Anda di halaman 1dari 5

DIDIKAN

LCD Text Generator at TextSpace.net


Jumat, 19 November 2010
Pengertaian Sholat, Zakat, Puasa, Haji
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan Hukum Islam di kalangan ummat Islam adalah sebagai patokan dan pedoman untuk
mengatur kepentingan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang islami. Kehidupan yang
teratur dan sepantasnya diyakini dapat diterima oleh setiap manusia walaupun menurut manusia
ukurannya berbeda-beda. Hukum Islam sebagai Negara yang bukan mendasari berlakunya hukum
atas hukum agama tertentu, maka Indonesia mengakomodir semua agama, karena itu hukum Islam
mempunyai peran besar dalam menyumbangkan materi hukum atas hukum Indonesia.
Begitu juga dalam agama islam, terdapat berbagai banyak hokum dan berbagai kewajiban yang
terkandung di dalamnya, yakni Puasa, Sholat. Maka oleh itu kami sebagai pemakalah akan
mencoba untuk menjabarkan kewajiban-kewajiban yang ada di dalam agam islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Sajakah Pengertian Sholat, Puasa?
2. Dan Apa Saja Hal-Hal yang Membatalkannya?
3. Pengertian Muamalah Dan Beberapa Pembagiannya?
C. Tujuan
Mengetahui apa yang di maksud dengan Pengertian Pengertian Sholat, Puasa, Zakat, Haji,
Muamalah Dan Beberapa Syarat Dan Rukun-rukunya supaya kita di kemudian hari dapat
memahami apa yang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat
1. Hukum Sholat Lima Waktu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah Salat
Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19. Setelah beberapa lama
kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
* ¨bÎ) y7/u‘ ÞOn=÷ètƒ y7¯Rr& ãPqà)s? 4’oT÷Šr& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø‹©9$# ¼çmxÿóÁÏRur
¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur â‘Ïd‰s)ムŸ@ø‹©9$#
u‘$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3ø‹n=tæ ( (#râät�ø%$$sù $tB
uŽœ£uŠs? z`ÏB Èb#uäö�à)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3u‹y™ Oä3ZÏB 4ÓyÌó�£D tbrã�yz#uäur
tbqç/ÎŽôØtƒ ’Îû ÇÚö‘F{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$# tbrã�yz#uäur tbqè=ÏG»s)ム’Îû
È@‹Î6y™ «!$# ( (#râät�ø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? çm÷ZÏB 4 (#qãKŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?
#uäur no4qx.¨“9$# (#qàÊÌ�ø%r&ur ©!$# $·Êö�s% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏd‰s)è?
/ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9Žö�yz çnr߉ÅgrB y‰ZÏã «!$# uqèd #ZŽö�yz zNsàôãr&ur #\�ô_r& 4
(#rã�ÏÿøótGó™$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Ö‘qàÿxî 7LìÏm§‘ ÇËÉÈ
Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan
dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka
Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang
di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa
saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, al-
Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat 20 ini, "Sesungguhnya ayat ini
menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umat Islam.
Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang
suka meninggalkan Sholat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian yang memisahkan kita dengan
mereka adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkan sholat, maka berarti dia telah kafir."
Orang yang meninggalkan sholat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang menjaga sholat maka ia
menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari kiamat dan barangsiapa yang tidak
menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia
akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."[3]
Hukum Sholat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
a. Fardhu, Sholat fardhu ialah sholat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Sholat Fardhu
terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
o Fardhu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan
dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti Sholat lima
waktu, dan Sholat jumat(Fardhu 'Ain untuk pria).
o Fardhu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan
dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya.
Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan
menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti Sholat jenazah.
b. Nafilah (Sholat sunnat),Sholat Nafilah adalah Sholat-Sholat yang dianjurkan atau disunnahkan
akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
o Nafil Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti Sholat dua hari raya, Sholat sunnat witir dan Sholat sunnat thawaf.
o Nafil Ghairu Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
Sholat sunnat Rawatib dan Sholat sunnat yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan,
seperti Sholat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
2. Rukun-Rukun Sholat
Adapun beberapa rukun atau hal yang menjadi syarat syahnya sholat ada 13, yakni diantaranya :
1. Berdiri
2. Niat
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat
5. Ruku' dengan thuma'ninah
6. I'tidal dengan thuma'ninah
7. Sujud dua kali dengan thuma'ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah
9. Duduk dengan thu'maninah serta membaca tasyahud akhir dan
10. sholawat kepada nabi
11. berlindung kepada Allah dari siksa jahannam &kubur serta fitnah hidup dan mati dan kekejian
fitnah dajjal
12. Membaca salam yang pertama
13. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)
3. Hal-Hal yang Membatalkan Sholat
Shalat seseorang akan batal apabila ia melakukan salah satu di antara hal-hal berikut ini:
1. Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini ber-dasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam yang artinya :
"Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukkan tertentu." (Muttafaq 'alaih) (1)
2. Berbicara dengan sengaja, bukan untuk kepentingan pelaksanaan shalat.
"Dari Zaid bin Arqam radhiallaahu anhu, ia berkata, 'Dahulu kami berbicara di waktu shalat, salah
seorang dari kami berbicara kepada temannya yang berada di sampingnya sampai turun ayat: 'Dan
hendaklah kamu berdiri karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'(1), maka kami pun
diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara." (Muttafaq 'alaih)
3. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau syarat shalat yang telah disebutkan di muka, apabila
hal itu tidak ia ganti/sempurnakan di tengah pelaksanaan shalat atau sesudah selesai shalat
beberapa saat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam terhadap
orang yang shalatnya tidak tepat:
"Kembalilah kamu melaksanakan shalat, sesungguhnya kamu belum melaksanakan shalat."
(Muttafaq 'alaih). Lantaran orang itu telah meninggalkan tuma'ninah dan i'tidal. Padahal kedua hal
itu termasuk rukun.
4. Banyak melakukan gerakan, karena hal itu bertentangan dengan pelaksanaan ibadah dan
membuat hati dan anggota tubuh sibuk dengan urusan selain ibadah. Adapun gerakan yang
sekadarnya saja, seperti memberi isyarat untuk menjawab salam, membetulkan pakaian,
menggaruk badan dengan tangan, dan yang semisalnya, maka hal itu tidaklah membatalkan shalat.
5. Tertawa sampai terbahak-bahak. Para ulama se-pakat mengenai batalnya shalat yang disebabkan
tertawa seperti itu. Adapun tersenyum, maka kebanyakan ulama menganggap bahwa hal itu
tidaklah merusak shalat seseorang.
6. Tidak berurutan dalam pelaksanaan shalat, seperti mengerjakan shalat Isya sebelum
mengerjakan shalat Maghrib, maka shalat Isya itu batal sehingga dia shalat Maghrib dulu, karena
berurutan dalam melaksanakan shalat-shalat itu adalah wajib, dan begitulah perintah pelaksanaan
shalat itu.
7. Kelupaan yang fatal, seperti menambah shalat menjadi dua kali lipat, umpamanya shalat Isya'
delapan rakaat, karena perbuatan tersebut merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak khusyu'
yang mana hal ini merupakan ruhnya shalat.
B. Puasa
1. Hukum Puasa Romadhon
Puasa pada bulan Ramadhan adalah merupakan salah satu rukun Islam, Allah Ta’ala berfirman:
$yg•ƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. |=ÏGä. ’n?tã šúïÏ
%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS.Al Baqarah:183)
“Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu (Ramadhan), hendaklah ia berpuasa.” (QS.
Al Baqarah:185)
Dari Abu Abdirrahman Abdullah ibnu Umar Ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhuma berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Islam dibangun
diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa pada bulan
Ramadhan.” (HR. Bukhari , Muslim)
2. Definisi
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari terbit fajar yang kedua
sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta'ala:
4 (#qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝø‹sƒø:$# âÙu‹ö/F{$# z`ÏB ÅÝø‹sƒø:
$# ÏŠuqó™F{$# z`ÏB Ì�ôfxÿø9$# (
Artinya : "….dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...." (Al-Baqarah:187)
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan Sya'ban genap 30
hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan seorang
yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang yang
dipercaya.
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil (berakal), dan sanggup
untuk berpuasa. Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada empat, yaitu Islam, berakal,
dewasa dan mampu. Para ulama mengatakan anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk
melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul pada umur 10 tahun agar
terlatih dan membiasakan diri.
3. Syarat Sahnya Puasa
Dalam menjalani puasa terdapat beberapa syarat yang menjadi rukun syahnya puasa, diantaranya
Syarat-syarat sahnya puasa ada enam, yakni :
1. Islam: tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
2. Akal: tidak sah puasa orang gila sampai kembali berakal.
3. Tamyiz: tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk dengan yang buruk).
4. Tidak haid: tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
5. Tidak nifas: tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.
6. Niat: menyengaja dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini didasarkan pada
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari
sebelum fajar, maka tidak sah puasanya." (HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan
At-Tirmidzi. Ia adalah hadits mauquf menurut At-Tirmidzi). Dan hadits ini menunjukkan tidak
sahnya puasa kecuali diiringi dengan niat sejak malam hari yaitu di salah satu bagian malam. Niat
itu tempatnya di dalam hati, dan melafazdkannya adalah bid'ah yang sesat, walaupun manusia
menganggapnya sebagai satu perbuatan baik. Kewajiban niat semenjak malam harinya ini hanya
khusus untuk puasa wajib saja, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah datang ke
Aisyah pada selain bulan Ramadhan, kemudian beliau bersabda (yang artinya): "Apakah engkau
punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan berpuasa" [Hadits Riwayat Muslim 1154].
4. Hal-Hal Yang Membatalkannya Puasa
1. Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.
2. Jima' (bersenggama).
3. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan yang
mengenyangkan dan transfusi darah.
4. Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab
lainnya dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena
keluamya tanpa sengaja.
5. Keluamya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas
batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum terbenam matahari.
6. Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut melalui mulut. Hal
ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang muntah tanpa
sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib
qadha." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan:
"Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya." Diriwayatkan
oleh Al-Harbi dalam Gharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu' dan dishahihkan
oleh Al-Albani dalam Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah No. 923.
7. Murtad dari Islam -semoga Allah melindungi kita darinya. Perbuatan ini menghapuskan segala
amal kebaikan. Firman Allah Ta'ala: "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-An'aam: 88).
C. Haji

Anda mungkin juga menyukai