Anda di halaman 1dari 11

A.

Kajian Konsep Gerak Harmonik Sederhana


a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Gerak Harmonik Sederhana
Kompetensi inti dan kompetensi dasar Gerak Harmonik Sederhana berdasrkan
kurikulum 2013 revisi 2016 adalah sebagai berikut:
1) Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan
2) Kompetensi Dasar dan Materi Pembelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran


3.11 Menganalisis hubungan antara Getaran Harmonis:
gaya dan getaran dalam  Karakteristik getaran harmonis
kehidupan sehari-hari (simpangan, kecepatan, percepatan,
4.11 Melakukan percobaan getaran dan gaya pemulih, hukum kekekalan
harmonis pada ayunan energi mekanik) pada ayunan bandul
sederhana dan/atau getaran dan getaran pegas
pegas berikut presentasi serta  Persamaan simpangan, kecepatan,
makna fisisnya dan percepatan
b. Uraian Materi
1) Pengertian Gerak Harmonik Sederhana
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titik
kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon
selalu konstan. Gerak harmonik dapat dinyatakan dengan grafik posisi partikel
sebagai fungsi waktu berupa sinus atau kosinus. Contoh gerak harmonik antara
lain adalah gerakan benda yang tergantung pada sebuah pegas dan gerakan
sebuah bandul.
2) Gaya Pemulih dan Persamaan Gerak
a. Gaya Pemulih
Gaya pemulih adalah gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan
(posisi). Gaya pemulih selalu menyebabkan benda bergerak bolak-balik di
sekitar titik keseimbangan (gerak harmonik sederhana). Gaya pemulih
juga selalu berlawanan dengan arah posisi (arah gerak) benda.
b. Persamaan Gerak Harmonik Sederhana

Gambar 2.2 Pegas Ditarik Secara Horizontal


Perhatikan kembali Gambar 2.2 ketika pegas direnggangkan ke kanan
sejauh x atau tertekan ke kiri sejauh ⃗x , satu-satunya gaya yang bekerja
pada benda m adalah ⃗
F =−k ⃗x , sedangkan menurut hukum II Newton,

F =m ⃗a. Dengan demikian, m a⃗ = −k ⃗x
ma⃗ + k ⃗x = 0..................................................(2.1)
dengan ⃗x sebagai posisi, telah diketahui bahwa percepatan a⃗ , adalah
turunan kedua dari ⃗x , sehingga persamaan (2.2) dapat ditulis sebagai
d ⃗
2
X
m 2 +k ⃗x =0.............................................(2.2)
dt
Bagi kedua ruas persamaan dengan m,
d ⃗
2
X k
2 + ⃗x =0.................................................(2.3)
dt m
Persamaan (2.3) adalah persamaan diferensial homogen orde kedua, secara
matematis, persamaan seperti itu memiliki penyelesaian yang berbentuk
fungsi sinusoidal, yaitu
x(t) = ⃗ ωt + θ0 ) atau x (t) = ⃗
A sin (⃗ ωt + θ0 ).
A cos (⃗
dengan,
A = amplitudo atau simpangan maksimum (m),
ω = frekuensi sudut (rad/s),

ωt + θ0 = sudut fase (rad),
θ =⃗
θ0 = ⃗
ω (t = 0) = sudut fase awal (rad).
Memilih peersamaan simpangan sebagai ⃗
X (t) = ⃗ ωt + θ0 ) atau
A sin (⃗

X (t) = ⃗ ωt + θ0 ). Lalu menentukan sudut fase awal θ0 , yang
A cos (⃗
diperoleh dari kondisi awal. Misalnya memilih persamaan simpangan
sebagai berikut.
Persamaan simpangan

X (t) = ⃗ ωt + θ0 )...................................(2.4)
A sin (⃗
X (t = 0) = ⃗
maka sudut θ0 diperoleh dari kondisi awal ⃗ ⃗ (0) + θ0 ¿
A sin (ω
atau
Persamaan kondisi awal

X (t = 0) = ⃗
A sin θ0 ........................................(2.5)
Misalnya benda m mulai bergerak dari titik keseimbangan (berarti x = 0),
maka sudut θ0 diperoleh dari persamaan kondisi awal,
⃗ ω t + θ0 )
X (t) = A sin (⃗

