Disusun Oleh :
Kelompok 2
Bismillahhirohmanirrohim,
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. M dengan diagnosa
Gagal Napas Keperawatan di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu”
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lepas
dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Drs. H. Turmin, B.Sc, selaku Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada
Indramayu.
2. Muhammad Saefulloh, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes
Indramayu.
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners
STIKes Indramayu.
4. Seluruh dosen dan staff karyawan STIKes Indramayu.
5. Pembimbing klinik/Clinical Instrukture (CI) RSUD Kabupaten
Indramayu
6. Rekan – rekan seperjuangan program studi profesi ners angkatan XV
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi “Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah”. Dengan harapan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca sehingga Insya Allah dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan Penulisan..............................................................................
C. Manfaat Penulisan............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi.............................................................................
B. Pengertian ........................................................................................
C. Etiologi ............................................................................................
D. Patofisiologi ....................................................................................
E. Manifestasi Klinis ...........................................................................
F. Komplikasi ......................................................................................
G. Penatalaksanaan Medis....................................................................
H. Pengkajian .......................................................................................
I. Pemeriksaan Penunjang...................................................................
J. Informasi Tambahan........................................................................
K. Analisa Data.....................................................................................
L. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas.......................................
M. Intervensi Keperawatan....................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .......................................................................................
B. Pemeriksaan Laboratorium..............................................................
C. Program Pengobatan .......................................................................
D. Analisa Data ....................................................................................
E. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas.......................................
F. Perencanaan/Intervensi Keperawatan..............................................
G. Implementasi Keperawatan..............................................................
H. Catatan Perkembangan.....................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
ii
A. Diagnosa Keperawatan .................................................................
B. Analisa Pengkajian .......................................................................
C. Analisa Diagnosa Keperawatan ....................................................
D. Analisa Tindakan Keperawatan.....................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................
B. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
pengembangan dada tidak simetris, ekspirasi memanjang, mudah capek,
sesak nafas saat beraktifitas, takhikardi atau bradikardi, tekanan darah
dapat meningkat/menurun, pucat/dingin, sianosis pada kedua ekstermitas
(Sherina, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada An.M yang mengalami Gagal napas di
Ruang PICU RSD Gunung Jati Cirebon
b. Menyusun Analisa data dan Diagnosis keperawatan menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) pada An. M yang mengalami Gagal
5
napas di Ruang PICU RSD Gunung Jati Cirebon
c. Menyusun perencanaan keperawatan serta luaran keperawatan
menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) pada An. M yang mengalami Gagal napas di
Ruang PICU RSD Gunung Jati Cirebon
d. Melaksanakan Tindakan keperawatan pada An. M yang mengalami
Gagal napas di Ruang PICU RSD Gunung Jati Cirebon
e. Melakukan evaluasi pada An. M yang mengalami Gagal napas di
Ruang PICU RSD Gunung Jati Cirebon
f. Melakukan dokumentasi pada An. M yang mengalami Gagal napas di
Ruang PICU RSD Gunung Jati Cirebon
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Merupakan kegunaan hasil studi kasus, ini adalah untuk
pengembangan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar Diagnosis
keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan
Diagnosis Gagal napas di RSD Gunung Jati Cirebon
2. Manfaat Praktis
a. Rumah Sakit
Diharapkan hasil penulisan ini sebagai bahan pertimbangan oleh
para pelaksana program dalam meningkatkan upaya di bidang Kesehatan
khususnya perawatan pada pasien Gagal napas
b. Bagi Institusi
Sebagai sarana mengaplikasikan mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat (GADAR) berkaitan dengan ilmu penyakit Gagal Napas di Ruang
