32
Peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari subyek
yang menjadi sumber data penelitian. Dengan pengamatan ini maka
data yang diperoleh akan lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak. Metode observasi ini
digunakan untuk melihat aktivitas dan peristiwa yang terjadi di Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.33 Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Teknik ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau Self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.34
Pada metode wawancara ini, peneliti mendapatkan data dengan
30
Sugiyono, Memahami Op Cit. hlm. 64.
31
Narbuko, Cholid, dan Achmadi Abu. Metode Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012). Hlm 76.
32
Sugiyono, Op. Cit, hlm. 24.
33
Sugiyono, Metode penelitian. Op Cit, hlm. 317.
34
Ibid
37
cara bertatap muka dengan para informan.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur
atau seringkali disebut sebagai suatu wawancara terfokus,35 yaitu
wawancara yang peneliti telah menyiapkan instrument penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Dengan wawancara ini setiap
informan diberikan pertanyaan yang sama, dan peneliti akan
mencatatnya.36 Menggunakan bentuk isi catatan deskriptif, yaitu
catatan informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa
adanya.37
Peneliti juga memakai alat bantuan berupa Tape Recorder, agar
peneliti mendapatkan informasi dan data yang tak terlewatkan sampai
sekecil-kecilnya. Karena kadangkala sesuatu yang dianggap kecil
merupakan data yang penting.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang tidak kalah
pentingnya dari metode-metode yang lain. Metode ini mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dll.38

E. Metode Analisis Data


1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi dakan memberikan gambaran yang jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan elektronik, atau dengan memberikan kode-
kode pada aspek tertentu.39 Reduksi data dilakukan dengan cara
membaca transkrip wawancara, catatan pengamatan atau dokumen-
35
Rulam AHMADI, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016),
hlm 121.
Ibid, hlm.319.
36

Mestica Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. (Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 56.
37
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktik. (Jakarta: Rineka Cipta
, 2010),hlm.274
39
Ibid, hlm. 338.
38
dokumen yang akan dianalisis lalu membuat catatan atau memo atas
data tersebut.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Jika dalam penelitian kuantitatif, display data
dilakukan dalam bentuk table, grafik, dan sejenisnya. Maka dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flow Chart, dan sejenisnya.
Yang paling sering digunakan adalah penyajian dengan teks yang
bersifat naratif.40
3. Verifikasi Data (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.41
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori.42

F. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
Trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut, untuk
40
Ibid, hlm. 341.
41
Ibid, hlm. 345
42
Ibid
39
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Teknik trianggulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
sumber-sumber lainnya. Patton mengungkapkan yang dikutip oleh
Moleong, trianggulasi berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diproleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif, hasil ini dapat dicapai dengan:
1. Membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan
apa yang di katakannya secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.43
Penelitian kualitatif, teknik trianggulasi dimanfaatkan sebagai
pengecekan keabsahan data yang peneliti temukan dari hasil wawancara
dengan para informan. Kemudian peneliti mengkonfimasikan dengan studi
dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian serta dari hasil
pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan, sehingga kemurnian dan
keabsahan data terjamin. Berdasarkan teknik tersebut, maka peneliti
melakukan trianggulasi data dari semua sumber hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi sehingga dapat dipertanggung jawabkan
keseluruhan data yang diperoleh dilapangan dalam penelitian tersebut.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dimaksud adalah penelitian dan menggunakan alat
bantu yang dipakai dalam melaksanakan penelitian yang disesuaikan
dengan metode yang digunakan diantaranya:

43
Lexy J Meleong. Op Cit, hlm. 330-331
40
1. Pedoman wawancara, yaitu peneliti membuat suatu persiapan atau
sebuah pertanyaan yang telah terstruktur untuk nantinya akan lebih
mudah mewawancarai narasumber atau pemberi informasi dan
mendapatkan data tentang Upaya Meningkatkan Budaya Baca
Masyarakat Kelurahan Sengeti Melalui Program Pengembangan
Literasi Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten muaro
jambi.
2. Pedoman observasi, yaitu dimana peneliti terjun langsung kelapangan
atau tempat yang diteli dan melakukan pengamatan kepada masyarakat
sekitar mengenai tema yang peneliti ambil apakah sesuai dengan apaa yang
teliti ingin teliti atau tidak
3. Dokumentasi, dalam melaukan penelitian ini, peneliti juga melakukan
dokumentasi yaitu dengan cara mengambil gambar dari beberapa
tempa dan kejadian saat peneliti melakukan penelitian untuk lebih
memudahkan dan agar data yang didapat tersebut sesuai dengan apa
yang terjadi dilapangan.
4. Teori akses dimana peneliti mengamati dan mencari tau bagaimana
akses yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam mengakses suatu
informasi.
5. Teori evaluasi disini peneliti juga menggunakan sistem evaluasi
dimana setelah peneliti mendapatkan satu data atau informasi dari
Informan maka peneliti akan melakukan analisa kembali atas data yang
telah didapatkan apakah data tersebut benar adanya dan sesuai fakta
atau tidak.
6. Teori menggunakan yaitu bagaimana cara menggunakan atau
bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan baik, dan juga bagai
mana masyarakat tersebut mnenerapkan informasi yang telah mereka
ketahui serta memahaminya.

