Anda di halaman 1dari 14

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
a. Konsep Perilaku Merokok
1. Definisi Perilaku Merokok
Merokok merupakan suatu perilaku yang membakar salah satu produk
tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup
termasuk rokok putih, rokok kretek, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa
bahan tambahan (Kemenkes, 2013)
2. Tahapan Merokok
Menurut Komasari dan Helmi (2014) terdapat empat tahapan sesorang
yang melakukan kebiasaan merokok, yaitu :
 Tahap Prepatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil bacaan. Hal ini bagi
mereka menimbulkan minat untuk merokok.
 Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
atau tidak terhadap perilaku merokok.
 Tahap becomeing a smoker
Seseorang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari.
 Tahap maintenance of smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri.
3. Klasifikasi Perilaku Merokok
Menurut Jordan (2011) perilaku merokok dapat diklasifikasikan dari
jumlah rokok yang dihisap yaitu :
 Perokok Ringan
Yaitu perokok yang mengkonsumsi atau menghabiskan rokok 10
batang/hari selang waktu 60 menit setelah bangun pagi.
 Perokok Sedang
Yaitu perokok yang mengkonsumsi atau menghabiskan rokok sekitar 11-
20 batang/hari selang wakti 31-60 menit setelah bangun pagi.
 Perokok Berat
Yaitu perokok yang mengkonsumsi atau menghabiskan rokok lebih dari
21-30 batang/hari selang waktu 6-30 menit setelah bangun pagi.
4. Dampak Merokok
Sembilan dampak negatif merokok dari aspek kesehatan (Sholeh,
2017) yaitu :
 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
 Kanker, seperti kanker mulut, hidung tenggorokan, kerongkongan
(esofagus), pankreas, kandung kemih, leher rahim, darah (leukimia), ginjal,
dan kanker paru-paru.
 Penyakit jantung.
 Bahan kimia pada tembakau dapat merusak lapisan pembuluh darah dan
memengaruhi jumlah lemak dalam aliran darah. Hal tersebut
meningkatkan risiko penyakit pengerasan pembuluh darah (ateroma).
 Perokok lebih mungkin mengalami impoten atau mengalami kesulitan
dalam mempertahankan ereksi bila dibanding seseorang yang tidak
merokok. hal tersebut diduga karena terjadinya kerusakan yang
berhunbungan dengan pembuluh darah ke penis.
 Rheumatoid Artritis adalah kondisi autoimun yang ditandai dengan
peradangan sendi dan kerusakan jaringan ikat. Orang lain, termasuk
jantung, paru-paru, ginjal, dan kulit pun bisa terpengaruh.
 Perokok cederung memiliki lebih banyak garis atau keriput pada wajah
yang menyebabkan wajahnya lebih terlihat tua daripada usiannya.
 Mengurangi kesuburan baik bagi pria maupun wanita.
 Pada beberapa wanita yang merokok boasanya mengalami menopause dua
tahun lebih awal daripada non-perokok.

