Anda di halaman 1dari 22

NAMA : AHMED JHORDY

NIM : 2105176011
Pas foto KELOMPOK : II (DUA)
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KOMPUTER
KELAS : REGULER A
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN V
KARAKTERISTIK SENYAWA IONIK DAN SENYAWA KOVALEN

Disusun oleh:
Nama : Ahmed Jhordy
NIM : 2105176011
Kelompok : II (Dua)
Kelas : Reguler A
Program Studi : Pendidikan Komputer

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Nama : Ahmed Jhordy


NIM : 2105176011
Kelompok : II (Dua)
Kelas : Reguler A
Program Studi : Pendidikan Komputer
Percobaan ke- :5
Judul Percobaan : Karakteristik Senyawa Ionik dan Senyawa Kovalen

Samarinda, 28 Oktober 2021


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Dian Nopita Sari Ahmed Jhordy


NIM. 1905026010 NIM. 2105176011
1

PERCOBAAN V
KARAKTERISTIK SENYAWA IONIK DAN SENYAWA KOVALEN

A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menunjukkan karakteristik senyawa ionik dan senyawa
kovalen serta mengamati hubungan antara ikatan ionik dan ikatan kovalen
dengan sifat-sifat fisik zat.

B. Dasar Teori
Senyawa adalah suatu zat yang tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau
lebih yang terikat secara kimia dengan perbandingan yang tetap. Senyawa ionik
adalah senyawa yang terbentuk dari kation (ion positif) dan anion (ion negatif).
Semua kation diturunkan dari atom logam, sedangkan anion dari atom non
logam. Senyawa kovalen adalah senyawa yang hanya mengandung ikatan
kovalen. Struktur yang digunakan untuk menggambarkan senyawa kovalen F2
disebut struktur Lewis. Struktur lewis adalah penggambaran ikatan kovalen
yang menggunakan lambang titik Lewis di mana pasangan elektron ikatan
dinyatakan dengan satu garis atau sepasang titik yang diletakkan di antara kedua
atom, dan pasangan elektron bebas dinyatakan dengan titik-titk pada masing-
masing atom ( Hal. 13, 59, 88)
Sifat-sifat senyawa ion:
1. Titik leleh dan titik didih tinggi karena ikatan ionnya kuat.
2. Kebanyakan berwujud padat pada suhu ruang
3. Rapuh (brittle), akan hancur jika dipalu
4. Larut dalam pelarut polar, seperti air, dan tidak larut dalam pelarut nonpolar
5. Tidak menghantarkan listrik dalam keadaan padat. Dalam keadaan meleleh
atau ketika dilarutkan dalam air dapat menghantarkan listrik karena ion-ion
dalam keadaan bebas untuk membawa muatan-muatan, dalam keadaan cair,
ion-ion tidak terikat secara ionik sebagaimana dalam keadaan padat.
(3 Hal. 114)
2

Teori ikatan kimia berdasarkan teori Bohr


1. Ikatan ionik
Untuk mengetahui ikatan kimia dengan lebih dalam, atom harus dikenal
dengan lebih dalam.Daro awal abad 20, pemahaman ilmuwan tentang
struktur atom bertambah mendalam, dan hal ni mempercepat perkembangan
teori ikatan kimia Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927)
menganggap kestabilan gas mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang
penuh (yakni, konfigurasi elektron di kulit terluarnya, kulit valensi, terisi
penuh). Ia berusaha memperluas interpretasinya ke atom lain. Atom selain
gas mulia cenderung mendapatkan muatan listrik (elektron) dari luar atau
memberikan muatan listrik ke luar, bergantung apakah jumlah elektron di
kulit terluarnya lebih sedikit atau lebihbanyak dari atom gas mulia yang
terdekat dengannya. Bila suatu atom kehilangan elektron, atom tersebut
akan menjadi kation yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan gas
mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan elektron, atom tersebut
akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang sama dengan atom
gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong pembentukan
ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion. Ikatan kimia
yang dibentuk disebut dengan ikatan ionik. Kulit K dan L atom natrium
terisi penuh elektron, tetapi hanya ada satu elektron di kulit terluar (M). Jadi
natrium dengan mudah kehilangan satu elektron terluar ini menjadi ion
natrium Na+ yang memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan atom
neon Ne (1s2 2s2 2p6). Konfigurasi elektron atom khlor
(1s 2 2s2 2p6 3s 2 3p5). Bila satu atom khlorin menangkap satu elektron
untuk melengkapi kulit M-nya agar menjadi terisi penuh, konfigurasi
elektronnya menjadi (1s 2 2s2 2p63s 2 3p6) yang identik dengan konfigurasi
elektron argon Ar. Pada waktu itu, sruktur kristal natrium klorida telah
dianalisis dengan analisis kristalografik sinar- X, dan keberadaan ion
natrium dan khlorida telah diyakini. Jelas tidak ada pertentangan antara teori
Kossel dan fakta sepanjang senyawa ion yang dijelaskan. Namun, teori ini
belum lengkap, seperti dalam kasus dualisme elektrokimia, dalam hal teori
3

