SUBSEQUENT A. Sifat dan Contoh Subsequent Events Subsequent events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) tetapi sebelum diterbitkan laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan. Sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut. Terdapat dua jenis subsequent events: 1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan. 2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 156) Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, menguntungkan maupun tidak menguntungkan yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan yaitu: 1. Peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian. 2. Peristiwa detelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian. Menurut PSAK No 8 (revisi 2014) 8.1 Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang menguntungkan maupun yang tidak. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan (peristiwa penyesuaian setelah periode pelaporan). 2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa non penyesuai setelah periode pelaporan). Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal manajemen telah memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan tanggal manajemen menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut. Menurut Sukrisno Agoes subsequent events yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah sebagai berikut: 1. Subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sebagai mendekati tanggal selesainya pekerjaan lapangan atau audit field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang dan barang dalam perjalanan. 2. Subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya audit field work yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan liabilitas dan biaya yang masih harus dibayar. B. Tujuan Pemeriksaan Subsequent Events Tujuan Pemeriksaan Subsequent Events adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan tersebut. 2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang. 3. Untuk memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum dilaporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul masih dalam perjalanan. 4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum dilaporan posisi keuangan (neraca) pertanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul merupakan liabilitas perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh tempo (sesudah tanggal laporan posisi keuangan/neraca) 5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas perusahaan yang belum dicatat per tanggal laporan posisi keuangan ( neraca). C. Prosedur Audit Subsequent Events Prosedur Audit Subsequent yang disarankan ialah : 1. Periksa Pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati tanggal selesainya audit field work 2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai mendekati tanggal selesainya audit field work 3. Periksa Cut-off pengbelian dan penjualan 4. Review laporan keuangan interm untuk periode sesudah tanggal neraca 5. Minta Copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, dan periksa apakah ada komitmen dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah tanggal neraca 6. Lakukan Tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, mengenai : a) Ada/tidaknya contingent liabilities b) Ada/tidaknya perubahan modal saham, kewajiban jangka panjang, atau kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca c) Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan 7. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan 8. Analisa perkiraan prefesional fees 9. Dapatkan surat pernyataan langganan Selanjutnya Prosedur Audit untuk Penelaahan peristiwa dibagi menjadi 2 kategori, Yaitu : 1. Prosedur yang dipadukan sebagai bagaian dari verifikasi saldo akun akhir tahun. a) Pengujian pisah batas (cut-off) dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian terinci atas saldo b) Banyak pengujian peristiwa kemudian dilaksanakan sebagai bagian dari verifikasi saldo akun c) Prosedur auditnya bersifat normal untuk membandingkan harga pembelian persediaan periode berikutnya dengan harga perolehan yang dibukukan 2. Pengujian kedua dilaksanakan secara khusus dengan tujuan mendapatkan informasi yang harus dimasukan kedalam saldo akun tahun berjalan, atau diungkapkan dengan catatan kaki a) Permintaan keterangan ke manajemen mengenai peristiwa kemudia dilakukan oleh pegawai klien yang tepat agar didapat jawaban yang bermanfaat. b) Korespodensi dengan pengacara sebagai bagian dari penelitian atas kewajiban masyarakat c) Menelaah laporan intern yang disiapkan setelah tanggal neraca d) Menelaah catatan pembukuan yang disiapkan setelah tanggal neraca e) Memeriksa notulen yang diterbitkan setelah tanggal neraca f) Mendapatkan surat representasi
D. Penyelesaian Pemeriksaan Akuntan
Setelah akuntan publik menyelesaikan berbagai macam audit prosedur, mulai dari perencanaan audit, mendesain pendekatan audit, melakukan test of control (compliance test), substantive test of transactions, analytical review, dan test of detail balance, langkah berikutnya adalah membuat draft audit report, mendiskusikannya dengan klien kemudian meng-issue audit report. Namun demikian ada beberapa prosedur yang harus dilakukan akuntan publik sebelum membuat draft audit report: 1. Periksa kecukupan presentation dandisclosures 2. Review ada tidaknya contingent liabilitas dan commitments 3. Review subsequent events 4. Lakukan final analytical review 5. Evaluasi going concern perusahaan 6. Evaluasi kecukupan bukti audit yang dikumpulkan dengan mengisi Audit Check List
a) Periksa kecukupan presentation dan disclosures.
Menurut Arens (2015:772) ada empat audit objective untuk presentation dan disclosures seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini: Presentation dan Disclosure Audit Objective Audit Objectives Contoh substantive procedures Occurrence and Right and Obligation Review kontrak-kontrak pinjaman untuk Disclose kejadian-kejadian dan transaksi mengetahui apakah piutang usaha transaksi yang terjadi dan berkaitan dijadikan jaminan. dengan entitas. Completeness. Apakah semua Gunakan disclosure checklist untuk pengungkapan yang seharusnya ada menentukan apakah laporan keuangan dalam laporan keuangan telah telah mencakup seluruh pengungkapan dimasukkan. yang diharuskan oleh standar akuntansi. Classification dan Undertandability. Review laporan keuangan untuk Apakah informasi keuangan telah menentukan apakah aset telah diklasifikasi disajikan dan dijelaskan secara tepat dan secara tepat antara aset lancar dan tidak pengungkapan diekspresikan secara jelas. lancar. Baca penjelasan dalam footnote. Accuracy and Valuation. Informasi keuangan dan lainnya sudah diungkapkan Reconcile jumlah yang termasuk dalam secara wajar pada jumlah yang tepat. footnotes utang jangka panjang dengan informasi yang terdapat dalam kertas kerja utang jangka panjang.
b) Review Ada Tidaknya Contingent Liability dan Commitments
Contingent liabilities adalah liabilities yang mungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi tergantung pada kejadian dalam periode berikutnya. Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi untuk adanya contingent liability, yaitu: Adanya potensi pembayaran di masa yang akan datang kepada pihak ketiga atau adanya impairment aset yang diakibatkan oleh kondisi yang ada saat ini. Adanya ketidakpastian tentang jumlah pembayaran masa datang atau infairment dari aset. Outcome tergantung pada kejadian-kejadian dimasa datang. Contingent liability bisa berasal dari : Masalah hukum di pengadilan yang belum selesai pertanggal neraca Dispute (perbedaan pendapat) mengenai utang pajak Pendiskontoan wesel tagih Unused balances of out standing letters of credit Jaminan atas kewajiban pihak lain Product warranties (jaminan produk) Pending litigation atas hak paten dan product liability c) Review Commitment Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang ada atau tidaknya sales commitment dan purchase commitment yang mungkin bisa merugikan perusahaan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan membaca notulen rapat dan kontrak-kontrak penjualan dan pembelian dengan pihak ketiga yang dibuat di tahun berjalan (periode audit) tetapi pelaksanaanya dilakukan pada periode berikutnya. d) Lakukan Final Analitycal Review Standar audit mengharuskan auditor untuk melakukan analitytical review di bagian akhir proses audit. Biasanya dilakukan oleh manajer dan partner audit yang pengalaman dan wawasannya lebih luas untuk mengetahui apakah dalam draft final dari laporan keuangan yang sudah diaudit masih terdapat hal-hal yang aneh/unusual, yang perlu diklarifikasi lagi atau membutuhkan prosedur audit tambahan untuk mendapatkan tambahan bukti audit. e) Evaluasi Going Concern Perusahaan Standar audit mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang benar mengenai kemampuan klien untuk melanjutkan kegiatan usahanya (going concern) paling tidak setahun setelah tanggal neraca. Beberapa indikator yang bisa membuat auditor ragu atas going concern kliennya antara lain: Kesulitan keuangan yang dihadapi klien antara lain terlihat dari ketidakmampuan klien untuk melunasi kewajibannya kepada pihak ketiga baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Kerugian terus menerus yang diderita klien sehingga akumulasi kerugian sudah melebihi modal disetor (capital deficiency). Kehilangan pelanggan utamanya baik di dalam negeri maupun luar negeri. Penjualan sebagian aset tetapnya untuk melunasi utangnya ke bank. Sehubungan dengan kondisi-kondisi yang menimbulkan keraguan bagi auditor terhadap kelangsungan usaha klien, auditor harus meminta manajemen untuk membuat secara tertulis tentang "Rencana manajemen untuk mengatasi kondisi keuangannya Auditor harus mengevaluasi reasonableness dari rencana manajemen tersebut karena akan mempengaruhi jenis opini yang akan diberikannya. Selain itu ada beberapa hal yang harus dilakukan akuntan public, sebelum suatu pemeriksaan akuntan dinyatakan selsesai, yaitu : 1. Seluruh KKA harus diparaf pembuatnya dan di review oleh atasan. 2. Hasil review harus didokumentasikan denga harus disusun dengan baik. 3. Daftar audit adjustment harus disusun lengkap, dan jika kesalahan yang material dan klien tidak menyetujui usulan tersebut, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion. 4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas kerja yang berkaitan. 5. Draft Laporan hasil audit disusun oleh auditor dan didiskusikan dengan atasan. 6. Sebelum keras kerja perneriksaan dan draft report di review olea audit manager dan audit partner, maka audit supervisor harus menyusun apa yang disebut notes to PPM (caratan untuk Partner, Principal, dan Manager). Notes tersebut berisi hal- hal penting yang perlu mendapat perhatian PPM yang dianggap mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dari level di bawahnya. 7. Setelah draft report di-review dan disetujui PPM, draft tersebut harus didiskusikan dengan klien dan komiteaudit/komisaris. Jika klien setuju barulah dibuat final audit report. 8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan Langganan dari klien. Biasanya draf surat tersebut dibuat oleh auditor. lalu dicetak di kop surat klien dan ditandatangani oleh pejabat klien yang berwenang Tanggal surat harus sama dengan tanggal selesainya audit field work dan tanggal laporan audir. 9. Selain itu auditor harus membuat draft management letter yang setelah di-review dan disetujui PPM, harus didiskusikan dengan klien. Setelah klien setuju barulah dibuat management letter yang final untuk diserahkan kepada klien. 10. Tahap terakhir adalah menyelesaikan urusan pelunasan audit fee. Audit fee tersebut ditambah PPN 10% dan dikurangi PPh 23 sebesar 2%. 11. Dalam audit working papers harus dicantumkan "catatan untuk audit tahun berikutnya, yang berisi hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam audit tahun berikutnya. 12. Jenis opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan klien, tergantung pada hasil pemeriksaan. Jika opini yang diberikan unqualified berarti di setiap top schedule harus ada pernyataan auditor bahwa pos atau perkiraan tersebut disajikan secara wajar. 13. Dalam me-review kertas kerja pemeriksaan, sebaiknya KAP mempunyai suatu daftar yang disebut "Audit Working Papers Review Guide". Selain itu semua audit program harus di-cross index ke kertas kerja yang berkaitan dan diparaf oleh masing-masing audit staf yang menjalankan audit prosedur yang bersangkutan. Di KAP yang cukup besar, biasanya pada akhir pemeriksaan masing masing audit staf diberikan penilaian atas hasil kerjanya dengan menggunakan "Audit Staff Evaluation Sheet".1
1 Referensi: Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntansi oleh Akuntan Publik). Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.