ERFINA
Abstract
Dunia II sehingga dapat dikatakan Indonesia harinya. Krisis hukum dengan belum
yang ditandai dengan upaya yang mengarah tengah masyarakat sehingga menumbuhkan
pada kebijakan dan prioritas pembangunan perilaku main hakim sendiri, sebagai akibat
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, membengkak, iklim investasi yang masih
dilaksanakan sejak tahun 1945 sampai suram dan sebagainya. Krisis ekonomi
sekarang ini, sebagai salah satu upaya untuk tersebut di atas, mengakibatkan sempitnya
mewujudkan tujuan nasional, yaitu adil, lapangan kerja dan rendahnya penghasilan
makmur, merata material dan spiritual, yang sebagian besar masyarakat, sehingga tidak
membalikkan telapan tangan, namun harus mereka sampai batas yang layak. Krisis aset
dengan usaha dan kerja keras. yang ditandai dengan rendahnya kepemilikan
bahwa Indonesia benar-benar telah berada menjadi modal hidup mereka, termasuk
dalam kondisi krisis multidimensional. Krisis kualitas sumber daya manusia, perlambang
politik yang belum menunjukkan gejala biaya kerdil dana dan perumahan serta
semakin baik yang ditandai dengan berbagai pemukiman yang tidak layak. Hal tersebut,
konflik, baik di tingkat elit maupun arus menyebabkan muncul dugaan bahwa krisis
bawah. Hal ini disebabkan karena kaum elit tersebut dipicu oleh karena pemerintah yang
politik muncul dalam bentuk tidak memiliki tidak mempunyai visi yang jelas, bahkan
wadah organisasi yang mampu seringkali menjadi sumber dari krisis itu.
berbagai aksi anarkis dan penjarahan yang pembangunan sentralistis yang selama ini
diterapkan secara sistematis yang mampu
masyarakat, atau mungkin juga dalam rangka tentang penanggulangan kemiskinan. Proyek
menemukan format baru dalam Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ini
penyelenggaraan pemerintahan, dirancang sebagai gerakan bersama yang
pembangunan dan pelayanan publik. terpadu dalam menangani penanggulangan
Sejalan dengan komitmen nasional untuk kemiskinan melalui proses pemberdayaan
melakukan transformasi dan reformasi di masyarakat lokal dengan mewujudkan
segala bidang. Bentuk-bentuk kemitraan kelembagaan masyarakat, yakni Badan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat Keswadayaan Masyarakat sebagai badan
secara nyata terlihat dalam berbagai upaya pengendali pengelolaan dana bantuan
kolaborasi dalam penyusunan peraturan langsung masyarakat yang merupakan
perundang-undangan, pengendalian dan pemeduli terhadap kemiskinan dalam
pengawasan jalannya pemerintahan komunitasnya. Pemberdayaan ini
penyelenggaraan program pembangunan dan memerlukan keterlibatan berbagai pihak
pelayanan publik, maupun dalam rangka antara lain pemerintah daerah, swasta dan
pengelolaan bersama prasarana dan sarana masyarakat luas yang mandiri.
publik. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Pemerintah Indonesia, melalui Perkotaan ini mengembangkan konsep
Departemen Permukiman dan Prasarana penanggulangan secara komprehensif dan
Wilayah telah melakukan berbagai upaya utuh dengan memotivasi perubahan perilaku
penanganan masalah kemiskinan di melalui Badan Keswadayaan Masyarakat
perkotaan. Salah satu diantaranya ialah dengan proses transformasi sosial dan
Proyek Penanggulangan Kemiskinan di memberdayakan kondisi masyarakat, sebagai
Perkotaan yang dilaksanakan sejak tahun salah satu amanah dari UU Nomor 32 Tahun
1999. Proyek ini juga telah memberi arah 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
perencanaan pembangunan nasional, melalui implementasi dari konsep good governance
Kepala Bappenas menetapkan Surat itu sendiri, di mana esensi otonomi daerah
Keputusan tentang tim pengarah dan tim adalah masyarakat atau otonomi rakyat.