41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat Kelurahan Sengeti
Daerah kelurahan sengeti pada mulanya merupakan daerah
belantara namun setelah berabad-abad lamanya keadaan ini sudah
berubah dengan ditandai datangnya seorang yang bernama Srigati,
beliaulah sebagai perintis pertama yang membuka daerah pertanian.
Alkiasah “Seorang pengembara perempuan dari kerajaan
mataram yang bernama Srigati datang memenui raja kerajaan jambi
untuk memulai usaha di daerah jambi. Oleh raja jambi kemudian
diperintah untuk membuka usaha lahan pertanian di hulu sungai
batanghari, raja jambi berpesan agar Srigati menyelusuri sungai
batanghari dengan menggunakan perahu dan apabila matahari terbenam
maka disitulah sang pengembara harus berhenti untuk membuka usaha
pertanian dan menetap. Usaha pertanian yang dilakukan oleh Srigati
mengalami kemajuan pesat sehingga banyak orang yang berminat
membuka usaha pertanian di daerah hulu sungai batanghari,mereka
beramai ramai meminta restu dan izin kepada raja. Oleh raja Jambi
apabila ada orang lain memulai usahanya berpesan terlebih dahulu
melalui Srigati di hulu sungai batanghari, setiap masyarakat yang akan
menemui Srigati tersebut apabila ditanya mau kemana selalu menjawab
mau ke Srigati lambat laun terdengar Sengeti.44

44
Dokumentasi Arsip di Kantor Lurah Sengeti
Gambar 4.1
Tugu Juang Sengeti

Sumber : Dokumentasi Arsip Kantor Lurah Sengeti

2. Luas Wilayah Dan Batas Administrasi Kelurahan Sengeti


Kelurahan sengeti secara administrasi terdiri dari 4 (empat)
Lingkungan dan 21 (dua puluh satu) Rukun Tetangga (RT) dengan luas
wilayah 2.400 Ha yang merupakan Ibukota Kabupaten Muaro Jambi
yang sekaligus Ibukota Kecamatan Sekernan45 dengan batas sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bukit Baling
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pematang Pulai dan Desa
Pulau Kayu Aro
c. Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Berembang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rantau Majo46

3. Letak Geografis Kelurahan Sengeti


45
Dokumentasi Arsip di Kantor Lurah Sengeti
46
Wawancara Bersama Syafe’I 23 Juni 2020
43
Secara Geografis Kelurahan Sengeti berada pada koordinat 0-5
Lintang Selatan dan diantara 100-105 Bujur Timur, beriklim Tropis,
Kelurahan Sengeti terletak dijalur Jalan Lintas Timur Sumatera yang
dilalui kendaraan Dari Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau,
Pulau Jawa dan sebaliknya yang merupakan jalur ekonomi yang cukup
potensial sebagai lalu lintas komoditi.47
Orbitasi jarak tempuh Kelurahan Sengeti dengan Pusat
Pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Jarak ke Ibukota Kecamatan Sekernan 0 Km (+ 0 Menit)
b. Jarak ke Ibukota Kabupaten Muaro Jambi 0 Km (+ 0 Menit)
c. Jarak ke Ibukota Provinsi Jambi 30 Km (30 Menit)
d. Jarak ke Ibukota Negara (Jakarta) 1.725 Km (24 Jam)48
Gambar 4.2
Kantor Kelurahan Sengeti

4. Jumlah Penduduk dan Kondisi Geografis Kelurahan Sengeti


Jumlah penduduk di kelurahan sengeti 7.682 jiwa, perempuan
47
Wawancara Bersama Syafe’I 23 Juni 2020
48
Dokumentasi Arsip di Kantor Lurah Sengeti
44
berjumlah 3.732 jiwa dan laki-laki 3.950 jiwa. Jumlah kartu keluarga
(KK) di kelurahan Sengeti berjumlah 2.188 jiwa. Terdiri dari 21 RT.
Keadaan alam Kelurahan Sengeti dengan benteng permukaan
tanah merupakan dataran rendah, dengan ketinggian dari permukaan laut
+ 8-10 Meter, dengan struktur tanah berwarna hitam dan sebagian tanah
berwarna kekuningan dan beriklim Tropis dengan suhu rata-rata 23
derajat celcius sampai 30 derajat celcius.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Sengeti
NO JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
1 0 – 12 Bulan 395 Orang
2 1 – 5 Tahun 879 Orang
3 5 – 7 Tahun 491 Orang
4 7 – 15 Tahun 1.125 Orang
5 16 – 56 Tahun 4. 028 Orang
6 <56 Tahun 698 Orang
Sumber : Dokumentasi Arsip Kantor Lurah Sengeti

