PENDIDIKAN ISLAM
KONSEP METODE PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Usman, SS. M.Ag.
REVISI MAKALAH
Disusun Oleh:
Famella Muti Septiana
NIM. 1420411047
PROGRAM PASCASARJANA
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Paradigama mengukur kemajuan suatu bangsa dengan sumber daya alam (SDA) kini telah
berubah dengan paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa dengan sumber daya
manusianya (SDM). Adanya paradigma baru tersebut mengharuskan suatu bangsa untuk
memperkuat sektor pendidikan.
Untuk memperkuat sektor pendidikan di haruskan adanya komponen atau aspek pendidikan
yang unggul antara lain seperti visi, misi, tujuan, kurikulum, tenaga pendidik dan
kependidikan, pembiayaan, sarana prasarana, manajemen, evaluasi , metode atau strategi
pembelajaran dan lain sebagainya.[1]
Akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan serta tuntutan masyarakat akan sebuah suasana yang
lebih demokratis, adil dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, maka berbagai
komponen pendidikan tersebut mengalami perubahan diantara metode atau strategi
pembelajaran yang dituntut pada saat ini adalah berpusat pada aktivitas siswa (students
centris).
Dengan realita yang berkembang saat ini, yaitu dengan diterapkanya kurikulum 2013 yang
sebenarnya masih membingungkan para guru dan siswa, dalam mempelajari satu subtema
setiap pembelajaran dengan berbagai materi yang terkandung didalamya guru dituntut untuk
kreatif dan inovatif dalam menciptakan metode pembelajaran agar materi yang disampaikan
dapat dipahami oleh peserta didik.
Untuk itu, tidak dapat dipungkiri metode merupakan cara atau dengan kata lain sebagai
penghubung materi yang disampaikan kepada siswa, jika metode atau penghubungnya itu
baik, maka pesan yang terkandung dapat diterima dengan baik pula oleh peserta didik.
Dengan metode inilah seluruh potensi peserta didik dapat digali yang pada giliranya dapat
terbentuk manusia yang dapat bersaing dalam menghadapi tantangan hidup dan menjadi
manusia yang beragama sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimana konsep metode dalam islam ?
3. Metode apa sajakah yang digunakan dalam pendidikan islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pendidikan Islam
Pendidikan dalam bahasa arab dikenal dengan istilah tarbiyah, yang berasal dari
kata rabba seperti dinyatakan dalam Q.S. Al Fatihah ayat 2, Allah sebagai Tuhan semesta
alam, yaitu Tuhan yang mengatur dan mendidik seluruh alam. Allah memberikan informasi
tentang arti penting perencanaan, penertiban, dan peningkatan kualitas alam. Manusia
diharapkan selalu memuji kepada Tuhan yang mendidik alam semesta karenayan manusia
juga harus terdidik agar memiliki kemampuan untuk memahami alam yang telah di didik oleh
Allah sekaligus mampu mendekatkan diri kepada Allah sang Pendidik Sejati. Sebagai
makhluk Tuhan, manusia idealnya melakukan internalisasi secara
kontinu (istiqomah) terhadap nilai-nilai ilahiyah agar mencapai derajat insan kamil (manusia
paripurna) sesuai dengan kehendak Allah SWT.[2]
Untuk mewujudkan manusia yang paripurna (insan kamil) sesuai dengan tuntunan al-Quran,
maka guru sebagai pendidik di sekolah yang berperan membelajarkan siswa harus mampu
memaksimalkan komponen pembelajaran diantaranya metode pendidikan dalam islam.
Metode sangat berfungsi dalam penyampaian materi pendidikan. namun, dalam hal itu
menurut perspektif al-Quran harus bertolak dari pandangan yang tepat kepada manusia
sebagai makhluk yang dapat didik melalui pendekatan jasmani, jiwa dan akal pikiran. Karena
itu ada materi yang berkenaan dengan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik dan
kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.[9]
Jadi, dalam penggunaan metode dapat dilakukan dengan menyelidiki obyek yang akan
menerima materi sehingga dapat ditentukan metode apa yang cocok untuk dipakai karena
tepat dan tidaknya metode yg digunakan akan menentukan keberhasilan siswa,
1. Al Ghazali
Perhatian Al-Ghazali terhadap metode pengajaran lebih dikhususkan bagi pengajaran
pendidikan agama untuk anak-anak. Untuk ini ia telah mencontohkan suatu metode
keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan penanaman sifat-sifat
keutamaan pada diri mereka. Metode pengajaran menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi
dua bagian antara pendidikan agama dan pendidikan akhlak.
Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan
pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan
dalil-dalil dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.
Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak
sedini mungkin. Sebab dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan
menerima kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak dituntut
untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, pengajaran harus
mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak
adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang akan melahirkan berbagai perbuatan
baik dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.[10]
2. Ibn Khaldun
Menurut Ibn Khaldun bahwa mengajarkan pengetahuan kepada pelajar hanyalah bermanfaat
apabila dilakukan dengan berangsur-angsur, setapak demi setapak dan sedikit demi sedikit.
Pertama-tama harus diberi pelajaran tentang soal-soal mengenai setiap cabang pembahasan
yang dipelajarai. Keterangan-keterangan harus diberikan secara umum sesuai dengan
kekuatan pikiran dan kesanggupan untuk menerima pelajaran. Setelah memahami hal itu
barulah mempelajari hal hal pokok tentang seluk beluknya. [11]
3. Ikhwanus Shafa
Dia mengemukakan prinsip “mengajar dari hal yang konkrit ke abstrak”. Berkata ikhwanus
Shafa dalam rasailnya: seharusnya orang yang ada (maujudat), ialah agar mengetahui dasar-
dasar itu menurut hakikatnya maka pertama-tama supaya dia mempelajari dasar-dasar segala
yang konkrit yang dapat diraba. Dengan demikian akan terbuka pikirannya dan menjadi kuat
untuk mempelajari segala yang abstrak. Karena pengenalan hal yang konkret lebih banyak
menolong bagi pelajar-pelajar pemula untuk memahami.
