Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :


Malpraktik dapat diartikan sebagai setiap tindakan medis yang dilakukan oleh dokter atau
oleh orang-orang dibawah pengawasannya atau oleh penyedia jasa Kesehatan yang dilakukan
terhadap pasiennya, baik dalam hal diagnosis, terapeutik, atau manajemen penyakit, yang dil
akukan secara melanggar hukum, kepatutan, kesusilaan, dan prinsip-prinsip professional, bai
k dilakukan dengan kesengajaan, atau ketidakhati-hatian, yang menyebabkan salah tindak, ra
sa sakit, luka, cacat, kematian, kerusakan pada tubuh dan jiwa, atau kerugian lainnya dari pas
ien dalam perawatannya, yang menyebabkan tenaga Kesehatan harus bertanggungjawab baik
secara administrasi atau secara perdata dan atau secara pidana.1
Ketentuan mengenai malpraktik tidak ada diatur dalam Undang-Undang Kesehatan, oleh
karena itu perlu adanya aturan tersendiri yang mengatur tentang malpraktik. Hal itulah yang s
ampai sekarang masih menjadi perbincangan di kalangan masyarakat dan penegak hukum. 2
Malpraktik perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak dipenuhinya
isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh dokter atau tenaga kesahatan lai
n, atau terjadinya perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan k
erugian pada pasien. Menyangkut gugatan seorang pasien dalam proses perdata terhadap ten
aga Kesehatan yang menanganinya, hampir semua, kalau tidak dapat dikatakan semuanya, ad
alah menyangkut tuntutan ganti rugi. Dasar hukum yang berlaku adalah Pasal 1365 Kitab Un
dang-Undang Hukum Perdata (selanjutnyan disebut KUH Perdata), mengenai ketentuan perb
uatan melawan hukum harusn dipenuhinya empat unsur, yaitu : 3
1. Pasien harus mengalami suatu kerugian
2. Terdapat kesalahan atau kelalaian
3. Terdaoat hubungan kausal antara kerugian dan kesalahan
4. Perbuatan itu melanggar hukum
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah N0 32 Tahun 1996 (selanjutnya disebut dengan PP
Tenaga Kesehatan), terdapat beberapa jenis tenaga Kesehatan, diantaranya : 4
a. Tenaga Medis
b. Tenaga Keperawatan
c. Tenaga Kesehatan Masyarakat
d. Tenaga Gizi
e. Tenaga Keterapian Fisik
f. Tenaga Keteknisan Medis
Berkenaan dengan kerugian yang sering diderita pasien akibat kesalahan (kesengajaan/kealpa
an) para tenaga kesehatan karena tidak menjalankan praktik sesuai dengan standar profesi, sa
at ini masyarakat telah memenuhi pengetahuan serta kesadaran yang cukup terhadap hukum
yang berlaku, sehingga ketika pelayanan kesehatan yang mereka terima kurang dirasa kuran
g optimal bahkan menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan atau dianggap telah terjadi mal
1
(Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung : 2008, hlm 249)

2
(Ameln F, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta : 1991, hlm 130).
3
(S. Soetrisno, Malpraktik Medik dan Mediasi sebagai alternatif Penyelesaian Sengketa, Telaga Ilmu, Tangerang : 2
010, hlm 8)
4
(Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 32 Tahin 1996 Tentang Tenaga Kesehatan)
praktik, masyarakat akan mengajukan gugatan baik kepada sarana pelayanan kesehatan mau
pun kepada tenaga kesehatan yang bekerja didalamnya atas kerugian yang mereka derita. 5
Dalam penulisan ini akan dibahas tentang dugaan malpraktik yang dilakukan oleh seorang Pe
rawat.
Demi mewujudkan keadilan , memberikan perlindungan, serta kepastian hukum bagi se
mua pihak, dugaan kasus malpraktik harus diproses secara hukum. Tentunya proses ini tidak
mutlak menjamin akan mengabulkan tuntutan dari pihak pasien atau keluarganya secara penu
h, atau sebaliknya membebaskan pihak tenaga kesehatan maupun sarana pelayanan kesehatan
yang dalam hal ini sebagai pihak tergugat, dari segala tuntutan hukum. 6 Bahkan saat ini dihar
apkan tuntutan dugaan malpraktik dapat diselesaikan secara restorative justice atau secara m
ediasi (non litigasi).
Penulisan ininsebaga tugas kelom[ok dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa M
HKes akan mengangkat beberapa kasus dugaan malpraktik Keperawatan yaitu :
Kasus 1…..
Kasus 2…..
Kasus 3….

Ke…….kasus diatas melanggar ketentuan Pasal……UU……

Pasal 30, 35, 38 Undang-Undang No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pasal 30 ayat
(1) huruf h menyebutkan bahwa : “Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keper
awatan di nbidang upaya kesehatan perorangan, perawat berwenang memberikan konsultasi
keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter.”
 sedikit membahas kasus……….

Disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Keperawatan menjadi Undang-Undang


pada Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) pada tangg
al 25 September 2014, berarti bahwa seorang perawat telah memiliki payung hukum tersendi
ri yang mengatur profesinya, sehingga tidak hanya berpegang pada Undang-Undang Kesehat
an yang mengatur tentang tenaga Kesehatan secara umum.7

Dikemudian hari diharapkan para tenaga kesehatan (khususnya perawat) tidak akan mela
kukan malpraktik lagi, tentunya terlebih dahulu harus mengetahui hak dan kewajibannmya m
asing-masing dengan memahami Undang-undang Kesehatan dan Undang-undang Keperawat
an.

1.2 Rumusan Masalah : (dr Ruri)


1.2.1 Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan suatu Tindakan menjadi suatu Malpraktik Kep
erawatan?
1.2.2 Area mana saja yang memungkinkan Perawat melakukan Malpraktik Keperawatan?

5
(Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan bagi Dokter yang Diduga Melakkan Medikal Malpraktik,
Karya Putra Darwati, Bandung : 2012, hlm 161).
6
(Dahlan S, Hukum Kesehatan, Universitas Diponegoro, Semarang : 2002, hlm 71).
7
(Kompas, Jumat, 26 September 2014, hlm 1)
1.2.3 Apa saja Dasar Hukum Malpraktikm Keperawatan?
1.2.4 Bagaimana penyelesaian pada sengketa Malpraktik yang dilakukan seorang perawat?

1.3 Tujuan Penulisan :

1.4 Manfaat Penulisan :

Anda mungkin juga menyukai