5. Visi dan Misi Kelurahan Sengeti


1) Visi
“Mewujudkan layanan prima dan tata pemerintahan yang
Profesional, Partisipatif,dan Responsif”
2) Misi
a. Terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat yang profesional
dengan mendayagunakan seluruh aparatur.
b. Mewujudkan pelayanan publik yang prima, cepat, tepat dan
mendayagunakan seluruh aparatur
c. Terlaksananya fasilitas pelayanan umum kepada masyarakat
d. Mengoptimalkan penyelenggaraan kegiatan bidang pemerintahan,
pembangunan, keamanan, dan ketertiban serta pelayanan umum.
e. Mewujudkan aparatur yang berkualitas, berbudi pekerti, beriman
dan bertakwa49

49
Dokumentasi di Kantor Lurah Sengeti
45
6. Struktur Organisasi Kelurahan Sengeti
Gambar 4. 3
Struktur Organisasi Kelurahan sengeti

46
B. Hasil Dan Pembahasan /Analisa
1. Kondisi Budaya Baca Masyarakat Kelurahan Sengeti Dalam Konteks
Program Pengembangan Literasi Informasi
Kondisi budaya baca adalah suatu keadaan yang dimana budaya
baca disuatu tempat dapat diketahui baik, kurang baik bahkan tidak baik.
Seperti halnya yang terjadi di kelurahan sengeti, Kondisi budaya baca
baca masyarakat di kelurahan tersebut tergolong kurang baik.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Lurah Kelurahan
Sengeti:
“Menurut saya masyarakat kelurahan sengeti cenderung masih
kurang peduli dengan budaya baca ataupun membaca, dikarenakan
masyarakat lebih memilih menggunakan handphone atau media
elektronik lainnya untuk mendapatkan informasi ketimbang
membaca langsung keperpustakaan”.50

Kemudian penulis mewawancarai masyarakat kelurahan sengeti


yakni Bapak Dahlan, Beliau Mengatakan :
“Saya kurang dalam mencari informasi baik dalam hal membaca
ataupun mencari dari sumber-sumber yang lain, karena saya lebih
disibukkan dengan pekerjaan saya, jadi tidak ada waktu untuk
mencari sebuah informasi”51

Selanjutnya penulis mewawancarai bapak suandi, Beliau


mengatakan:
“Saya mendapatkan informasi secara langsung melalui perkataan
orang lain dan sangat jarang mencari informasi itu melalui buku
atau media cetak lainnya”.52

Kemudian penulis mewawancarai Ibu Ermadia, Beliau


Mengatakan:
“Ya saya sering mencari informasi melalui buku maupun media
cetak lainnya, di karenakan saya seorang mahasiswa yang sangat
membutuhkan informasi untuk menyelesaikan skripsi saya, jadi

50
Wawancara Dengan Lurah Sengeti, 12 Oktober 2020
51
Wawancara Bapak Dahlan, 09 Oktober 2020
52
Wawancara Bapak Suandi, 08 Oktober 2020
47
saya sering keperpustakaan”.53
Dari beberapa informan yang saya wawancarai dapat diketahui
bahwa kondisi budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti kurang baik
dikarenakan masih banyak masyarakat yang kurang paham dan kurang
peduli dengan membaca, dan lebih mementingkan pekerjaan nya daripada
membaca atau mencari informasi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, penulis melihat
terdapat beberapa kondisi, Antara lain:
a. Literasi Gambar (Visual Literacy)
Literasi Gambar yaitu suatu kemampuan untuk memahami
dan menggunakan gambar termasuk pula kemampuan untuk berfikir,
belajar, serta mengekspresikan gambar tersebut. Literasi visual
dibedakan menjadi 3 yaitu visual learning, visual thinking, dan visual
communication.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, Penulis
melihat kondisi masyarakat kelurahan sengeti dalam mengakses
informasi cukup baik dalam konteks unsur literasi gambar. Karena
masyarakat kelurahan sengeti sebagian besar banyak mendapatkan
atau mencari informasi melalui media cetak seperti koran, majalah,
pamplet, dan media cetak lainnya.54
b. Literasi Media (Media Literacy)
Literasi Media yaitu suatu kemampuan untuk mengakses,
menganalisa, dan memproduksi informasi untuk hasil yang spesifik
menurut National Leadership Conference on Media Literacy.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, Penulis
melihat masyarakat kelurahan sengeti dalam mengakses atau mencari
informasi cukup banyak yang menggunakan media seperti melalui
Handphone, Televisi, Radio, Dll55

c. Literasi Jaringan (Network literacy)


