Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

MOBILISASI

NAMA : Fira Nur Alfain Salsabila


NIM : 18010011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Mobilitas adalah proses yang kompleks dan membutuhkan koordinasi

antara sistem muskuloskeletal dengan sistem saraf (P.Potter, 2010). Mobilisasi

ini diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pasien, meningkatkan

kesehatan, dan memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif

(Mubarak et al, 2015). Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan

individu untuk bergerak secara bgebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan aktivitas dalam rangka mempertahankan kesehatannya

(Hidayat dan Uliyah, 2012:109). Jadi mobilisasi adalah kemampuan pasien

untuk dapat bergerak untuk memenuhi kebutuhan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri.

1.2 Etiologi

Penyabab terjadinya hambatan mobilitas fisik antara lain yaitu, gangguan

muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, gangguan metabolisme, gangguan

fungsi kognitif, ansietas, kurang gerak, kerusakan integritas struktur tulang,


kurangnya pengetahuan tentang aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan

kekuatan otot, penurunan ketahanan tubuh (Herdman dan Kamitsuru, 2015).


1.3 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala mayopr pada mobilitas fisik menurut Tim Pokja DPP

PPNI (2017) adalah :

1) Mayor

a. Subjektif

1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas,

b. Objektif

1. Kekuatan otot menurun,

2. Rentang gerak menurun.

2) Minor

a. Subjektif

1. Nyeri saat bergerak,

2. Enggan melakukan pergerakan

3. Merasa cemas saat bergerak

b. Objektif

1. Sendi kaku

2. Gerakan tidak terkoordinasi

3. Gerakan terbatas

4. Fisik lemah
1.4 Patofisiologi

Mobilisasi dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,

skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal

mengaturgerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan

relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot:

isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot

menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan

peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau

gerakan aktif dari otot, misalnya. Gerakan volunter adalah kombinasi dari

kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak

menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.

Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan

pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.

Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard

atau penyakit obstruksi parukronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan

kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan

perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot

tergantung dari tonus otot danaktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan

otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot

yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan

relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi

fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.


Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.

Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe

tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal

berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur

keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

1.5 Pathway

Thrombosis cerebral Emboli cerebral

Sambutan pembuluh darah di otak

Suplai darah dan O2 ke otak menurun

Resiko perfusi serebral tidak efektif


perfusi jaringan cerebral

Deficit neurologi

Hemiparese/plegi

Kehilangan daya otot

Perubahan system muskuloskeletal

Gangguan mobilitas fisik


1.6 Pemeriksaan diagnostic

Elektro kardiografi (EKG)

Scan CT

Pemeriksaan labolatorium

1.7 Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan

mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak salah satunya

yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak

sendi dimana pasien akan menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai

gerakan normal baik secara pasif maupun aktif. ROM pasif diberikan pada

pasien dengan kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada

tulang maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat melakukannya sendiri yang

tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat maupun keluarga.

Kemudian ROM aktif merupakan latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien

tanpa membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Tujuan nya adalah

untuk mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas

persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk (Potter dan

Perry, 2012).
Gambar 1
Gerakan Range of Motion (ROM)

1.8 Pengkajian keperawatan

Pengkajian

Riwayat : data yang dikumpulkan perawat dari pasien kemungkinan mobilitas

mencakup : umur, jenis kelamin, riwayat

Riwayat kesehatan :

Keluhan utama :

a) Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dan


immobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat

mobilitas dan immobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan

immobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.

b) Riwayat kesehatan masa lalu

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan mobilitas, misalnya adanya penyakit sistem neurologis.

c) Riwayat kesehatan keluarga

d) Kemampuan mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai

kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah

tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai

berikut:

No Tingkat Kategori

Aktivitas/Mobilitas

1. Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

2. Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

3. Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan

oranglain

4. Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang

lain dan peralatan

5. Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan

atau berpartisipasi dalam perawatan


1. Rentang gerak

Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat 3 rentang gerak yaitu :

a) Rentang gerak pasif

b) Rentang gerak aktif

c) Rentang gerak fungsional

2. Gaya berjalan

Siklus gaya berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai dan

berlanjut dengan mengangkat dua tunbgkai yang sama. Interval ini sama

dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 bdetik untuk

kenyamanan berjalan. Pengkajian ini memungkinkan operawat untuk

mengetahui keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan

tanpa bantuan.

1.9 Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial untuk mengidentifikasi respon pasien

individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(PPNI, 2016).

Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada pasien yang berhubungan

dengan mobilitas fisik :


a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)

b. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)


1.10 Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang didasarkan pada penilaian

klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien

(Kozier et al, 2010).

Berikut merupakan intervensi dari mobilitas fisik :

No Diagnosa Kriteria hasil Uraian aktivitas


Keperawatan rencana tindakan
1. Gangguan Dukungan ambulasi (1.06171) Observasi
Mobilitas Fisik Tujuan : Memfasilitasi pasien - Identifikasi adanya
(D.0054) untuk meningkatkan aktivitas nyeri atau keluhan
berpindah fisik lainnya
Definisi : - Identifikasi
keterbatasan Kriteria hasil: toleransi fisik
dalam gerak fisik Indicator SA ST melakukan
dari satu atau Keseimbangan 2 4 ambulasi
lebih ekstremitas Gerakan otot 2 3 - Monitor kondisi
secara mandiri Pergerakan sendi 2 4 umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu
- Libatkan keluarga
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
- Anjurkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan

Anda mungkin juga menyukai