6
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
Menurut Sholeh (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok antara lain :
 Contoh dari orang tua, guru, dan keluarga
Orang tua yang merokok akan berkontribusi besar dalam membentuk
generasi perokok. Anak akan cendrung merokok akibat orang tuanya
yang merokok. beberapa orang tinggal di daerah dengan prevalensi
perokok yang tinggi. Apabila di rumah para orang tua merokok, maka
sangat mungkin anaknya pun melakukan hal yang sama. Lingkungan
keluarga yang peduli dengan kesehatan di mana kepala keluarga tidak
merokok memperkecil kemungkinan anaknya kelak untuk menginsap
rokok.
 Lingkungan pergaulan
Biasanya teman mengajak anda untuk merokok dan tawaran ini
sungkan/segan untuk ditolak. Jadi dalam hal ini, siapa yang salah?
Ingatlah bahwa “pergaulan yang buruk merusak kebiasaan baik dalam
hidupmu!”. Bukan tidak boleh berteman dengan perokok, tetapi
peganglah prinsip untuk, “menjauhi rokok bukan orangnnya”.
 Akses yang mudah
Di antara faktor yang menyebabkan anak merokok adalah akses
terhadap rokok begitu mudah didapatkan bahkan oleh anak. Akibat
akses yang mudah, anak sering latah tergoda ikut teman untuk mencoba
merokok tanpa mengetahui bahaya atau efeknya pada kesehatan
mereka. Karena itu, ada baiknya sebagai orangtua memberitahu dan
menjelaskan dampak negatif dan bahaya rokok antara lain,
menimbulkan bau mulut, menyebabkan bau badan tidak sedap pada
pakaian dan rambut, membuat gigi dan kuku berwarna kuning,
membuat kulit menjadi keriput, serta menyebabkan batuk dan kanker
paru-paru.
 Iklan
Gencarnya iklan rokok di kalangan anak dan remaja dilakukan oleh
pengusaha, semata untuk mencari “kader” perokok agar menjadi
7
pencandu. Dengan adanya pecandu rokok di kalangan pelajar dan
remaja maka pengusaha rokok telah memiliki passive income dan
jaminan bertahannya usaha dalam waktu lama. Tipu daya dilakukan
secara sistematis, dengan mensponsori berbabagai kegiatan pelajar,
olahraga, musik, dan berbagai kegiatan yang disenangi anak dan
remaja. Iklan rokok didesain sedemikian rupa sehingga akrab
kepentingan keuntungan perusahaan muda.
 Merasa lebih percaya diri dan bisa konsentrasi dengan merokok
Pendapat seperti ini hanyalah sebuah spekulasi yang salah namun
dibiasakan sehingga pada akhirnya membentuk mindset yang salah.
Dalam hidup ini, gugup pada pertemuan/perjumpaan yang pertama dan
kedua adalah hal yang biasa. Keadaan ini dapat dialamai oleh siapa
saja. Nanti juga kalau sudah terbiasa jadi lebih luwes dan santai tidak
memberi manfaat apa-apa. Rasa grogi itu akan tetap ada dan kesehatan
anda pun akan memburuk seiring berjalannya waktu. Lebih baik bagi
anda melakukan hal-hal lain yang lebig fositif.
6. Bahaya merokok bagi enam Organ tubuh
Menurut Sholeh (2017), ada enam bahaya rokok bagi organ tubuh
yaitu :
 Bahaya Merokok
Bahan berbahaya yang terkandung dalam rokok jika memasuki paru-paru
akan merusak sel-sel dalam paru-paru. Hal inilah yang bisa menyebabkan
penyakit kanker paru-paru dalam tubuh. Selain menyebabkan penyakit
kanker paru-paru, rokok ini juga dapat menyebabkan penyakit pneumonia,
emfisema, dan bronkitis.
 Bahaya rokok bagi kesehatan organ mulut dan tenggorokan
Jika anda merokok pasti menghisapnya lewat mulut dan melalui
tenggorokan. Jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan bau mulut
dan gigi bernoda. Itu masih tergolong penyakit ringan belum yang ganas
seperti kanker pada lidah, tenggorokan, bibir, dan pita suara.
 Bahaya merokok bagi kesehatan organ kulit

8
Merokok mengurangi jumlah oksigen dalam tubuh, akibatnya kandungan
asupan kulit dalam oksigen akan berkurang. Jika ini terjadi maka kulit
akan mengalami keriputan dan terjadilah penuan dini. Itulah sebabnya
mengapa orang yang merokok akan terlihat lebih tua jika dibandingkan
dengan orang seusia mereka yang tidak merokok.
 Bahaya rokok bagi kesehatan organ otak
Jika merokok berarti memasukan ribuan zat berbahaya ke dalam tubuh dan
bila sampai di otak akan menyebabkan kerusakan otak bahkan sampai
kematian. Merokok juga dapat mengakibatkan penyakit aneurisma otak.
Penyakit aneurisma otakcadalah pe;emahan dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan pembuluh darah itu membengkak. Jika dibiarkan
terus-menerus akan menggumpal dan mengalami pemecahan dan dapat
mnyebabkan perdarahan pada otak.
 Bahaya rokok bagi kesehatan organ reproduksi
Saat anda sedang membeli rokok cobalah untuk membaca kemasannya, di
situ ditulis bahwa merokok dapat menyebabkan impontensi pada pria dan
kanker serviks pada wanita. Hal ini bisa terjadi karena rokok membuat
kemampuan tubuh menurun dalam melawan serangan infeksi penyakit.
 Bahaya rokok bagi kesehatan organ tulang
Orang yang merokok akan lebih berisiko dalam terkena penyakit
osteoporosis daripada yang tidak merokok. karena dalam rokok terdapat
racun yang bisa menghambat kerja sel konstruksi dan dapat mengurangi
kekuatan tulang dengan cara mengganggu kesimbangan hormon yang
bertugas untuk melindungi kekuatan tulang, misalnya, seperti hormon
estrogen.
b. Konsep Insomnia
1. Definisi insomnia
Menurut Siregar (2011), Insomnia adalah salah satu fenomena umum
dalam gangguan pola tidur. Jangka panjang dapat menyebabkan menderita
gejala somatik dan perkembangan penyakit.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran
dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifat sementara atau
9
persisten. Sumber lain juga menyebutkan bahwa insomnia adalah
ketidakmampuan untuk tidur, tetap tidur, atau merasa segar dengan tidur.
Akut dan sementara selama periode stres, insomnia dapat menjadi kronis,
konstan menyebabkan kelelahan, kegelisahan ekstrem sebagai pendekatan
sensasi, dan gangguan kejiwaan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Insomnia
Menurut Siregar (2011), ada beberapa penyebab terjadinya insomnia
yaitu :
 Kondisi fisik. Tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan,
sindrom apneu tidur, sakit kepala atau migran, kulit di bawah mata tampak
kehitaman, faktor diet, parasomnia, efek zat langsung (alkohol atau obat-
obatan terlarang), efek putus zat, penyakit endokrin, penyakit infeksi,
neoplastik, nyeri, lesi batang otak, dan akibat penuaan.
 Penyebab sekunder karena kondisi psikiatri. Misalnya kecemasan,
ketegangan otot, perubahan lingkungan, gangguan tidur irama sirkadian,
depresi primer, stres pascatraumatik, dan skizofrenia.
 Masalah lingkungan. Penyebab ini terkait dengan lingkungan ketika kita
tidur. Bisa seperti suara dengkuran pasangan, suasana pencahayaan di
kamar, tempat tidur yang kurang nyaman, lingkungan yang ribut, dan lain-
lain.
 Insomnia bisa menyerang semua golongan usia. Meskipun demikian,
angka kejadian insmonia akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Hal ini mungkin disebabkan oleh stres yang seiring menghinggapi
orang yang berusia lebih tua. Disamping itu, perempuan dikatakan lebih
sering menderita insomnia biladibandingkan laki-laki.
3. Klasifikasi insomnia
Menurut Siregar (2011), klasifikasi DSM 4, insomnia diklasifikasikan
berdasarkan penyebab insomnia yaitu :
 Gangguan Tidur Primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh
gangguan mental lain, kondisi medis umum atau zat. Gangguan tidur ini