ini gagal menjelaskan fakta ekesperimen seperti pembentukan senyawa


hidrogen atau tidak diamatinya kation C4+ atau anion C4− (7 Hal. 44)
2. Ikatan kovalen
Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton Lewis (1875-
1946) dan Irving Langmuir (1881-1957), secara independen menjelaskan
apa yang tidak terjelaskan oleh teori teori Kossel dengan memperluasnya
untuk molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah penggunaan
bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit
terluar yang diisi penuh elektron. Penggunaan bersama pasangan elektron
oleh dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru waktu itu. Teori ini
kemudian diperluas menjadi teori oktet. Teori ini menjelaskan, untuk gas
mulia (selain He), delapan elektron dalam kulit valensinya disusun seolah
mengisi kedelapan pojok kubus sementara untuk atom lain, beberapa
sudutnya tidak diisi elektron. Pembentukan ikatan kimia dengan
penggunaan bersama pasangan elektron dilakukan dengan penggunaan
bersama rusuk atau bidang kubus. Dengan cara ini dimungkinkan untuk
memahami ikatan kimia yang membentuk molekul hidrogen. Namun,
pertanyaan paling fundamental, mengapa dua atom hidrogen bergabung,
masih belum terjelaskan. Sifat sebenarnya ikatan kimia masih belum
terjawab (7 Hal. 45).

Gambar 1. Teori oktet Lewis/Langmuir. Model atom dan molekul


sederhana. Ikatan tunggal diwakili oleh penggunaan bersama rusuk
kubus, ikatan ganda dengan penggunaan bersama bidang kubus.
(7 Hal. 45)
4

Salah satu cara membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen adalah titik leleh.
Secara umum, senyawa ion memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan
dengan senyawa kovalen. Titik leleh suatu senyawa ini dapat dilihat dari ukuran
kation (densitas muatan) dan ukuran anion. Semakin mudah kation
mempolarisasi anion, maka titik leleh senyawa tersebut semakin kecil. Contoh,
titik leleh KF lebih tinggi daripada titik leleh KCl karena ion K lebih mudah
mempolarisasi ion Cl- dibandingkan dengan ion F-. Berbeda dengan kalium
halida (yang titik leleh senyawa semakin menurun dengan naiknya ukuran ion
halida), perak halida justru titik didih semakin besar dengan kenaikan ukuran
halida. Hal ini sesuai dengan aturan fajans yang ketiga bahwa ion yang tidak
berkonfigurasi gas mulai lebih mudah mempolarisasi (3 Hal. 118).
Ikatan kovalen polar akan terjadi jika salah satu atom yang berikatan
mempunyai elektronegativitas yang jauh lebih besar dari pada yang lain, karena
elektron- elektron menghabiskan lebih banyak untuk berada di dekat salah satu
atom. Ikatan-ikatan polar yang lain dapat dianggap sebagai peralihan dari ikatan
kovalen yang mana pembagian elektronnya tepat sama rata, ke ikatan ionic
(ionic band). Ikatan kovalen non polar dan ikatan kovalen polar adalah
keelektronegatifan yaitu kemampuan untuk menarik elektron dalam ikatan
kimia. Unsur-unsur dengan keelektronegatifan memiliki kecenderungan yang
lebih besar untuk menarik elektron dari pada dengan keelektronegatifan lebih
rendah. Keelektronegatifan berkaitan dengan ion dan energi ionisasi. Ikatan
ionik biasanya menggabungkan satu atom dari suatu ikatan. Ikatan ionik murni
mempunyai 100 persen sifat ion, meskipun ikatan seperti itu belum pernah
ditemukan, sedangkan ikatan nonpolar atau ikatan kovalen murni memiliki nol
persen sifat ion (1 Hal. 267 & 269)
Salah satu cara yang paling mudah untuk membedakan sifat ionik dari sifat
kovalen suatu spesies adalah dengan membandingkan titik lelehnya. Senyawa
ionik (dan juga senyawa kovalen jaringan) cenderung mempunyai titik leleh
tinggi, tetapi senyawa kovalen sederhana mempunyai titik leleh rendah.
Beberapa sifat yang membedakan senyawa ionik dari senyawa kovalen, secara
sederhana dapat dilihat dari struktur kristalnya. Kristal ionik dibangun oleh kisi-
5

kisi yang tersusun oleh ion-ion positif dan ion-ion negatifsedemikian sehingga
gaya tarik-menarik antara ion-ion yang berlawanan muatan mencapai
maksimum dan gaya tolak-menolak antara ion-ion sama muatan mencapai
minimum (5 Hal. 41 & 48)
Barangkali ikatan ionik atau heteropolar merupakan bentuk ikatan yang
paling sederhana. Hal ini terjadi antara elemen-elemen elektropositif dan
elektronegatif. Suatu bentuk sederhana dari ikatan ionik adalah ikatan antara ion
sodium positif dan ion negatif chlorine dalam sodium chloride. Atom Na energi
ionisasi yang rendah sehingga mudah kehilangan elektron dan atom chlorine,
mempunyai afinitas elektron yang kuat tinggi serta mempunyai kecenderungan
yang kuat menerima elektron. Adapun reaksinya dapat dituliskan, Na+ + Cl →
Na+ + Cl− → NaCl (6 Hal. 16)

Gambar 2. Molekul Ionik


(6 Hal. 16)
Energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari atom Na sehingga
menjadi ion Na+ adalah 5.1 eV. Oleh karena itu, Na + 5.1 eV → Na+ + e− .
Sedangkan afinitas dari chlorine adalah 3,6 eV, Cl + e− → Cl− + 3,6 eV. Jadi,
energi nettonya = 5.l eV – 3.6 eV = 1.5 eV, dan persamaannya, Na + Cl +
1,5 eV → Na+ + Cr − . Energi kisi suatu kristal ionik akan berbeda dengan
energi ikat dua atom karena pembentukan molekul ionik merupakan interaksi
lebih dari dua ion. Energi ikat suatu kristal merupakan energi yang harus
diberikan pada kristal untuk memisahkan komponen-komponennya menjadi
atom-atom bebas yang netral pada jarak tak berhingga dengan konfigurasi
elektron yang sama. Sedangkan energi kisi digunakan untuk kristal ionik, yaitu
energi yang harus diberikan pada kristal untuk memisahkan ion-ion
6