PICU RSD Gunung Jati Cirebon
c. Institusi Pendidikan
Sebagai sarana mengaplikasikan mata kuliah Keperawatan Gawat
darurat (GADAR) berkaitan dengan ilmu penyakit Gagal Napas di Ruang
6
PICU RSD Gunung Jati Cirebon
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan, 2007). Gagal nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam
mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal
nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen
dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi
metabolisme tubuh. Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh
gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan
tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. Kegagalan pernafasan adalah
pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia
(peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis. Ventilator adalah
suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi
untuk mempetahankan oksigenasi.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida yang dapat mengakibatkan gangguan
pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2009). Gagal napas merupakan
kondisi di mana kadar oksigen yang masuk ke dalam darah melalui paru sangat
rendah. Sementara itu, untuk bekerja dengan baik, organ tubuh seperti jantung
dan otak memerlukan darah yang kaya oksigen. Tak hanya itu, gagal napas juga
terjadi lantaran kadar karbon dioksida dalam darah lebih tinggi dari pada kadar
oksigen. Gagal napas terjadi karena adanya kegagalan dalam proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di kantung-kantung udara kecil di paru-paru
(alveoli), atau ketidakmampuan paru-paru untuk melakukan tugas dalam proses
pertukaran gas. Pertukaran gas yang dimaksud adalah mengirim oksigen dari
udara yang dihirup ke dalam darah dan menyingkirkan karbon dioksida dari
darah ketika mengembuskan napas. Gagal napas juga dapat disebabkan oleh
gangguan pada pusat pernapasan di otak, atau pun kegagalan otot-otot pernapasan
untuk mengembangkan paru-paru.
8
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru- paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Brunner & Sudarth, 2010).
2. Klasifikasi
a. Gagal nafas akut
Gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru-parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
b. Gagal nafas kronis
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam.
3. Etiologi
a. Kelainan di luar paru-paru
1) Penekanan pusat pernapasan
a) Takar lajak obat (sedative, narkotik)
b) Trauma atau infark selebral
c) Poliomyelitis bulbar
d) Ensefalitis
2) Kelainan neuromuscular
a) Trauma medulaspinalis servikalis
b) Sindroma guilainbare
c) Sklerosis amiotropik lateral
d) Miastenia gravis
e) Distrofi otot
3) Kelainan Pleura dan Dinding Dada
a) Cedera dada (fraktur iga multiple)
b) Pneumotoraks tension
9
c) Efusi leura
d) Kifoskoliosis (paru-paru abnormal)
e) Obesitas: sindrom Pickwick
b. Kelainan Intrinsic Paru-Paru
1) Kelainan Obstruksi Difus
a) Emfisema, Bronchitis Kronis (PPOM)
b) Asma, Status asmatikus
c) Fibrosis kistik
2) Kelainan Restriktif Difus
a) Fibrosis interstisial akibat berbagai penyebab (seperti silica, debu batu
barah)
b) Sarkoidosis
c) Scleroderma
d) Edema paru-paru
e) Kardiogenik
f) Nonkardiogenik (ARDS)
g) Atelektasis
h) Pneumoni yang terkonsolidasi
3) Kelainan Vaskuler Paru-Paru
a) Emboli paru-paru
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gagal nafas sebagai berikut :
a. Gagal nafas total
b. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan
c. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela
iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
d. Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan
e. Gagal nafas parsial
10
f. Terdenganr suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan wheezing
11
g. Ada retraksi dada
h. Hiperkapnia, yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
i. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun)
5. Patofisiologi
Indikator gagal nafas adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Penyebab terpenting dari gagal nafas adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan
tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan
atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit
paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
12
6. Komplikasi
a. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
b. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output,
aritmia, perikarditis dan infark miokard akut.
c. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus
paralitik , diare dan pneumoperitoneum.
Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
13
d. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum
tulang memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang
usianya kurang dari normal).
e. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
f. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
14
g. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan
pemberian nutrisi enteral dan parenteral (Alvin Kosasih, 2008).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2 meningkat,
PaO2 menurun) dan kadar elektrolit (kalium).
2) Pemeriksaan darah lengkap : anemia bisa menyebabkan hipoksia
jaringan, polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepa.
3) Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi
komplikasi yang berhubungan dengan gagal napas.
4) Serum kreatininin kinase dan troponin1: untuk menyingkirkan infark
miokard akut.
b. Radiologi:
1) Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab
gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
2) EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan olehcardiac.
3) Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik
(volume tidal < 500ml, FVC (kapasitas vital paksa) menurun,ventilasi
semenit (Ve) menurun (Lewis, 2011).
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian O2 yang adekuat dengan meningkatkan fraksi O2 akan
memperbaiki PaO2, sampai sekitar 60-80 mmHg cukup untuk oksigenasi
jaringan dan pecegahan hipertensi pulmonal akibat hipoksemia yang
terjadi. Pemberian FiO2<40% menggunakan kanul nasal atau masker.
Pemberian O2 yang berlebihan akan memperberat keadaan
hiperkapnia.Menurunkan kebutuhan oksigen dengan memperbaiki dan
15
mengobati febris, agitasi, infeksi, sepsis dll usahakan Hb sekitar 10-12g/dl.
b. Dapat digunakan tekanan positif seperti CPAP, BiPAP, dan PEEP.
Perbaiki elektrolit, balance
16
c. Atasi atau cegah terjadinya atelektasis, overload cairan, bronkospasme,
sekret trakeobronkial yang meningkat, dan infeksi.
d. Kortikosteroid jangan digunakan secara rutin. Kortikosteroid
Metilpretmisolon bisa digunakan bersamaan dengan bronkodilator ketika
terjadi bronkospasme dan inflamasi. Ketika penggunaan IV kortikoteroid
mempunyai reaksi onset cepat. Kortikosteroid dengan inhalasi
memerlukan 4-5 hari untuk efek optimal terapy dan tidak digunakan untuk
gagal napas akut. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan IV
kortikosteroid, Monitor tingkat kalium yang memperburuk hipokalemia
yang disebabkan diuretik. Penggunaan jangka panjang menyebabkan
insufisiensi adrenalin.
e. Perubahan posisi dari posisi tiduran menjadi posisi tegak meningkatkan
volume paru yang ekuivalan dengan 5-12 cm H2O PEEP.
f. Drainase sekret trakeobronkial yang kental dilakukan dengan
pemberian mukolitik, hidrasi cukup, humidifikasi udara yang dihirup,
perkusi, vibrasi dada dan latihan batuk yang efektif.
g. Pemberian antibiotika untuk mengatasi infeksi.
h. Bronkodilator diberikan apabila timbul bronkospasme.
i. Penggunaan intubasi dan ventilator apabila terjadi asidemia,
ipoksemia dan disfungsi sirkulasi yang prospektif (Lewis, 2011).
9. Pengkajian
a. Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
17
3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c. Circulation
18
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau
mental, mengantuk
4) Papiledema
5) Penurunan haluaran urine
d. Pemeriksaan fisik
1) System pernafasaan
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernafasaan tertinggal Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor
atau pekak)
Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
2) System Kardiovaskuler
Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
daerah trauma Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah
akral
Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah
denyut jantung paradok
3) System neurologis
Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak.
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale
e. Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola
hidup menetap. Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat
atau aktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas.
19
Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun,
perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi
dapat normal , penuh atau tidak kuat
20
atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak
teratus (disritmia), bunyi jantung ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain
ventrikel, bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung,
irama jantung dapat teratur atau tidak teratur, edema, pucat atau sianosis,
kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
3) Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun.
4) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma
nyeri.
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, muntah, perubahan berat badan
6) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat Tanda : perubahan mental,
kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
9) Pernafasan:
Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
21
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat,
pucat, sianosis, bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.
10) Interkasi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada
missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (
marah terus- menerus, takut ), menarik diri. (Doengoes, E. Marylinn.
2000)
ANALISA DATA
Data Senjang Pathway / Etiologi Masalah
Ds dan Do Keperawatan
Ds : Dispnea Respiratory Failure Gangguan
Do : - Penggunaan oto ventilisasi
bantu pernafasan Ekspirasi & Inspirasi tidak spontan
- Volume tidal adekuat
turun
- PCO2 Gangguan ventilasi
Meningkat (Hiperkarbia)
- PO2 Menurun
- SPO 2 Terpasang ventilator
menurun mekanik
1
dingin
- Warna kulit
pucat
- Turgor kulit
menurun
- Edema
Ds : - Dispnea Respiratory Failure Bersihan jalan
- Sulit bicara nafas tidak
- Ortopnea Edema mukosa sekkret yang efektif
Do : - Batuk tidak tebal
efektif
- Tidak mampu Bersihan jalan nafas tidak
batuk efektif
- Sputum
berlebih
- Mengi,
whezing dan
atau ronki
kering
- Meconium di
jalan napas
(pada
neonates)
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Pola napas
berubah
Ds : - Menolak Respiratory failure Defisit
melakukan perawatan diri
perawatan diri Kurangnya suplai O2 ke otak
Do : - Tidak mampu
mandi, Berkurangnya aktivitas
2
mengenakan neuron otak
pakaian, makan,
ke toilet, berhias Penurunan kesadaran
secara mandiri
- Minat Ketidakmampuan mobilitas
melakukan
perawatan diri Ketidakmampuan memenuhi
kurang ADL
Berkurangnya aktivitas
neuron otak
Penurunan kesadaran
Ketidakmampuan mobilitas
Kelembapan kulit,
vakularisasi, hipoksia
jaringan
3
Kurangnya suplai O2 ke otak
Berkurangnya aktivitas
neuron otak
Penurunan kesadaran
Resiko Aspirasi
Ds : - Respiratory failure Resiko Cedera
Do : -
Kurangnya suplai O2 ke otak
Berkurangnya aktivitas
neuron otak
Penurunan kesadaran
Resiko jatuh
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan
nafaas d.d dipsnea, seputum berlebih
b. Ganguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi
perfusi d.d dipenea, PCO2meningkat
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan alirn arteri atau vena d.d
CRT> 3 detik
4
Tindakan
5
Dipsnea 2 5 pemntauann pemantauan
respirasi sesuai respirasi
PCO2 2 5 kondisi pasien
3. untuk
PO2 2 5 mengetahui
tujuan dan
E : jelaskan
prosedur
tujuan dan
pemantauan
prosedur
pemantauan
4. Untuk
memenuhi
kebutuhan
K : Kolaborasi oksigen
pemberian
oksigen
6
Kelemahan 3 5
otot
7
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan membahas mengenai asuhan
keperawatan pada An. M dengan gangguan sistem respirasi “gagal nafas” di ruang
PICU Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon.
A. PENGKAJIAN
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 4 bulan dirawat diruang PICU Rumah
Sakit Daerah Gunung Jati Cirebon. Pada tanggal 29 Januari 2022 pasien dibawa
oleh keluarga masuk ke IGD dengan keluhan kejang demam yang sudah
berlangsung selama 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarga mengatakan
awalnya pasien demam selama 1 jam di rumah, sudah diberikan obat dan
dikompres air hangat namun demam tidak kunjung turun. Keluarga segera
membawa pasien ke puskesmas terdekat, disana pasien terus mengalami kejang
berulang hingga pasien mengalami penurunan kesadaran. Karena kondisi pasien
yang semakin memburuk, pasien dirujuk ke RSD Gunung Jati Cirebon.