10
dibagi 2 yaitu disomnia dan parasomnia. Keduannya kemudian dibedakan
ladi berdasarkan gejala dan ciri-cirinya.
 Gangguan Tidur Terkait Gangguan Mental
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain, yaitu terdapatnya keluhan
gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental
lain (sering karena gangguan mood), tetapi tidak memenuhi syarat untuk
ditegakkan sebagai gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa
mekanisme patofisiologik yang mendasari gangguan mental juga
mempengaruhi terjadinya gangguan tidur. Gangguan tidur ini terdiri dari
insomnia terkait aksis I atau II hipersomnia terkait aksis I atau II.
 Gangguan Tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan akibat kondisi medik umum, yaitu keluhan gangguan tidur yang
menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi
medik umum terhadap siklus tidur. Hal ini seperti terserang penyakit
tertentu yang menimbulkan kekhawatiran pada diri sendiri terhadap
kesembuhan dari penyakit tersebut.
 Gangguan tidur akibat zat
Gangguan tidur jenis ini yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat
sedang menggunakan atau menghentikan pengguanaan zat, termasuk obat.
Dalam hal ini, perlu dilakukan penilaian sistematik terhadap seseorang
yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang
spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medis umum, dan zat atau obat
yang digunakan.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa insomnia dibagi menjadi
insomnia sementara dan menetap. Insomnia sementara terjadi selama satu
malam hingga 2 minggu, sedangkan insomnia menetap dianggap sebagai
insomnia yang sudah berlangsung lebih lama hingga menahun.
i. Insomnia Sementara
Insomnia sementara biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
 Hyperariussal. Atau kesulitan tidur yang biasannya berasal dari lonjakan
emosional yang biasa disebabkan oleh kesedihan, stres, atau bahkan terlalu
menggairahkan, seperti yang sering diderita oleh anak-anak di malam
11
menjelang darmawisata. Perbedaan zona waktu dan kerja shift, ketika si
penderita dipaksa untuk bangun atau tidur berbeda dengan jam biologis.
Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian diri yang lamannya tergantung
dari masing-masing individu. Untuk mempersiapkan diri berpergian ke
arah timur dengan zona waktu yang berbeda. Anda dianjurkan untuk
mencukupi waktu tidur anda terlebih dahulu.
 Likungan tidur. Manusia memang memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan lingkungannya. Namun, ketika anda menemapati sebuah kamar
baru ditengah kota yang hiruk-pikuk, jatuh tidur menjadi sulit sekali.
Setelah beberapa malam, anda menjadi terbiasa dan tidak lagi terganggu
dengan keramaian dunia luar.
ii. Insomnia menetap
Insomnia menetap dapat disebabkan hal-hal berikut :
 Gastoesophageal reflux, yaitu terganggu tidurnya karena asam lambung
yang naik saat berbaring. Penderitannya merasakan rasa panas yang
menjalar di dada. Biasanya ia akan terbangun dengan rasa pahit dan seolah
tersedak dan seolah tersedak dan batuk-batuk.
 Sindrom tungkai gelisah atau restless legs syndrome (RLS), yaitu
gangguan saraf yang dijabarkan sebagai rasa tidak nyaman pada kaki.
Sering kali digambarkan sebagai rasa kesemutan, pegal, kaku dan lain-lain,
yang hanya dapat diringankan dengan menggerak-gerakkan kaki.
Dirasakan bila duduk atau berbaring lama. Penderitannya selalu ingin
menggerakan kakinya hingga sulit tidur. RLS juga diikiuti dengan
Periodic Limb Movement Syndrome (PLMS) yang dapat mengaggu
kualitas tidur. Dalam tidur, kaki akan digerak-gerakkan lalu diam dan
bergerak lagi dalam periode tertentu, biasannya tiap 30 detik. Akibatnya,
tidur si penderita akan terpotong-potong dan menyebabkan rasa kantuk
pada siang harinyya.
 Penderita sleep apneu juga memberikan gambaran insomnia. Hanya saja
kesulitan tidur itu berupa tidur yang tidak menyegarkan, tidur tidak dalam,
bahkan ada juga yang merasa belum tidur, tetapi orang lain mengatakan ia
sudah lelap dan mendengkur.
12
 Penyakit-penyakit lain juga menimbulakan rasa nyeri. Penderita tidak
dapat tidur karena rasa sakit yang diseritannya.
 Kecemasan yang berkepanjangan. Ini dapat menyebabkan insomnia yang
menetap. Gangguan emosional dan psikiatris biasanya memerlukan
perawatan dokter ahli kesehatan jiwa. Namun yang terpenting adalah
pemahaman penderita tentang gangguan yang dialaminya, serta disiplin
dan kesabarannya untuk terus mengikuti setiap terapi yang tidak dapat
memberikan hasil instan.
Berdasarkan berat ringannya insomnia dibagi menjadi
(Dohrmaji,2006) yaitu :
 Mild Insomnia / Insomnia ringan
Adalah suatu keadaan sulit untuk memulai dan mempertahankan tidur,
tanpa atau sedikit mengalami penurunan kualitas tidur.
 Moderate Insomnia / Insomnia sedang
Adalah suatu keadaan untuk memulai dan mempertahankan tidur, di
sepanjang malam. Pada penderita insomnia ini akan mengalami penurunan
kualitas hidup yang relatif sedang.
 Severe Insomnia / Insomnia parah
Adalah suatu keadaan untuk memulai tidur dan mempertahankan tidur, di
sepanjang malam dan hampir setiap hari. Biasanya diikuti oleh penurunan
berat kualitas hidup.
4. Dampak Insomnia
Menurut Siregar (2011), ada beberapa dampak insomnia yaitu :
 Tidak produktif. Dampak serius insomnia adalah turunnya produktivitas
sehingga sering kali mengganggu kegiatannya.
 Tidak fokus. Penderita insomnia sering mengantuk di siang hari dan tidak
bisa memusatkan perhatian pada ha-hal detial.
 Tidak bisa membuat keputusan. Mereka tidak dapat memberikan
pertimbangan untuk mengatasi yang ada akan terasa berat untuk diatasi.
 Pelupa. Orang insomnia juga sering luap, bahkan bagi hal yang baru saja
dialaminya.

