Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SALEP KULIT
I. Tujuan Praktikum
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan salep untuk penggunaan obat
luar dengan formulasi sebagai berikut :
a. Salep Cap Kaki Tiga
b. Salep 88
c. Salep Pagoda
d. Salep 2-4
II. Formulasi Sediaan
a. Salep 88, dibuat 25 gram
m.f ugt
S.u.e
Pro : Tanti
Kelengkapan Resep
Paraf : minta
Resep Standar
Fornas hal 13
Tiap 10 gr mengandung
Acid Salicyl 200 mg
Sulfur 400 mg
Vas. Album ad 10 gr
III. Dasar Teori
3.1 Definisi Salep
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar.
Preparat farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan
pengawet kimia sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang terkontaminasi. Pengawet- pengawet ini termasuk
hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener,
dan campuran-campuran lain. Preparat setengah padat menggunakan dasar salep yang
mengandung atau menahan air, yang membantu pertumbuhan mikroba supaya lebih
luas daripada yang mengandung sedikit uap air, dan oleh karena itu merupakan
masalah yang lebih besar dari pengawetan (Chaerunnisa, 2009).
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend homogen dalam dasar salep
yang cocok. Pemerian Tidak boleh berbau tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan
untuk salap yang mengandung obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah
10 %. Kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Tergantung
dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar
berikut: dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau
campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa hidrokarbon
lain yang cocok; dasar salep serap lemak bulu domba dengan campuran 8 bagian
kolesterol 3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih,
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen; dasar salap yang
dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air; dasar salap yang dapat larut dalam air
Polietilenglikola atau campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen
(Anif, 2000)
3.2 Penggolongan Salep
Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan :
a. Unguenta : adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega. Tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae (Jelly) : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin.
3.3. Menurut Efek Terapinya, salep digolongkan menjadi 3 golongan :
a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untukmelindung kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Dasar salep yang
terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidakmmelalui kulit dan
terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek
yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya. Dasar salep yang baik adalah adeps
lanae dan oleum cacao
3.4 Menurut Dasar Salepnya, salep digolongkan menjadi 2 golongan :
a.Salep hydrophobic
yaitu salep salep dengan bahan dasar berlemak, misanya campuran dari lemak-lemak,
minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.
b.Salep hydrophilic
yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe o/w atau seperti dasar
salep hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe w/o
antara lain campuran sterol dan petrolatum. (Depkes, 1994)
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Salep
a.Kelebihan
Adapun kelebihan menggunakan sediaan salep adalah :
1.Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
2.Sebagai bahan pelumas pada kulit.
3.Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsangkulit.
4.Sebagai obat luar
b.Kekurangan
Di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan berdasarkan basis di antaranya yaitu:
1.Kekurangan basis hidrokarbon Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda
pada pakaian serta sulit tercuci hingga sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
2.Kekurangan basis absorpsi : Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan
bahan antibiotik dan bahan bahan kurang stabil dengan adanya air. Mempunyai sifat
hidrofil atau dapat mengikat air.
3.6 Bahan Penyusun Dasar Salep
Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak (bebas air) antara lain
vaselin putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampur ke dalamnya.
Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan
bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk efek
emolien. Dasar hidrokarbon ini juga sukar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak
berubah dalam waktu lama. Contoh : petrolatum, paraffin, minyak mineral.
Dasar salep absorpsi
Dasar salep absorpsi Dibagi menjadi 2 tipe :
a. Yang memungkinkan percampuran larutan berair, hasil dari pembentukan emulsi
air dan minyak. Misalnya petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrat.
b. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan bercampur
sedikit penambahan jumlah larutan berair. Misalnya lanolin dan cold cream.
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajat
penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Seperti dasar salep berlemak
dasar salep serap tidak mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air. Dasar-dasar
salep ini berguna dalam farrnasi untuk pencampuran larutan berair kedalam larutan
berlemak. Contoh : petrolatumhidrofilik, lanolin, dan lanolin anhidrida, cold cream.
Dasar salep serap dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri atas dasar
salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam
minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar
salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain salep hidofilik yang
lebih tepat disebut “krim”. Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci
dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat
diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif
menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari
dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air air dan mudah menyerap cairan
yang terjadi pada kelainan dermatologik. Bahan obat tertentu dapat diserap lebih baik
oleh kulit jika dasar salep lainnya. Contoh : salep hidrofilik
Dasar salep larut air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti
dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam
air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut
“gel”. Dasar salep ini mengandung komponen yang larut dalam air. Tetapi seperti
dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air, basis yang larut dalam air dapat dicuci
dengan air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut greaseless karena tidak
mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah melunak dengan
penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan dengan bahan tidak
berair atau bahan padat. Contohnya salep polietilen glikol.
Pemilihan dasar salep yang tepat untuk dipakai dalam formulasi tergantung pada
pemikiran yang cermat atas beberapa faktor berikut:
a. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep
b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbsi perkutan dari obat
c. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep
d. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep
e. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.
Semua faktor ini dan yang lainnya harus ditimbang satu terhadap yang lainnya
untuk memperoleh dasar salep yang paling baik. Harus dimengerti bahwa tidak ada
dasar salep yang ideal dan juga tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan.
Sebagai contoh suatu obat yang cepat terhidrolisis, dasar salep hidrolisis akan
menyediakan stabilitas yang tinggi. Walaupun dari segi terapeutik dasar salep yang
lain dapat lebih disenangi. Pemilihannya adalah untuk mendapatkan dasar salep yang
secara umum menyediakan segala sifat yang dianggap paling diharapkan.
3.7 Kualitas Dasar Salep
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang adadalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produkmenjadi lunak
dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan
ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat
aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan.
3.8 Fungsi Salep
Fungsi salep antara lain :
a. Sebagai bahan aktif pembawa sustansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai bahan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit yang
dengan larutan berair dan perangsang kulit
3.9 Karakteristik Salep
a. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas
dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam
kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan
ekskoriasi.
c.Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan
kimia dengan obat yang dikandungnya.
e. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan.
3.10 Persyaratan Salep Menurut FI Edisi III
a. pemerian : tidak boleh bau tengik
b. kadar : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep ( basis salep ) yang
digunaakan vaselin putih ( vaselin album ), tergantung dari sifat ahan obat dan
tujuan pemakaian salep, dapat Dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut :
1. Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kunig, malam putih atau malam
kunig atau campurannya.
2. Dasar salep serap : lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol dan 3 bagian
stearil alcohol, campuran 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih.
3. Dasar salep yang dapat larut dalam air
4. Dasar salep yangdapat dicuci dengan air
c. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukan susunan yang homogen.
d.Penandaan : etiket harus tertera ”obat luar
IV. Alat dan Bahan
4.1 Alat
1. cawan porselen
2. mortir dan stamper
3. gelas ukur
4. waterbath
5. batang pengaduk
6. stopwatch
7. alat evaluasi sediaan
8. spatel logam
9. penjepit kayu
10. ekstenosmeter
4.2 Bahan
1. Acid salycyl
2. Benzoicum
3. Sulfur Praecipitatum
4. Champora
5. Mentol
6. Basis Salep
V. Perhitungan Bahan
1. Salep 88 sebanyak 25 gram
Acid Salicyl = 25/100 x 60 mg = 15 mg
Benzoicum = 25/100 x 65 mg = 16,25 mg
Sulfur = 25/100 x 60 mg = 15 mg
Camphora = 25/100 x 30 mg = 7,5 mg
Menthol = 25/100 x 25 mg = 6,25 mg
Base ad = 25/100 x 100mg = 25 gram
Tabel 8.1 Hasil Evaluasi Salep 88, Salep Cap Kaki 3, Salep Pagoda, dan Salep 2-4
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan membuat 4 formulasi salep
dengan formula pertama yaitu Salep 88 sebanyak 25 gram, Salep Cap Kaki 3
sebanyak 20 gram, Salep Pagoda sebanyak 25 gram, dan Salep 2-4. Adapun
bahan utama yang sebagian besar digunakan pada percobaan ini yaitu Acid
Salicyl yang berfungsi sebagai keratolitikum dan antifungi, benzoicum sebagai
antiseptikum, sulfur praecipitatum sebagai antiskabies, camphora sebagai
antiiritan, menthol sebagai antiiritan, ZnO sebagai antiseptikum local,ichtyol
sebagai antiseptikum,dan vaselin album sebagai zat tambahan dimana fungsinya
untuk dasar salep (FI Edisi III, 1979). Indikasi dari penggunaan salep diatas yaitu
untuk mengatasi permaslahan pada kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur,
scabies ( kudis ), serta infeksi bakteri ringan.
Setelah sediaan dibuat, dilakukan evaluasi salep yang terdiri dari beberapa
uji sebagai berikut :
8.1.1 Uji Karakteristik Salep
Uji Organoleptik Sediaan Salep
Pengujian organoleptis pada salep dilakukan dengan mengamati
sediaab dari tekstur dan warna secara visual dan bau secara penciuman.
