Anda di halaman 1dari 23

Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

ERFINA

Abstract

The goal of this research is to determine: one, the application of


good governance principle to manage urban poverty relief project.
Two, the obstructive factors in applying good governance principle
to manage urban poverty relief project.

The methods used to collect data are: (1) observasion, (2)


questionaire, (3) interview, (4) literature study. The population and
samples takes eighty-one (81) people. And the data analysis
technique used is qualitative-descriptive analysis.

The conclusions: (1) the application of good governance principle to


manage urban poverty relief project has not yet reached maximal
target. The target reached only 36,49%. (2) The obstructive factors
in applying good governance principle are: (a) less optimal officers'
performance that shows 34,57% percentage. The reason is lack of
awareness to accomplish the job and responsibility. (b) family-
center culture is thick, which shows 48,14% percentage. In context
of poverty relief, it lacks objectivity and less-accurate target. (c) less
amount of society's participation which shows 48,15% percentage.
The reason is also lack of awareness and sense of belonging to the
program.

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 75


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

A. PENDAHULUAN mengarah pada tindakan kriminalitas yang

Indonesia merupakan negara yang baru mewarnai pemberitaan, baik di media

memperoleh kemerdekaannya pada perang elektronik maupun media cetak setiap

Dunia II sehingga dapat dikatakan Indonesia harinya. Krisis hukum dengan belum

masuk dalam Negara-negara berkembang ditegakkannya sendi-sendi hukum ditengah-

yang ditandai dengan upaya yang mengarah tengah masyarakat sehingga menumbuhkan

pada kebijakan dan prioritas pembangunan perilaku main hakim sendiri, sebagai akibat

disegala bidang dalam rangka meningkatkan apatisme masyarakat terhadap aparat

kesejahteraan kehidupan seluruh warga penegak hukum. Krisis ekonomi yang

masyarakat. ditandai semakin lemahnya nilai tukar

Pembangunan yang berlandaskan rupiah, pengangguran yang semakin

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, membengkak, iklim investasi yang masih

dilaksanakan sejak tahun 1945 sampai suram dan sebagainya. Krisis ekonomi

sekarang ini, sebagai salah satu upaya untuk tersebut di atas, mengakibatkan sempitnya

mewujudkan tujuan nasional, yaitu adil, lapangan kerja dan rendahnya penghasilan

makmur, merata material dan spiritual, yang sebagian besar masyarakat, sehingga tidak

realisasi pencapaiannya tidak semudah mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup

membalikkan telapan tangan, namun harus mereka sampai batas yang layak. Krisis aset

dengan usaha dan kerja keras. yang ditandai dengan rendahnya kepemilikan

Kenyataan sekarang membuktikan masyarakat dalam berbagai hal yang dapat

bahwa Indonesia benar-benar telah berada menjadi modal hidup mereka, termasuk

dalam kondisi krisis multidimensional. Krisis kualitas sumber daya manusia, perlambang

politik yang belum menunjukkan gejala biaya kerdil dana dan perumahan serta

semakin baik yang ditandai dengan berbagai pemukiman yang tidak layak. Hal tersebut,

konflik, baik di tingkat elit maupun arus menyebabkan muncul dugaan bahwa krisis

bawah. Hal ini disebabkan karena kaum elit tersebut dipicu oleh karena pemerintah yang

politik muncul dalam bentuk tidak memiliki tidak mempunyai visi yang jelas, bahkan

wadah organisasi yang mampu seringkali menjadi sumber dari krisis itu.

memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan (Imamudin, 207-208).

masyarakta. Krisis sosial dengan munculnya Sejarah mencatat, pola-pola

berbagai aksi anarkis dan penjarahan yang pembangunan sentralistis yang selama ini
diterapkan secara sistematis yang mampu

76 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

membuat fakum atau mematikan inisiatif dengan nilai-nilai kemanusiaan maupun


masyarakat lokal yang ada. Dominasi atas nilai-nilai budaya kemasyarakatan.
segala aspek kehidupan masyarakat yang Dewasa ini, administrasi publik telah
sangat kuat, memperlemah kedudukan menunjukkan adanya kecenderungan
masyarakat sebagai pelaku utama pergeseran dominasi peranan sektor publik
pembangunan. Bahkan berbagai krisis yang dalam penyelenggaraan pemerintahan,
dimaksud sebagai wadah partisipasi pembangunan, dan pelayanan publik ke arah
masyarakat dalam pelaksanaan suatu proyek peranan sektor swasta dan masyarakat pada
pembangunan, namun kenyataannya lebih umumnya. Peningkatan peran swasta,
mengutamakan kepentingan pemilik atau terutama Lembaga Swadaya Masyarakat
pelaksana proyek tersebut, tanpa memiliki terlihat penguatannya sejak komitmen
tanggung jawab nasional yang kuat terhadap reformasi dicanangkan dalam tahun
kepentingan masyarakat. Jelasnya institusi 1997/1998 yang lalu. Berbagai
tersebut hanya merupakan sebatas organ kecenderungan tersebut mengarah kepada
proyek, dan bukan menjadi institusi yang upaya untuk berbagi tugas dan
dapat menjadi wadah untuk menyalurkan tanggungjawab membangun bangsa secara
aspirasi, inisiatif maupun sebagai alat kontrol bersama-sama antara pemerintah dengan
masyarakat terhadap pemecah suatu masalah swasta dan masyarakat dalam arti tidak lagi
seperti kemiskinan dan pembangunan hanya mengandalkan kepada salah satu pihak
diwilayahnya. (Tim Koordinasi TKP3 KPK, saja, apakah itu peranan pemerintah atau
2004:36). peranan swasta dan masyarakat. (Edy Topo
Masyarakat benar-benar telah menjadi Ashari, 2001:1).
obyek dan bukan pelaku utama serta pemilik Pola interaksi dan kolaborasi antara
kedaulatan, melainkan hanya dijadikan pemerintah, swasta dan masyarakat yang
pengikut dari golongan atau elit-elit tertentu sering disebut dengan istilah kemitraan itu
yang bertingkah laku sebagai pemilik telah banyak dilakukan di berbagai sektor,
kedaulatan. Perpecahan masyarakat dalam seperti dalam program penanggulangan
berbagai golongan menjadi semakin tajam, kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya.
seiring dengan makin memudarnya perekat Pola pengelolaan program tersebut pada
kehidupan masyarakat dalam bentuk tatanan umumnya diarahkan untuk menentukan
nilai-nilai setempat, baik yang berkaitan bentuk-bentuk yang tepat dalam rangka
memecahkan berbagai permasalahan dalam