13
 Pemarah. Tubuh lelah akibat tidak tidur semalaman membuat penderita
insomnia mudah terusik. Hal-hal kecil dapat menimbulkan kemarahan
karena penderita insomnia menjadi pribadi yang sensitif.
 Depresi. Hal ini bisa berdampak pada mereka yang telah mengalami
insomnia menetap. Stres yang menghantui menjadi faktor pencetus depresi
yang semakin dalam. Hal ini nantinya akan berdampak pada keadaan
psikis penderita insomnia tersebut.
 Meningkatkan resiko kematian. Hal ini jika dikaitkan dengan berbagai
macam penyakit yang bisa ditimbulkan dari insomnia seperti berisiko
terserang hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan lain-lain.
 Menyebabkan tubuh rentan terhadap berbagai penakit. Sebab, tubuh
manusia diciptakan sedemikian sempurnya yang secara alamiah telah
diatur sebuah metabolisme fisik yang akan mempengaruhi kesehatan. Fisik
dan mental seseoarang akan sehat jika terdapat keterstursn antara terjaga
dan tidur. Bukankah tidur juga berfungsi terhadap penataan kembali
kesimbangan fisik setelah sekian lamannya terjaga dan terjadi kecapaian
kerja.
 Menyebabkan kecelakaan. Ini disebabkan kelelahan yang berlebihan,
disertai dengan serangan rasa kantuk pada saat bekendaraan.
5. Gejala Gangguan Insomnia
Menurut Lanywati (2012), menyatakan bahwa gejala insomnia di bagi
menjadi 3 macam yaitu , bagun terlalu awal (Early Awakening) dan kesulitan
memulai tidur (Initial Insomnia), tidak dapat mempertahankan tidur
(intermiten).
 Bagun terlalu awal (Early Awakening), merupakan suatu keadaan dimana
seseorang bisa memulai tidur dengan normal, namun sering terbangun
lebih awal dari waktu tidur biasanya, dan tidak bisa tidur kembali.
Keadaan ini sering terjadi pada seseorang yang mengalami depresi,
mengonsumsi rokok dan kopi yang mana itu mengandung kafein dan
nikotin, serta diakibatkan dari bertambahnya usia.
 kesulitan memulai tidur (Initial Insomnia), merupakan penyebab dimana
seseorang mengalami gangguan emosi/ketegangan atau gangguan fisik,
14
contoh adanya penyakit yang dapat mengganggu fungsi organ tubuh serta
keletihan yang berlebihan.
 Tidak dapat mempertahankan tidur (intermiten), merupakan keadaan
dimana ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur karena sering
terbangun di tengah malam dan kesulitan untuk tidur kembali. Biasanya
terdapat pada pasien depresi.
6. Batasan Insomnia
Berdasarkan skala insomnia yang telah dilakukan. yaitu skla KSPBJ
(Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta) menurut Iwan (2009), batasan
atau indikator insomnia dapat ditentukan meliputi parameter sebagai berikut:
 Badan terasa lemah, letih, kurang tenanga setelah tidur
 Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan
 Merasa kurang nyaman atau gelisah saat tidur
 Mendapat mimpi buruk
 Sakit kepala pada siang hari
 Merasa kurang puas dengan tidurnya
 Kesulitan untuk memulai tidur
 Bisa terbangun lebih awal atau dini hari
 Tiba-tiba terbangun pada malam hari
 Merasa mengantuk di siang hari

