Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab terbesar

persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini

adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan

setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu

sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian

ketuban pecah dini (periode laten). Kejadian ketuban pecah dini

mendekati 10% dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari

34 minggu, kejadianya sekitar 4%. Sebagian dari ketuban pecah dini

mempunyai periode laten lebih dari satu minggu. Early ruptur of membran

adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan (Manuaba,2010;h.281)

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah

karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang

menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh

selaput ketuban rapuh. Faktor resiko ketuban pecah dini adalah

berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen, kekurangan

tembaga dan asam askorbik berakibat pertumbuhan struktur abnormal

karena antara lain merokok. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah

dini yaitu dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, hipoksia karena

kompresi tali pusat, meningkatkan insiden seksio sesarea, atau gagalnya

persalinan normal yaitu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi

1
2

septicemia dan pnemonia. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum

janin terinfeksi (Prawirohardjo,2009;h.679)

Persalinan preterm adalah persalinan terjadi pada kehamilan

kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin

kurang dari 2500 gram (Saifudin,2009;h.678-679). Infeksi korimnion

diyakini salah satu sebab terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan

preterm. Patogenesis infeksi ini yang menyebabkan persalinan belum

jelas benar. (Prawirohardjo,2009;h.670)

Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa berkembang menjadi

fibrosis (jaringan parut) sirosis atau kanker hati. Hepatitis disebabkan oleh

oleh Virus Hepatitis B dan C. (Profil Kesehatan RI,2017;h.173)

Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan.

Persalinan dan nifas atau pengelolaanya tetapi bukan karena sebab-

sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran

hidup. Angka kematian ibu di indonesia pada tahun 2012 sudah

mengalami penurunan pada periode 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari

390 menjadi 228 per 100.00 kelahiran hidup. Pada tahun 2015

manunjukan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.00 kelahiran

hidup. Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus. (Profil

Kesehatan RI, 2017;h.105-106)

Angka kejadian persalinan preterm pada umumnya adalah sekitar

6-10%. Hanya 1,5% persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari

32 minggu dan 0,5% pada kehamilan kurang dari 28 minggu, namun


3

kelompok ini merupakan dua per tiga dari kematian neonatal.

(Prawirohardjo,2009;h.670)

Deteksi dini hepatitis B pada kelompok beresiko atau ibu hamil

telah dilaksanakan sejak tahun 2015, yaitu capaian tahun 2015 5,8%

sedangkan targetnya 5% pada tahun 2016 pencapaian 17,12%

sedangkan targetnya 10%, pada tahun 2017 pencapaian 33,66%

sedangkan targetnya 30%. Tahun 2017 deteksi dini hepatitis B pada ibu

hamil atau kelompok beresiko telah dilaksanakan di 173 kabupaten/kota

sebesar 33,66% yang tersebar 34 provinsi. Persentase kabupaten/kota

yang melaksanakan deteksi dini hepatitis B. Tahun 2017 terdapat 17

provinsi sudah mencapai target. Provinsi dengan capaian tertinggi yaitu

DKI Jakarta 100% dan provinsi dengan capaian terendah yaitu Nusa

Tenggara Timur 4,55%. (Profil Kesehatan RI,2017;h.173-174)

Angka kematian ibu (AKI) biasanya terjadi karena tidak

mempunyai akses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, terutama

pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatar belakangi oleh

terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat

mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapakan pelayanan

difasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak

terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria

4 “terlalu” yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda

pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu

rapat jarak kelahiran/paritas (Profil Kesehatan Jawa Tengah,2017;h.36)

Penyebab kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan

tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi


4

kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau

penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak

langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penykit

yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan,

misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskuler. Secara

global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola

penyebab langsung dimana-mana sama yaitu perdarahan (25%),

hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi

tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%). (Prawirohardjo,2009;h.54)

Dalam rangka upaya percepatan penurunan AKI maka pada tahun

2012 kementrian kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal

and Neonatal Survival (EMAS) yang diharapkan dapat menurunkan

angka kematian ibu dan neontal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan

di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal

yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut

disebabkan 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di indonesia

berasal dari enam provinsi tersebut. Sehingga dengan menurunkan

angka kematian di enam provinsi tersebut diharapkan akan dapat

menurunkan angka kematian ibu di indinesia secara signifikan. (Profil

Kesehatan RI,2017;H.106)

Jumlah kamatian ibu di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017

sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus

kematian ibu tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus. Dengan demikian

angka kematian ibu privinsi jawa tengah juga mengalami penurunan dari
5

109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 menjadi 88,05 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Kebupaten atau kota dengan

jumlah kasus kematian tertinggi adalah Brebes sebanyak 31 kasus, diikuti

Pemalang 25 kasus, dan Kendal 25 kasus. Kabupaten atau kota dengan

kasus kematian ibu terendah dikota Tegal sebanyak 2 kasus, diikuti

Magelang 3 kasus, dan Sukoharjo 4 kasus, sedangkan pada kota Batang

terdapat 16 kasus. Sebesar 60% kematian maternal terjadi pada waktu

nifas, sebesar 26,32% pada waktu hamil, dan sebesar 13,68% pada

waktu persalinan. Sementara berdasarkan kelompok umur, kejadian

kematian maternal terbanyak yaitu pada usia 20-34 tahun terbesar

65,68%, kemudian pada kelompok umur>20 tahun sebesar 4,42%. (Profil

Kesehatan Jawa Tengah,2017;h.36-37)

