DI SEKOLAH DASAR
I. Pendahuluan
Pada dasarnya, setiap manusia diciptakan dengan kodrat yang berbeda-
beda, baik dalam bentuk fisik maupun psikis. Dengan adanya perbedaan yang
dimiliki oleh manusia, maka terdapat pula perbedaan antara orang yang satu
dengan orang yang lain dalam memahami konsep. Misalnya dalam memahami
konsep-konsep yang abstrak, si A dan si B mungkin saja melalui tingkat-tingkat
belajar yang berbeda. Walaupun demikian, ada satu keyakinan bahwa anak-anak
belajar melalui dunia nyata dan dengan memanipulasi benda-benda nyata sebagai
perantaranya. Bahkan tidak sedikit pula orang dewasa yang umumnya sudah
memahami konsep abstrak pada situasi-situasi tertentu masih memerlukan benda-
benda nyata sebagai perantara.
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak. Dalam
proses menanamkan konsep abstrak matematika pada anak, perlu diberikan
penguatan supaya pemahamn anak terhadap konsep tersebut mengendap, melekat
dan tertanam, sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindaknya.
Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan pengertian.
Tidak sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta yang memungkinkan mudah
dilupakan dan sulit untuk dimiliki. Oleh sebab itu maka dalam pengajaran
matematika di SD masih diperlukan alat peraga.
Berkaitan dengan hal di atas, maka seorang guru matematika dituntut untuk
mengetagui macam-macam alat peraga yang dipakai dalam mengajarkan
matematika, khususnya pada pengajaran matematika di SD. Namun, hal ini tidak
dapat diartikan bahwa setiap konsep matematika harus dianjurkan dengan
menggunakan alat perga.
Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu, istilah media
perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga
lebih lanjut. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak maupun
perangkat keras. Kadang-kadang suatu media dapat berfungsi ganda, pada saat
1
tertentu berfungsi sebagai alat peraga dan pada saat yang lain dapat berfungsi
sebagai sarana.
Dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat
peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alat peraga sederhana
biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan
alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang
pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya tinggi.
Sarana merupakan media pengajaran yang berfungsi sebagai alat untuk
melakukan kegiatan belajar. Seperti halnya alat peraga, sarana juga berupa
perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh perangkat keras: papan tulis,
penggaris, jangka, kartu permainan, dan sebagainya. Sedangkan contoh perangkat
lunak antara lain, lembar kerja , lembar tugas, aturan permainan dan lain
sebagainya.
a. Tujuan:
Untuk mengajarkan konsep bilangan dengan istilah “:lebih dari” dan “kurang
dari” dan mengenalkan perkalian sebagai penjumlahan berulang.
b. Kelas
Kelas 1 semester 1.
c. Alat Bahan
Karton/plastik, gunting, penggaris, alat tulis, dan lem perekat.
d. Cara Pembuatan
Ambil karton/plastik yang kemudian diukur sesuai dengan kemauan (1x1 cm),
lalu digunting dan dilem sehingga terbentuk kubus yang berukuran 1x1x1x1
cm.
e. Cara Penggunaan
(1) Misalkan untuk mengajarkan istila “lebih dari” dan “kurang dari”.
2
Pertama-tama ambil kubus satuan sebanyak 15, kelompokkan menjadi tiga
kelompok yang masing-masing anggotanya lima. Kemudian tanyakan
kepada siswa “Apakah perbedaan antara ketiga kelompok ini?”. Dengan
menggunakan 15 kubus satuan tersebut, anak diminta untuk
mengelompokkannya menjadi tiga sehingga banyaknya anggota masing-
masing ketiga kelompok tersebut tidak sama. Setelah itu mereka ditanya
“Apakah banyaknya kubus satuan pada masing-masing kelompok tersebut
sama? Berapakah banyaknya kubus satuan pada kelompok pertama,
kelompok kedua, dan kelompok ketiga?” Setelah itu kita jelaskan bahwa
kelompok satu “lebih dari” atau “kurang dari” kelompok dua; kelompok
dua “lebih dari” atau “kurang dari” kelompok tiga; dan kelompok satu
“lebih dari” atau “kurang dari” kelompok tiga.