Spesifikasi salep harus memenuhi bentuk setengah padat, warna harus
sesuai dengan spesifikasi pembuatan awal, dan bau nya tidak tengik
(Ayulia, 2018). Seluruh salep pada percobaan ini telah memenuhi
spesifikasi salep yang telah ditentukan yaitu memiliki bentuk semi padat,
bauk khas salep dan aromatik, serta warna kuning.
8.1.2 Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan dengan cara sediaan salep sebanyak 0,5 gram
diletakkan diatas gelas objek kemudian diratakan dan diamati secara visual.
Salep yang homogen ditandai dengan tidak terdapatnya gumpalan pada
hasil pengolesan (Ayulia,2018). Seluruh pada perobaan ini sudah tercampur
homogen dengan baik
8.1.3 Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara salep yang sudah ditimbang
sebesar 0,25 gram diletakkan di atas gelas objek lalu diletakkan diatas gelas
objek yang lain diatas salep tersebut dan ditekkan dengan beban 1 kg
selama 5 menit. Selanjutnya dipasang gelas objek pada alat uji. Beban
seberat 80 gram dilepaskan dan dicatat waktunya hingga kedua gelas objek
tersebut terlepas. Pada percobaan ini seluruh salep memiliki daya lekat yang
baik yaitu 10 menit, 15 menit, 15 menit, dan 12 menit.
8.1.4 Uji Daya Sebar Sediaan Salep
Uji daya sebar dilakukan dengan cara menimbang 0,5 gram salep
dan diletakaan di tengah kaca. Meletakkan kaca penutup diatas salep dan
dibiarkan selama 1 menit. Ditambahkan beban tambahan sebesar 50 gram.
Diameter salep dicatat sampai beban tambahan 200 gram. Daya sebar suatu
salep dikatakan baik apabila daya menyebarnya besar ( diameter besar ).
Diameter penyebaran salep yang baik antara 5-7 cm (Ayulia,2018). Pada
percobaan ini pengujian daya sebar pada seluruh salep memperoleh hasil
baik dengan daya sebar 5,2 cm, 6 cm, 5,5 cm, dan 6,3 cm
8.1.5 Uji Daya Proteksi
Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui kemampuan salep
melindungi kulit dari pengaruh luar seperti debu, polusim dan sinar
matahari. Uji ini menggunakan larutan KOH sebagai intervensi dan
phenolptalein sebagai indikator. Berdasarkan hasil uji, daya proteksi
seluruh salep memiliki hasil baik yaitu 8 menit, 7 menit, 5,5 menit, dan 6
menit dengan syarat proteksi yang baik yaitu lebih dari 5 menit
(Ayulia,2018)
IX. Kesimpulan
Salep (unguents) adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Preparat
farmasi setengah padat seperti salep, sering memerlukan penambahan pengawet kimia
sebagai antimikroba, pada formulasi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
yang terkontaminasi. Pada praktikum kali ini terdapat empat formulasi salep yang harus
dibuat dan dievaluasi asil akirnya, yaitu Salep 88, salep Cap Kaki 3, Salep Pagoda dan
Salep 2-4. Penggunaan champora dan menthol sebagai bahan aktif karena champora dan
menthol berfungsi untuk sediaan topical. Evaluasi yang dilakukan pada praktikum ini
adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar dan uji daya
proteksi.
Evaluasi dilakukan berturut pada Salep 88, salep Cap Kaki 3, Salep Pagoda dan
Salep 2-4. Pada uji organoleptis Seluruh salep pada percobaan ini telah memenuhi
spesifikasi salep yang telah ditentukan yaitu memiliki bentuk semi padat, bauk khas
salep dan aromatik, serta warna kuning. Pada uji homogenitas Seluruh pada perobaan ini
sudah tercampur homogen dengan baik. Pada uji daya lekat seluruh salep memiliki daya
lekat yang baik yaitu 10 menit, 15 menit, 15 menit, dan 12 menit. Pada uji daya sebar
seluruh salep memperoleh hasil baik dengan daya sebar 5,2 cm, 6 cm, 5,5 cm, dan 6,3
cm. pada uji proteksi seluruh salep memiliki hasil baik yaitu 8 menit, 7 menit, 5,5 menit,
dan 6 menit dengan syarat proteksi yang baik yaitu lebih dari 5 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel C Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Depkes RI. 1978. Formularium Nasional Edisi II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Depkes RI. 1979. Farmakoterapi Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakoterapi Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi III.
Jakarta: Universitas Indonesia
Soetopo, dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia