Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk hidup)
mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau psikologisnya. Dimana
dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan
pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembanga
psikologis.
Psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai cabang ilmu psikologi
yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak
dilahirkn sampai dengan meninggal.
Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori
psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan dibahasnya teori-teori
tersebut dapat membantu kita dalam memahami tingkah laku setiap individu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan konstekstual?
2. Apa yang dimaksud dengan perspektif Evelsioner?
3. Apa saja metode penelitian dalam Psikologi Perkembangan?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pendekatan konstektual.
2. Untuk mengetahui apa itu perspektif Evelosioner.
3. Untuk mengetahui apa saja metode penelitian dalam Psikologi
Perkembangan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENDEKATAN KONSTEKTUAL


Pendekatan konstektual adalah sudut pandang perkembangan yang melihat
bahwa individu tidak dapat terpisahkan dari konteks sosial. Sesuai dengan
perspektif konstektual, perkembangan hanya dapat dipahami dalam konteks
sosial. Para konstektualis melihat individu bukan sebagai Entitas terpisah yang
berinteraksi dengan lingkungan, tetapi sebagai bagian dari lingkungan itu sendiri.
Urie bronfenbrenner (1979, 1986, 1994, Bronfenbrenner dan Moris,1998)
seorang psikolog Amerika berpengaruh, mendeskripsikan cakupan pengaruh-
pengaruh yang saling berinteraksi yang berdampak pada perkembangan
seseorang. Setiap organisme biologis berkembang dalam konteks sistem ekologis
yang mendukung atau menghambat pertumbuhan. Jika kita ingin memahami
perkembangan ikan atau hutan maka kita juga harus memahami ekologi laut atau
hutan. Begitu pula, lita harus memamhami ekologi lingkungan manusia apabila
kita hendak memahami cara manusia berkembang.1
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bronfenbrenner, perkembangan terjadi
melalui meningkatnya proses interaksi antara individu yang berkembang dan
proses lingkangan yang bersifat segera dan setiap hari, yang dipengaruhi oleh
konteks tidak relefan yang bahkan tidak disadari oleh manusia. Untuk
memamhami proses ini, kita harus empelajari beragam konteks yang menjad
wadah terwujudnya konteks-konteks tersebut. Dengan menggaris bawahi konteks
dan pengaruh yang slimg berhubungan atas perkembangan,teori Bronfenbrenner
menyajikan kunci untuk memahami proses yang mendasari beragam fenomena
seperti prestasi akademis dan perilaku anti sosial. Bronfenbrenner
mengidentifikasikan 5 sistem konstektual yang saling berkaitan, mulai dariyang

1 E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta: Kencana


Prenada Media Group,2010. Hal.52

2
paling dekat hingga yang paling luas, Yaitu: microsystem, mesosystem, exosystem,
makroystem, dan kronosystem.2
a. Microsystem
Adalah sebuah pola aktifitas, aturan, dan hubungan dalam sebuah tata
situasi (setting) seperti rumah, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan,
dimana sesorang berfungsi sebagai tangan pertama dan terjadi dalam
keseharian. Microsystem adalah istilah Bronfenbrenner untuk tata-situasi
tempat anak berinteraksi dengan yang lain dalam keadaan bertatap muka
dan terjadi dalam keseharian. Microsystem melibatkan hubungan
personal dan bertatap muka dan pengaruh dua arah yang mengair bolak
balik. Misalnya, bagaimana seseorang bayi yang baru lahir berdampak
pada kehidupan orang tua? Bagaimana perasaan dan sikap mereka akan
memengaruhi sang bayi? Bagaimana perlakuan majikan terhadap pekerja
memberikan efek pada produktifitas mereka, dan bagaimana efektifitas
memengaruhi sikap majikan kepada mereka?
b. Mesosistem
Adalah interaksi antar dua atau lebih mikrosistem yang mengandung
orang yang sedang berkembang. Sistem tersebut bisa jadi mengandung
hubungan antara rumah dengan sekolah (seperti pertemuan guru dan
orangtua), atau antara keluarga dan kelompok sebaya. Memerhatikan
mesosystem dapat mengingatkan kita kepada perbedaan cara bertindak
dari seseorang dala, tata situasi yang berbeda. Misalnya, seorang anak
yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumahnya akan membisu
ketika tugas tersebut ditanyakan.3
c. Exosistem
Istilah Bronfenbrenner untuk hubungan antara dua atau lebih tata situasi
dan salah satunya tidak mengandung anak yang sedang berkembang.
Exosistem terdiri dari dua atau lebih mikrosistem yang saling
berhubungan, hanya saja tidak seperti mesositem, dalam exosistem

2 E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta: Kencana


Prenada Media Group,2010. Hal.53
3 E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta: Kencana
Prenada Media Group,2010. Hal.54