(2) Misalkan ingin mengenal perkalian sebagai penjumlahan berulang,
contoh: 3 x 2 =. . .
Pertama-tama ambil kubus satuan sebanyak 6. Lalu kelompokkan menjadi
3 yang masing-masing anggotanya 2. Hal ini berarti 3 x 2 = 2 + 2 + 2 = 6 (
simbol ini ditulis di bawah kubus seperti pada gambar berikut:
3x2= 2 + 2 + 2 = 6
4
+ =
+ =
5
3. Batang Quisenair Modifikasi
Keterangan gambar:
9
Ukuran (1x1x9)cm = panjang 9 cm
lebar 1 cm dan tebal 1 cm
10
Ukuran (1x1x10)cm = panjang 10 cm
lebar 1 cm dan tebal 1 cm
6
a. Tujuan
Untuk memahami konsep bilangan (penjumlahan hasil sampai dengan 10 dan
pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan paling besar 10)
b. Kelas
Kelas 1 semester 1
c. Alat bahan
Balok kayu/karton/plastik, gergaji kayu, gunting alat tulis, spidol dan kertas gosok.
d. Cara Pembuatan
Ambil balok kayu yang tebalnya 2 cm dan lebarnya 1 cm, karton/plastik
potong/gunting sepanjang 2 cm, 2cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm,
10 cm masing-masing satu buah. Setelah itu pada setiap balok kayu yang telah
dipotong dan karton/plastik yang sudah digunting diberi batas/sekat dengan
menggunkan spidol. Terakhir semu balok kayu dihaluskan dengan menggunakan
kertas gosok.
e. Cara Penggunaan
Contoh:
(1) 2 + 3 =. . .
Ambil satu batang duaan, kemudia ambil satu batang tigaan, kedua batangan
tersebut tempatkan dengan ujung-ujungnya saling berdekatan. Sekarang kita
harus mencari batangan yang lain yang menutupi kedua batangan tersebut
dengan pas atau dengan cara meletakkannya dengan berdempetan/
berdampingan (lihat gambar)
5 2 3
2 3 2 3 5
Ternyata yang dapat menutup kedua batang tersebut adalah batang limaan. Hal
ini berarti 2 + 3 = 5
(2) 8 – 4 =. . .
Mula-mula ambil satu batangan enaman, kemudian letakkan sebuah batangan
empatan pada bagian atas atau berdampingan, sehingga salah satu ujung dari
kedua batangan tersebut berhimpitan (lihat gambar).
4 atau 6
6 4 7
Langkah selanjutnya adalah mencari batangan yang lain, yang jika diletakkan
di atas/di samping batang enaman dapat menutupi sisi yang belum tertutup,
yang dapat menutupi sisi tersebut hanyalah batang duaan. Hal ini berarti
6 – 4 = 2, seperti terlihat pada gambar
4 2 6
6 4 2
(3) 5 x 2 =
Perlu diketahui bahwa perkalian adalah merupakan penjumlahan berulang
maka untuk menyelesaikan soal tersebut mula-mula ambil batangan duaan
sebanyak lima kali kemudian letakkan secara kerdekatan. Kemudian mencari
batangan yang lain yang dapat menutupi kelima batangan tersebut dan
meletakkan pada bagian atas atau berdampingan, sehingga kedua ujung dari
kedua batangan tersebut berhimpitan (lihat gambar).
2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 atau 10
10 2 2 2 2 2
Ternyata yang dapat menutupi kelima batangan tersebut adalah batangan
sepuluhan. Hal ini berarti 5 x 2 = 10.