X (t = 0)= A sin (0+ θ0 )
Oleh karena saat x(t = 0) benda berada di x = 0, maka 0 = A sin θ0 ,
sehingga θ0 =0 , dan persamaan simpangan menjadi
X (t) = ⃗
⃗ A sin (⃗
ω t +0)

X (t) = ⃗
A sin ⃗
ωt

Bagaimana jika benda mmulai bergerak dari titik terjauh sebelah kanan,
brarti ⃗
X = +A, maka sudut θ0 diperoleh dari persamaan kondisi awal

X (t) = ⃗ ω t + θ0 )
A sin (⃗

X (t = 0) = ⃗
A sin (0 + θ0 )
Oleh karena saat ⃗
X (t = 0) benda di ⃗
X = +A, maka A = A sinθ0 , sin θ0 = 1
π π
sin , sehingga θ0 = dan persamaan simpangan menjadi
2 2
π

X (t) = ⃗
A sin (⃗
ωt+ )
2
3) Periode Gerak Harmonik Sederhana
a. Periode Pegas
Menentukan periode gerak harmonik sederhana dari benda m pada ujung
pegas mendatar. Periode ini juga berlaku untuk benda m pada ujung pegas
vertikal. Telah diketahui bahwa penyelesaian dari Persamaan (2.3) adalah
⃗x (t) = ⃗ ω t + θ0 ), maka
A sin (⃗
d ⃗x
=⃗
A ¿.......................................(2.6)
dt
d 2 ⃗x
ω⃗
2 = ⃗ A¿
dt
2
d x
= −ω 2 ¿.................................(2.7)
dt 2

⃗ d 2 ⃗x
karena ⃗x = A sin( ¿ ⃗
ω t+ ω
⃗ 0 ), ¿ maka 2 = −ω 2x
dt
Percepatan GHS
a⃗ = −ω 2x........................(2.8)
Substitusi𝑎 = −ω 2x ke dalam persamaan (2.1), ma⃗ + k ⃗x = 0, memberikan
m(−ω 2x)+ k ⃗x = 0
k
mω 2x = k x ↔ω 2=
m
maka frekuensi sudutunya adalah
ω=
√ k
m
.................................................................(2.9)

periode gerak harmonik sederhana benda pada ujung pegas mendatar atau

tegak yang bergetar dapat diturunkan dari ω= , yaitu
T


T=
ω
↔ T=
√ k
m

Maka periodenya adalah T = 2 π


√ m
k
......................(2.10)

Jika rangkaian pegas berbentuk susunan pegas atau parallel maka nilai
konstanta pegasnya adalah sebagai berikut:
Susunan pegas:
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas-pegas

tersebut disusun   menjadi sebuah   rangkaian. Besar konstanta total

rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas, yaitu rangkaian

pegas seri atau rangkaian pegas paralel.

Susunan Seri

Gambar 2.Susunan Pegas Seri

Prinsip susunan seri beberapa buah pegas adalah sebagai berikut:

 Gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besarnya, dan gaya tarik ini

sama dengan gaya tarik yang dialami pegas pengganti


F= ⃗
⃗ F 1=⃗
F2

 Pertambahan  panjang  pegas  pengganti  seri  Δx,  sama  dengan total

pertambahan panjang tiap-tiap pegas

∆ X=∆ X 1+ ∆ X 2

 Karena ∆ X=∆ X 1+ ∆ X 2 dan ⃗


F = K ∆ X , maka


F ⃗
F ⃗F
= +
KS K1 K2

Dengan membagi persamaan diatas dengan ⃗


F , maka kontanta pegas

pengganti seri memenuhi hubungan sebagai berikut

1 1 1
= +
KS K1 K2

Sehingga jika pegas terdiri atas n pegas persamaannnya adalah sebagai berikut:

1 1 1 1 1
= + + + …+
KS K1 K2 K3 Kn

Atau
n
1 1
=∑
K S i=1 K i

Keterngan :

KS = konstanta pegas pengganti rangkaian seri (N/m)

K1 = kontanta pegas pertama (N/m)

K2 = kontanta pegas kedua (N/m)

K3 = kontanta pegas ketiga(N/m)

Kn = kontanta pegas ke-n (N/m)


Susunan paralel

Gambar 2.Susunan Pegas Paralel

Prinsip susunan paralel beberapa buah pegas adalah sebagai berikut:

 Gaya tarik pada pegas pengganti F sama dengan total gaya tarik pada

tiap pegas

F = ⃗
⃗ F 1+ ⃗
F2

 Pertambahan panjang tiap pegas sama besarnya, dan pertambahan

panjang ini sama dengan pertambahan panjang pegas pengganti

∆ X=∆ X 1= ∆ X 2

 Karena ∆ X=∆ X 1= ∆ X 2 dan ⃗


F = K ∆ X , maka

K p ∆ X =K 1 ∆ X 1 + K 2 ∆ X 2

Dengan membagi persamaan diatas dengan ⃗


F , maka kontanta pegas

pengganti parallel memenuhi hubungan sebagai berikut

K p =K 1+ K 2

Sehingga jika pegas terdiri atas n pegas persamaannnya adalah sebagai berikut:
K p =K 1+ K 2+ K 3+ …+ K n

Atau
n
K p =∑ k i
i=1

Keterngan :

Kp = konstanta pegas pengganti rangkaian parallel (N/m)

K1 = kontanta pegas pertama (N/m)

K2 = kontanta pegas kedua (N/m)

K3 = kontanta pegas ketiga(N/m)

Kn = kontanta pegas ke-n (N/m)

b. Periode Bandul Sederhana


Jika benda ditarik dengan sudut simpangan ≤100 kemudian dilepaskan, maka
benda bergetar (berayun). Gaya yang mengayunkan benda adalah

Gambar 2.3 Gerak Harmonik Sederhana Pada Bandul

Bandul sederhana terdiri dari sebuah bola kecil (bola pendulum) yang digantungkan

di ujung tali ringan tali dapat dianggap tidak teregang dan massanya dapat diabaikan
terhadap bola. Gerak bolak-balik bandul sederhana dengan gesekan yang dapat diabaikan

menyerupai gerak harmonik sederhana.

Gambar 2.2 sebuah bandul dengan panjang L

Gaya yang bekerja pada beban adalah beratnya m g dan tegangan T pada tali. Tali

membentuk sudut θ terhadap vertikal, berat memiliki komponen mg cos θ sepanjang tali

dan mg sin θ tegak lurus tali. x merupakan panjang busur diukur dari dasar lingkaran

sebesar

L
X= …………………………………………….. (2.4)
θ

2
d x
Komponen tangensial percepatan benda adalah 2 , komponen tangensial hukum
dt

Newton adalah:

2
d x
∑⃗
F =−mg sin θ=m 2
dt

Atau

2
d x x
=−g sin θ=−g sin (2.5)
dt
2
L
x
Jika x jauh lebih kecil dibandingkan x/L, sudut θ= adalah kecil, persamaan:
L

2
d x x −g
2
=−g sin θ=−g sin = x (2.6)
dt L L

g
Dengan frekuensi sudut getaran (rad/s) adalah ωₒ ² =
L

Sehingga periode gerak harmonik sederhana dirumuskan sebagai:

T =2 π
√ L
g
(2.7)

Keterangan:

T = Periode (s)

L = panjang (m)

g= percepatan gravitasi bumi (m/s2)

4) Energi Gerak Harmonik Sederhana


1 2
Energi kinetik benda adalah K = m v dan energi potensial pegas adalah
2
U = k x 2. Tidak terdapat gaya-gaya nonkonservatif yang bekerja, sehingga
energi mekanik totalnya, yaitu E = K+U adalah kekal:
E= m v 2+ k x 2= konstanta
Energi mekanik total E juga berpasangan langsung dengan amplitudo
Adari gerak.Jika benda mencapai titik x = A, yaitu perpindahan
maksimumnyadari titik kesetimbangan, benda tersebut berhenti sesaat
kemudian kembali menuju kesetimbangannya. Yaitu, ketika x = A (atau –A), v
1 2
= 0. Pada titik ini energiseluruhnya adalah energi potensial, dan E = KA .
2
Karena E konstanta, besaranini sama dengan E pada setiap titik yang lain.
Dengan menggabungkan pernyataan ini dengan persamaan energi mekanik
total, sehingga:
1 1 1
E= m v 2+ K A2= K A2= konstanta (energi mekanik total pada GHS).
2 2 2

Anda mungkin juga menyukai