3
paling tidak satu dari beberapa tata situasi ini tidak mengandung orang
yang sedang berkembang dan karena itu hanya berdampak tidak langsung
kepada mereka.
d. Makrosistem
Istilah yang digunakan Bronfenbrenner untuk keseluruhan pola cultural
masyarkat. Makrosistem terdiri darikeseluruhan pola cultural seperti
yang dipelajari oleh Margaret Mead: nilai dominan, keyakinan, adat,
sistem ekonomi, dan sosial cultur dan sub cultur, yang kemudian melalui
bebagai cara tersarikan dalam kehidupan keseharian individu. Misalnya,
apakah anak tumbuh dalam sebuah keluarga inti atau keluarga besar
sangat dipengaruhi oleh makrosistem cultur. Kita dapat melihat pengaruh
makrosistem yang lebih halus dala nilai individualistic leih ditekankan di
Amerika Serikat, sangat berlawanana dengan dominasi nilai
keharmonisan kelompok dkultur cina.
e. Kronosistem
Istilah Bronfenbrenner terhadap efek waktu dalam sistem perkembangan
lain. Kronosistem menambahkan dimensi waktu: tingat kestabilan atau
perubahan dalam dunia anak. Sistem ini dapat mencakup perubahan
dalam komposisi keluarga, tempat tinggal, atau pekerjaan orang tua, dan
gelombang migrasi. Perubahan dalam pola keluarga (seperti
meningkatnya jumlah ibu yang bekerja dimasyarakat industry barat dan
menyusutnya keluarga besar dalam negara berkembang) merupakan
faktor kronosistem. Menurut Bronfenbrenner, seseorag bukanalah semata
mata hasil dari perkembangan tetapi juga pembentuk perkembangan.
Manusia memberi dampak terhadap perkembangan nya sendiri melalui
karakteristik biologis dan psikologis, bakat dan keterampilan, kecacatan
serta temperament.4

4 E.
Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,2010. Hal.55

4
2.2 PERSPEKTIF EVOLUSIONER
Psikologi evolusioner adalah salah satu cabang baru dalam psikologi yang
mencoba mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam aspek dari
perilaku manusia. Cabang baru dari psikologi ini menyatakan bahwa manusia,
seperti makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, telah mengalami proses evolusi
biologis selama sejarah keberadaannya, dan dari hasil proses ini manusia sekarang
memiliki sejumlah besar mekanisme psikologis yang merupakan hasil evolusi
yang membantu manusia untuk tetap hidup atau mempertahankan keberadaannya.
Dalam kajian percobaan prediksi teoretis, psikologi evolusioner telah memberikan
penemuan dalam topik-topik, antara lain pola pernikahan, persepsi kecantikan,
kecerdasan, dan lain-lain. Akar sejarah dari psikologi evolusioner adalah teori
seleksi alam Charles Darwin

Perspektif evelsionaris/sosiobiologis sangat dipengaruhi oleh teori evolusi


Darwin. Menurut Darwin, semua spesies binatang terus berkembang melalui
proses yang berhubungan dengan survival of the fittes (terkuat yang bertahan) dan
natural selection (seleksi alam). Individu yang memiliki karakter (traid) yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan akan bertahan, sedangkan yang memiliki
tingkat adaptasi lebih rendah tidak akan bertahan. Melalui reproduksi,
karakteristik yang bersifat lebih adaptif akan diturunkan kepada generasi
berikutnya, sedangkan karakter yang kurang adaptif akan hilang. Seiring dengan
beberapa karakteristk menjadi lebih atau kurang adaptif ketimbang sebelumnya,
hal ini menjadi pertimbangan keberadaan dan kepunahan sebuah spesies seperti
dinosaurus.5

2.3 METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Metode yang lebih umum mengandung dua pengertian, yaitu :memberikan


lebih banyak data mengenai keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya,
dan meninjau pengaruh factor endogen (bawaan) atau eksogen (lingkungan,

5 E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta: Kencana


Prenada Media Group,2010. Hal.50

5
khususnya kebudayaan) bagi perkembangan seseorang. Yang dimana metode
umum ini terdapat 4 metode, yaitu :
a. Metode Kros-seksional
b. Metode Longitudinal
c. Metode Sekuensial
d. Metode Kros-budaya
e. Metode Eksperimental dan non eksperimental

a. Metode Kros-seksional/Metode Transversal


Adalah rancangan studi dimana orang-orang dengan umur yang berbeda
dinilai dalam satu kesempatan.6 Metode kros seksional adalah suatu
pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian beberapa
kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Atau metode
kros-seksional diselidiki orang-orang atau kelompok orang dan tingkatan
usia yang berbeda-beda. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkatan
umur yang berurutan akhirnya dapat diketemukan gambaran mengenai
proses perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang.
b. Metode Longitudinal
Metode Longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan
dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama. Seorang
peneliti mempelajari satu atau banyak orang lebih dari sekali, terkadang
setelah setahun, dan terkadang setelah satu decade. 7 Dengan pendekatan ini
biasanya diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang
sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan memperoleh
gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
c. Metode Sekuensial
Mertode sekuensial ini merupakan kombinasi dari metode
kros-seksional/tranversal dan metode longitudinal. Dalam banyak hal,
pendekatan ini mulai dengan studi kros-seksional yang mencakup individu

