Anda di halaman 1dari 8

Tumbuhnya Akar-akar Nasionalisme dan Demokrasi di Indonesia

NASIONALISME

PENGERTIAN

Nasionalisme memiliki beberapa pengertian menurut beberapa ahli. Hans


Kohn mengatakan nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi
individu kepada negara dan bangsa. Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya
kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Sedangkan Joseph Ernest
Renan mendefinisikan nasionalisme sebagai sekelompok manusia yang berkeinginan untuk
bersatu. Berbeda lagi dengan Otto Bauer yang mengatakan nasionalisme merupakan suatu
persatuan karakter yang timbul karena persamaan nasib.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme memiliki dua arti Pertama
adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan. Pengertian
kedua adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual
bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu atau bisa juga diartikan dengan semangat kebangsaan.

LATAR BELAKANG

Perlu diingat peristiwa Revolusi Perancis dan Revolusi Industri, Kedua peristiwa itu
memicu munculnya nasionalisme. Saat kedua peristiwa itu, masih banyak negara yang dijajah
oleh bangsa lainnya. Saat itu banyak negara penjajah melakukan penindasan pada negara yang
dijajah. Negara yang dijajah ini kemudian sadar akan persamaan nasib dan harga dirinya sebagai
suatu bangsa. Hingga akhirnya hal ini memunculkan nasionalisme di Eropa pada abad ke-18.
Paham ini kemudian cepat menyebar ke seluruh dunia terutama negara jajahan bangsa Eropa,
termasuk negara-negara Asia dan Afrika.

NASIONALISME DI INDONESIA

Nasionalisme di Indonesia diawali dengan dibentuknya Syarikat Islam/SI (sebelumnya


Syarikat Dagang Islam/SDI). Peran SDI dalam nasionalisme bermula ketika H. O. S.
Tjokroaminoto mengubah SDI menjadi Syarikat Islam, tidak hanya berkutat di soal perdagangan.
Jika sebelumnya SDI berhubungan dengan ekonomi dan sosial, Tjokoraminoto menjadikan SI
juga menyinggung tentang politik dan agama. Hal ini tampak dalam kegiatan SI yang menaruh
perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial.

DEMOKRASI

PENGERTIAN

Menurut KBBI, demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh
rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat. Pengertian
lainnya adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Sedangkan menurut Abraham
Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Dari
dua pengertian itu, kita bisa tahu kalau negara yang menganut sistem demokrasi memiliki
kekuasaan tertinggi di tangan rakyat.

LATAR BELAKANG

Paham demokrasi sudah berkembang sejak masa Yunani Kuno pada abad ke-5 SM. Pada
masa Yunani Kuno, demokrasi yang dilaksanakan berupa demokrasi langsung. Artinya, rakyat
menjadi warga negara terlibat langsung dalam pemikiran, pembahasan dan pengambilan
keputusan mengenai berbagai hal yang menyangkut kehidupan negara. Hal ini dapat dilakukan
karena jumlah penduduk di Yunani Kuno masih sedikit, sekitar 300 ribu jiwa. Ketentuan
menikmati demokrasi tidak berlaku untuk warga negara yang berstatus budak belian, pedagang
asing, perempuan dan anak-anak tidak dapat menikmatinya.

Gagasan demokrasi mulai hilang ketika Eropa mengalami masa Abad Pertengahan. Pada
masa ini terjadi praktik feodalisme, dimana kekuasaan politik dipegang oleh para agamawan atau
gereja. Demokrasi kembali muncul dengan adanya piagam Magna Charta pada tahun 1215 di
Inggris. Piagam ini menjelaskan bahwa Raja John mengakui dan menjamin beberapa hak-hak
khusus bawahannya. Selain itu, piagam ini menganut dua prinsip yaitu:

1. adanya pembatasan kekuasaan raja.

2. Hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.

Organisasi Awal
Akar nasionalisme dan demokrasi di Indonesia, tak bisa lepas dari munculnya Politik Etis
yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20. sejarah mengenai
Politik Etis Sekalipun tiga program dalam Politik Etis yang mencakup irigasi, imigrasi, dan
edukasi mengalami penyimpangan dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pendidikan bergaya
Barat di Hindia Belanda pada masa itu menghasilkan golongan elit baru yang juga disebut
sebagai golongan priyayi baru.Berkat pendidikan bergaya Barat yang mereka terima di sekolah,
para priyayi baru ini memiliki kesadaran bahwa masyarakat Bumiputra harus mampu bersaing
dengan bangsa-bangsa lain dalam mencapai kemajuan modernitas.
Golongan priyayi baru ini banyak yang berprofesi sebagai guru, jurnalis, dokter, dan
aparatur pemerintahan. Melalui bidang pendidikan, pers, dan parlemen, para priyayi baru ini
menyebarkan ide-ide dan pemikiran mereka yang ingin membawa kemajuan dan pembebasan
Bumiputra dari segala bentuk penindasan kolonialisme Belanda. Berkat ide-ide dan pemikiran
mereka mengenai kesadaran kebangsaan yang disebarkan melalui surat-surat kabar dan majalah-
majalah Bumiputra akhirnya muncul perjuangan kemerdekaan yang bersifat nasional. Mereka
mengubah strategi perlawanan fisik menjadi perlawanan berwadah organisasi. 

Kemunculan organisasi-organisasi ini menjadi bagian penting dari sejarah nasionalisme


demokrasi di Indonesia, karena para anggota organisasi mulai terbiasa dengan kebebasan
berpendapat dan bersuara, serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan-keputusan penting
organisasi mereka. Beberapa organisasi awal pergerakan nasionalisme ini adalah Budi Utomo,
Sarekat Islam (sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam), dan Indische Partij. Pada tahun
1913, para pemimpin Sarekat Islam dan Indische Partij juga mengajukan tuntutan kebebasan
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan politik dan kebebasan menyatakan pendapat kepada
pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pemerintah kolonial Hindia Belanda memenuhi tuntutan
mereka dengan membentuk Dewan Rakyat (Volksraad).
Organisasi Keagamaan

Pada masa itu juga ada organisasi-organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama (NU), Al-Irsyad, Persatuan Muslim Indonesia (sebelumnya bernama Sumatera Thawalib),
Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Ulama Seluruh Aceh
(PUSA), Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) yang juga turut andil dalam bidang pendidikan dan
membangkitkan kesadaran nasionalisme masyarakat Bumiputra. 
Organisasi Pemuda

Selain organisasi keagamaan, ada pula organisasi pemuda dan partai politik yang muncul
memperjuangkan kemerdekaan masyarakat Bumiputra. Sekalipun organisasi-organisasi pemuda
ini masih bersifat kedaerahan dalam menentang kolonialisme Belanda, organisasi-orgasniasai ini
memuliki tujuan kemerdekaan untuk kebangsaan dan cinta tanah air. 

Organisasi pemuda pertama adalah Tri Koro Dharmo, yang beranggotakan pemuda-pemuda
Jawa. Organisasi ini didirikan pada tanggal 7 Maret 1915 di Gedung Kebangkitan Nasional. Tri
Koro Dhormo kemudian berubah nama menjadi Jong Java setelah mengadakan kongres di Solo.
Baru pada tahun 1920-an Jong Java melakukan perubahan dari perjuangan kedaerahan menjadi
nasional. 

Selain Jong Java, ada juga persatuan pemuda Sumatera yang dikenal dengan nama Jong
Sumatera Bond. Jong Sumatera Bond ini didirikan pada tahun 1917 di Jakarta. Dua tokoh
terkenal dari persatuan pemuda Sumatera ini adalah Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin.

Organisasi pemuda lainnya yang berkumpul berdasarkan kedaerahan adalah Jong Minahasa,
Jong Ambon, dan Jong Celebes, yang kemudian berfusi dalam Indonesia Muda. Pada tahun 1925
juga muncul Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang terdiri dari mahasiswa Jakarta
dan Bandung. 
PPPI bersifat anti-imperialisme dan bertujuan memperjuangkan kemerdekaan tanah air Indonesia
raya. Di Bandung, pada tahun 1927, juga muncul Jong Indonesia. Sesuai dengan namanya, Jong
Indonesia ini berbeda dengan organisasi-organisasi pemuda sebelumnya karena sudah bersifat
nasional. Jong Indonesia kemudian berganti nama menjadi Pemuda Indonesia dan organisasi
perempuannya berganti nama Putri Indonesia.

Organisasi-organisasi pemuda ini kemudian mengadakan Kongres Pemuda Indonesia I di


Jakarta, pada tanggal 30 April–2 Mei 1926. Kongres yang diketuai oleh M. Tabrani ini bertujuan
untuk mencapai sebuah perkumpulan tunggal yang mengedepankan paham persatuan
kebangsaan dan mempererat hubungan semua perkumpulan yang mengikuti kongres ini. Jadi,
sekalipun kongres ini belum menghasilkan keputusan penting, tapi benih-benih kebangsaan dan
nasionalisme sudah mulai terlihat dan ditanamkan pada masa itu.
Organisasi Perempuan
Organisasi-organisasi perempuan juga turut muncul pada masa tersebut, loh, Pahamifren.
Mulanya organisasi-organisasi perempuan yang berkembang pada tahun 1912–1915, terutama di
Jawa dan Minangkabau, memiliki corak meningkatkan kedudukan perempuan dalam kehidupan
berumah tangga melalui pendidikan yang meningkatkan kecakapan perempuan. Selain itu
mereka juga menuntut kebebasan perempuan berpendapat di muka umum. Dua di antara
organisasi perempuan ini adalah Putri Mardika dan Kartini Fonds. 

Pada masa itu juga muncul banyak sekolah perempuan seperti Kautaman Istri, sekolah-sekolah
anak remaja putri, sekolah-sekolah Kartini, dan Kerajinan Amai Setia (KAS). Beberapa
organisasi perempuan lainnya juga turut muncul, seperti Pawiyatan Wanito (1915), Wanita
Susilo (1918), Sarekat Siti Fatimah (1918), Wanito Rukun Santoso (1919), dan Putri Budi Sejati
(1919).

Seiring dengan semakin banyaknya perempuan yang terdidik pada masa itu, organisasi-
organisasi perempuan pun semakin banyak. Mereka tidak hanya bergerak di bidang pendidikan,
tetapi juga di bidang sosial.
Beberapa organisasi perempuan tersebut adalah Aisyah (1914), Gorontalosche
Muhammedaansche Vrouwen Vereninging (1920), Nahdatul Fa’at (1920), Wanita Utama (1921),
Wanita Taman Siswa (1922), Wanita Khatolik (1924), Sarekat Ambon (1927), Jong Islamieten
Bond Dames Afdeeling (1925), Putri Indonesia (1927), dan Organisasi Puteri Setia (1928).
Pemuda Indonesia
Perjuangan para priyayi baru ini tidak hanya terjadi di Hindia Belanda, tetapi juga di Belanda,
loh, Pahamifren. Pada tahun 1908, para pelajar Hindia Belanda yang ada di Belanda mendirikan
organisasi yang bernama Indische Vereniging. Tiga tokoh pendiri Indische Vereniging ini adalah
R. Panji Sostrokartono, R.M Notosuroto, dan R. Husein Jajadiningrat. 

Mulanya organisasi yang bergerak di bidang sosial dan kebudayaan ini didirikan sebagai wadah
para anggotanya untuk bertukar pikiran mengenai situasi Hindia Belanda. Namun, seiring
dengan semakin banyaknya pemuda yang diasingkan ke Belanda, aktivitas perkumpulan ini pun
akhirnya membahas masalah-masalah politik. 
Rasa kebangsaan para pemuda tersebut juga semakin kuat, sehingga mereka memutuskan
mengganti nama organisasi mereka dengan nama Indonesische Vereeniging pada tahun
1925. Indonesische Vereeniging dipimpin oleh Iwa Kusuma Sumantri, Mohammad Hatta, JB.
Sitanala, D. Mangunkusumo, dan Sastramulyono. Nama ini pun kemudian berubah lagi menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). 

Nama majalah mereka yang awalnya bernama Hindia Putra juga berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka untuk menunjukkan semangat kebangsaan mereka dan keinginan mereka
agar Indonesia bisa merdeka. Para pemuda ini juga menjadikan merah putih sebagai lambang
mereka serta Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan.
PI kemudian juga sering menyerukan pada semua pemuda di Hindia Belanda untuk bersatu
dalam pergerakan mereka. PI memiliki semboyan “self reliance, not mediancy” (tidak meminta-
minta dan tidak menuntut-nuntut). Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia hanya
dapat diperoleh dengan kekuatan bangsa Indonesia sendiri, tanpa adanya kerja sama dengan
bangsa Belanda. Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kakinya sendiri dan tidak
bergantung pada bangsa lain. 

PI menjadi organisasi politik yang disegani karena pengaruh Mohammad Hatta. Aktivitas PI ini
tidak hanya dilakukan di Belanda dan Indonesia, tetapi juga secara internasional. PI kemudian
menjadi manifesto politik pergerakan kemerdekaan Indonesia karena menuntut kemerdekaan
Indonesia diadakan dengan segera.
Taman Siswa

Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 turut
membangun akar nasionalisme bangsa Indonesia. Taman Siswa pada masa itu mendobrak sistem
pendidikan Barat dan pondok pesantren dengan mengadakan sistem pendidikan nasional, yang
bercirikan kebudayaan asli Indonesia. 

Karena sistem pendidikan nasional inilah, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda akhirnya
mengeluarkan berbagai aturan demi membatasi pergerakan Taman Siswa.

Salah satunya adalah Undang-Undang Ordonasi Sekolah Liar Tahun 1932 yang melarang para
guru yang terlibat politik mengajar di sekolah-sekolah. Kontribusi Taman Siswa pada masa
menjelang kemerdekaan sangat besar karena sudah menyediakan pendidikan bagi rakyat
Indonesia yang tidak disediakan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. 
Sumpah Pemuda

Sejak tahun 1926 sampai 1928, perjuangan para pemuda berlangsung dengan cepat. Mereka
mengadakan beberapa pertemuan yang bertujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi yang
ada. Namun, upaya tersebut masih belum maksimal karena masih ada persoalan kedaerahan yang
muncul. 
Hingga akhirnya kalangan muda dan kalangan tua menyadari kalau kebutuhan untuk bersatu
sudah sangat mendesak. Bahkan para pelajar yang tergabung dalam PI kembali ke tanah air demi
merapatkan barisan di Hindia Belanda. Selama dua tahun, para pemuda mengadakan pertemuan
di Indonesische Clubgebouw secara intensif untuk meningkatkan rasa nasionalisme.

PPPI kemudian membentuk panitia untuk mengadakan rapat pemuda yang diisi dengan ceramah
yang dimaksudkan untuk memperkuat rasa persatuan di antara organisasi-organisasi pemuda
yang ada di Indonesia.
Pada bulan Juni 1928 terbentuklah panitia yang dipimpin oleh Soegoendo Djojopoespoto dari
PPPI dengan wakil Djoko Marsaid dari Jong Java dan Mohammad Yamin dari Sumatranen Bond
yang bertindak sebagai sekretaris. Hingga akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928, Kongres
Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Kongres tersebut dihadiri sekitar
1.000 orang. 

Kongres ini kemudian menghasilkan isi keputusan demokratis yang sangat penting bagi masa
depan Indonesia, yaitu Sumpah Pemuda yang mengedepankan nasionalisme Indonesia. Di
kongres ini pulalah bendera merah putih dugunakan sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia
dan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Suparman dikumandangkan.

TUGAS MANDIRI
- Setelah membaca materi diatas, jawablah pertanyaan dibawah ini.
- Kerjakan di selembar kertas, diberi nama dan kelas
- Setelah jam pelajaran selesai, dikumpulkan diperpustakaan oleh ketua kelas

Apa yang kalian ketahui tentang Organisasi Budi Utomo? Buatlah


tulisan sejarah singkat tentang budi Utomo.

Anda mungkin juga menyukai