pelaksana inter Departemen mengenai Masyarakat yang berdaya pada arus mikro
Program Penanggulangan Kemiskinan di tidak hanya berdaya dalam arti mampu
Perkotaan. Dengan mengacu pada Keputusan meningkatkan kesejahteraan mereka secara
Presiden Nomor 124 Tahun 2001 jo swadaya masyarakat dan dalam kemandirian
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2002 namun juga secara kolektif mampu
mendesakkan suara dan aspiasinya dalam pemberi pinjaman luar negeri seperti
proses penentuan kebijakan publik. World Bank, ASEAN Development Bank,
Konsep yang ditawarkan melalui proyek IMF maupun lembaga-lembaga pemberi
ini, memang dapat dikatakan ideal, tetapi pinjaman lainnya yang berasal dari
belum dapat menjamin implementasi dan negara-negara maju. Good Governance
keberhasilannya. Dengan belajar dari dijadikan aspek pertimbangan lembaga
program-program penanggulangan donor dalam memberikan pinjaman
kemiskinan yang terdahulu masih terdapat maupun hibah
banyak kekurangan seperti : kebijakan Secara konseptual pengertian kata
bantuan belum bersifat menyeluruh dan baik (Good) dalam istilah
berkelanjutan, kurang koordinasi, kurang kepemerintahan yang baik (good
transparan, kurang tepat sasaran, kurang governace) mengandung dua
memberdayakan masyarakat serta kerapkali pemahaman: Pertama, nilai-nilai yang
disalahgunakan. (Sadji, 200:4:9). menjunjung tinggi keinginan/kehendak
Bertolak dari uraian latar belakang di rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
atas, merupakan alasan peneliti untuk meningkatkan kemampuan rakyat dalam
memilih dan menetapkan serta berupaya pencapaian tujuan (nasional)
meneliti program tersebut dengan kemandirian, pembangunan berkelanjutan
menitikberatkan pada penerapan prinsip dan keadilan sosial. Kedua, aspek-aspek
good governance. fungsional dari pemerintahan yang efektif
dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya
melakukan upaya pencapaian tujuan yang taat dan tunduk pada ketentuan
nasional. (regulatory) yang telah ditetapkan.
Peraturan Pemerintah No.101 Ketentuan ini biasanya menyangkut
Tahun 2000, memutuskan pengertian tentang batasan mana yang boleh dan
Kepemerintahan yang Baik (good tidak boleh dilakukan, dan atau
governance) yaitu: “ Kepemerintahan petunjuk/prosedur pelaksanaan suatu
yang mengembangkan dan menerapkan aktivitas dalam rantai nilai pelayanan
prinsip-prinsip profesionalitas, kepada stakeholder. Dengan demikian,
akuntabilitas, transparansi, pelayanan good governance mencerminkan
prima, efisiensi, efektifitas, supremasi bagaimana manusia berkarya secara
hukum dan dapat diterima oleh seluruh benar, benar dalam pengertian sesuai
masyarakat.” (Edy Topo Ashari, dengan ketentuan regulasi yang telah
2001:63) ditetapkan. (Wigrantoro, 2004 : 1)
UNDP (United Nations 2. Karakteristik good governance menurut
Development Program) mendefinisikan Sekretariat Pengembangan Public Good
good governance sebagai pelaksanaan Governance Bappenas setidaknya ada
otoritas politik, ekonomi dan administrasi empat belas karakteristik dalam wacana
untuk mengatur urusan – urusan Negara, good governance:
yang memiliki mekanisme, proses, a. Berwawasan ke depan (visi strategis);
hubungan, serta kelembagaan yang semua kegiatan pemerintahan berupa
kompleks di mana warga Negara dan pelayanan publik dan pembangunan
berbagai kelompok mengartikulasikan di berbagai bidang seharusnya
kepentingan mereka, melaksanakan hak didasarkan pada visi dan misi tertentu
dan kewajiban mereka serta menengahi disertai strategi implementasi yang
perbedaan yang ada di antara mereka. jelas.