6 E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta: Kencana


Prenada Media Group,2010. Hal.70

7 E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta: Kencana


Prenada Media Group,2010. Hal.70

6
dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan atau betahun-tahun setelah
pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi (ini merupakan aspek
longitudinal dari rancangan). Pada waktu selanjutnya, sekelompok subjek
baru diukur pada masing-masing tingkat usia. Kelompok baru pada masing-
masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya 7untuk mengontrol
perubahan yang (gugur) dari studi, pengujian ulang mungkin telah
meningkat kinerja mereka.
d. Metode Cross-Cultural/Pendekatan Lintas Budaya
Metode Cross-Cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan factor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak
digunakan uttuk mengetahui perbedaan-perbedaan atau persamaan-
persamaan perkembangan anak pada beberapa laatar belakang kebudayaan
yang berbeda-beda. Hal ini adalah karena dengan pendekatan ini dapat
diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang proses perkembangan
sesorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan hipotesa-hipotesa yang ada
melalui factor-faktor yang diperoleh.
e. Metode eksperimental dan non eksperimental

Eksperiment adalah sebuah prosedur terkontrol dimna eksperimenter


memanipulasi variable untuk mempelajari bagaimana satu variable dapat
berpengaruh terhadad variable yang lain. Eksperiment ilmiah harus
dilakukan dan dilaporkan dengan cara yang dapat diduplikasi oleh para
eksperimenter lain, dalam arti mengulang eksperient tersebut dengan cara
yang sama kepada partisipan yang berbeda untuk memverivikasi hasil dan
kesimpulan nya.8 Penelitian yang diadakan dengan tinjauan ada dan
tidaknya perlakuan dikatakan penelitian experimental dan non experimental.
Penelitian eksperimental jika melakukan perlakuan terhadap variabel
tertentu. Sebaliknya jika tidak dilakukan perlakuan terhadap variabel maka
tergolong penelitian non eksperimental.

8 E.
Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,2010. Hal.66

7
Penelitian Non
Karakteristik Penelitian Experimental
Experimental
Mengetahui pengaruh Mengetahui dampak,
pemberian suatu treatment atau tingkatan hubungan atau
perlakuan terhadap subjek
penelitian
hubungan sebab akibat antara
Tujuan variabel bebas dan variabel
terikat dimana data variabel
bebas dan terikat sudah
tersedia
Disusun peneliti sebelum Disusun peneliti sebelum
Rancangan  penelitian berlangsung penelitian berlangsung
penelitian berdasarkan hipotesis berdasarkan hipotesis
pengetahuan pengetahuan
Terdapat kelompok Tidak terdapat kelompok
eksperimen dan kelompok eksperimen dan kelompok
Objek penelitian
kontrol yang harus control
sama/setara
Terdapat variabel bebas   Tidak ada perlakuan pada
yang dikondisikan sebagai variabel bebas
bentuk perlakuan   Variabel bebas sudah terjadi
Perlakuan/
sebelum adanya penelitian
treatment
  Variabel diukur secara
intensif dalam setting
(lingkungan nyata)
Semua variabel kecuali Tidak dapat
Mengontrol/ variabel terikat mengontrol/mengendalikan
mengendalikan
variabel
Terdapat Terdapat
pengamatan/pengukuran pengamatan/pengukuran
Pengamatan/ terhadap variabel terikat dampak, tingkatan hubungan
pengukuran sebagai efek perlakuan atau hubungan sebab akibat
pada variabel bebas antar variabel bebas tehadap
variabel terikat

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pendekatan konstektual adalah sudut pandang perkembangan yang melihat
bahwa individu tidak dapat terpisahkan dari konteks sosial. Sesuai dengan
perspektif konstektual, perkembangan hanya dapat dipahami dalam konteks
sosial. Para konstektualis melihat individu bukan sebagai Entitas terpisah yang
berinteraksi dengan lingkungan, tetapi sebagai bagian dari lingkungan itu sendiri.
Psikologi evolusioner adalah salah satu cabang baru dalam psikologi yang
mencoba mempelajari potensi peran dari faktor genetis dalam beragam aspek dari
perilaku manusia. Cabang baru dari psikologi ini menyatakan bahwa manusia,
seperti makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, telah mengalami proses evolusi
biologis selama sejarah keberadaannya, dan dari hasil proses ini manusia sekarang
memiliki sejumlah besar mekanisme psikologis yang merupakan hasil evolusi
yang membantu manusia untuk tetap hidup atau mempertahankan keberadaannya.
Metode penelitian dalam psikologi perkembangan dibagi menjadi:
1. Eksperimental dan Non eksperimental
2. Longitudinal
3. Cross-secsional
4. Sekuensial
5. Cross-curtural

9
DAFTAR PUSTAKA

E. Papilia Diane, dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Jakarta:


Kencana Prenada Media Group,2010.

http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/pengantar_riset.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_evolusioner

http://www.falkhi.com/2013/11/karakteristik-penelitian-eksperimental.html

10

Anda mungkin juga menyukai