53
Wawancara Ibu Ermadia, 14 Juli 2020
54
Observasi Pada Tanggal, 23 November 2020
55
Observasi Pada Tanggal, 23 November 2020
48
Literasi Jaringan yaitu suatu kemampuan untuk dapat
mengakses, menempatkan, dan menggunakan informasi dalam dunia
berjejaring misalnya internet.
Berdasarkan Observasi yang dilakukan penulis, penulis
melihat masyarakat Kelurahan Sengeti dalam mencari informasi
dalam konteks literasi jaringan cukup baik, karena masyarakat
Kelurahan Sengeti rata-rata sudah mengenal informasi digital, seperti
menggunakan media sosial dan media internet lainnya.56
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kondisi
budaya baca masyarakat kelurahan sengeti dalam konteks program
literasi informasi cukup baik, karena dari tiga poin tersebut
masyarakat sudah menerapkannya dengan baik.

2. Kendala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Muaro Jambi dalam


meningkatkan budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti melalui
program pengembangan literasi informasi
Belum berkembangnya budaya membaca masyarakat kelurahan
sengeti antara lain dapat disebabkan oleh masalah-masalah sebagai
berikut.
a. Internal
1). Dana
Masalah pendanaan ini dapat menjadi penghambat Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Muaro Jambi dalam
meningkatkan budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti melalui
program pengembangan literasi informasi. Sebab, ketika dana yang
tersedia terbatas tentu pihak Perpustakaan sulit untuk memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat kelurahan sengeti.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Kepala Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Beliau
mengatakan :
“Masalah pendanaan merupakan masalah yang sudah lama
kami alami, sebenarnya saya sudah bosan membahas soal
ini kalau ada mahasiswa yang meneliti disini, maksudnya
bukan marah dengan mahasiswanya, akan tetapi saya sangat
kesal dengan pemerintah kabupaten muaro jambi yang
56
Observasi Pada Tanggal 24 November 2020
49
sejauh ini bersikap acuh dan tidak memperdulikan kami
terutama masalah dana, saya sangat berharap kedepannya
pemerintah kabupaten Muaro Jambi lebih memperdulikan
dan memperhatikan kami, dan saya akan berusaha
semaksimal mungkin berkoordinasi dengan baik agar visi
dan misi perpustakaan ini dapat terwujudkan”57

Kemudian ditambahkan oleh kasi pembinaan dan


pengembangan Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten
Muaro Jambi kepada penulis yang mengatakan bahwa :
“Ya masalah dana yang terbatas menyebabkan kami dari pihak
Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro
Jambi belum dapat menjangkau masyarakat lebih luas, hanya
sekitaran kantor saja, karna kalau jauh itu membutuhkan dana
lagi, seperti minyak mobil, konsumsi dan uang jalan kepada
petugas yang turun kelapangan”.58

Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa Dinas


Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
membutuhkan dana yang lebih banyak dan perhatian dari berbagai
pihak untuk membantu mereka agar dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada masyarakat dan menumbuhkembangkan
budaya baca masyarakat yang lebih baik.
2). Kurangnya Koordinasi dengan instansi terkait
Koordinasi adalah usaha sistematis yang mengusahakan
keselarasan, keseimbangan antara pekerjaan seseorang dengan
orang lain. Sehingga diharapkan tidak akan terjadi
kesimpangsiuran, ketidaktepatan dalam bekerja sama. Hal ini
memungkinkan terjadinya efektivitas dalam sebuah pekerjaan.
Dalam organisasi yang baik terdapat koordinasi yang baik.
Didalam sistem koordinasi yang baik terdapat kerja sama yang
baik antar bagian dalam organisasi.
Penjelasan di atas bertolak belakang dengan apa yang
terjadi di Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro
Jambi. Hal tersebut penulis mewawancarai Kepala Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi :
“Salah satu kendala yang kami alami sampai saat ini adalah

57
Wawancara Kepala DPAD Muaro Jambi, 10 Juli 2020
58
Wawancara dengan ibuk isyatul, pada tanggal 10 Juli 2020
50
kurangnya koordinasi dengan instansi terkait, mereka
bersikap acuh dan tidak peduli dengan apa yang kami
inginkan, setiap mengusulkan sesuatu responnya sangat
lambat, itulah yang membuat kami tidak bersemangat
dalam mengembangkan perpustakaan ini”59