(Wigrantoro, 2004 :3) b. Terbuka (transparan); semua urusan
Good governance dilihat dari sisi tata pemerintahan berupa kebijakan –
luar organisasi seolah merupakan refleksi kebijakan publik baik yang berkenaan
perilaku institusi. Namun demikian, jika dengan pelayanan publik maupun
kita kaji lebih mendalam, good pembangunan di daerah harus
governance dari sebuah organisasi diketahui publik. Isi keputusan dan
merupakan agregat perilaku individu alasan pengambilan kebijakan publik
harus dapat diakses oleh publik dan sesuai dengan sasaran atau tujuan
harus diumumkan agar mendapat yang ditetapkan.
tanggapan publik. Demikian pula e. Profesional dan kompeten; di dalam
informasi tentang kegiatan pemberian pelayanan publik dan
pelaksanaan kebijakan tersebut dan pembangunan dibutuhkan aparat
hasil – hasilnya harus terbuka dan pemerintahan yang memiliki
dapat diakses publik. kualifikasi dan kemampuan tertentu,
c. Cepat tanggap (responsif); aparat dengan profesionalisme yang sesuai.
pemerintah harus cepat tanggap dan Dibutuhkan upaya untuk
segera mengambil prakarsa menempatkan aparat secara tepat,
penaggulangan terhadap berbagai dengan memperhatikan kecocokan
permasalahan sosial yang muncul di antara tuntutan pekerjaan dengan
masyarakat. Selain itu, birokrasi juga kualifikasi kemampuan dan
harus mengakomodasi aspirasi profesionalisme.
masyarakat sekaligus menindak- f. Efisien dan efektif; agar dapat
lanjutinya dalam bentuk meningkatkan kinerja tata
peraturan/kebijakan, kegiatan atau pemerintahan baik di pusat maupun
program yang diusulkan. daerah dibutuhkan struktur yang
d. Bertanggungjawab/bertanggunggugat tepat. Untuk tercapainya hal ini,
(akuntabel); penyelenggara pemerintah perlu secara periodik
pemerintahan harus menerapkan melakukan evaluasi terhadap
prinsip akuntabilitas atau dukungan struktur yang ada, disertai
bertanggungjawab/tanggung gugat dengan perubahan jika dipandang
dalam penyelenggaraan perlu, yang meliputi perubahan
pemerintahan. Hal ini diawali pada struktur, tugas pokok jabatan dan
saat penyusunan program pelayanan fungsi.
publik dan pembangunan, g. Desentralistis; upaya pendelegasian
pembiayaan, pelaksanaan, kewenangan pusat ke daerah dalam
pemantauan, dan penilaian kinerja, rangka otonomi daerah telah
sehingga program tersebut dapat dilakukan. Namun hal ini belum
memberikan hasil seoptimal mungkin cukup. Masih diperlukan
pendelegasian kewenangan di daerah
Sumber Daya Manusia tentang visi, misi dan 3. Penggerakan dan Pelaksanaan (actuating)
tujuan organisasi dan hal-hal lain yang terkait 4. Pengawasan dan Pengendalian
dengan proses pencapaian tujuan. Komitmen (controlling)
manajemen antara pimpinan dan Sumber Rumusan fungsi manajemen di atas
Daya Manusia (staf) harus dikembangkan dikutip dari pendapat Henry fayel (1916)
dan dihayati oleh seorang manajer untuk adalah salah satu pakar menulis manajemen
menghindari sikap negatif staf yang merasa ilmiah menjelaskan fungsi administrasi
dimanfaatkan oleh pimpinannya untuk (manajemen) terdiri atas:
mencapai tujuan individu pribadi pimpinan. 1. Planning
Untuk menerapkan manajemen pada suatu 2. Organizing
organisasi diperlukan kejelasan rumusan 3. Command
tujuan yang hendak dicapai dalam organisasi 4. Cordination
itu. Tujuan itu harus disosialisasikan oleh 5. Controlling
pimpinan kepada staf sehingga dihayati oleh Bahkan ada pakar yang mengemukakan
semua pihak, baik unsur pimpinan maupun fungsi-fungsi manajemen selain yang telah
unsur karyawan. Dengan demikian, semua dikemukakan di atas, ia menambahkan
aktivitas organisasi departemen, unit kerja tentang keuangan (budgeting) dan laporan
dan sebagainya akan selalu diarahkan untuk (reporting) dan sebagainya. ( Bayu Swastana,
pencapaian tujuan organisasi yang telah 2005:7)
disepakati dan dihayati bersama. (Henny,
1999:32)
D. KONSEP KEMISKINAN
Banyak pakar mengemukakan tentang
Menurut Andre Bayo Ala (1981:2),
fungsi manajemen , ada yang mengemukakan
kemiskinan itu bersifat multi dimensional
empat macam dan ada juga yang
artinya kebutuhan manusia itu bermacam-
mengemukakan enam macam. Namun, pada
macam maka kemiskinanpun memiliki
hakekatnya mempunyai tujuan yang sama.
banyak aspek antara lain:
Salah satu pakar manajemen
1. Aspek primer berupa :
mengemukakan fungsi manajemen yaitu
a. Miskin aset
Anak Agung Gde Maninjaya (2004: 54)
b. Organisasi sosial politik
sebagai berikut:
c. Pengetahuan dan keterampilan
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
tentang visi, misi, tujuan, strategi, prinsip kembangkan dan dilestarikan oleh
berikut: adalah :
satu pintu, rahasia dan aman. Sehingga transparansi masih harus lebih
dapat disimpulkan penerapan prinsip dioptimalkan, bahkan harus mendapat
aturan hukum dalam pengelolaan Proyek perhatian yang cukup serius dari
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan pengelola Proyek Penanggulangan
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Kemiskinan di Perkotaan.
3. Transparansi (Trasparency) 4. Daya Tanggap (Responsiveness)
Aparatur dan sistem manajemen Upaya pemberdayaan memerlukan
pemerintahan harus mengembangkan semangat untuk melayani masyarakat dan
keterbukaan (transparansi) untuk menjadi mitra masyarakat atau melakukan
mendorong para pimpinan dan sumber kerjasama dengan masyarakat. Agar hal
daya manusia yang ada didalamnya ini bias terwujud diperlukan perubahan
berperan dalam mengamalkan dan perilaku melalui pembudayaan kode etik
melembagakan kode etik, serta dapat yang didasarkan pada dukungan
menjadikan diri mereka sebagai panutan lingkungan yang diterjemahkan dalam
masyarakat dalam rangka pelaksanaan standar tingkah laku yang dapat diterima
pertanggungjawaban kepada masyarakat. umum dan dijadikan acuan perilaku
Keterbukaan dalam Proyek pemerintah. Intinya bahwa setiap institusi
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dan prosesnya harus diarahkan pada upaya
termasuk terbuka untuk diperiksa oleh untuk melayani berbagai pihak yang
Badan Pemeriksa Keuangan Pusat, auditor berkepentingan.
atau pemeriksa oleh masyarakat sendiri Berdasarkan hasil pengamatan atau
dan pihak terkait lainnya. observasi yang dilakukan juga ditemukan
Berdasarkan hasil observasi atau masih banyak pengurus yang kurang aktif,
pengamatan langsung di lapangan sementara mereka berada pada posisi
ditemukan bahwa prinsip transparansi pelayan atau mitra masyarakat. Jadi secara
telah berusaha untuk diterapkan dengan otomatis dapat disimpulkan bahwa
adanya papan pengumuman untuk setiap penerapan prinsip responsif dalam
hasil kegiatan, akan tetapi pada dasarnya pengelolaan Proyek Penanggulangan
masih ditemukan adanya kekurangan- Kemiskinan di Perkotaan ini masih perlu
kekurangan, misalnya : pengaduan dioptimalkan melalui peningkatan kinerja
masyarakat yang masih ditutup-tutupi. pengelola.
Jadi kesimpulannya penerapan
01. 16 Juni 2008. hlm : 1-4. Romanus. 2007. Keterbukaan Informasi dan