komponennya menjadi ion- ion bebas pada jarak tak terhingga. Sebagai contoh
adalah kristal NaCl. Kristal ini terikat sangat kuat dengan energi ikat lebih
kurang 5 – 10 eV. Ini merupakan energi yang diperlukan untuk membebaskan
kisi menjadi ion positif dan negatif pada jarak tak terhingga (6 Hal. 16-17)
Ikatan kovalen terjadi apabila dua atom atau lebih saling memberikan
elektronnya dan akan membentuk elektron urunan (sharing electron). Kita telah
mengetahui bahwa tiap-tiap elektron beredar mengelilingi intinya maka pada
elektron urunan tersebut di atas beredar bersama-sama di antara atom- atom dan
menghasilkan gaya tarikan antara elektron dengan atom induknya. Sebagai
contoh molekul hydrogen H2 , elektron-elektron urunannya menjadi milik kedua
proton. Dalam hal ini gaya tarik yang dilakukan oleh elektron urunan dan proton
lebih besar dari gaya tolak di antara elektron maupun proton. Akan tetapi bila
kedua proton saling mendekat maka gaya tolak akan meningkat. Pada
kedudukan setimbang, energi total molekul H2 adalah –4,5 eV. Berarti untuk
memecahkan molekul tersebut menjadi dua atom diperlukan energi 4,5 eV. Di
samping itu gaya tolak antara dua atom dapat muncul dari prinsip larangan
Pauli. Dalam hal ini, suatu sistem tidak boleh dua elektron dalam tingkat
kuantum yang sama sehingga beberapa elektron dipaksa ke tingkat energi yang
lebih tinggi dari pada yang ditempatinya semula. Akibatnya, sistem tersebut
akan memiliki energi yang lebih besar daripada sebelumnya dan menjadi tidak
stabil. Dengan kata lain elektron-elektron akan lari menjauh satu dengan yang
lainnya untuk menghindari pembentukan sistem tunggal Keadaan fisis ikatan
kovalen dalam zat padat sama seperti dalam molekul. Telah diuraikan di atas
gaya tariknya berasal dari konsentrasi muatan elektron sepanjang garis yang
menghubungkan inti berurutan, sedangkan gaya tolaknya berasal dari prinsip
larangan Pauli. Beberapa kristal yang memiliki ikatan kovalen adalah intan,
silikon, germanium dan timah putih (6 Hal. 28)
7

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Baterai 9 volt lengkap dengan kabel jepit buaya, 1 buah
b. Bola lampu 5W, 1 buah
c. Elektroda karbon (pensil), 1 buah
d. Gelas, 12 buah
e. Kertas tisu, 1 lembar
f. Sendok spatula, 1 buah
g. Tabung reaksi, 2 buah
2. Bahan
a. Air mineral
b. Air suling
c. Kloroform
d. Larutan cuka
e. Larutan garam dapur
f. Larutan gula
g. Larutan HCl 1 M
h. Larutan NaOH 1 M
(4 Hal. 26)

D. Prosedur Kerja
1. Percobaan 1:
a. Gelas diisi dengan larutan HCl 1 M sebanyak 100 mL
b. 2 buah elektroda pensil dimasukkan ke dalam gelas berisi larutan
HCl
c. 2 buah kabel dipasang pada bola lampu
d. Dihubungkan 1 kabel dari bola lampu dengan salah satu elektroda
dan 1 kabel lainnya dari bola lampu dengan baterai melalui bagian
yang bermuatan positif.
8

e. Dihubungkan elektroda yang 1 lagi dengan baterai melalui ujung


yang bermuatan negatif.
f. Diamati intensitas nyala lampu dengan gelembung gas yang terjadi
pada kedua elektroda dalam larutan.
g. Dilakukan hal yang sama terhadap larutan-larutan yang lain.
2. Percobaan 2:
a. Tabung reaksi diisi dengan air (tabung 1) dan tabung reaksi lainnya
dengan kloroform (tabung 2).
b. Ditambahkan 1 sendok spatula garam ke dalam setiap tabung reaksi.
c. Diamati apakah garam larut dalam tabung 1 dan tabung 2.
d. Dicatat pengamatan anda dalam tabel pengamatan dan data
e. Diulangi langkah a – d untuk gula dan HCl.
(4 Hal. 27)
9