Apa yang disampaikan kepala Dinas Perpustakaan Dan


Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi di atas tidak jauh berbeda
dengan penuturan sekretarisnya, kepada penulis beliau
mengatakan:
“Kita dari pihak Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah
Kabupaten Muaro Jambi sudah sering berbicara dengan
instansi terkait tentang pengembangan perpustakaan ini,
respon nya sangat baik dan memberikan solusi tetapi sampai
dengan sekarang omongan yang sudah di bilang kemarin tidak
direalisasikan, alias omong kosong, dari kejadian itulah kami
dari pihak perpustakaan merasa tidak dihargai, makanya
perpustakaan ini tidak berkembang dengan baik karena
berjalan dengan dana seadanya”60

Berdasarkan penjelasan Kepala Dinas Perpustakaan Dan


Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi diatas penulis dapat
diketahui bahwa Koordinasi yang dilakukan Dinas Perpustakaan
Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi dengan instansi terkait
belum berjalan dengan baik, seharusnya instansi tersebut lebih
memperhatikan apa yang dibutuhkan perpustakaan tersebut.
Koordinasi yang baik sangat diperlukan karena akan berdampak
baik terhadap perpustakaan tersebut begitu juga sebaliknya jika
koordinasi tidak berjalan dengan baik maka perpustakaan tersebut
tidak akan berkembang.
3). Sumber Daya Manusia (Pustakawan)
Pustakawan merupakan seorang yang menyelenggarakan
kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan
ilmu yang dimiliki melalui pendidikan. Keberadaan seorang
pustakawan disebuah perpustakaan sangatlah perlu dikarenakan
dengan bekal ilmu yang dimiliki pustakawan bisa membuat
perpustakaan berjalan dengan baik.
59
Wawancara Kepala DPAD 14 Juli 2020
60
Wawancara Sekretaris DPAD 14 Juli 2020
51
Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di
Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
Hal tersebut dijelaskan oleh Ibu Isyatul Kasi
Pengembangan Perpustakaan Dinas Perpustakaan Dan Arsip
Daerah Kabupaten Muaro Jambi, beliau mengatakan:
“Kendala kami sampai dengan sekarang adalah tidak
adanya tenaga pustakawan, karena itulah kami kesulitan
dalam mengembangkan perpustakaan ini, yang ada hanya
pegawai biasa yang tidak mempunyai basic perpustakaan
kami berharap kedepannya perpustakaan ini mempunyai
tenaga pustakawan yang memang mempunyai basic dalam
bidang perpustakaan agar dapat memajukan perpustakaan
ini”61

Kemudian penulis mewawancarai Kepala Dinas


Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Beliau
Mengatakan:
“Memang benar, kami memang kekurangan tenaga
pustakawan, kedepannya saya akan berusaha semaksimal
mungkin agar perpustakaan ini mempunyai tenaga
pustakawan, saya menyadari bahwa keberadaan
pustakawan di sebuah perpustakaan sengatlah penting”62

Dari penjelasan diatas penulis dapat menjelaskan bahwa


Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
sangat membutuhkan seorang pustakawan agar bisa
mengembangkan perpustakaan agar kedepannya perpustakaan bisa
berjalan dengan baik.
4). Sarana dan Prasarana
Penyediaan sarana dan prasana di perpustakaan merupakan
hal yang sangat penting karena dapat menunjang kelancaran
kegiatan perpustakaan secara optimal sehingga tugas dan fungsi
perpustakaan dapat terlaksana.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Kepala Dinas
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Beliau
mengatakan :
61
Wawancara dengan Ibu Isyatul 14 Juli 2020
62
Wawancara dengan Kepala DPAD 14 Juli 2020
52
“Sarana dan prasarana perpustakaan ini jauh dari kata
memadai seperti ruang baca yang belum sesuai standar,
cahaya penerangan yang kurang, dan layanan internet nya
lambat, maka dari itulah masyarakat disini kurang berminat
untuk berkunjung ke perpustakaan ini, Tidak menutup
kemungkinan kami akan terus berkoordinasi dengan atasan
kami agar sarana dan prasarana dapat terpenuhi dan sesuai
standar”63

Hal yang sama disampaikan oleh Sekretaris Dinas


Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Beliau
mengatakan :
“Salah satu kendala yang kami alami saat ini adalah sarana
dan prasana diantaranya, gedung yang masih berstatus
pinjaman, gedung yang tidak sesuai standar, rak koleksi
masih berbentuk kayu, dan lokasi gedung yang tidak
strategis”64

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa


sarana dan prasarana menjadi salah satu kendala yang di alami
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
dalam upaya meningkatkan budaya baca masyarakat kelurahan
sengeti. Kepala dinas akan berusaha semaksimal mungkin untuk
berkordinasi lagi dengan Instansi terkait agar dapat membantu
membangun gedung secara permanen, dan memperbaiki atau
menambahkan sarana dan prasarana yang belum memadai.
5). Ketersediaan Koleksi
Koleksi merupakan semua bahan pustaka yang
dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada
masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi.
Koleksi juga merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam
sebuah perpustakaan, jika tidak ada koleksi maka belum bisa
dikatakan sebuah perpustakaan.

Hal tersebut dijelaskan oleh kepala Dinas Perpustakaan dan


Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Beliau mengatakan :
“Memang benar kami kekurangan koleksi bahan pustaka di
perpustakaan ini, salah satu kendala kami yaitu masalah
63
Wawancara Kepala DPAD Muaro jambi, 10 Juli 2020
64
Wawancara Sekretaris dinas DPAD Muaro Jambi, 14 Juli 2020
53
pendanaan, kami kurang mendapatkan perhatian dari
pemerintah, karena itulah kami sulit untuk menambah
koleksi diperpustakaan ini, kemudian kami kurang
berkoordinasi dengan perpustakaan lain untuk melakukan
kerjasama di bidang koleksi ini”.65

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Dinas


Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi,
perpustakaan tersebut memang memiliki kendala dalam penyediaan
koleksi karena terkendala oleh dana dan kurangnya kerjasama dengan
perpustakaan lain.
b. Eksternal
1). Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang


begitu cepat dengan potensinya yang mampu menyajikan berbagai
informasi dalam tampilan pandang dengar yang menarik sehingga
sangat berpeluang untuk menjauhkan minat banyak masyarakat
dari kegiatan membaca sebagai cara untuk memperoleh informasi.
Minat dan kegemaran membaca masih belum tumbuh dan
berkembang secara mapan disaat teknologi komunikasi pandang
dengar mulai berkembang pesat masuk ke tengah-tengah
masyarakat.
Media audio visual televisi muncul karena perkembangan
teknologi, kehadiran media televisi ini setalah radio, dan media
cetak, televisi merupakan media massa yang mengalami
perkembangan paling pesat di dunia. Meski lahir paling
belakangan dibanding media massa cetak namun pada akhirnya
media televisilah yang paling banyak diakses oleh masyarakat.
Membaca buku merupakan hal yang kurang diminati
masyarakat melainkan berupa internet dan televisi. Hal ini juga
berdampak menjadikan buku sebagai prioritas terbawah oleh setiap
orang dibandingkan untuk kebutuhan hidup seperti halnya biaya
rumah tangga, biaya sekolah anak-anak, apalagi harga buku saat
ini masih sangat mahal sehingga ini bisa menghambat arus
informasi yang seharusnya didapatkan oleh setiap orang.
65
Wawancara Kepala DPAD, 14 Oktober 2020
54
Daya tarik media elektronik dapat mempengaruhi anak-
anak dengan program-program yang banyak membuat anak lebih
menyukai menonton televisi daripada membaca buku pelajaran,
peran orang tua sangat dibutuhkan disini dalam membimbing anak
mereka agar tidak lupa akan pelajaran yang mesti di ulang. Artinya
peran orang tualah yang lebih utama dalam mengarahkan
pendidikan anak.
Mengenai hal tersebut maka penulis mewawancarai pelajar
alif, dia mengatakan:
“Setiap pulang sekolah buka TV nonton film sampai
ketiduran didepan tv, baca buku jarang, karna di sekolah
sudah belajar, sampai dirumah capek, nonton sampai
tidur”.66

Masalah tersebut peneliti mewancarai ibu rumah tangga


Yuni dia mengatakan:
“Anak paling susah kalau disuruh belajar apalagi membaca,
saya khawatir karena anak saya ini belum lancar membaca,
diajarkan pun susah.”67

Hal yang sama diungkapkan oleh penjahit ibu Ramlah,


beliau mengatakan :
“Lebih sering membuka televisi, mengingat anak-anak
yang masih sekolah dan bahan pokok sembako mahal jadi
untuk membeli buku masih mikir-mikir, dengan
penghasilan pas-pasan apalagi harga buku mahal.”68

Berdasarkan hasil observasi dan temuan dilapangan


menunjukkan bahwa media elektronik merupakan salah satu penyebab
rendahnya budaya baca, karena masyarakat merasa cukup dengan
informasi yang diperlukan dan di dapat dari media elektronik, tanpa
harus mengeluarkan uang untuk membeli informasi cetak seperti
koran, buku, dan majalah.69
66
Wawancara dengan alif pada tanggal 12 juli 2020
67
Wawancara Yuni pada tanggal 13 juli 2020
68
Wawancara dengan ibu ramlah pada tanggal 14 juli 2020
69
Observasi Pada Tanggal 24 November 2020
55
2). Kurangnya Respon Masyarakat
Masyarakat belum menganggap kegiatan membaca sebagai
salah satu kegiatan belajar yang dapat mengembangkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Hal ini ditegaskan oleh Ibu Isyatul Kasi pengembangan Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi.
“Masyarakat kurang merespon kegiatan yang kami lakukan,
masyarakat lebih cenderung menggunakan teknologi digital
pribadi dalam mencari informasi, apalagi masyarakat
kelurahan sengeti sudah sangat melek informasi”70

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa masyarakat


kelurahan sengeti kurang merespon kegiatan yang dilakukan Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, mereka
lebih memilih menggunakan media elektronik pribadi dalam mencari
informasi daripada ke perpustakaan.71

3. Upaya Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Muaro Jambi dalam


meningkatkan budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti melalui
program pengembangan literasi informasi
Budaya baca seseorang adalah suatu sikap dan tindakan untuk
membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang
yang mempunyai budaya baca adalah orang tersebut telah terbiasa dan
berproses dalam waktu yang lama didalam hidupnya selalu menggunakan
sebagian waktunya untuk membaca.
Dalam meningkatkan budaya baca masyarakat kelurahan sengeti
Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
melakukan berbagai upaya, Antara lain sebagai berikut :
a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses penanaman kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok
atau masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Dinas Perpustakaan

70
Wawancara Ibu Isyatul 14 Juli 2020
71
Observasi Pada Tanggal 24 November 2020
56
Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi beliau mengatakan:
“Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
pernah mengadakan sosialisasi tentang budaya baca dilingkup
kabupaten muaro jambi tepatnya di kantor lurah sengeti pada tahun
2019, yang bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan membaca
masyarakat kelurahan sengeti tersebut”72

Kemudian Penulis mewawancarai Bapak Sayuti Yang


merupakan masyarakat kelurahan sengeti, beliau mengatakan:
“Iya Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro
Jambi pernah mengadakan sosialisasi di kelurahan kami, kegiatan
tersebut sangat bermanfaat bagi saya karena selama ini saya
pribadi kurang memahami apa itu budaya baca, menurut saya
kegiatan ini sangat positif dan bermanfaat”73

Selanjutnya penulis mewawancarai ibu Aida laila yang


merupakan masyarakat kelurahan sengeti, beliau mengatakan:
“Kegiatan seperti ini menurut saya sangat bagus dan bermanfaat
bagi saya pribadi karena saya sebagai ibu rumah tangga tidak
paham dengan apa itu budaya baca, manfaat membaca, pentingnya
membaca dalam kehidupan sehari hari, selama ini saya kalau mau
mencari informasi cukup dengan membuka handphone”74

Dari data di atas dapat diketahui bahwa dalam rangka


meningkatkan budaya baca masyarakat kelurahan sengeti Dinas
Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi melakukan
beberapa kegiatan salah satunya kegiatan sosialisasi. Dari data di atas
dapat dilihat bahwa masyarakat kelurahan sengeti sangat antusias
dalam mengikuti kegiatan tersebut.
b. Perpustakaan Keliling
Perpustakaan keliling merupakan bagian pelayanan
perpustakaan umum yang mendatangi / mengunjungi pembacanya
dengan menggunakan kendaraan. Kegiatan yang dilakukan antara lain
memperkenalkan perpustakaan kepada publik, meningkatkan budaya
baca masyarakat, dll.
Dalam meningkatkan budaya baca masyarakat kelurahan
sengeti Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro

72
Wawancara kepala DPAD Muaro Jambi 11 Juli 2020
73
Wawancara Bapak Sayuti 13 Juli 2020
74
Wawancara Ibu Aida Laila, 13 juli 2020
57
Jambi Juga mengadakan kegiatan Perpustakaan Keliling.75
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kasi pembinaan
dan pengembangan Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten
Muaro Jambi kepada penulis yang mengatakan bahwa :
“Pada tahun 2019 kami mengadakan kegiatan Perpustakaan
keliling yang diadakan di SMP 6 Kabupaten Muaro Jambi
alhamdulillah siswa SMP tersebut sangat bersemangat dan
antusias dalam mencari informasi, Selanjutnya kami berencana
melakukan kegiatan ini lebih luas yakni ke pasar-pasar”76

Kemudian penulis mewawancarai Ferry salah satu pelajar


SMP 6 Muaro Jambi, Dia mengatakan:
“Saya sengat senang kalau ada perpustakaan keliling seperti
ini, saya tidak perlu lagi keperpustakaan untuk membaca
buku”77