Metode pemberian contoh-contoh menurut mereka sangat perlu dalam pengajaran. Anak akan
mudah menerima pelajaran-pelajaran, contoh-contoh dan misal-misal dalam penulisan
karangan-karangan mereka (Rasaail) ikhwanus shafa. Banyak sekali keruwetan-keruwetan
falsafiyah dapat diuraikan mereka dengan jelas dengan menggunakan contoh-contoh dan
perumpamaan-perumpamaan.[12]
4. Az Zurnuji
Prinsip metodologi pendidikan slalu menunjukan aspek berganda. Satu aspek menunjukan
anak belajar di aspek lain menunujukan guru mengajar. Untuk mengadakan tinjauan terhadap
pikiran syekh az Zarnuji. Maka terebih dahulu dikemukakan dua prinsip pendidikan modern
untuk dijadikan patokan.
Metode belajar tergantung pada kualitas mental tiap individu. Beberapa kualitas mental itu
lebih kurang bersamaan diantara anak-anak. Hal ini memungkinkan untuk menyusun metode
umum dalam mengajar sehingga anak-anak dapat diorganisir ke dalam kelas. Namun, perlu
diingat secara mendetail anak-anak itu berbeda satu sama lain baik fisiknya, tempramennya
ataupun kecerdasanya. Karena itu masih diperlukan metode mengajar yang dapat memenuhi
kebutuhan khusus tiap individu. ,
5. Ibnu Sina
Konsep metode yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran.
Dalam setiap pembahasan materi pelajaran Ibnu Sina selalu membicarakan tentang cara
mengajarkan kepada anak didik. Berdasarkan pertimbangan psikologinya, Ibnu Sina
berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada
bermacam-macam anak didik dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai
cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.
Penyampaian materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan dengan sifat dari
materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan
kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain
metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, dan penugasan.[14]
1. Metode Teladan
Dalam Q.S. Al Ahzab: 21 yang artinya: “Dalam diri Rosulluloh itu kamu dapat menemukan
teladan yang baik” dari ayat itu mengandung makna bahwa dalam ayat itu diangkat sebagai
bukti adanya metode keteladanan dalam al-Quran. Muhammad Quthb mengisyaratkan bahwa
didalam diri Rosulluloh, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi islam, suatu
bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung.[15] Metode ini dianggap
penting karena aspek agama yang termasuk kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku (behavioral).
2. Metode Kisah –kisah
Dalam al-Quran juga terdapat kisah-kisah, yang menurut Quraish Shihab bahwa dalam
mengemukakan kisah al-Quran tidak segan untuk menceritakan kelemahan manusiawi.
Namun hal itu menurutnya digambarkan sebagaimana adanya. Kisah tersebut biasanya
menggaris bawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat kesadaran manusia dan
kemenangannya mengalahkan kelemahannya tadi.[16]
3. Metode Nasihat
Didalam al-Quran terdapat kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan
manusia kepada ide yang dikehendakinya. Nasihat yang disampaikan selalu disertai panutan
atau teladan dari si pemberi nasehat. Ini menunjukan bahwa dalam satu metode yakni nasehat
dengan metode lain dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.
4. Metode Pembiasaan
Cara lain yang digunakan al-Quran dalam memberikan pelajaran adalah dengan melalui
kebiasaan yang sifatnya bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang
bersifat negatif. Al-Quran menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu metode pendidikan
yang merubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan.
5. Metode ceramah (Khutbah)
Ceramah merupakan metode yang paling banyak dilakukan untuk menyampaikan atau
mengajak orang lain mengikuti ajaran yang telah ditentukan. [17] Metode ceramah adalah
cara penyajian pelajaran, yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan
secara langsung terhadap peserta didik. [18]
Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis
besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan
bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari peserta didik, disajikan secara sistematik, menggairahkan dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merespons serta motivasi belajar yang kuat
dari peserta didik.
6. Metode Diskusi
Metode diskusi diperhatikan dalam al-Quran dalam mendidik dan mengajar manusia dengan
tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah.
Misalnya dalam Q.S. al-Ankabut: 49 yang artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengn
ahli kutab, melinkan dengan cara yang baik”. Metode diskusi sangat diakui dalam
pendidikan islam. Namun, sebagaimana disebutkan diskusi itu harus didasarkan kepada cara-
cara yang baik.
7. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
dikemukakan oleh guru yang harus dijawab oleh siswa. Dalam praktiknya, metode tanya
jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran
yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses tanya jawab yang berlangsung
dan diakhiri tindak lanjut.
Metode tanya jawab banyak digunakan karena banyak menarik perhatian, merangsang daya
pikir, membangun keberanian, melatih kemampuan berbicara dan berpikir secara teratur serta
sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik secara objektif.[19]
BAB III
KESIMPULAN
Metode atau strategi pendidikan islam yaitu cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
yang dalam hal ini adalah suatu cara atau jalan untuk menanamkan pada diri seseorang
tentang pengetahuan agama sehingga terlihat pada diri seseorang pribadi yang islami.
Metode memiliki peran yang penting dalam menyampaikan materi. Untuk itu, guru sebelum
mengajar hendaknya menyiapkan metode atau strategi yang akan digunakan dengan
mempertimbangkan latar belakang atau kemampuan siswa serta materi yang akan diajarakan
karena tepat dan tidaknya metode yang digunakan akan menunjang keberhasilan siswa dalam
menyerap materi.