E. HasilPengamatan
1. Hasil Pengamatan
a. Percobaan 1
Tabel 5.1 Daya Hantar Listrik Beberapa Zat

Daya Hantar Listrik


No. Nama Zat
Gelembung Nyala Lampu
1. Air keran Tidak terdapat Tidak menyala
gelembung gas
2. Air aki Terdapat Tidak menyala
(H2SO4) gelembung gas
3. Air soda Terdapat Tidak menyala
(Na2CO3) gelembung gas
4. Air gula Terdapat Tidak menyala
gelembung gas
5. Yakult Tidak terdapat Tidak menyala
gelembung gas
6. Cuka Terdapat Tidak menyala
(CH3COOH) gelembung gas
7. Teh Terdapat Tidak menyala
gelembung gas
8. Pocari Terdapat Tidak menyala
gelembung gas
9. Air garam Terdapat Menyala
(NaCl) gelembung gas

b. Percobaan 2
Tabel 5.2 Kelarutan Beberapa Zat
10

Kelarutan Dalam
No. Nama Zat Pelarut Polar Pelarut Nonpolar
(air) (aseton)
1. Garam dapur Larut Tidak larut
2. Minyak Tidak larut Larut
11

F. Pertanyaan
Buatlah kesimpulan tentang perbedaan karakteristik senyawa ionik dan
senyawa kovalen (polar dan nonpolar) berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan.
Jawaban: Senyawa ion melakukan ikatan antara nonlogam dengan logam
sedangkan senyawa kovalen non polar atau polar hanya bisa melakukan
ikatan dengan sesama unsur non logam. Senyawa ion memiliki titik didih
lebih tinggi dibandingkan senyawa kovalen. Senyawa ion dan kovalen polar
bersifat menghantarkan listrik, berbeda dengan senyawa kovalen nonpolar
tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan elektrolit adalah larutan yang
bisa menghantarkan listrik. Larutan elektrolit terbagi menjadi tiga yaitu
elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. Elektrolit kuat yaitu
larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan kuat. Elektrolit lemah
yaitu larutan yang memiliki daya hantar listrik yang lemah atau kecil. Non
elektrolit yaitu larutan yang tidak bisa menghantarkan listrik.
12

G. Pembahasan
Percobaan ke lima ini memiliki judul ‘Karakteristik senyawa Ionik dan
Senyawa Kovalen’ yang memiliki tujuan yaitu untuk dapat menunjukkan
karakteristik senyawa ionik dan senyawa kovalen serta mengamati
hubungan antara ikatan ionik dan ikatan kovalen dengan sifat-sifat fisik zat.
Senyawa ionik adalah senyawa yang terbentuk dari kation (ion positif)
dan anion (ion negatif). Semua kation diturunkan dari atom logam,
sedangkan anion dari atom non logam. Senyawa kovalen adalah senyawa
yang hanya mengandung ikatan kovalen. Struktur yang digunakan untuk
menggambarkan senyawa kovalen F2 disebut struktur Lewis. Struktur lewis
adalah penggambaran ikatan kovalen yang menggunakan lambang titik
Lewis di mana pasangan elektron ikatan dinyatakan dengan satu garis atau
sepasang titik yang diletakkan di antara kedua atom, dan pasangan elektron
bebas dinyatakan dengan titik-titk pada masing-masing atom.
Sifat-sifat senyawa ionik yaitu; titik leleh dan titik didih tinggi karena
ikatan ionnya kuat, kebanyakan berwujud padat pada suhu ruang, rapuh
(brittle), akan hancur jika dipalu, larut dalam pelarut polar, seperti air, dan
tidak larut dalam pelarut nonpolar, tidak menghantarkan listrik dalam
keadaan padat (dalam keadaan meleleh atau ketika dilarutkan dalam air
dapat menghantarkan listrik karena ion-ion dalam keadaan bebas untuk
membawa muatan-muatan, dalam keadaan cair, ion-ion tidak terikat secara
ionik sebagaimana dalam keadaan padat). Sedangkan senyawa kovalen
sebaliknya, sifat-sifat senyawa kovalen yaitu; memiliki titik didih yang
rendah, saat berbentuk padat dan lelehan tidak menghantarkan listrik
sedangkan ketika berbentuk larutan ada yang menghantarkan listrik,
umumnya tidak larut di dalam air, serta larut ketika dilarutkan dengan
trikloroetana.
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu pada prosedur pertama
alat yang digunakan adalah baterai 9 volt lengkap dengan kabel jepit buaya
1 buah, gelas 9 buah, bola lampu 5w 1 buah, elektroda paku 2 buah, kabel
13

2 buah dan bahan yang digunakan adalah air keran, accu (air aki), soda
putih, air gula, yakult, cuka, teh, poccari, dan air garam. Pada prosedur
kedua alat yang digunakan yaitu hot plate 1 buah, batang pengaduk 1 buah,
gelas 3 buah. Serta bahan yang digunakan yaitu aquadest, aseton, garam
dapur dan minyak dapur.
Larutan elektrolit adalah zat yang dapat membentuk ion-ion dalam
pelarutnya sehingga larutannya dapat menghantarkan listrik. Hal ini
dikarenakan larutan elektrolit terionisasi dalam pelarutnya. Larutan
elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat terionisasi sempurna atau hampir
sempurna menjadi ion-ion dalam pelarutnya dan umumnya menghasilkan
larutan dengan daya hantar listrik yang baik. Larutan elektrolit lemah adalah
elektrolit yang hanya terurai sebagian kecil menjadi ion-ion dalam
pelarutnya dan menghasilkan larutan dengan daya hantar listrik yang buruk.
Larutan non elektrolit adalah zat yang tidak dapat membentuk ion-ion dalam
pelarutnya sehingga larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Hubungan antara larutan elektrolit dengan ikatan kimia pada senyawa ion
yaitu untuk senyawa ion (ikatan ion) adalah senyawa yang terbentuk dari
logam dan non logam yang berikatan ion. Dalam bentuk padatan, senyawa
ion tidak bisa menghantarkan arus listrik karena ion-ionnya tidak dapat
bergerak bebas. Sedangkan dalam bentuk lelehan dapat menghantarkan
listrik karena ion-ionnya dapat bergerak bebas. Begitu pula jika dalam
bentuk larutan, juga dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ion nya
dapat bergerak bebas. Pada senyawa kovalen polar yaitu senyawa yang
terbentuk dari non logam dan non logam yang berikatan kovalen. Dalam
bentuk paatan, tidak dapat menghantarkan listrik karena terdiri dari
molekul-molekul yang bersifat netral. Sedangkan dalam bentuk lelehan juga
tidak dapat menghantarkan arus listrik karena terdiri dari molekul-molekul
yang netral walaupun dapat bergerak. Tapi berbeda jika dalam larutan,
molekul-molekulnya dapat terhidrolisis menjadi ion-ion yang dapat
bergerak bebas. Serta senyawa kovalen non polar yang merupakan Baik
dalam bentuk padatan, lelehan dan larutannya tidak dapat menghantarkan
14

arus listrik karena terdiri dari molekul-molekul netral yang tidak bisa
bergerak.
Berdasarkan sifatnya, bahan dibedakan menjadi 3 yaitu konduktor,
isolator, dan semikonduktor. Begitu juga dengan larutan, larutan ada yang
bisa menghantarkan listrik atau disebut dengan larutan elektrolit, serta
larutan yang tidak bisa menghantarkan listrik atau disebut larutan
nonelektrolit. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena adanya
ion-ion yang bergerak bebas. Ion-ion inilah yang berperan dalam
menghantarkan arus listrik melalui larutan. Ikatan yang dimiliki oleh larutan
elektrolit adalah ikatan ion. Ketika berada di dalam larutan, senyawa ion
mengalami ionisasi dan terbentuk ion positif dan ion negatif. Larutan
elektrolit dibedakan menjadi dua daya hantaran listriknya. Kedua jenis
larutan tersebut adalah larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah.
Perbedaannya adalah pada elektrolit kuat ion-ion yang ada terurai
sempurna, sedangkan larutan elektrolit lemah tidak terurai sempurna atau
terurai sebagian. Selain itu, yang membedakan adalah elektrolit kuat tidak
terdapat molekul zat terlarut dan jumlah ion dalam larutan adalah banyak.
Larutan nonelektrolit dalam larutan masih terdapat molekul zat terlarut dan
jumlah ion yang ada di dalam larutannya hanya sedikit. Larutan
nonelektrolit tidak mampu menghantarkan arus listrik dikarenakan tidak ada
ion-ion yang bergerak bebas di dalam larutan. Ikatan yang dimiliki oleh
larutan nonelektrolit adalah ikatan kovalen. Ikatan kovalen terjadi karena
adanya penggunaan secara bersamaan pasangan elektron. Ketika berada
dalam larutan, senyawa kovalen tidak megalami ionisasi, sehingga tidak ada
ion-ion yang menghantarkan arus listrik. Contoh misalnya dengan
menggunakan lampu kecil, atau larutan yang akan diuji. Hasil pengamatan
dari percobaan ini berupa gelembung dan nyala lampu. Dapat disimpulkan
bahwa larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena terdapat ion-ion
yang bergerak bebas, sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat
menghantarkan listrik karena tidak adanya ion-ion yang begerak bebas.
15

Munculnya gelembung pada larutan dikarenakan adanya ion positif yang


mengalami reaksi reduksi dan ion negatif yang mengalami reaksi oksidasi.
Larutan yang memiliki gelembung sedikit dikarenakan larutan elektrolit
pada larutan bersifat lemah, larutan yang memiliki gelembung banyak
dikarenakan larutan elektrolit yang terdapat pada larutan bersifat kuat,
sedangkan larutan yang tidak memiliki gelembung dikarenakan larutan
bersifat nonelektrolit sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik
ataupun panas.
Paku digunakan untuk menentukan jenis larutan yang sedang digunakan
pada uji coba ini karena paku merupakan logam konduktor yang dapat
menghantarkan arus listrik dengan baik, paku merupakan konduktor yang
bisa menghantarkan panas maupun arus listrik dengan baik.
Senyawa ionik dapat menyalakan lampu hal ini dikarenakan oleh adanya
ion-ion yang awalnya terikat kuat terlepas kemudian masuk dan menyebar
dengan air sebagai medium untuk bergerak. Senyawa kovalen ketika dalam
keadaan murni tidak dapat menghantarkan arus listrik, tapi senyawa kovalen
polar dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan ke dalam pelarut yang
sesuai. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa kovalen polar dalam
pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion. Misalnya senyawa kovalen
polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga dapat menghantarkan
arus listrik. Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk ion di
dalam benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Pada kelarutan senyawa ionik, senyawa ion akan larut di dalam air atau
di dalam pelarut sedangkan kelarutan senyawa kocalen yaitu senyawa
kovalen akan larut di dalam pelarut non polar. Senyawa yang bisa larut di
dalam air biasanya dikarenakan senyawa tersebut bersifat ionik terhadap
pelarutnya yang dimana pelarutnya polar, sedangkan senyawa yang tidak
larut di dalam air karena disebabkan senyawa itu bersifat kovalen yang
sangat sulit berinteraksi dengan pelarut polar. Senyawa kovalen polar yang
larut di dalam air yang molekul sama-sama memiliki muatan positif dan
negative. Saat senyawa kovalen di larutkan ke dalam air maka tidak akan
16

terjadi kelarutan tetapi senyawa kovalen tersebut akan larut dalam pelarut
polar. Senyawa polar (seperti NaCl dan sukrosa) dapat larut di dalam
senyawa polar (aquadest) maupun semi polar (etanol) tetapi tidak dapat larut
dalam pelarut non polar (heksan). Sebaliknya, senyawa non polar (naftalen)
hanya dapat larut dalam senyawa semi polar (etanol) maupun non polar
(heksan) tetapi tidak dapat larut dalam pelarut polar (aquadest).
Pada percobaan ke lima ini terdapat hasil pengamatan tentang daya
hantar listrik ke beberapa zat. Zatnya yaitu air keran, air aki (H2 SO4 ), air
soda (Na2 CO3 ), larutan gula, air garam (NaCl), cuka (CH3 COOH), teh,
pocari, dan yakult. Saat percobaan dengan air keran, pada air keran tidak
terdapat gelembung gas dan lampu tidak menyala. Pada air aki (H2 SO4 )
terdapat gelembung gas tetapi lampu tidak menyala. Air soda (Na2 CO3 )
menghasilkan gelembung gas tetapi lampunya tidak menyala. Air gula
menghasilkan gelembung gas tapi lampu tidak menyala. Yakult tidak
menghasilkan gelembung gas dan juga lampu yang digunakan tidak
menyala. Cuka (CH3 COOH), pada cuka terdapat gelembung gas dan lampu
tidak menyala. Teh menghasilkan gelembung gas dan lampu tidak menyala.
Pocari menghasilkan gelembung gas tetapi lampu tidak menyala. Air garam
(NaCl) menghasilkan gelembung gas serta lampu yang digunakan menyala.
Terdapat juga hasil pengamatan tentang kelarutan dari beberapa zat yaitu
garam dapur dan minyak. Garam dapur dapat larut jika dilarutkan ke dalam
pelarut polar tetapi tidak larut jika dilarutkan ke dalam pelarut nonpolar,
sedangkan minyak tidak larut di dalam pelarut polar tetapi minyak dapat
larut jika dilarutkan ke dalam pelarut nonpolar.
Manfaat senyawa ion dan kovalen dalam kehidupan sehari-hari yaitu
misalnya garam (NaCl) yang digunakan untuk penyedap masakan, cuka
(CH3 COOH) untuk penyedap makanan, air aki (H2 SO4 ) yang biasa
digunakan untuk menyalakan kendaraan seperti motor dan mobil, air soda
(Na2 CO3 ) yang pada umumnya orang gunakan sebagai minuman, air keran
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci baju dan mandi,
17

serta larutan gula yang biasa digunakan untuk memberikan energi kepada
tubuh.
18

H. Kesimpulan

1. Senyawa ionik terbentuk dari kation (ion positif) dan anion (ion negatif).
Semua kation diturunkan dari atom logam, sedangkan anion dari atom
non logam. Sedangkan senyawa kovalen hanya mengandung ikatan
kovalen. Ikatan ion terbentuk ketika dua atom memiliki perbedaan besar
dalam nilai elektronegativitasnya. Sedangkan senyawa kovalen
dibentuk dengan berbagi elektron antara dua atau lebih atom untuk
memenuhi "aturan oktet" yang dimana jenis ikatannya ditemukan dalam
senyawa non-logam.
2. Hubungan ikatan ion dan kovalen merupakan ikatan kuat yang
melibatkan interaksi antara elektron valensi dari suatu unsur. ikatan ion
merupakan sejenis interaksi elektrostatik antara dua atom yang memiliki
kristal, suatu anion dan kation akan saling bergabung untuk membentuk
susunan struktur kristal berdasarkan ukuran dari ion. Ikatan kovalen
merupakan ikatan yang berdasarkan pemakaian pasangan elektron
bersama. Sifat pada ikatan kovalen merupakan volatitas yang
merupakan kemampuan suatu senyawa untuk dapat menguap. Ikatan
kovalen memiliki kelarutan yang rendah pada air namun tinggi pada
pelarut organik.
Daftar Pustaka

Chang, R. 2006. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Hal. 267 dan 269.

Juwita, R. 2017. Kimia Dasar. Padang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat . Hal. 13, 59, dan 88

Kilo, A. L. 2018. Kimia Anorganik. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo


Press. Hal. 114, dan 118

Kusumaningtyas, P., dkk. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Samarinda:


Laboratorium Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas.
Hal. 25-27.

Sugiarto, K. H., & Suyanti R. D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta:


Graha Ilmu. Hal. 41, dan 48

Sumardi, Y., dkk. 2011. Fisika Zat Padat. Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka. Hal. 16-17, dan 28.

Takeuchi, Yashito. 2006. Penghantar Kimia. Tokyo : University of Tokyo. Hal.


44-45.

Anda mungkin juga menyukai