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 77


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

masyarakat, atau mungkin juga dalam rangka tentang penanggulangan kemiskinan. Proyek
menemukan format baru dalam Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ini
penyelenggaraan pemerintahan, dirancang sebagai gerakan bersama yang
pembangunan dan pelayanan publik. terpadu dalam menangani penanggulangan
Sejalan dengan komitmen nasional untuk kemiskinan melalui proses pemberdayaan
melakukan transformasi dan reformasi di masyarakat lokal dengan mewujudkan
segala bidang. Bentuk-bentuk kemitraan kelembagaan masyarakat, yakni Badan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat Keswadayaan Masyarakat sebagai badan
secara nyata terlihat dalam berbagai upaya pengendali pengelolaan dana bantuan
kolaborasi dalam penyusunan peraturan langsung masyarakat yang merupakan
perundang-undangan, pengendalian dan pemeduli terhadap kemiskinan dalam
pengawasan jalannya pemerintahan komunitasnya. Pemberdayaan ini
penyelenggaraan program pembangunan dan memerlukan keterlibatan berbagai pihak
pelayanan publik, maupun dalam rangka antara lain pemerintah daerah, swasta dan
pengelolaan bersama prasarana dan sarana masyarakat luas yang mandiri.
publik. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Pemerintah Indonesia, melalui Perkotaan ini mengembangkan konsep
Departemen Permukiman dan Prasarana penanggulangan secara komprehensif dan
Wilayah telah melakukan berbagai upaya utuh dengan memotivasi perubahan perilaku
penanganan masalah kemiskinan di melalui Badan Keswadayaan Masyarakat
perkotaan. Salah satu diantaranya ialah dengan proses transformasi sosial dan
Proyek Penanggulangan Kemiskinan di memberdayakan kondisi masyarakat, sebagai
Perkotaan yang dilaksanakan sejak tahun salah satu amanah dari UU Nomor 32 Tahun
1999. Proyek ini juga telah memberi arah 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
perencanaan pembangunan nasional, melalui implementasi dari konsep good governance
Kepala Bappenas menetapkan Surat itu sendiri, di mana esensi otonomi daerah
Keputusan tentang tim pengarah dan tim adalah masyarakat atau otonomi rakyat.
pelaksana inter Departemen mengenai Masyarakat yang berdaya pada arus mikro
Program Penanggulangan Kemiskinan di tidak hanya berdaya dalam arti mampu
Perkotaan. Dengan mengacu pada Keputusan meningkatkan kesejahteraan mereka secara
Presiden Nomor 124 Tahun 2001 jo swadaya masyarakat dan dalam kemandirian
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2002 namun juga secara kolektif mampu

78 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

mendesakkan suara dan aspiasinya dalam pemberi pinjaman luar negeri seperti
proses penentuan kebijakan publik. World Bank, ASEAN Development Bank,
Konsep yang ditawarkan melalui proyek IMF maupun lembaga-lembaga pemberi
ini, memang dapat dikatakan ideal, tetapi pinjaman lainnya yang berasal dari
belum dapat menjamin implementasi dan negara-negara maju. Good Governance
keberhasilannya. Dengan belajar dari dijadikan aspek pertimbangan lembaga
program-program penanggulangan donor dalam memberikan pinjaman
kemiskinan yang terdahulu masih terdapat maupun hibah
banyak kekurangan seperti : kebijakan Secara konseptual pengertian kata
bantuan belum bersifat menyeluruh dan baik (Good) dalam istilah
berkelanjutan, kurang koordinasi, kurang kepemerintahan yang baik (good
transparan, kurang tepat sasaran, kurang governace) mengandung dua
memberdayakan masyarakat serta kerapkali pemahaman: Pertama, nilai-nilai yang
disalahgunakan. (Sadji, 200:4:9). menjunjung tinggi keinginan/kehendak
Bertolak dari uraian latar belakang di rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
atas, merupakan alasan peneliti untuk meningkatkan kemampuan rakyat dalam
memilih dan menetapkan serta berupaya pencapaian tujuan (nasional)
meneliti program tersebut dengan kemandirian, pembangunan berkelanjutan
menitikberatkan pada penerapan prinsip dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek
good governance. fungsional dari pemerintahan yang efektif
dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya

B. KEPEMERINTAHAN untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

(GOVERNANCE) Berdasarkan pengertian ini menurut Edy


Topo Ashari (2001:63) bahwa
1. Konsepsi Kepemerintahan yang baik
kepemerintahan yang baik berorientasi
(Good Governance)
pada dua hal yaitu :
Pemahaman umum tentang good
1. Orientasi ideal Negara yang
governance mulai mengemuka di
diarahkan pada pencapaian tujuan
Indonesia sejak tahun 1990-an dan
nasional; dan
semakin populer pada era tahun 2000-an.
2. Pemerintahan yang berfungsi secara
Kepemerintahan yang baik banyak
ideal, yaitu secara efektif dan efesien
diperkenalkan oleh lembaga donor atau

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 79


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

melakukan upaya pencapaian tujuan yang taat dan tunduk pada ketentuan
nasional. (regulatory) yang telah ditetapkan.
Peraturan Pemerintah No.101 Ketentuan ini biasanya menyangkut
Tahun 2000, memutuskan pengertian tentang batasan mana yang boleh dan
Kepemerintahan yang Baik (good tidak boleh dilakukan, dan atau
governance) yaitu: “ Kepemerintahan petunjuk/prosedur pelaksanaan suatu
yang mengembangkan dan menerapkan aktivitas dalam rantai nilai pelayanan
prinsip-prinsip profesionalitas, kepada stakeholder. Dengan demikian,
akuntabilitas, transparansi, pelayanan good governance mencerminkan
prima, efisiensi, efektifitas, supremasi bagaimana manusia berkarya secara
hukum dan dapat diterima oleh seluruh benar, benar dalam pengertian sesuai
masyarakat.” (Edy Topo Ashari, dengan ketentuan regulasi yang telah
2001:63) ditetapkan. (Wigrantoro, 2004 : 1)
UNDP (United Nations 2. Karakteristik good governance menurut
Development Program) mendefinisikan Sekretariat Pengembangan Public Good
good governance sebagai pelaksanaan Governance Bappenas setidaknya ada
otoritas politik, ekonomi dan administrasi empat belas karakteristik dalam wacana
untuk mengatur urusan – urusan Negara, good governance:
yang memiliki mekanisme, proses, a. Berwawasan ke depan (visi strategis);
hubungan, serta kelembagaan yang semua kegiatan pemerintahan berupa
kompleks di mana warga Negara dan pelayanan publik dan pembangunan
berbagai kelompok mengartikulasikan di berbagai bidang seharusnya
kepentingan mereka, melaksanakan hak didasarkan pada visi dan misi tertentu
dan kewajiban mereka serta menengahi disertai strategi implementasi yang
perbedaan yang ada di antara mereka. jelas.
(Wigrantoro, 2004 :3) b. Terbuka (transparan); semua urusan
Good governance dilihat dari sisi tata pemerintahan berupa kebijakan –
luar organisasi seolah merupakan refleksi kebijakan publik baik yang berkenaan
perilaku institusi. Namun demikian, jika dengan pelayanan publik maupun
kita kaji lebih mendalam, good pembangunan di daerah harus
governance dari sebuah organisasi diketahui publik. Isi keputusan dan
merupakan agregat perilaku individu alasan pengambilan kebijakan publik

80 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

harus dapat diakses oleh publik dan sesuai dengan sasaran atau tujuan
harus diumumkan agar mendapat yang ditetapkan.
tanggapan publik. Demikian pula e. Profesional dan kompeten; di dalam
informasi tentang kegiatan pemberian pelayanan publik dan
pelaksanaan kebijakan tersebut dan pembangunan dibutuhkan aparat
hasil – hasilnya harus terbuka dan pemerintahan yang memiliki
dapat diakses publik. kualifikasi dan kemampuan tertentu,
c. Cepat tanggap (responsif); aparat dengan profesionalisme yang sesuai.
pemerintah harus cepat tanggap dan Dibutuhkan upaya untuk
segera mengambil prakarsa menempatkan aparat secara tepat,
penaggulangan terhadap berbagai dengan memperhatikan kecocokan
permasalahan sosial yang muncul di antara tuntutan pekerjaan dengan
masyarakat. Selain itu, birokrasi juga kualifikasi kemampuan dan
harus mengakomodasi aspirasi profesionalisme.
masyarakat sekaligus menindak- f. Efisien dan efektif; agar dapat
lanjutinya dalam bentuk meningkatkan kinerja tata
peraturan/kebijakan, kegiatan atau pemerintahan baik di pusat maupun
program yang diusulkan. daerah dibutuhkan struktur yang
d. Bertanggungjawab/bertanggunggugat tepat. Untuk tercapainya hal ini,
(akuntabel); penyelenggara pemerintah perlu secara periodik
pemerintahan harus menerapkan melakukan evaluasi terhadap
prinsip akuntabilitas atau dukungan struktur yang ada, disertai
bertanggungjawab/tanggung gugat dengan perubahan jika dipandang
dalam penyelenggaraan perlu, yang meliputi perubahan
pemerintahan. Hal ini diawali pada struktur, tugas pokok jabatan dan
saat penyusunan program pelayanan fungsi.
publik dan pembangunan, g. Desentralistis; upaya pendelegasian
pembiayaan, pelaksanaan, kewenangan pusat ke daerah dalam
pemantauan, dan penilaian kinerja, rangka otonomi daerah telah
sehingga program tersebut dapat dilakukan. Namun hal ini belum
memberikan hasil seoptimal mungkin cukup. Masih diperlukan
pendelegasian kewenangan di daerah

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 81


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

dari Bupati/Walikota kepada dinas – bahwa urusan pemerintahan juga


dinas atau badan/lembaga teknis yang menjadi urusan mereka dan bukan
ada dibawahnya disertai dengan semata urusan birokrat.
pemberian sumber daya j. Mendorong kemitraan dengan swasta
pendukungnya. dan masyarakat; masyarakat dan
h. Demokratis; perumusan kebijakan sektor swasta harus diberdayakan
tentang pelayanan publik dan lewat pembentukan kerjasama atau
pembangunan di pusat dan daerah kemitraan antara pemerintah dengan
dilakukan melalui mekanisme swasta, pemerintah dengan
demokrasi, dan tidak ditentukan masyarakat, dan antara swasta dengan
sendiri oleh eksekutif. Dalam konteks masyarakat. Kemitraan ini harus
ini wakil – wakil rakyat di DPR/D didasarkan pada kebutuhan yang
diberi akses untuk secara aktif nyata pada masing - masing pihak
menyuarakan kepentingan bukan sekedar untuk memenuhi
masyarakat dan menindaklanjuti persyaratan saja. Wujud nyata dari
aspirasi masyarakat sampai terwujud kemitraan ini adalah perbaikan sistem
secara nyata. pelayanan kepada masyarakat dan
i Mendorong partisipasi masyarakat; sektor swasta.
partisipasi masyarakat mutlak k. Menjunjung supremasi hukum; dalam
diperlukan agar penyelenggara pemberian pelayanan publik dan
pemerintahan dapat mengenal lebih pelaksanaan pembangunan seringkali
dekat siapa masyarakat dan warganya terjadi pelanggaran hukum. Dalam
berikut cara pikir dan kebiasaan konteks ini, siapa saja yang
hidupnya, masalah yang dihadapi, melanggarnya harus diproses dan
cara atau jalan keluar yang ditindak secara hukum atau sesuai
disarankan, apa yang dapat dengan ketentuan perundang –
disumbangkan dalam memecahkan undangan yang berlaku. Wujud nyata
masalah yang dihadapi, dan lain dari prinsip supremasi hukum antara
sebagainya. Kehadiran masyarakat lain mencakup upaya pembentukan
dalam forum pertemuan publik dan peraturan perundangan,
keaktifan mereka dalam memberikan pemberdayaan lembaga penegak
saran dan masukan menunjukkan hukum, penuntasan kasus KKN dan

82 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

pelanggaran HAM, peningkatan maupun internasional. Hal ini berakar


kesadaran hukum, dan pengembangan pada kenyataan bahwa daya dukung
budaya hukum. lingkungan semakin lama semakin
l. Berkomitmen pada pengurangan menurun akibat pemanfaatan yang
kesenjangan; aparat pemerintahan tidak terkendali. Kewajiban
harus berupaya memperkecil penyusunan analisis mengenai
kesenjangan yang terjadi di antara dampak lingkungan secara konsisten,
masyarakat. Kesenjangan ini dapat program reboisasi, penegakan hukum
berupa kesenjangan ekonomi, sosial, lingkungan secara konsekuen,
gender, dan budaya. Kesenjangan merupakan contoh perwujudan tata
dapat terjadi antara pusat dan daerah, pemerintahan yang memiliki
antar daerah, antar golongan, dan lain komitmen pada lingkungan.
sebagainya. Adanya kesenjangan (Wigrantoro, 2004 : 3-5)
merupakan insentif negatif bagi
upaya pembangunan. C. MANAJEMEN
m. Berkomitmen pada tuntutan pasar; Pengertian manajemen dapat digunakan
pengalaman membuktikan bahwa untuk mengkaji proses keputusan oleh
campur tangan pemerintah dalam pimpinan (manajer) tentang penggunaan
kegiatan ekonomi seringkali orang lain dalam menyelesaikan berbagai
berlebihan sehingga akhirnya macam tugas-tugas organisasi, hal ini di
membebani anggaran belanja dan dasarkan pada pemikiran bahwa dalam
bahkan merusak pasar. Upaya kegiatan setiap hari manajer akan selalu
pengaitan kegiatan ekonomi dihadapkan pada proses pengambilan
masyarakat dengan pasar baik di keputusan yang akan berhubungan dengan
dalam daerah maupun antar-daerah kegiatan mencapai tujuan organisasi yang
merupakan contoh wujud nyata dikelolanya. Dengan demikian, manajer
penerapan prinsip tata pemerintahan harus cakap memanfaatkan sumber daya
yang memiliki komitmen pada pasar. manusia yang ada dalam organisasinya,
n. Berkomitmen pada lingkungan hidup, sehingga dapat tercipta proses kerja sama
masalah lingkungan dewasa ini telah yang dinamis dan harmonis, serta produktif,
berkembang menjadi isu yang sangat diperlukan komitmen antara manajer dan staf
penting baik pada tataran nasional

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 83


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

Sumber Daya Manusia tentang visi, misi dan 3. Penggerakan dan Pelaksanaan (actuating)
tujuan organisasi dan hal-hal lain yang terkait 4. Pengawasan dan Pengendalian
dengan proses pencapaian tujuan. Komitmen (controlling)
manajemen antara pimpinan dan Sumber Rumusan fungsi manajemen di atas
Daya Manusia (staf) harus dikembangkan dikutip dari pendapat Henry fayel (1916)
dan dihayati oleh seorang manajer untuk adalah salah satu pakar menulis manajemen
menghindari sikap negatif staf yang merasa ilmiah menjelaskan fungsi administrasi
dimanfaatkan oleh pimpinannya untuk (manajemen) terdiri atas:
mencapai tujuan individu pribadi pimpinan. 1. Planning
Untuk menerapkan manajemen pada suatu 2. Organizing
organisasi diperlukan kejelasan rumusan 3. Command
tujuan yang hendak dicapai dalam organisasi 4. Cordination
itu. Tujuan itu harus disosialisasikan oleh 5. Controlling
pimpinan kepada staf sehingga dihayati oleh Bahkan ada pakar yang mengemukakan
semua pihak, baik unsur pimpinan maupun fungsi-fungsi manajemen selain yang telah
unsur karyawan. Dengan demikian, semua dikemukakan di atas, ia menambahkan
aktivitas organisasi departemen, unit kerja tentang keuangan (budgeting) dan laporan
dan sebagainya akan selalu diarahkan untuk (reporting) dan sebagainya. ( Bayu Swastana,
pencapaian tujuan organisasi yang telah 2005:7)
disepakati dan dihayati bersama. (Henny,
1999:32)
D. KONSEP KEMISKINAN
Banyak pakar mengemukakan tentang
Menurut Andre Bayo Ala (1981:2),
fungsi manajemen , ada yang mengemukakan
kemiskinan itu bersifat multi dimensional
empat macam dan ada juga yang
artinya kebutuhan manusia itu bermacam-
mengemukakan enam macam. Namun, pada
macam maka kemiskinanpun memiliki
hakekatnya mempunyai tujuan yang sama.
banyak aspek antara lain:
Salah satu pakar manajemen
1. Aspek primer berupa :
mengemukakan fungsi manajemen yaitu
a. Miskin aset
Anak Agung Gde Maninjaya (2004: 54)
b. Organisasi sosial politik
sebagai berikut:
c. Pengetahuan dan keterampilan
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)

84 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

2. Aspek sekunder berupa: aspek tersebut dalam 3 bagian, antara


a. Jaringan sosial lain:
b. Sumber keuangan dan informasi a. Jika 40 % penduduk berpendapatan
Penyebab kemiskinan: rendah menerima kurang dari 12 %
1. Karena ciri dan keadaan masyarakat pendapatan nasionalnya, maka
dalam suatu daerah sangat beragama pembagian pembangunan sangat
(berbeda) ditambah dengan kemajuan timpang.
ekonomi da pertumbuhan yang masih b. Apabila 40 % lapisan penduduk
rendah. berpendapatan rendah menikmati
2. Kebijakan dalam negeri sering kali antara 12-17 % pendapatan nasional
dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri dianggap sedang.
atau internasional dari segi pendanaan. c. Jika 40 % dari penduduk
Ada 2 macam ukuran kemiskinan yang berpendapatan menengah menikmati
umum dan dikenal, antara lain: lebih dari 17 % pendapatan nasional
1. Kemiskinan absolut maka dianggap rendah.
Konsep kemiskinan pada umumnya Strategi/kebijakan dalam mengurangi
selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kemiskinan
kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya 1. Pembangunan sektor pertanian
terbatas pada kebutuhan pokok atau Sektor pertanian memiliki peranan
kebutuhan dasar. penting di dalam pembangunan
Kemiskinan dapat digolongkan dalam 2 karena sektor tesebut memberikan
bagian yaitu : konstribusi yang sangat besar bagi
a. Kemiskinan untuk memenuhi pendapatan masyarakat di pedesaan,
kebutuhan dasar berarti akan mengurangi jumlah
b. Kemiskinan untuk memenuhi masyarakat miskin. Terutama sekali
kebutuhan yang lebih tinggi tekhnologi di sektor pertanian dan
2. Kemiskinan relatif infrastruktur.
Menurut Kincaid (1989:35), semakin 2. Pembangunan sumber daya manusia
besar ketimpangan antara tingkat hidup Sumber daya manusia merupakan
orang kaya dan miskin maka semakin investasi insani yang memerlukan
besar jumlah penduduk yang selalu biaya cukup besar, diperlukan untuk
miskin, sehingga Bank Dunia membagi mengurangi kemiskinan dan

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 85


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

meningkatkan kesejahteraan 1. Perspektif kultural ( cultural


masyarakat secara umum, maka dari perspective), yang dibagi dalam 3
itu peningkatan lembaga pendidikan, tingkat analisis, yaitu:
kesehatan dan gizi merupakan a. Individual
langkah yang baik untuk diterapkan b. Keluarga
oleh pemerintah. c. Masyarakat
3. Peranan lembaga swadaya 2. Perspektif struktural atau situasional
masyarakat (situational perspective)
Mengingat LSM memiliki Pemerintah telah mencanangkan 2
fleksibilitas yang baik di lingkungan pokok kebijaksanaan pembangunan
masyarakt sehingga mampu yaitu :
memahami komunitas masyarakat a. Mengurangi jumlah penduduk
dalam menerapkan rancangan dan yang hidup di bawah garis
program pemberantasan kemiskinan. kemiskinan
Ada beberapa faktor yang dapat b. Melaksanakan 8 jalur pemerataan
mempengaruhi kemiskinan baik secra yang meliputi :
langsung maupun tidak langsung: a. Pemerataan pembagian
1. Tingkat kemiskinan cukup banyak pendapatan
2. Mulai dari tingkat dan laju b. Penyebaran pembangunan di
pertumbuhan output (produktivitas seluruh daerah
tenaga kerja) c. Berusaha
3. Tingkat inflasi d. Kesempatan memperoleh
4. Tingkat investasi pendidikan
5. Alokasi serta kualitas sumber daya e. Kesehatan
alam f. Kesempatan kerja
6. Tingkat dan jenis pendidikan.
7. Etos kerja dan motivasi kerja
Sedikitnya ada 2 macam perspektif yang
lazim dipergunakan untuk mendekati
masalah kemiskinan, antara lain:

86 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

E. PENGELOLAAN PROYEK berkelanjutan (Imam Krimanto,


PENANGGULANGAN 2003:18).
KEMISKINAN DI PERKOTAAN b. Misi

1. Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Prinsip, dan Memberdayakan masyarakat

Nilai Proyek Penanggulangan perkotaan, terutama masyarakat

Kemiskinan di Perkotaan miskin, untuk menjalin kerjasama

Proses penanganan Proyek sinergis dengan pemerintah daerah

Penanggulangan Kemiskinan di dan kelompok peduli lokal dalam

Perkotaan dimulai dengan kegiatan upaya menanggulangi kemiskinan,

orientasi pemahaman substansi proyek melalui pengembangan kapasitas,

kepada semua pihak pelaksana proyek penyediaan sumber daya, dan

mulai dari tingkat pusat sampai tingkat melembagakan budaya kemitraan

kelurahan, baik pemerintah, konsultan, antar pelaku pembangunan. (Imam

maupun fasilitator. Maksudnya agar Krimanto, 2004:18).

semua komponen pelaku maupun pihak c. Prinsip

terkait terlebih dahulu memahami secara Prinsip-prinsip yang harus

utuh dan memiliki persepsi yang sama dijunjung tinggi, ditumbuh

tentang visi, misi, tujuan, strategi, prinsip kembangkan dan dilestarikan oleh

dan nilai serta mekanisme pelaksanaan semua pelaku Proyek

proyek benar-benar direalisasikan di Penanggulangan Kemiskinan di

lapangan atau di masyarakat. Perkotaan (baik masyarakat,

Adapun visi, misi, tujuan, strategi dan konsultan, maupun pemerintah)

nilai yang dimaksud adalah sebagai dalam melaksanakan proyek ini

berikut: adalah :

a. Visi 1. Demokrasi : dalam setiap proses

Masyarakat yang berdaya yang pengambilan keputusan yang

mampu menjalin sinergi dengan menyangkut kepentingan

pemerintah daerah serta kelompok masyarakat banyak, terutama

peduli setempat dalam rangka kepentingan masyarakat miskin

menanggulangi kemiskinan dengan maka mekanisme pengambilan

efektif, secara mandiri dan keputusan dalam pelaksanaan


proyek ini dilakukan secara

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 87


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

kolektif dan demokrasi. Untuk itu akuntabilitas, sehingga


masyarakat didorong agar mampu masyarakat belajar dan
membangun dan memperkuat melembagakan sikap
organisasi masyarakat warga bertanggungjawab serta tanggung
dengan representasi, yang gugat terhadap pilihan keputusan
akseptebel, inklusif, transparan, dan kegiatan yang
demokrasi dan akuntabel. dilaksanakannya. Termasuk
2. Partisipasi : dalam setiap langkah terbuka untuk diperiksa oleh
kegiatan proyek ini harus BPKP, auditor atau pemeriksaan
dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat sendiri dan pihak
sehingga mampu membangun terkait lainnya, serta
rasa kepemilikan dan proses menyebarluaskan hasil
belajar melalui kerjasama. pemeriksaan dan audit tersebut ke
Partisipasi dibangun dengan masyarakat, pemerintah, lembaga
menekankan proses pengambilan donor serta pihak-pihak lainnya.
keputusan oleh warga, mulai dari 4. Desentralisasi : dalam proses
tataran ide/gagasan, perencanaan, pengambilan keputusan yang
pengorganisasian, pemupukan langsung menyangkut kehidupan
sumber daya, pelaksanaan hingga dan penghidupan masyarakat agar
evaluasi dan pemeliharaan. dilakukan sedekat mungkin
Partisipasi juga berarti upaya dengan pemanfaatan atau
melibatkan segenap komponen diserahkan kepada masyarakat
masyarakat, khususnya kelompok sendiri, sehingga keputusan yang
masyarakat yang rentan dan dibuat benar-benar bermanfaat
selama ini tidak memiliki bagi masyarakat banyak (Imam
peluang/akses dalam program Krimanto, 2003:18).
atau kegiatan setempat. d. Nilai
3. Transparansi dan akuntabiltas : Nilai-nilai yang harus dijunjung
dalam proses manajemen proyek tinggi, ditumbuhkembangkan dan
maupun manajemen organisasi dilestarikan oleh semua pelaku
masyarakat harus menerapkan proyek (baik masyarakat, konsultan,
prinsip transparansi dan pemerintah, maupun kelompok

88 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

peduli), dalam melaksanakan proyek pengelolaan dana serta


ini adalah : pelaksanaan kegiatan proyek ini
1. Dapat dipercaya : semua pihak harus dilakukan dengan jujur,
yang terkait dengan pelaksanaan sehingga tidak dibenarkan adanya
ini harus benar-benar dapat upaya-upaya untuk merekayasa,
menjaga kepercayaan yang diberi memanipulasi maupun menutup-
masyarakat maupun pemerintah nutupi sesuatu, yang dapat
untuk menerapkan aturan main merugikan masyarakat miskin
Proyek Penanggulangan serta menyimpang dari visi, misi
Kemiskinan di Perkotaan dengan dan tujuan proyek ini.
baik dan benar. Dengan demikian, 4. Keadilan ; dalam menetapkan
pemilihan pelaku-pelaku proyek kebijakan dan melaksanakan
ini di tingkat masyarakatpun proyek ini harus menerapkan asas
harus menghasilkan figur-figur keadilan (fairness), kebutuhan
yang benar-benar dipercaya nyata dan kepentingan masyarakat
masyarakat sendiri, bukan semata miskin. Keadilan dalam hal ini
mempertimbangkan status sosial, tidak berarti sekedar pemerataan.
pengamalan serta jabatan. 5. Kesetaraan ; dalam pelibatan
2. Ikhlas/kerelawanan : dalam masyarakat pada pelaksanaan dan
melaksanakan kegiatan yang pemanfaatan proyek ini, tidak
berkenaan dengan proyek ini membeda-bedakan latar belakang,
benar-benar berlandaskan niat asal usul, agama, status, maupun
ikhlas untuk turut memberikan jenis kelamin dan lain-lainnya.
konstribusi bagi peningkatan Semua pihak diberi kesempatan
kesejahteraan masyarakat miskin yang sama untuk terlibat dan/atau
yang ada diwilayahnya, dan tidak menerima manfaat proyek ini,
mengharapkan materi, jasa, termasuk dalam proses
maupun mengutamakan pengambilan keputusan.
kepentingan pribadi serta 6. Kebersamaan dan Keberagamaan
golongan atau kelompoknya. ; dalam melaksanakan kegiatan
3. Kejujuran ; dalam proses penanggulangan kemiskinan perlu
pengambilan keputusan, dioptimalkan gerakan masyarakat,