Berdasarkan pernyataan di atas penulis dapat menjelaskan bahwa


ada 2 kegiatan yang sudah dijalankan Dinas Perpustakaan Dan Arsip
Daerah Kabupaten Muaro Jambi, yaitu melakukan kegiatan sosialisasi dan
kegiatan perpustakaan keliling. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan penulis, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan yang
sudah dilakukan Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro
Jambi sangatlah positif dan dapat diterima dengan baik dikalangan
masyarakat kelurahan sengeti.
c. Meningkatakan Kesadaran Masyarakat Untuk Membaca
Membaca dapat memberikan informasi dan memberikan manfaat
lebih bagi kecerdasan. Orang yang lebih banyak membvaca cenderung
memiliki kecerdasan intelektual yang lebih tinggi sehingga mereka lebih
mudah untuk menyerap informasi apupun dengan mudah. Dengan cara
kita membaca buku lebih banyak supaya informasi yang kita dapat juga
banyak.
Mengetahui hal itu penulis mewawancarai Bapak Lurah Kelurahan
sengeti, Beliau mengatakan :
“Membaca merupakan suatu kebiasaan yang bagus menambah
wawasan kita banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari
75
Observasi Pada Tanggal 23 November 2020
76
Wawancara dengan ibuk isyatul, pada tanggal 10 Juli 2020
77
Wawancara dengan ferry, pada tanggal 12 juli 2020
58
kegiatan membaca seperti, menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan berbagai informasi dari seluruh dunia. Dengan
salah satu cara meningkatkan kesadaran untuk membaca dan sadar
akan manfaat dari membaca itu sendiri bagi diri kita.”78

Kemudian penulis mewawancarai kepala Dinas Perpustakaan dan


Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi, Beliau mengatakan :
“Dengan kemajuan teknologi pada masa sekarang ini masyarakat
dapat dengan mudah mengakses informasi apa saja sesuai
kebutuhan tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli
buku, karena di kelurahan sengeti hampir semua masyarakatnya
mempunyai handphone yang digunakan untuk mendapatkan
informasi yang mereka perlukan.”79

Berdasarkan hasil wawancara dilapangan menunjukkan bahwa


yang dilakukan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro
Jambi untuk mengatasi dan memotivasi masyarakat untuk membaca yaitu
perpustakaan membuat semacam sosialiasi kepada masyarakat yang
berkenaan dengan manfaat dan tujuan dari membaca.

78
Wawancara Lurah Sengeti, 14 Oktober 2020.
79
Wawancara Kepala DPAD Muaro Jambi, 14 Oktober 2020
59
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
diantaranya:
1. Kondisi budaya baca masyarakat Kelurahan Sengeti kurang baik dikarenakan
masih banyak masyarakat yang kurang paham dan kurang peduli dengan
membaca, dan lebih mementingkan pekerjaan nya daripada membaca atau
mencari informasi. Akan tetapi dalam konteks unsur-unsur literasi informasi
masyarakat kelurahan sengeti dalam mengakses informasi tergolong cukup
baik.
2. Kendala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
dalam meningkatkan budaya baca masyarakat kelurahan sengeti melalui
program pengembangan literasi informasi, yaitu ada dua kendala yaitu internal
dan eksternal. Kendala internalnya seperti masalah pendanaan, kurangnya
koordinasi dengan instansi terkait, tidak ada tenaga pustakawan, sarana dan
prasarana, dan kurangnya ketersediaan koleksi. Kemudian kendala
eksternalnya adalah kemajuan teknologi dan komunikasi, dan kurangnya
respon masyarakat.
3. Upaya Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi dalam
meningkatkan budaya baca masyarakat kelurahan sengeti melalui program
pengembangan literasi informasi. Dalam upaya meningkatkan budaya baca
masyarakat kelurahan sengeti Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kabupaten Muaro Jambi melakukan berbagai upaya, diantaranya melakukan
sosialisasi, melaksanakan kegiatan perpustakaan keliling, dan meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk membaca.

B. Saran
Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis dapat menarik kesimpulan
seperti yang diatas, maka penulis juga memberikan saran seperti berikut:
1. Dalam upaya meningkatkan budaya baca melalui program pengembangan
literasi informasi diharapkan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Muaro Jambi lebih sering mengadakan kegiatan yang berkaitan langsung
dengan program pengembangan literasi informasi seperti kegiatan sosialisasi,
pelatihan dan kegiatan lainnya. Kemudian diharapkan Dinas Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi dalam melaksanakan kegiatan tersebut
lebih menghadirkan inovasi-inovasi yang menarik agar masyarakat lebih
memahami akan pentingnya membaca dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk mengefektifkan upaya meningkatkan budaya baca di kelurahan sengeti
diharapkan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Muaro Jambi
lebih meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait. Karena jika koordinasi
berjalan dengan baik, maka perkembangan perpustakaan akan berjalan dengan
baik pula.

61

Anda mungkin juga menyukai