8
saturasi O2 98%. Sistem kardiovaskuler : konjungtiva ananemis, sclera
anikterik, mukosa bibir lembab, irama jantung regular, CRT 2 detik, kekuatan
nadi kuat, akral hangat. Sistem persyarafan : bentuk hidung normal, mata
simetris, reflek pupil terhadap cahaya cepat, wajah simetris. Sistem penglihatan :
bola mata simetris, sclera anikterik, pembengkakan pada mata tidak ada, edema
palpebral tidak. Sistem perkemihan: genetalia normal, distensi kandung kemih
tidak ada, terpasang kateter, urin 300cc. Sistem pencernaan : mukosa bibir
lembab, abdomen simetris, tidak ada lesi, tidak ada kemerahan, bising usus 8
x/menit, perkusi pada kuadran I terdengar pekak, kuadran II,III,IV tympani, turgor
kulit baik, asites tidak ada. Sistem musculoskeletal : Ekstremitas atas & bawah
simetris, edema tidak ada, jari utuh, terpasang infus di tangan sebelah kiri kaen 3B
45tpm. Sistem Integumen : warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit
lembab, edema tidak ada.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis Tanggal Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Laboratorium 28/01/2022
Hematologi
- Hemoglobin 12,4 10,7 – 14,7 g/dl Normal
- Leukosit 12260 4500 – 17000/uL Normal
- Trombosit 392 150 – 400 ribu/uL Normal
- Eritrosit 5.00 4,5-6,0 juta/uL Normal
- Hematrokrit 33.9 37 – 54 % Menurun
- MCV
67.8 72 – 88 fL Menurun
- MCH
- MCHC 24.8 23 – 31 pg Normal
- RDW-CV 36.5 32 – 36 g/dl Meningkat
14.0 11 – 16 % Normal
Hitung jenis
leukosit 0.6 0–1 % Normal
- Basofil 0.3 2–4% Menurun
- Eosinofil
9
No Jenis Tanggal Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
Faal Ginjal
29.0 15 – 45 mg/dL Normal
- Ureum 1.01 0.6 – 1.1 mg/dL Normal
- Kreatinin
Elektrolit 140.6 138 – 145 mmol/L Normal
3.42 3,6 – 5.0 mmol/L Menurun
- Natrium
- Kalium 115.3 98 – 108 mmol/L Meningkat
- Klorida 8.28 8 – 10 mg/dL Normal
- Kalsium
- Glukosa
darah sewaktu
2. Kimia Klinik 31/01/2022
Analisa gas darah
- PH 7.315 7.350 – 7.450 Normal
- PCO2 48.8 35 – 45 mmHg Meningkat
- PO2 96.5 70 – 85 mmHg Meningkat
- BEecf - 2.0 (-2) – (+2) mmol/L Normal
- HCO3 24.2 22 – 26 mmol/L Normal
- TCO2
25.7 21.0 – 31.0 mmol/L Normal
- SatO2
- Suhu 96.7 > 95 % Normal
38.4 Meningkat
C. PENGOBATAN
Nama obat Dosis Cara Keterangan
pemberian
10
Nama obat Dosis Cara Keterangan
pemberian
A. Analisa Data
Suhu : 38,6 °C
Imunitas tubuh turun
Stimulus kemoreseptor
hipotalamus
11
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Hipertermia
- Terdengar bunyi
gurgling
- RR : 40 x/menit
- Lendir kental
Reaksi radang pada
banyak di EET dan
OPA bronkus dan alveolus
Peningkatan produksi
sputum
12
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Akumulasi sekret
Peningkatan
permeabilitas membrane
alveolar kapiler
Gangguan epitalium
alveolar
Penumpukan cairan
alveoli
Edema pulmonal
13
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Gangguan
pengembangan paru
Kolaps alveoli
Gangguan ventilasi
spontan
14
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
Atelektasis
Gangguan difusi
Gangguan pertukaran
gas
C. Intervensi Keperawatan
15
No. Dx Perencanaan Keperawatan
Kep
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
16
No. Dx Perencanaan Keperawatan
Kep
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
tidal
17
No. Dx Perencanaan Keperawatan
Kep
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
18
D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
19
No. Tanggal, Implementasi keperawatan TTD Tanggal, Evaluasi TTD
Dx Waktu Waktu
Kep
20
No. Tanggal, Implementasi keperawatan TTD Tanggal, Evaluasi TTD
Dx Waktu Waktu
Kep
P : Lanjutkan Intervensi
IV 31/1/22 1. Memonitor suhu tubuh Kelompok 31/1/22 S : Ibu pasien mengatakan Kelompok
R/ Ibu pasien mengatakan suhu tubuh pasien naik
21
No. Tanggal, Implementasi keperawatan TTD Tanggal, Evaluasi TTD
Dx Waktu Waktu
Kep
R/ Tubuh teraba
hangat
22
No. Tanggal, Implementasi keperawatan TTD Tanggal, Evaluasi TTD
Dx Waktu Waktu
Kep
23
E. Catatan Perkembangan
Hari ke- 1
R:-
I : Kolaborasi
E:S:-
1
No. Dx Tanggal, Catatan Perkembangan TTD
Kep Waktu
14.00 ETT
P : Lanjutkan Intervensi
R:-
E:S:-
P : Lanjutkan Intervensi
R:-
2
No. Dx Tanggal, Catatan Perkembangan TTD
Kep Waktu
R:-
Hari ke - 2
R:-
14.00
3
No. Dx Tanggal, Catatan Perkembangan TTD
Kep Waktu
P : Lanjutkan Intervensi
I : Kolaborasi
E:S:-
R:-
E:S:-
P : Lanjutkan Intervensi
4
No. Dx Tanggal, Catatan Perkembangan TTD
Kep Waktu
14.00 R:-
E:S:-
O : badan teraba hangat
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R:-
14.00
Hari ke – 3
5
P : Lanjutkan intervensi
I : Melakukan suction
R/ sekret bersih, suara gurgling tidak ada
E:S:-
O : jalan napas bersih, sesak napas
berkurang, RR : 39 x/menit, SPO2 99%
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
R:-
14.00
I : Kolaborasi
E:S:-
R:-
6
09.00 5
O : nafas cepat dangkal, RR : 48 x/menit,
SPO2 97 %, terpasang ETT
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I : memonitor status respirasi dan oksigenasi
R/ pasien tampak sesak, RR 45 x/menit
E:S:-
P : Lanjutkan Intervensi
R:-
E:S:-
O : badan teraba hangat
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
R:-
14.00
7
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan
8
50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih
besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) dengan manifestasi klinis Gagal nafas
total, Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan, Pada
gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada inspirasi, Adanya kesulitan inflasi
paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan, Gagal nafas parsial,
Terdenganr suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan wheezing, Ada
retraksi dada, Hiperkapnia, yaitu penurunan kesadaran (PCO2),
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun) (Brunner & Sudarth, 2010).
9
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah gangguan
pola nafas, resiko perdarahan, resiko gangguan perifer, kekurangan olume
cairan intravaskuler, peningkatan suhu tubuh, perubahan kenyamanan
nyeri, ketidakefektifan perfusi ginjal, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktivitas.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. hipersekresi jalan napas d.d. pola
napas cepat dangkal, terdengar bunyi gurgling, RR : 40 x/menit, lendir kental
banyak di EET dan OPA. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah
ketidakmampuan membersihkan secret atau osbtruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI PPNI, 2016).
Adapun batasan karakteristik diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif
tanda mayor Dispnea, Sulit bicara, Ortopnea tanda minor adalah Batuk tidak
efektif , Tidak mampu batuk, Sputum berlebih , Mengi, whezing dan atau ronki
kering, Meconium di jalan napas (pada neonates), Gelisah, Sianosis, Bunyi napas
menurun (SDKI PPNI, 2016).
Penulis menegakan diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif karena saat
pengkajian penulis mendapatkan hasil Pola napas cepat dangkal, Terdengar bunyi
gurgling, RR : 40 x/menit, Lendir kental banyak di EET dan OPA.
Diagnosa tersebut kelompok kami prioritaskan karena menjadi keluhan
yang paling dirasakan oleh pasien pada saat itu dan jika apabila masalah tersebut
tidak segera ditangani akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa
mengganggu aktifitas klien Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. hipersekresi
jalan napas d.d. pola napas cepat dangkal, terdengar bunyi gurgling, RR : 40
x/menit, lendir kental banyak di EET dan OPA.
10
eleminasi karbondiaksidasi pada membrane alveolus-kapiler (SDKI PPNI, 2016).
Adapun batasan karakteristik diagnosa Gangguan pertukaran gas tanda mayor
dispnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan Sedangkan batasan karakteristik
diagnosa gangguan pertukaran gas tanda minor adalah pusing, penglihatan kabur,
sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal;
(cepet/lambat), regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan) dan kesadaran menurun. (SDKI PPNI, 2016).
4. Hipertermia b.d. b.d. proses penyakit d.d. Ibu pasien mengatakan demam
An.M naik turun, kulit teraba hangat, suhu : 38,6 °C. Hipertemia adalah suhu
tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh (SDKI PPNI, 2016).
Adapun batasan karakteristik diagnosa hipertermia tanda mayor suhu tubuh
diatas nilai normal, tanda minor kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit
terasa hangat (SDKI PPNI, 2016).
11
Penulis menegakan diagnosa hipertemia karena saat pengkajian penulis
mendapatkan hasil Ibu pasien mengatakan demam An.M naik turun, Kulit teraba
hangat, Suhu : 38,6 °C
12
Pada diagnosa yang terakhir yaitu hipertermia tindakan yang dilakukan adalah
Monitor suhu tubuh, Longgarkan atau lepaskan baju, Kompres hangat pada dahi,
ketiak, leher, Kolaborasi pemberian obat antipiretik.
Tindakan keperawatan pada diagnosa keperawatan hipertemia yang dilakukan
pada pasien An.M dengan gagal nafas diantaranya adalah Monitor suhu tubuh
dengan respon Ibu pasien mengatakan suhu tubuh pasien naik turun S : 38,6 °C,
Longgarkan atau lepaskan baju dengan respon Kancing baju pasien dibuka, pasien
tidak diselimuti, Kompres hangat pada dahi, ketiak, leher dengan respon Pasien
kooperatif, Kolaborasi pemberian obat antipiretik Paracetamol 4 x 250 mg, Tubuh
teraba hangat.
13
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan
sel-sel tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal. Gagal nafas
akut dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmonal dan ektrapulmonal.
Secara umum terdapat empat dasar mekanisme gangguan pertukaran gas
pada sistem pernafasan yaitu hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi
atau perfusi, pintasan darah kanan ke kiri, gangguan difusi. Kelaianan
ektrapulmoner menyebabkan hipoventilasi sedangkan kelainan
intrapulmoner dapat meliputi seluruh mekanisme tersebut.
Berdasarkan pada pemeriksaan AGD, gagal nafas dapat dibagi
menjadi 3 tipe. Tipe I merupakan kegagalan oksigenasi atau hypoxaemia,
Tipe II yaitu kegagalan ventilasi atau hypercapnia, Tipe III adalah
gabungan antara kegagalan oksigenasi dan ventilasi ditandai dengan
hipoksemia dan hiperkarbia penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2.
Diagnosis gagal nafas dapat diketahui dari anamnesis dan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, serta penunjang.
Penatalaksanaan Gagal Nafas terdiri dari penatalaksaan
suportif/non spesifik dan kausatif/spesifik. Umumnya dilakukan secara
simultan antara keduanya.
B. SARAN
Demikian laporan yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
berharap pembaca sebagai tenaga medis dapat melakukan asuhan keperawatan
pada stroke iskemik secara tepat karena pasien gagal napas membutuhkan
pengobatan dan penanganan yang sesuai.
14
DAFTAR PUSTAKA
15