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 89


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

melalui kebersamaan dan sarana, pendanaan dan lain-lain.


kesatuan masyarakat, sehingga (Imam Krimanto, 2003:20).
kemiskinan benar-benar menjadi f. Strategi
urusan semua warga masyarakat Memberdayakan pelaku-pelaku
dari berbagai latar belakang, suku, pembangunan strategi dan masyarakat
agama, mata pencaharian, budaya, agar mampu membangun dan
pendidikan, dan sebagainya, dan menanggulangi kemiskinan secara
bukan hanya menjadi urusan dari mandiri melalui :
masyarakat miskin atau pelaku 1. Membangun kapasitas masyarakat
Proyek Penanggulangan miskin perkotaan untuk mampu
Kemiskinan di Perkotaan atau membentuk serta melembagakan
sekelompok elit saja. (Imam kelembagaan refresentatif
Krimanto, 2003:19). masyarakat yang akuntabel
e. Tujuan terhadap masyarakat.
1. Membangun atau mengukuhkan Kelembagaan masyarakat ini yang
kelembagaan masyarakat yang selanjutnya diperkuat
refresentatif dan akuntabel yang kapasitasnya agar mampu menjadi
mampu memberikan pelayanan motor penggerak penggalian serta
kepada masyarakat miskin pelembagaan nilai-nilai
perkotaan serta memperkuat suara kemanusiaan dan
masyarakat miskin dalam proses kemasyarakatan.
pengambilan keputusan lokal. 2. Penyediaan akses secara langsung
2. Mendorong pemerintah daerah ke sumber daya kunci yang
untuk makin mampu memenuhi dibutuhkan masyarakat miskin
kebutuhan masyarakat miskin, dalam bentuk Dana Bantuan
melalui peningkatan kemitraan Langsung Masyarakat yang
dengan kelembagaan masyarakat dikelola kelembagaan masyarakat,
(Organisasi masyarakat warga). yakni organisasi masyarakat
3. Meningkatkan akses bagi warga (BKM) secara transparan
masyarakat miskin perkotaan, serta akuntabel.
pelayanan sosial, prasarana dan 3. Meningkatkan kapasitas
pemerintah daerah untuk bermitra

90 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

dengan organisasi masyarakat 2. Aturan Hukum ( Rule of Law )


warga dalam penyediaan Peningkatan pembangunan dan
pelayanan umum, melalui efisiensi nasional membutuhkan
penyediaan serta pengembangan penyesuaian kebijakan dan perangkat
Bantuan Penanggulangan perundang-undangan, namun tidak berarti
Kemiskinan Terpadu (PAKET). harus mengabaikan kepastian hukum.
(Imam Krimanto, 2003:23). Tegaknya hukum yang berkeadilan
merupakan jasa pemerintah yang teramat
F. PEMBAHASAN sulit diwujudkan namun mutlak
1. Penerapan Prinsip Good Governance diperlukan dalam penyelenggaraan
dalam Pengeolaan Proyek pemerintahan dan pembangunan. Adanya
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan kepastian hukum merupakan indikator
1. Partisipasi (Participation) profesionalisme dan syarat bagi
Partisipasi merupakan upaya kredibilitas pemerintahan, sebab bersifat
melibatkan segenap yang selama ini vital dalam penyelenggaraan
tidak memiliki peluang/akses dalam pemerintahan dan pembangunan.
program/kegiatan setempat. Partisipasi Tegaknya kepastian hukum juga
dibangun dengan menekankan pada mensyaratkan kecermatan dalam
proses pengambilan keputusan oleh penyusunan berbagai kebijakan
warga, mulai dari tataran ide/gagasan pembangunan. Sebab berbagai kebijakan
hingga evaluasi. Salah satu tujuan dari publik tersebut pada akhirnya harus
partisipatif yaitu untuk membangun dituangkan dalam sistem perundang-
rasa kepemilikan dan proses belajar undangan untuk memiliki ketentuan
melalui bekerja bersama. Berdasarkan hukum, dan harus mengandung kepastian
data dari hasil penelitian masih hukum. Berdasarkan hasil wawancara
ditemukan kurangnya partisipasi juga diperoleh informasi bahwa masih
masyarakat dalam berbagai kegiatan. banyak pengaduan masyarakat yang tidak
Jadi dapat disimpulkan, prinsip ditanggapi secara serius. Sedangkan
partisipasi belum dapat diterapkan aturan yang ada menghendaki agar
secara maksimal. penanganan pengaduan masyarakat harus
menganut beberapa kaidah, seperti:
kemudahan, cepat, tepat, tanggap, terbuka,

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 91


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

satu pintu, rahasia dan aman. Sehingga transparansi masih harus lebih
dapat disimpulkan penerapan prinsip dioptimalkan, bahkan harus mendapat
aturan hukum dalam pengelolaan Proyek perhatian yang cukup serius dari
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan pengelola Proyek Penanggulangan
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Kemiskinan di Perkotaan.
3. Transparansi (Trasparency) 4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Aparatur dan sistem manajemen Upaya pemberdayaan memerlukan
pemerintahan harus mengembangkan semangat untuk melayani masyarakat dan
keterbukaan (transparansi) untuk menjadi mitra masyarakat atau melakukan
mendorong para pimpinan dan sumber kerjasama dengan masyarakat. Agar hal
daya manusia yang ada didalamnya ini bias terwujud diperlukan perubahan
berperan dalam mengamalkan dan perilaku melalui pembudayaan kode etik
melembagakan kode etik, serta dapat yang didasarkan pada dukungan
menjadikan diri mereka sebagai panutan lingkungan yang diterjemahkan dalam
masyarakat dalam rangka pelaksanaan standar tingkah laku yang dapat diterima
pertanggungjawaban kepada masyarakat. umum dan dijadikan acuan perilaku
Keterbukaan dalam Proyek pemerintah. Intinya bahwa setiap institusi
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dan prosesnya harus diarahkan pada upaya
termasuk terbuka untuk diperiksa oleh untuk melayani berbagai pihak yang
Badan Pemeriksa Keuangan Pusat, auditor berkepentingan.
atau pemeriksa oleh masyarakat sendiri Berdasarkan hasil pengamatan atau
dan pihak terkait lainnya. observasi yang dilakukan juga ditemukan
Berdasarkan hasil observasi atau masih banyak pengurus yang kurang aktif,
pengamatan langsung di lapangan sementara mereka berada pada posisi
ditemukan bahwa prinsip transparansi pelayan atau mitra masyarakat. Jadi secara
telah berusaha untuk diterapkan dengan otomatis dapat disimpulkan bahwa
adanya papan pengumuman untuk setiap penerapan prinsip responsif dalam
hasil kegiatan, akan tetapi pada dasarnya pengelolaan Proyek Penanggulangan
masih ditemukan adanya kekurangan- Kemiskinan di Perkotaan ini masih perlu
kekurangan, misalnya : pengaduan dioptimalkan melalui peningkatan kinerja
masyarakat yang masih ditutup-tutupi. pengelola.
Jadi kesimpulannya penerapan

92 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

5. Berorientasi Konsensus (Consensus sama untuk terlibat dan/atau menerima


Orientation) manfaat Proyek Penanggulangan
Pemerintahan yang baik akan bertindak Kemiskinan di Perkotaan, termasuk dalam
sebagai penengah (mediator) bagi proses pengambilan keputusan.
berbagai kepentingan yang berbeda untuk Berdasarkan hasil wawancara
mencapai konsensus atau kesepakatan (interview) dari pihak informan diperoleh
yang terbaik bagi kepentingan masing- informasi bahwa masih terjadi
masing pihak dan jika dimungkinkan juga diskriminasi dalam pengelolan proyek ini..
dapat diberlakukan terhadap berbagai Jadi kesimpulannya, penerapan prinsip
kebijakan dan prosedur yang akan berkeadilan masih perlu dioptimalkan
ditetapkan pemerintah. dengan mencari solusi terhadap hambatan-
Dari hasil wawancara (interview) juga hambatan yang ditemukan.
diperoleh informasi yang cukup relevan. 7. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness
Salah satu contoh konkrit yaitu pada saat and Efficiency)
dilaksanakan rapat/ musyawarah hanya Proses kegiatan dan kelembagaan
sebagian kecil pengurus ataupun Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
masyarakat yang hadir, hal ini sangat Perkotaan ini diarahkan untuk
berpengaruh pada pengambilan keputusan. menghasilkan sesuatu yang benar-benar
Jadi kesimpulannya bahwa penerapan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
prinsip konsensus masih perlu dibenahi miskin melalui pemanfaatan yang sebaik-
dan dioptimalkan. baiknya terhadap berbagai sumber-sumber
6. Berkeadilan (Equity) yang tersedia. Dalam hal ini yang perlu
Penetapan kebijakan dan pelaksanaan dipahami bahwa efektivitas dan efisiensi
Proyek Penanggulangan Kemiskinan di hanya dapat diwujudkan apabila prinsip-
Perkotaan ini harus menerapkan prinsip prinsip yang lain telah dapat dioptimalkan,
keadilan untuk kebutuhan nyata dan sedangkan pada kenyataannya masih
kepentingan masyarakat pada pelaksanaan terdapat beberapa kekurangan, sehingga
dan pemanfaatan Proyek Penanggulangan dapat dikatakan penerapan prinsip
Kemiskinan di Perkotaan, tidak membeda- efektivitas dan efisiensi ini belum dapat
bedakan latar belakang, asal usul, agama, diwujudkan secara optimal.
status maupun jenis kelamin, dan lain-
lain. Semua pihak diberi kesempatan yang

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 93


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

8. Akuntabilitas (Accountability) kompleksitas sosial yang mendasari


Proses manajemen proyek maupun perspektif mereka. Sesuai dengan visi dari
manajemen organisasi masyarakat harus Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
menerapkan prinsip akuntabilitas, Perkotaan yaitu mewujudkan masyarakat
sehingga sektor publik, swasta, dan berbudaya yang mampu menjalin sinergis
masyarakat belajar dan melembagakan dengan pemerintah daerah serta kelompok
sikap bertanggungjawab serta tanggung peduli setempat dalam rangka
gugat terhadap pilihan keputusan dan menanggulangi kemiskinan dengan
kegiatan yang dilaksanakannya. efektif, secara mandiri dan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
penerapan prinsip-prinsip yang kinerja pengurus, ternyata masih banyak
sebelumnya khususnya prinsip yang kurang memiliki tanggungjawab
transparansi masih belum bisa diterapkan terhadap tugasnya. Dari sinilah dapat
secara optimal. Karena antara prinsip yang disimpulkan bahwa prinsip visi strategis
satu dengan prinsip yang lain saling dalam pengelolaan proyek ini masih sulit
berhubungan, sehingga pada akhirnya untuk diwujudkan.
pertanggungjawaban dari pengurus akan 10. Hambatan
penuh dengan justifikasi. Sehingga dapat Hambatan merupakan tantangan
disimpulkan bahwa penerapan prinsip terbesar dalam pencapaian tujuan
akuntabilitas dalam pengelolaan Proyek organisasi. Dalam pengelolaan Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
belum dapat dilaksanakan secara optimal. ini pun pasti mengalami hambatan-
9. Bervisi Strategis hambatan. Terbukti dari tanggapan
Visi strategis ini dimaksudkan agar responden (pengurus BKM) yang
para pimpinan dan masyarakat memiliki menjawab sering sebanyak 46 responden
perspektif yang luas dan jangka panjang atau sekitar 75,41 %.
tentang penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan pembangunan manusia
(Human Development). Bersamaan
dengan dirasakannya kebutuhan untuk
pembangunan serta mereka memahami
aspek-aspek historis, kultural, dan