(4) 8 : 2 =
Kalau perkalian merupakan penjumlahan berulang maka untuk pembagian
merupakan kebalikan dari perkalian yaitu pembagian merupakan pengurangan
berulang. Untuk menyelsaikan pembagian ini mula-mula ambil batangan
delapanan, kemudian kita ambil batangan yang duaan sebanyak 4 kali sampai
batang delapanan habis tertutupi semuanya. Seperti gambar berikut:
2 atau 8
8 2
8
2 2 8
8 atau 2 2
2 2 2 atau 8
8 2 2 2
2 2 2 2 8
atau
8 2 2 2 2
9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Demikian seterusnya.
12
B. Selanjutnya guru menjelaskan (dengan peragaan) cara membaca jam tengahan.
- Mula-mula diawali dengan penjelasan sebagai berikut
Jarum panjang menunjukkan menit.
Jarum pendek menunjukkan jam.
- Kemudian guru menetapkan jarum panjang ke arah angka 6, kemudian satu per satu
menunjukkan waktu berikut ini hanya dengan menggerakkan jarum pendeknya saja ke
arah titik di antara dua angka yang dimaksud.
- Bersama itu guru menjelaskan cara membaca/menyebutkan jam dan cara menuliskannya
di papan tulis.
Contoh : untuk menunjuk pukul setengah tiga, maka jarum panjang pada posisi angka 6
dan jarum pendek menunjuk ke arah titik di antara angka 2 dan 3.
Dibaca pukul setengah tiga atau pukul 2 lebih 30 menit. Ditulis
02.30.
Demikian seterusnya.
13
C. Guru menjelaskan cara membaca jam perempatan.
- Dapat dimulai dengan memberi penjelasan “lebih lima belas menit atau lebih
seperempat”, yaitu dengan menetapkan terlebih dahulu jarum panjang ke arah angka 3.
Selanjutnya jarum pendek digerakkan ke arah perempatan pertama jarak di antara 2
angka yang dimaksud. Guru menjelaskan cara membaca dan menuliskannya.
Contoh :
1.
Dibaca : pukul 12 lebih 15 menit atau pukul dua
belas lebih seperempat.
Ditulis : 12.15
2.
Dibaca : pukul 10 lebih 15 menit atau pukul
sepuluh lebih seperempat.
Ditulis : 10.15
3.
Dibaca pukul 4 lebih 15 menit atau pukul empat
lebih seperempat.
Ditulis : 4.15
- Selanjutnya guru menjelaskan cara membaca jam “lebih 45 menit atau lebih tiga
perempat” yang lazimnya dikatakan “kurang 15 menit atau kurang seperempat” dengan
menetapkan terlebih dahulu jarum panjang kearah angka 9. Kemudian jarum
pendek digerakkan ke arah perempatan ketiga jarak antara 2 angka yang dimaksud.
Guru menjelaskan cara membaca dan cara meniliskannya di papan tulis.
Dibaca : “Pukul 11 lebih 45 menit atau pukul
sebelas lebih tiga perempat”
14
D i baca : “Pukul 2 lebih 45 menit atau pukul dua
lebih tiga perempat”
Dapat pula dibaca “pukul 3 kurang 15 menit
atau pukul tiga kurang seperempat”
Ditulis : 02.45
Dibaca : “pukul 9 lebih 45 menit atau pukul
sembilan lebih tiga permpat”.
Dapat pula dibaca pukul 10 kurang 15 menit atau
pukul sepuluh kurang seperempat”.
Ditulis : 09.45
Demikian seterusnya.
II. Alat Praga untuk Pengajaran Geometri
PAPAN BERPAKU
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, dkk. 1997. Bangun Geometri Datar. Materi Pelatihan Teknisi Laboratorium
Matematika D-II PGSD se-Indonesia di IKIP Malang, Malang 17 Februari –
15 Maret.
Nurhakiki, dkk. Dkk. 1977. Alat Peraga Bangun Ruang dan Cara Pembuatannya.
Materi pelatihan Teknisi Laboratorium Matematika D-II PGSD se-Indonesia
di IKIP Malang. Malang 17 Februari – 15 Maret.
Tipps, Stave, dan Kennedy. 1994. Guiding Childrens Learning of Mathematics. Sevent
Edition. California: Wadworth Publishing Company Belmont.
16