Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN ORANGTUA DENGAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK X

Dian Rahmania Satiri1, Fransisca Iriani Roesmala Dewi2


1
Fakultas Psikologi, UniversitasTarumanagara
2
Fakultas Psikologi ,UniversitasTarumanagara
1
Email:dianrahmaniaa@gmail.com
2
Email: fransiscar@fpsi.untar.ac.id

Abstract. Siswa SMK merupakan sekolah menengah kejuruan yang setara dengan
sekolah menengah atas. Kurikulum di SMK lebih menekankan pada praktik kerja,
sehingga lulusan SMK akan menjadi manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum
manusia kerja. Dalam melaksanakan kegiatan praktik kerja, siswa harus memiliki
motivasi belajar yang tinggi. Dibutuhkan keterlibatan orangtua untuk mendukung
dan memfasilitasi kebutuhan pendidikan siswa. Selain itu, siswa SMK akan lebih
bertanggung jawab dalam mencapai tujuannya. Penelitian ini melibatkan 100
siswa aktif di SMK X Kota Tangerang sebagai responden dengan karakteristik usia
15 hingga 19 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
non-eksperimental. Pengambilan data dengan alat ukur Parental Involvement dan
Academic Motivation Scale. Hasil analisis data dengan korelasi Pearson
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterlibatan
orangtua dengan motivasi belajar pada siswa SMK X (r = 0,220; p = 0,028<0,05).
Semakin besar keterlibatan oangtua, maka semakin tinggi motivasi belajar siswa
SMK X.

Kata kunci: keterlibatan orangtua, motivasi belajar, siswa SMK.


(12 pt, singkatpadat, berisi)

1. Pendahuluan

Motivasi menjadi merupakan hal penting untuk mendorong siswa melakukan kegiatan belajar.
Sadirman [1] menyatakan bahwa ciri dari motivasi belajar yang tinggi mampu meningkatkan
gairah, perasaan senang, dan merasa antusias terhadap kegiatan belajar.Motivasi belajar
menjadi sumber daya untuk siswa, sehingga mampu membantu siswa dalam kegiatan belajar
dan mencapai keberhasilan.Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mampu meraih nilai
yang maksimal dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah [7]. Jadi,
motivasi belajar sangat diperlukan untuk siswa dalam meraih kebehasilan di dunia pendidikan.

Dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa terdapat faktor eksternal yang ikut terlibat
seperti rekan sebaya, keluarga, guru, serta kelas dan sekolah [7]. Tidak hanya guru yang
berperan untuk memotivasi anak-anak, namun orangtua juga ikutserta memberikan motivasi
pada anak mereka. Orangtua atau keluarga juga ikut berperan pada pendidikan dan
perkembangan anaknya agar berjalan dengan baik [9]. Orangtua merupakan wali sosialisasi
pada konteks sosial, sehingga dapat memberikan dampak dalam pembelajaran akademik
anaknya dengan menunjukkan sikap mereka terhadap kinerja akademik anak, peduli dengan
kegiatan sekolah, dan memberikan fasilitas [5].
Keterlibatan orangtua juga mampu membuat siswa menghadapai tantangan di sekolah [9].
Keterlibatan orangtua di sekolah menengah menjadi penting untuk membimbing siswa dalam
menyelesaikan pendidikannya dan untuk mempersiapan ke jenjang perkuliahan [2]. Orangtua
perlu untuk mengetahui informasi mengenai program akademik siswa, agar dapat membantu
memfasilitasi siswa, mempersiapkan ujian, memilih keputusan untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi atau bekerja.Ketika orangtua aktif terlibat juga dapat memengaruhi sikap anak sehingga
anak menjadi merasa bertanggung jawab, namun kurangnya keterlibatan orangtua dapat
menimbulkan sikap kurang bertanggung jawab seperti membolos atau malas dalam
pembelajaran.

Pada salah satu SMK X di Kota Tangerang tampaknya beberapa siswa memiliki motivasi
belajar yang kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di SMK X
beliau mengungkapkan bahwa, ketika pembelajaran sedang berlangsung terdapat siswa yang
melakukan kegiatan lain sehingga tidak memerhatikan guru yang tengah mengajar. Beberapa
siswa juga memiliki absen yang kurang baik dan kurang memiliki ketetarikan dalam kegiatan
belajar di sekolah (I., Komunikasi Pribadi. 26 Maret 2020). Ada beberapa siswa yang memilih
untuk tidak mengikuti kegiatan belajar di lab, walaupun kegiatan belajar ini sangat penting
untuk membantu siswa menjadi produktif.

Hal-hal ini mungkin terjadi karena kurangnya keterlibatan orangtua dalam pendidikan siswa
SMK X. Berdasarkan hasil wawancara dengan dua siswa SMK X mereka mengatakan bahwa
kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mereka (A. & M., Komunikasi Pribadi. 3
Juli 2020). Di sekolah siswa sudah mendapatkan fasilitas yang mendukung dengan disediakan
perpustakaan, lab, komputer, dan internet. Ketika di rumah siswa agak kesulitan karena tidak
memiliki fasilitas komputer dan internet untuk mengerjakan tugas atau laporan praktek kerja
lapangannya. Selain itu, orangtua mereka juga terkadang tidak menghadiri undangan sekolah
atau mengambil rapot sesuai tanggal yang ditentukan oleh sekolah.

Beberapa orangtua sepertinya memang kurang terlibat namun tidak semua orangtua SMK X
juga sama seperti itu. Hal ini karena tidak sedikit pula orangtua SMK X yang aktif terlibat pada
acara-acara yang diakan sekolah. Beberapa siswa juga menunjukkan sikap yang baik selama
proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, berdasarkan beberapa kajian dan fenomena yang ada
dilapangan, penulis berasumsibahwa adanya hubungan keterlibatan orangtua dengan
motivasisiswa SMK X. Dengan demikian, penulis mengangkat permasalahan ini untuk
mengetahui hubungan keterlibatan orangtua dengan motivasi siswa SMK X.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara keterlibatan
orangtua dengan motivasi belajar pada siswa SMK X.
Motivasi didefinisikan sebagai hal yang penting untuk kehidupan individu, motivasi
memberikan pengaruh besar yang terkait dengan kognitif, afektif dan perilaku [11]. Motivasi
merupakan suatu proses untuk memberikan energi, secara langsung, dan mempertahankan
perilaku [8]. Motivasi belajar menjadi dasar yang membuat siswa ingin terlibat pada proses
pembelajaran, siswa akan berusaha dan berhasil untuk mengatasi hambatan [7].
Varelland membagi motivasi akademik menjadi tiga yakni motivasi intrinsik, motivasi
ekstrinsik, and amotivasi [11]. Motivasi intrinsik, berasal dari dalam diri individu yang
mengacu pada kesenangan dalam melakukan aktivitas yang sesuai dengan pilihan dan tujuan

43
dalam diri individu. Motivasi intrinsik memiliki tiga tipe, yakni to know, towards
accomplishment, dan to experiences stimulation. Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan
perilaku untuk mencapai tujuan yang bukan untuk kepentingan sendiri. Motivasi ekstrinsik
memiliki tiga tipe, yaitu identified, introjected, danexternal regulation. Amotivasi merupakan
bentuk ketidakberdayaan, individu tidak merasakan kontingensi pada tindakan dan hasilnya.
Individu juga tidak termotivasi baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.

Keterlibatan orangtua yaitu kegiatan yang berupa adanya kerja sama antara sekolah dan
lingkungan sekitar mengenai kegiatan siswa [2]. Keterlibatan orangtua merupakan partisipasi
orangtua terhadap pendidikan anaknya yang bertujuan untuk mendorong keberhasilan
akademik dan sosial [4]. Jeynes [3] mendefinisikan keterlibatan orangtua sebagai partisipasi
orangtua dalam perkembangan dan pengalaman pendidikan anaknya. Orangtua berpartisipasi
dalam proses belajar anak, sehingga orangtua turut merasakan yang dialami anak mereka dalam
pendidikan. Epstein [2] mengidentifikasi terdapat enam tipe keterlibatan orangtua. Hal tersebut
didasari pada faktor-faktor yang paling efektif dalam kegiatan pendidikan anak. Keenam faktor
yang paling efektif menurut Epstein [2], yaitu mengasuh dengan baik, berkomunikasi, menjadi
sukarelawan, menawarkan bantuan di rumah, mengambil keputusan, dan berkerjasama dengan
sekitar.

2. Metode Penelitian

2.1. Persiapan sampel


Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 25 siswa dan 75
siswisekolah menengah kejuruan di SMK X Kota Tangerang. Partisipan penelitian ini
merupakan siswa dalam tahap remaja dengan rentang usia 11-20 tahun.Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling. Dalam memilih
partisipan, penulis menggunakan teknik convenience sampling.

2.2. Metode Penelitian


Alat ukur yang digunakan dalam mengukur keterlibatan orangtua pada penelitian ini adalah
Parental Involvement yang dibuat oleh Yonathan Nathanael sarjana Psikologi Universitas
Tarumanagara. Terdapat enam dimensi, yaitu; (1) parenting; (2) communicating; (3)
volunteering; (4) learning at home; (5) decision making; (6) collaboration with the
community.Variabel keterlibatan orangtua diukur dengan menggunakan lima skala likert. Total
butir dari alat ukur ini berjumlah 38 butir, yang terdiri dari 23 butir item positif dan 15 butir
item negatif. Setelah dilakukan uji validitas terdapat 6 butir item yang gugur, sehingga tersisa
32 butir item.

Alat ukur yang digunakan dalam mengukur motivasi belajar pada penelitian ini adalah Skala
Motivasi Akademik (AMS).Skala Motivasi Akademik dibuat oleh Vallerand yang terdiri dari
tiga dimensi, yaitu; (1) motivasi intrinsik; (2) motivasi ekstrinsik; (3) amotivasi.Setiap item
diberi skor pada lima skala likert. Total butir dalam alat ukur AMSadalah 28 butir item. Setelah
dilakukan uji validitas terdapat 1 butir item yang gugur, sehingga tersisa 27 butir item.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

3.1. Hasil pengujian

44
Bagian ini akan menjelaskan gambaran keterlibatan orangtua yang dimiliki oleh 100 partisipan
dalam penelitian ini. Alat ukur keterlibatan orangtua menggunakan lima pilihan jawaban dari
skala likert 1 hingga 5, sehingga skor mean hipotetik dalam alat ukur ini adalah 3. Berdasarkan
hasil pengolahan data, didapatkan hasil skor mean empirik lebih tinggi dibandingkan dengan
skor mean hipotetik pada seluruh dimensi. Jadi, keterlibatan orangtua yang tergambarkan dapat
dikatan tinggi. Keterangan data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Gambaran Keterlibatan Orangtua
Dimensi Keterlibatan Orangtua MeanHipotetik MeanEmpirik Std. Deviation

Parenting 3 3.7640 .63078


Communicating 3 3.6150 .53083
Volunteering 3 3.4260 .55535
Learning at Home 3 3.9233 .73375
Decision Making 3 3.6720 .63977
Collaboration with the 3 3.6500 .58579
Community

Selanjutnya, gambaran motivasi belajar yang dimiliki oleh 100 partisipan dalam penelitian ini.
Alat ukur motivasi belajar menggunakan lima pilihan jawaban dari skala likert 1 hingga 5,
sehingga skor mean hipotetik dalam alat ukur ini adalah 3. Berdasarkan hasil pengolahan data,
didapatkan hasil skor mean empirik lebih tinggi dibandingkan dengan skor mean hipotetik pada
dimensi intrinsik dan dimensi ektrinsik. Dimensi amotivasi mendapatkan skor mean empirik
lebih rendah dari skor mean hipotetik. Jadi, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik siswa
yang tergambarkan oleh partisipan dapat dikatakan tinggi, sedangkan amotivasinya rendah.
Keterangan data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Gambaran Motivasi Belajar


Dimensi Motivasi Belajar MeanHipotetik MeanEmpirik Std. Deviation
Motivasi Intrinsik 3 4.2458 .33446
Motivasi Ekstrinsik 3 3.7400 .39721
Amotivasi 3 2.0675 .63649
Motivasi Belajar 3 3.3511 .28536
Berdasarkan hasil uji korelasi menggunaka Pearson Correlation, menunjukkan bahwa nilai r =
0,220 dan p = 0,028 < 0,05. Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara keterlibatan orangtua dengan motivasi belajar. Jadi, dapat diartikan
bahwa semakin tinggi keterlibatan orangtua maka semakin tinggi motivasi belajar siswa SMK
X. Sebaliknya, semakin rendah keterlibatan orangtua maka semakin rendah juga motivasi
belajar siswa SMK X.

3.2. Pembahasan

Keterlibatan orangtua siswa SMK X menunjukkan hasil skor mean empirik lebih tinggi
dibandingkan dengan skor mean hipotetik pada seluruh dimensi. Jadi, keterlibatan orangtua

45
siswa SMK X adalah tinggi.Dalam fenomena memang terdapat kurangnya keterlibatan
orangtua namun hanya pada beberapa siswa SMK X saja.Hal tersebut tidak berarti bahwa
seluruh siswa SMK X memiliki keterlibatan orangtua yang juga rendah.Berdasarkan hasil
wawanacara dengan tiga siswa SMK X, mengatakan bahwa orangtua mereka terlibat aktif pada
kegiatan sekolah dan mendukung pembelajaran mereka baik di rumah maupun di sekolah (N.,
S. & T., Komunikasi Pribadi. 3 Juli 2020).

Motivasi belajar siswa SMK X juga tinggi, skor mean empirik lebih tinggi dibandingkan dengan
skor mean hipotetik pada dimensi intrinsik dan dimensi ektrinsik. Dimensi amotivasi
mendapatkan skor mean empirik lebih rendah dari skor mean hipotetik. Hal ini berarti siswa
memiliki motivasi yang baik sehingga amotivasi dalam diri siswa rendah, karena siswa
memiliki dorongan belajar yang baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Dalam fenomena
memang terdapat beberapa siswa yang kurang memiliki motivasi yang tinggi, namun tidak
berarti seluruh siswa memiliki motivasi yang sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
SMK X, beliau mengatakan memang hanya terdapat tiga hingga lima siswa dari 30 siswa di
kelas yang kurang termotivasi (I., Komunikasi Pribadi. 2 Juli 2020). Jadi, hasil ini menunjukkan
bahwa siswa SMK X yang berpartisipasi dalam penelitian memiliki rata-rata motivasi yang
tinggi.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan di SMK X menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara terhadap keterlibatan orangtua dengan motivasi belajar.Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif dan signifikan.Maka semakin tinggi
keterlibatan orangtua maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa SMK X. Hasil penelitian
ini juga didukung oleh penelitian Ubale [10], yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
keterlibatan orangtua dengan motivasi untuk belajar di sekolah menengah. Keterlibatan
orangtua dapat membantu, membimbing dan mengajarkan siswa selama belajar di rumah [9].
Orangtua yang terlibat aktif dalam pendidikan siswa menengah dapat berdampak pada
peningkatan belajar, berpikir, persepsi, kreativitas, dan perasaan [10]. Keterlibatan orangtua
memiliki hubungan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih
produktif.

Pada penelitian Ruholt, Gore, dan Dukes [6] bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan
sekolah menengah atas memberikan dampak bagi kesejahteraan akademik siswa. Keterlibatan
orangtua membuat siswa menjadi lebih gigih untuk belajar dan berhasil dalam akademiknya.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa keterlibatan orangtua yang tinggi membuat motivasi
belajar siswa juga tinggi.Oleh karena itu, keterlibatan orangtua penting dalam meningkatkan
motivasi siswa.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, jumlah responden yang didapat hanya 100 siswa.
Dalam penelitian ini hanya dilakukan pada salah satu SMK di Kota Tangerang. Proses
pengambilan data juga tidak secara langsung, penyebaran kuesioner dilakukan melalui Google
Forms melalui guru di sekolah terkait.

4. Kesimpulan.
Berdasarkan dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa dimensi motivasi intrinsik
merupakan dimensi yang memiliki rerata paling besar dalam variabel motivasi belajar siswa

46
siswi. Dimensi learning at home merupakan dimensi yang memiliki rerata paling besar dalam
variabel keterlibatan orangtua. Hipotesis terbukti, bahwa terdapat hubungan signifikan dan
positif antara keterlibatan orangtua dengan motivasi belajar siswa SMK X. Artinya, semakin
tinggi keterlibatan orangtua maka semakin tinggi motivasi belajar siswa siswi SMK X.

5. Referensi

[1] Dwiyanti, N. & Ediati, A. (2018). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan
motivasi belajar siswa sman 1 batangan kabupaten pati. Jurnal Empati, 7(2), 259-
265.
[2] Epstein, J. L. (2002). School, family, and community partnerships. Your handbook for
action (2nded.). California: Corwin Press.
[3] Hornby, G. (2011). Parental involvement in childhood education: building effective
school-family partnership. New York: Springer Sciencet Business Media.
[4] Kristiyani, T. (2013). Keterlibatan orangtua dalam pendidikan dan komitmen siswa
terhadap sekolah: studi meta-analisis. BULETIN PSIKOLOGI, 21(1), 31-40.
[5] Liou, P. Y., Wang, C. L., & Lin, J. J. H. (2019). Pathways of parental involvement
through students’ motivational beliefs to science achievement. Educational
Psychology, 39(7), 960-980. doi: 10.1080/01443410.2019.1617410
[6] Ruholt, R., Gore, J. S., & Dukes, K. (2015). Is parental support or parental involvement
more important for adolescents? Undergraduate Journal of Psychology, 28(1), 1-8.
[7] Santana, K., Dewi, F. I. R., & Budiarto, Y. (2017). Perbandingan motivasi belajar
siswa kelas v sd x, y, z berdasarkan jenis kelamin dan partisipasi bimbingan belajar.
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(2), 41-47.
[8] Santrock, J. W. (2011). Educational psychology (5thed.). Texas: McGraw Hill.
[9] Shella & Dariyo, A. (2016). Hubungan antara persepsi siswa terhadap keterlibatan
orangtua dan motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa sekolah
dasar (studi di kota pangkalpinang, bangka belitung). Jurnal Psikogenesis, 4(1), 1-11.
[10] Ubale, A. Z., Abdurrahman, T., & Abdullah, A. H. (2015). Relationship between
parental involvement and motivation on learning islamic education. Arts Social Sci J,
6(3), 1-6. doi: 10.4172/2151-6200.1000115
[11] Vallerand, R.J. (1997). Advance in experimental social psychology. Academic Press,
29, 271-349.

47

Anda mungkin juga menyukai