94 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

2. Faktor-faktor Penghambat Penerapan G. KESIMPULAN DAN SARAN


Good Governance dalam Pengelolaan 1. Kesimpulan
Proyek Penanggulangan Kemiskinan di a. Penerapan prinsip good governance
Perkotaan dalam pengelolaan Proyek
Hasil penelitian di atas telah Penanggulangan Kemiskinan di
membuktikan bahwa apa yang ditawarkan Perkotaan, belum dapat dilaksanakan
pada hipotesis awal sangat relevan dengan secara maksimal. Tercermin dari hasil
kenyataan yang terjadi di lapangan, yaitu penelitian ini yang menunjukkan
terdapat beberapa faktor penghambat tingkat penerapannya hanya sekitar
dalam penerapan prinsip good governance 36,49 %.
dalam pengelolaan Proyek b. Faktor-faktor yang menghambat
Penanggulangan Kemiskinan, antara lain : penerapan prinsip good governance
a. Kurang optimalnya kinerja pengurus. dalam pengelolaan Proyek
Hal ini disebabkan oleh kurangnya Penanggulangan Kemiskinan di
insentif yang diterima oleh pihak Perkotaan:
pengelola Proyek Penanggulangan 1) Kinerja pengurus yang kurang
Kemiskinan di Perkotaan optimal, dengan tingkat persentase
b. Budaya kekeluargaan yang masih sebesar 34,57 %. Hal ini disebabkan
kental yang memberi peluang karena kurangnya kesadaran
terjadinya praktek KKN, akibatnya terhadap tugas dan tanggungjawab.
proses refleksi kemiskinan menjadi 2) Budaya kekeluargaan yang masih
kurang objektif atau kurang tepat kental, dengan tingkat persentase
sasaran. sebesar 48,14 %. Sehingga dalam
c. Tidak optimalnya kemitraan atau refleksi kemiskinan masih kurang
sinergi antara pihak publik, swasta dan obyektif atau kurang tepat sasaran.
masyarakat. Dalam hal ini masyarakat 3) Kurangnya partisipasi masyarakat,
terkesan kurang memiliki kesadaran dengan tingkat persentase 48,15 %.
dan kurang memiliki rasa Hal ini disebabkan karena
tanggungjawab moral dalam setiap kurangnya kesadaran dan rasa
kegiatan Proyek Penanggulangan kepemilikan program tersebut.
Kemiskinan.

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 95


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

2. Saran Bagong Suyanto - Sutinah. 2005. Metode


a. Penerapan prinsip good governance Penelitian Sosial. Kencana.
seharusnya didukung dengan adanya Surabaya.
upaya perbaikan kesejahteraan Edy Topo Ashari - Desi Fernanda. 2004.
pengurus atau pengelola proyek. Membangun Kepemerintahan yang
b. Menghilangkan budaya kekerabatan Baik Lembaga Administrasi Negara
yang berpotensi pada kolusi dalam Republik Indonesia. Jakarta.
penyelenggaraan Proyek Kincaid, 1989. Kemiskinan. Sinar Baru.
Penanggulangan Kemiskinan di Bandung
Perkotaan ini serta mengutamakan asas Krimanto. Imam. dkk. 2003. Pedoman
pertanggungjawaban dalam setiap Umum Proyek Penanggulangan
kegiatan. Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).
c. Aturan hukum harus ditegakkan secara Dirjen Perumahan dan Permukiman
optimal, khususnya dalam pengelolaan dan Prasarana Wilayah. Jakarta.
Proyek Penanggulangan Kemiskinan di 2003. Pedoman TeknisProyek
Perkotaan ini. Penanggulangan Kemiskinan di
d. Diharapkan agar seluruh komponen Indonesia (P2KP) Dirjen
(stakeholder) memiliki pemahaman Perumahan dan Permukiman.
yang sama akan pentingnya prinsip Departemen Permukiman dan
good governance dalam pengelolaan Prasarana Wilayah. Jakarta.
Proyek Penanggulangan Kemiskinan Maninjaya, A.A.G. 2004. Manajemen
di Perkotaan ini. Kesehatan. EGC . Jakarta.
Partoatmojo. Satdji. 2004. Masalah
DAFTAR PUSTAKA Kemiskinan dan

Afriyadi, Teguh. 2008. Good Governance. KomplesitasPenanggulangannya.

http://www.depkoinfo.go.id/portal/? TLP2 KPK Kementerian

act=detail&mod=artikel Koordinator Bidang Kesejahteraan

itjen&view=1&id=BRT0705111106 Rakyat. Jakarta.

01. 16 Juni 2008. hlm : 1-4. Romanus. 2007. Keterbukaan Informasi dan

Andre Bayo Ala, 1981. Konsep Kemiskinan. Reformasi Birokrasi.

Kencana. Surabaya http://jurnalnasional.com/?med=Blo


g&sec=Eksekutif&rbrk=&id=22584

96 Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012


Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

&postdate=2007-11- Tim Koordinasi TKP3 KPK, 2004, Informasi


15&detail=Eksekutif. 16 Juni 2008. Dasar Penyusunan Strategi
hlm : 1. Penanggulangan Kemiskinan
Roes Setiyadi, Wigrantoro. 2004. Daerah (SKP). Kementerian
Pemanfaatan Teknologi Informasi Koordinator Bidang Kesejahteraan
dalam Penerapan Good Rakyat, Jakarta.
Governance. Tjokroamidjojo, Bintoro. 2003. Good
maswig.blogspot.com/2004/12/pem Governance. Lembaga Administrasi
anfaatan-teknologi-informasi- Negara. Jakarta.
dalam28.html. 16 Juni 2008. hlm : Wardani, Anwar. 2004. Akar Kemiskinan
1-5. dan Ketidakberdayaan Masyarakat.
Rico, Handiman. 2008. Kebijakan Nasional TKP3 KPK Kementerian
dalam Perencanaan Tata Ruang. Koordinator Bidang Kesejahteraan
http://www.bakosurtanal.go.id/?o=3 Rakyat. Jakarta.
0. 16 Juni 2008. hlm : 1-6.
Sugandi Aca. 2003. Pedoman Umum Proyek Dokumen-dokumen :
Penanggulangan Kemiskinan di Keputusan Presiden No. 124. 2001 Jo
Perkotaan. Dirjen Perumahan dan Keputusan Presiden Nomor. 2002
Permukiman, Jakarta. tentang Penanggulangan
Sugiono, 2002, Metode Penelitian Kemiskinan. Arsip Sekretariat
Administrasi, Alphabeta, Bandung. P2KP. Pangkajene.
Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Keputusan Bupati Sidenreng Rappang
KArya Ilmiah. Sinar Baru. Bandung. No.368, 2006 tentang Pembentukan
Sudirman Dedy. 1999. Dasar-Dasar Komite Penanggulangan
Manajemen. Armico. Bandung. Kemiskinan Daerah (KPK-D)
Swastha, Bayu, dkk. 2005. Manaejmen Kabupaten Sidenreng Rappang,
Pemasaran Modern, Liberty, Arsip Sekretariat P2KP. Pangkajene.
Jokjakarta. Undang-Undang No.32. 2004, tentang
Sumamora, Henny. 1999. Manajemen Pemerintah Daerah, Departemen
Sumber Daya Manusia. Sekolah dalam Negeri Repubik Indonesia.
Tinggi Ilmu Ekonomi Yokyakarta. Jakarta.

Volume 1 | Nomor 1 | Agustus 2012 97

Anda mungkin juga menyukai