Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para filsuf dari berbagai zaman telah menggunakan jalan dan cara pikir, yang mereka
harap mampu menuntun mereka pada akar dari ilmu pengetahuan. Sebuah kebenaran
yang mendefinisikan semesta, memetakan dunia, dan pada akhirnya mampu menjabarkan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Rasionalisme adalah salah satunya.

Filsafat modern yang lebih berfokus pada pencarian dasar ilmu pengetahuan dari
kenyataan yang sesungguhnya, didorong oleh kebangkitan masa Renaisans. Dimana para
perintisnya seperti, Galileo, Francis Bacon, dan Descartes terus-menerus memborbardir
konsep-konsep teologi filsafat skolastik dengan ilmu pengetahuan modern. Apa yang
diyakini sebagai kebenaran di masa skolastik, ternyata tidak lain adalah kesesatan yang
mengendap berabad-abad. Bumi tidaklah berbentuk seperti cakram, nyatanya ia
berbentuk bulat dan tidak mempunyai ujung. Bumi juga bukanlah pusat tata surya,
dimana matahari dan planet lain mengitarinya, melainkan bumilah yang selama ini
mengitari matahari. Doktrin lama yang disodorkan kepada para ahli dan filsuf
terbantahkan oleh kebenaran logika dan pembuktian ilmiah. Ilmu-ilmu alam yang
menuntut kebenaran nyata dan utuh, sudah tidak bisa lagi bergantung pada pemikiran
ketuhanan dan serba gaib. Disinilah pemikiran menggunakan rasio menjadi populer
untuk dijadikan dasar dan tumpuan kebenaran. Makalah ini selanjutnya akan membahas
rasionalisme secara ringkas melingkupi asal mula, definisi, dan para filsuf penggerak
paham ini serta buah-buah pemikiran mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti rasionalisme klasik dan modern?
2. Siapa tokoh rasionalisme klasik dan modern?
3. Apa pemikiran dari tokoh rasionalisme?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian rasionalisme klasik dan modern.
2. Untuk mengetahui tokoh rasionalisme klasik dan modern.
3. Untuk mengetahui pemikiran dari tokoh rasionalisme.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasionalisme Klasik dan Modern


Rasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa inggris rasionalisme yang
berakar dari bahasa latin yaitu ratio yang berarti akal. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia rasionalisme adalah teori (paham) yang menganggap bahwa
pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem
(kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra, paham yang lebih mengutamakan
(kemampuan) akal daripada emosi atau batin. Arti lain dari rasionalisme atau gerakan
rasional adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah
ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada
melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang
berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Dan
seperti dinyatakan A.R. Lacey dalam A Dictionary Philosophy (1996) rasionalisme
adalah pandangan yang mementingkan akal sebagai sumber pengetahuan dan
kebenaran.
Rasionalisme menurut Bourke (1962) diartikan sebagai sebuah metodologi
atau sebuah teori yang meyakini syarat kebenaran bukanlah apa yang dirasa indera
tetapi dipikirkan dengan logis dan deduktif. Karena itulah para rasionalis
mengedepankan akal dan kemampuan logika diatas eksperimen serta pembuktian-
pembuktian fisik, atau dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy (2004) sebut
dengan adanya cara-cara tertentu (dalam rasionalisme) yang mampu membangun
konsep dan pengetahuan tanpa bergantung pada pengalaman inderawi. Disinilah
rasionalisme berhadapan dengan empirisme, paham yang menuntut sebuah
pengetahuan dibuktikan, diteliti, dan dihadirkan dalam wujud fisik yang nyata.

Rasionaliasme Klasik menurut Plato, realitas yang senantiasa berubah adalah


dunia fasis (fenomena alam), sedangkan realitas yang sempurna yang tidak berubah
terdapat dalam dunia idea. Bagi Plato (Meyer, 1950) ada pengetahuan yang sempurna,
ada kebaikan sejati, ada kebenaran abadi, yang tidak dapat dijangkau oleh setiap
orang. Pengetahuan yang benar (empirisme) haruslah memenuhi dua kriteria:
3

(a). Pengetahuan itu harus pasti, (b). Pengetahuan itu harus tentang realitas yang
sempurna dan abadi.

Rasionalisme Zaman Modern menurut Rene Descartes yaitu Rasionalisme


dalam pembicaraan sehari-hari diartikan sebagai upaya untuk mempertimbangkan
segala hal di bawah pertimbangan akal budi (rasio).

B. Tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya


Berikut ini terdapat dua tokoh besar paham rasionalisme, adalah sebagai berikut.
1. Plato
Plato adalah pemikir rasionalis pertama atau klasik. Menurut plato, saatu-
satunya pengetahuan sejati adalah apa yang disebutkan sebagai episteme, yaitu
pengetahuan sejati dan tak berubah, sesuai dengan ide-ide abadi. Oleh karena itu, apa
yang kita tangkap melalui pancaindra hanya merupakan turan cacat dari ide-ide
tertentu yang abadi.  Jadi, pengetahuan bagi plato adalah hasil ingatan yang melekat
pada manusia. Pengetahuan adalah pengenalan kembali akan hal yang sudah diketahui
dalam Ide Abadi. Pengetahuan adalah kumpulan ingatan terpendam dalam benak
manusia.
2. Rene Descartes
Descartes adalah filsuf yang meneruskan sikap kaum skeptis. Sasaran utama
Descartes adalah bagaimana kita bisa sampai pada pengetahuan yang pasti benar. Kita
perlu meragukan segala sesuatu sampai kita mempunyai ide yang jelas dan tepat
(clara et distinct). Descartes menghendaki agar kita tetap meragukan untuk sementara
waktu apa saja yang tidak bisa kita lihat dengan terang akal budi sebagaiu yang pasti
benar dan tak diragukan lagi. Ini disebut dengan keraguan metodis, yang berfungsi
sebagai alat untuk emnyingkirkan semua prasangka, tebakan, dan dugaan yang
menipu dan karenanya menghalangi kita untuk sampai pada pengetahuan yang benar-
benar punya dasar yang kuat. Salah satu unsure utama yang menipu dan menghalangi
kita untuk sampai pada pengetahuan sejati sadalah pengalaman inderawi. Menurut
Descartes, yang perlu dilakukan adalah menggunakan alat ilmu ukur dan matematika
sampai pada kebenaran yang pasti, yaitu akal budi, karena hanya akal budi yang bisa
memberi kita kepastian.
4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir rasional berarti mendasari pikiran dengan akal dan logika. Kebenaran
didapat dari hasil berpikir dan meramu fakta, teori, serta kenyataan indrawi yang ada.
Dampaknya, paham ini mengeliminir pengetahuan yang dirasa tidak masuk akal, tidak
ada logikanya, seperti hal-hal gaib, malaikat atau mukjizat. Namun, bukan berarti
rasionalisme sama dengan atheisme. Para rasionalis yang selalu mengedepankan
pemikiran logis, lama kelamaan terbentur kenyataan bahwa memang ada kekuatan di
luar dirinya yang mengatur jagad raya. Tidak bisa dipungkiri bahwa semesta berjalan
dalam mekanisme tertentu, yang belum bisa mereka jelaskan. Dari Plato hingga
Descartes, semuanya menyusun konsep pemikiran yang memberikan tempat pada
mekanisme alam dengan adanya suatu Zat pengatur. Substansi, monad, atau apapun
mereka menamakannya, sungguh hakikatnya mereka hanya berusaha menjelaskan
konsep ketuhanan.

B. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum
sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
untuk kesempurnaan makalah ini, dengan meningkatkan wawasan dan pengetahuan
kita tentang filsafat umum khususnya rasionalisme (Plato dan Descartes).
5

DAFTAR PUSTAKA

Hardiman, F. Budi. 2011. Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern.Jakarta:


Penerbit Erlangga.
MAKALAH RASIONALISME, PDF Version, Anindya Atma Zulatsari.

Anda mungkin juga menyukai