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, angka kematian

ibu di Batang pada tahun 2017 tercatat sebesat 127,27 per 100.000

kelahiran hidup (16 kasus), menurun bila dibandingkan tahun 2016

sebesar 127,61 per 100.000 kelahiran hidup (16 kasus), meskipun AKI

menurun namun jumlah/kasus kematian ibu menunjukan angka yang

sama yaitu 16 kasus, hal ini disebabkan jumlah lahir hidup tahun 2017

lebih banyak. Untuk itu perlu mendapatkan perhatian, mengingat AKI

masih diatas Jawa Tengah tahun 2017 sebesar 88,05% per 100.000

kelahiran hidup.

Data pada tahun 2016 di RSUD Kabupaten Batang terdapat kasus

kematian ibu 5 orang, pada tahun 2017 terdapat 9 kasus, pada tahun

2018 terdapat 1 kasus. Angka kematian bayi pada tahun 2016 terdapat

89 kasus, pada tahun 2017 terdapat 85 kasus, sedangkan pada tahun


6

2018 terdapat 42 kasus. Angka kejadian KPD pada tahun 2016 tercatat

ada 588 kasus, pada tahun terdapat 244 kasus, pada tahun 2018

terdapat 252 kasus. Angka kejadian hepatitis B pada tahun 2016 tercatat

ada 79 kasus, pada tahun 2017 34 kasus, dan pada tahun 2018 terdapat

42 kasus.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik

mengambil judul Asuhan Kebidanan ibu bersalin patologi Ny. Y dengan

ketuban pecah dini, prematuritas, dan hepatitis B di RSUD Kabupaten

Batang tahun 2018 agar komplikasi tidak terjadi pada pasien. Melalui

asuhan yang diberikan kepada Ny. Y tersebut, diharapkan dapat

memberikan konstritusi dalam upaya menurunkan AKI dan AKB di

Indonesia dan dalam rangka turut serta melaksanakan program

pemerintah terutama peningkatan kesejahteraan kesehatan ibu dan bayi.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan

kebidanan ibu bersalin patologi pada Ny. Y G3P2A0 dengan Ketuban

Pecah Dini, Prematuritas dan Hepatitis B di RSUD Kabupaten Batang ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologi

dengan ketuban pecah dini, prematuritas dan hepatitis B di RSUD

Kabupaten Batang dengan menggunkan pendekatan manajemen

kebidanan.
7

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data subyektif pada ibu bersalin

patologi dengan ketuban pecah dini, prematuritas dan hepatitis B

di RSUD Kabupaten Batang.

b. Melaksanakan pengkajian data obyektif pada ibu bersalin

patologi dengan ketuban pecah dini, prematuritas dan hepatitis B

di RSUD Kabupaten Batang.

c. Menentukan assesment pada ibu bersalin patologi dengan

ketuban pecah dini, prematuritas dan hepatitis B di RSUD

Kabupaten Batang.

d. Menentukan planning pada ibu bersalin patologi dengan ketuban

pecah dini, prematuritas dan hepatitis B di RSUD Kabupaten

Batang.

D. Manfaat

Ada tiga manfaat yang perlu dijelaskan pada sub bab tentang manfaat

penelitian, yaitu:

1. Bagi Pasien

Dapat menambah wawasan pasien tentang persalinan yang beresiko

sehingga dapat mendapatkan pertolongan.

2. Bagi bidan

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu

pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan

kebidanan.
8

3. Bagi Institusi

a. RSUD Kabupaten Batang

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan

mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan

kebidanan, dan untuk tenaga kesehatan semoga dapat

membagikan ilmu yang dimiliki kepada mahasiswa tentang cara

memberikan asuhan yang berkualitas.

b. Bagi institusi pendidikan

Semoga dapat menambah referensi dan daftar pustaka sebagai

bahan bacaan dan acuan mahasiawa untuk penelitian

selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisn dari laporan bersalin patologi ini terdiri dari 5 bab

yaitu:

1. BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang, Pertanyaan Penelitian, Tujuan, Manfaat

Penulisan dan Sistematika Penulisan.

2. BAB II TINJAUAN TEORI

Terdiri dari Tinjauan Teori Medis, Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

dan Landasan Hukum Kewenangan Bidan.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Terdiri dari Desain Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian,

Pengumpulan Data, Analisa Data, Uji Keabsahan Data dan Etika

Penelitian.
9

4. BAB IV HASIL DAN BAHASAN

Terdiri dari Hasil dan Bahasan.

5. BAB V PENUTUP

Terdiri dari Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai