41 68 5 PB Kausal Komparatif
41 68 5 PB Kausal Komparatif
Santi Widyawati
IAIM NU Metro Lampung: fredigpsw@gmail.com
Abstract
This study aims to determine: (1) Which gives higher learning outcomes between the Student
Facilitator and Explaining (SFE) learning model with the conventional learning model (2)
Which gives higher learning outcomes between students with high, medium, or low linguistic
intelligence (3) Is there an interaction between the Student Facilitator learning model And
Explaining (SFE) and linguistic intelligence on students' mathematics learning outcomes. This
research is a comparative causal research with factorial design 3x3. The conclusion of this
research is: (1) There is no difference of learning result of student mathematics between the
SFE model with conventional model. (2) There is no difference of learning result of student
mathematics observed from linguistic intelligence. (3) There is no interaction between SFE
learning model and linguistic intelligence
Keywords: Linguistic Intelligence; Mathematics Learning; SFE.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan hasil belajar
lebih tinggi antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan
model pembelajaran konvensional (2) Manakah yang memberikan hasil belajar lebih tinggi
antara siswa dengan kecerdasan linguistik tinggi, sedang, atau rendah, (3) Apakah terdapat
interaksi antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dan
kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian kausal komparatif dengan desain faktorial 3 3. Uji hipotesis menggunakan uji
Anava dua jalan dengan sel tak sama. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Tidak terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa antara model SFE dengan model konvensional (2)
Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kecerdasan linguistik
(3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran SFE dengan kecerdasan linguistik
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, SFE, Kecerdasan Linguistik
PENDAHULUAN
Berdasarkan dari hasil prasurvey yang dilakukan penelitian di SMA N 1 Seputih
Surabaya diperoleh data tentang nilai ulangan tengah semester mata pelajaran matematika
siswa kelas X semester genap tahun pelajaran 2015/2016, data sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Tengah Semester Genap Siswa Kelas X SMA N
1 Seputih Surabaya Tahun Pelajaran 2015/2016
Mata Pelajaran Matematika PKn Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Nilai Rata-rata Kelas 65,63 75,79 80,03 70,94
KKM 70,00 73,00 72,00 71,00
Sumber Data: Dokumentasi Buku Pendaftaran Siswa Kelas X SMA N 1 Seputih Surabaya Tahun
pelajaran 2015/2016 pada tanggal 15 April 2016.
267
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
268
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
Explaining terhadap hasil belajar dan ditinjau dari kecerdasan linguistic siswa. Maka, tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining terhadap hasil belajar dan ditinjau dari kecerdasan linguistik.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi eksperimental research) yang
melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan
analisis data menggunakan angka-angka atau penelitian kuantitatif. Adanya kesamaan ini
ada yang karena diasumsikan, dikondisikan dan ada pula yang harus melalui pengujian
dengan statistik uji, yaitu uji keseimbangan rata-rata yang digunakan untuk membuktikan
bahwa kedua kelompok dalam keadaan seimbang sebelum perlakuan diberikan. Perlakuan
yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah penerapan model pembelajaran
Student Facititator and Explaining (SFE), sedangkan model konvensional diterapkan kepada
kelompok kontrol.
Teknik pengumpulan data adalah metode dokumentasi, metode angket, dan metode
tes. Instrumen penelitian terdiri atas tes penalaran matematis, angket motivasi belajar
matematika dan tes prestasi belajar matematika pada materi bangun ruang sisi datar.
Instrumen tes hasil belajar, mengacu pada kriteria yaitu validitas isi, daya pembeda (D ≥ 0,3)
(Budiyono, 2011), tingkat kesukaran (0,3 ≤ P ≤ 0,7), dan reliabilitas (r11 ≥ 0,7) (Budiyono,
2011: 17), dari 35 butir soal yang diujicobakan diperoleh 25 butir soal yang digunakan
sebagai alat pengambil data prestasi belajar matematika siswa. Uji coba angket motivasi
belajar matematika, mengacu pada kriteria yaitu validitas isi, konsistensi internal (D ≥ 0,3)
dan reliabilitas (r11 ≥ 0,7), dari 40 butir pernyataan yang diujicobakan diperoleh 30 butir
pertanyaan sebagai alat pengambil data motivasi belajar matematika.
Uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dengan Lilliefors dan uji homogenitas
dengan uji Bartlett. Uji analisis data yang digunakan yaitu analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama , dengan hipotesis:
Hipotesis pertama
H0A : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa diajar menggunakan model
pembelajaran SFE dengan model pembelajaran konvensional
H1A : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa diajar menggunakan model
pembelajaran SFE dengan model pembelajaran konvensional
Hipotesis kedua
H0B : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kecerdasan
linguistik siswa.
H1B : Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa ditinjau dari kecerdasan linguistik
siswa.
269
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
Hipotesis ketiga
H0AB : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan linguistik
terhadap hasil belajar matematika siswa
H1AB : Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan linguistik
terhadap hasil belajar matematika siswa
270
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama adalah hasil belajar matematika siswa dengan model SFE sama
dengan model konvensional. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama untuk
efek utama A (Model pembelajaran) diperoleh uji Fa = 1,40 dan Ftab = 2,98 sedangkan DK =
F F Fα;p −1;N − pq = F0,05;1;66 = 2,98} sehingga F a DK. Jadi H0A diterima, maka tidak terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa diajar menggunnakan model pembelajaran SFE
dengan model pembelajaran konvensional. Tidak terpenuhinya hipotesis pertama
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a) Siswa belum mampu menyesuaikan diri dengan adanya penerapan model pembelajaran
Student Facilitator and Explaining (SFE) dalam pembelajaran karena terbiasa
menggunakan model konvensional.
b) Kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran model pembelajaran Student Facilitator
and Explaining (SFE) karena perlu mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
dan membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok.
c) Peneliti kurang mampu membimbing semua kelompok saat kegiatan diskusi berlangsung.
d) Siswa pemalu sering sekali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh
guru.
e) Tidak semua siswa meiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan
kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran).
f) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang
mempunyai kecerdasan linguistik siswa tinggi sama dengan siswa yang mempunyai
kecerdasan linguistik sedang dan siswa yang mempunyai kecerdasan linguistik rendah,.
Dari hasil analisis variansi sel tak sama untuk efek B (Kecerdasan linguistik Siswa) diperoleh
Fb = 2,81 dan Ftab = 3,13 sedangkan F F Fα;q −1;N −pq = F0,05;1;52 = 2,98} sehingga Fb DK.
Jadi H0B diteima, maka tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa ditinjau dari
kecerdasan linguistik siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama untuk efek AB (Model pembelajaran
dan Kecerdasan linguistik Siswa), diperoleh hasil uji Ftab = 3,13 sedangkan DK =
F F F (
α; p −1)(q −1); N − pq =F
0,05;2;52 = 3,13} sehingga Fab DK. Jadi H0AB diterima, maka tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan linguistik terhadap
hasil belajar matematika siswa. Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesis ketiga ini
mungkin disebabkan adanya siswa yang tidak jujur dalam mengisi soal dan dalam
mengerjakan tes melakukan kerja sama dengan temannya. Akibatnya akan mempengaruhi
271
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
logika teoritik yang seharusnya terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat
kecerdasan linguistik siswa, tetapi kenyataan dari penelitian ini tidak terbukti.
Dalam penelitian ini banyak faktor yang tidak diperhitungkan dan ini merupakan
keterbatasan dalam penelitian, sehingga jangan sampai terjadi persepsi yang salah pada
penggunaan hasil penelitian. Faktor–faktor yang dimaksud seperti subyek penelitian, waktu
pembelajaran, penyelenggara pemberi perlakuan dan evaluasi hasil belajar.
Subyek penelitian terbatas pada SMA N 1 Seputih Surabaya. Waktu pembelajaran
terbatas pada kompetensi yang diajarkan yaitu peluang dan waktu pembelajaran juga tidak
dapat dilaksanakan secara berturutan, hal ini dikarenakan penelitan ini dilaksanakan pada
semester genap sehingga siswa kelas X waktu pembelajarannya terganggu dengan kegiatan
try out kelas XII untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Dimana setiap kali pelaksanaan try
out kelas XII, kelas X waktu pembelajarannya berkurang bahkan hilang karena diliburkan.
Dalam penyelenggaraan pembelajaran sepenuhnya diserahkan pada guru masing-
masing sekolah sebagai tempat penelitian. Peran peneliti hanya sebatas pada pemberian
arahan pada masing-masing guru untuk mentaati aturan yang sudah disepakati.
Kesepakatan tersebut meliputi model pembelajaran yang digunakan, RPP yang sudah
disiapkan, lembar kerja siswa, lembar tugas siswa dan alat evaluasi yang sudah dipersiapkan.
Untuk menghindari bias dalam penelitian ini peran guru benar-benar dituntut selalu
konsisten dan konsekwen dalam mentaati semua kesepakatan dalam melaksanakan
penelitian.
Evaluasi hasil belajar terbatas pada tes tertulis yang berbentuk tes uraian sebagai
akhir dari pembelajaran. Seharusnya evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung. Untuk menjaga kesetaraan perlakuan pada dua kelompok yang berbeda sulit
dilakukan, sehingga hasil penelitian ini harus diterima dengan hati-hati. Dalam mengerjakan
soal tes kemungkinan masih ada siswa yang mengerjakannya tidak secara mandiri atau
bekerja sama dengan siswa lainnya, sehingga data untuk hasil belajar matematika kurang
murni. Demikian juga dalam mengisi soal kecerdasan linguistik siswa masih banyak siswa
yang tidak jujur dalam mengisinya yang mengakibatkan kurang akurat dalam menentukan
pembagian kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Bakat linguistik bersifat universal, dan perkembangannya pada anak-anak amat
mengherankan, tidak berbeda pada budaya yang berbeda. Bahkan dalam populasi orang tuli
dengan bahasa tanda manual tidak diajarkan secara nyata, anak-anak sering manemukan
bahasa manual mereka sendiri dan menggunakannya secara sembunyi-sembunyi. Jadi,
kecerdasan dapat beroperasi secara tidak tergantung pada input indera spesifik atau saluran
output. Bahasa memiliki umur yang sama dengan umur bumi. Ketika kehidupan mulai
muncul, seiring itu pula kehidupan bahasa mulai ada. Pada dasarnya, bahasa merupakan
media seseorang untuk menyampaikan maksud dan keinginannya kepada lawan bicara,
berupa bahasa tubuh atau hanya gerakan tangan. Bahasa yang merupakan kemampuan
272
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Handoyo, N., & Arifin, Z. (2016). Pengaruh Inquiry Learning Dan Problem Based
Learning Terhadap Hasil Belajar PKKR Ditinjau dari Motivasi Belajar. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 6(1), 31–42.
Budiyono. (2011). Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: UNS Press.
Fitriana, M., & Ismah. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 2(1), 59–68.
Irvaniyah, I., & Oktaviana Akbar, R. (2014). Analisis Kecerdasan Logis Matematis dan
Kecerdasan Linguistik Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin. EduMa, 3(1), 138–159.
Muchyidin, A., & Kartika, I. (2014). Perbandingan Pemahaman Matematika Siswa Antara
Kelas yang Menggunakan Metode Student Facilitator And Explaining dengan Metode
273
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. 7, No. 2, 2016, Hal 267 - 274
Peer Teaching Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar. EduMa, 3(2), 76–94.
Primartadi, A. (2012). Pengaruh Metode Student Teams-Achievement Division (STAD) dan
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Potensi Akademik Siswa
SMK Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2(2), 143–153.
Susanto, F., Suyitno, H., & Arifudin, R. (2014). Komparasi Model Pembelajaran TPS dan SFE
Terhadap Kemampuan Konsep. Unnes Journal of Mathematics Education, 3(1), 63–68.
274