15
5

B. Kerangka Teori

Merokok Insomnia

Faktor mempengaruhi Faktor mempengaruhi


kebiasaan merokok: Pola Tidur:
1. Pengaruh orang tua 1. Stress / Kecemasan
2. Pengaruh Iklan 2. Depresi
3. Faktor Kepribadian 3. Kelainan Kronis
4. Pengaruh Teman 4. Efek samping obat
5. Pola makan Buruk
6. Kafein, Nikotin, dan
Alkohol
Tahapan merokok: 7. Kurang Aktifitas Fisik
1. Preppatory
2. Initiation
3. Smoker
Klasifikasi Insomnia:
4. Smoking
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
Klasifikasi Merokok:
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat

Hubungan Merokok Dengan Gangguan Pola tidur

Rokok Terdapat Zat


Nikotin

Mengakibatkan syaraf bekerja hiperaktif dan mengakibatkan


tubuh mendapatkan kenaikan efektivitas dan terjadi
Gangguan tidur

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Merokok Dengan Gangguan Pola Tidur
5

C. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian tentang merokok menyatakan bahwa rokok tidak baik
untuk kesehatan, tetapi kenyataannya masyarakat tidak terpengaruh akan
bahayannya rokok. Nikotin yang terdapat pada rokok bisa menekan organ sistem
syarat pusat ataupun syaraf-syaraf yang terdapat di berbagai anggota tubuh. Pada
syaraf, nikotin dapat menyebabkan syaraf bekerja lebih hiperaktiv sehingga
memicu tekanan darah, meningkatnya detak jantung, serta pernafasan. Akibatnya
seseorang yang merokok mengalami gangguan tidur karena, rokok dapat
menaikan efektivitas yang membuat seseorang menjadi segar (Basyir, 2012).
Menurut Aditama (2011), seseorang yang mengalami kecanduan terhadap
rokok akan terus-menerus menginginkan nikotin. Dikarenakan zat-zat yang
terkandung pada nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit sehingga
menyebabkan gangguan proses tidur. Pada seorang pecandu akut yang baru, akan
mengalami sulit tidur. Selain itu, sering terbangun di karnakan keinginan merokok
2 jam setelah tidur. Setelah merokok, seseorang akan sulit memulai tidur lagi
dikarnekan efek stimulai nikotin. Saat tidur, pun akan terbangun karena keinginan
merokok lagi.
Untuk tahap selanjutnya, perokok akan mengalami gangguan kualitas
tidur, yang mana di sebabkan oleh efek menagih dari kecanduan nikotin.
Diketahui perokok lebih sering tidur ringan dibandingkan tidur dalam, termasuk
di jam-jam awal tidur. Maka dari itu perokok 4 kali lipat melaporkan rasa tidak
segar dan masih merasa mengatuk saat bangun tidur, setelah bangun tidur dan
masih merasa mengantuk (jordan, 2011)
Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mushoffa dkk
(2013), terdapat hubungan perilaku merokok dengan kejadian insomnia pada
mahasiswa FK UNLAM, dari 108 orang responden didapatkan 5 diantaranya
perokok dengan insomnia, 28 diataranya perokok tanpa insomnia dan 2
diantaranya nonperokok dengan insomnia, serta 73 diantaranya nonperokok tanpa
insomnia. Serta terdapat hubungan yang bermakna (p=0,027) antara perilaku
merokok dan kejadian insomnia pada mahasiswa FK UNLAM.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pernyataan dari penelitian (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini, hipotesis yang
digunakan yaitu :
Ho ditolak : Ada hubungan Perilaku Merokok dengan Insomnia pada Remaja
di desa x.

Anda mungkin juga menyukai