BAB 1
PENDAHULUAN
Rumah Sakit secara awam mungkin nampak hanya sebagai sebuah gedung tempat
orang-orang sakit berobat. Namun jika dilihat secara organisasi, merupakan sebuah organisasi
yang paling kompleks diantara organisasi lainnya. Pasien sebagai penerima layanan memiliki
kompleksitas dan keragaman dari segi usia (dari bayi baru lahir hingga lanjut usia), jenis
kelamin, latar belakang, keluhan, jenis penyakit dan kebutuhan layanan. Sumber Daya
Organisasinya juga sangat beragam, dimulai dengan Sumber Daya Manusia dari berbagai jenis
latar belakang pendidikan dan profesi, yang masing-masing profesi memiliki aturan dan “cara”
tersendiri. Semua jenis profesi didalamnya saling berinteraksi dan berintegrasi satu sama lain.
Selain itu, Rumah Sakit juga memiliki kompleksitas dari sarana prasarana, kebijakan dan
peraturan yang mengikat, anggaran dan dapat sebagai tempat pembelajaran dan pendidikan.
Selain sumber daya manusia dan sarana prasarana, kegiatan operasional dari organisasi
Rumah Sakit juga ditunjang oleh sistem informasi, logistik, akuntansi dan keuangan, dan
sistem impelementasi dari tata kelola klinis. Seluruh komponen Rumah Sakit harus menjadi
suatu sistem yang dinamis dan berkesinambungan agar tujuan organisasi dapat tercapai. Setiap
bagian dalam organisasi Rumah Sakit harus memahami tugas dan fungsi masing-masing dalam
upaya mencapai visi dan misi Rumah Sakit.
Rumah Sakit selain sebagai suatu organisasi bidang pelayanan kesehatan yang
kompleks namun juga berisiko tinggi (high-risk). Kita mungkin sering mendengar keluhan-
keluhan masyarakat akan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan Rumah Sakit,
bahkan ada yang memproses secara hukum karena pelayanan yang diberikan tidak sesuai
dengan harapan pasien dan keluarga. Selain itu, perkembangan teknologi sosial media
membuat masyarakat cenderung menggunakan media sosial mereka untuk menyampaikan
keluh kesahnya. Hal ini dapat menjadi ancaman serius bagi citra dan perkembangan bisnis
Rumah Sakit.
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan dengan standar pelayanan dan
tingkat profesionalisme yang tinggi kepada pasien. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan
juga melindungi Rumah Sakit dan tenaga Kesehatan serta melindungi pasien maka Rumah
Sakit wajib untuk menyusun dan melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by
Laws) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit Pasal 29 ayat (1) huruf (r), di samping peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Rumah
Sakit sebagai pedoman dalam mengelola Rumah Sakit.
BAB 2
ISI
2
kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance) untuk meningkatkan mutu pelayanannya
secara berkesinambungan.2
Struktur organisasi Rumah Sakit dapat disesuaikan berdasarkan besar kegiatan, beban
kerja dan klasifikasi dari Rumah Sakit. Struktur Rumah Sakit haruslah meliputi seluruh tugas
dan fungsi dari Rumah Sakit itu sendiri. Struktur organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri
atas:
a. Kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit
b. Unsur pelayanan medis
c. Unsur keperawatan
d. Unsur penunjang medis
e. Unsur administrasi umum dan keuangan
f. Komite medis
g. Satuan pemeriksaan internal2
Direktur Rumah Sakit sebagai pemimpin organisasi wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam lingkungan
organisasinya serta dengan unit-unit lain. Direktur Rumah Sakit harus menjalankan tugas dan
fungsinya, diantara lain; menetapkan kebijakan penyelenggaraan Rumah Sakit,
menyelenggarakan tugas dan fungsi Rumah Sakit, pembinaan, pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi serta evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan
Rumah Sakit.
Pada organisasi Rumah Sakit, kepemimpinan yang baik merupakan faktor terpenting
untuk kesuksesan organisasi. Secara garis besar kepemimpinan dalam sebuah Rumah Sakit
dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu grup pimpinan tinggi organisasi, grup kepala
eksekutif atau senior manajer dan grup pimpinan kelompok profesi (ketua komite medis, ketua
komite keperawatan, dan lain-lain). Hanya jika ketiga kelompok kepemimpinan ini
bekerjasama dengan baik, berkolaborasi untuk menjalankan fungsi kepemimpinan organisasi,
maka organisasi Rumah Sakit dapat mencapai tujuannya (perawatan pasien yang aman dan
berkualitas tinggi, keberlanjutan finansial, layanan masyarakat dan perilaku etis).3
Pemimpin Rumah Sakit harus bisa mengakomodir keinginan, perbedaan sudut pandang
dan perbedaan kepentingan dari masing-masing staf medis, perawat, administrasi, pasien, dan
masyarakat. Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan meyakinkan sumber daya tenaga
kerjanya bahwa mereka mampu memenuhi tugas dan fungsi masing-masing sesuai kebutuhan
organisasi sehingga organisasi dapat berjalan dengan lebih efektif.
3
Sumber daya manusia merupakan aset yang paling berharga dalam organisasi
pelayanan kesehatan. Loyalitas mereka dapat diukur dari aktivitas pekerjaan mereka,
pemberian masukan, melakukan identifikasi, merancang, mengimplementasikan dalam rangka
meningkatkan mutu layanan dan mencapai tujuan organisasi. Peningkatan kinerja karyawan
dapat dilakukan dengan memberikan program pendidikan dan pelatihan, insentif yang sesuai
serta berazaskan keadilan.4
Selain struktur organisasi, Rumah Sakit juga harus memenuhi persyaratan sumber daya
manusianya. Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis, penunjang
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga
non kesehatan. Jumlah dan jenis sumber daya manusia tersebut harus sesuai dengan jenis dan
klasifikasi Rumah Sakit serta terdata dengan baik. Jika dibutuhkan, Rumah Sakit dapat
mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai peraturan perundangan. Tenaga medis
yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Organisasi Rumah Sakit harus memiliki tata kelola perusahaan yang baik yang disebut
Good Corporate Governance. Dalam Permendagri Nomor 61 tahun 2007, ada empat prinsip
utama, yaitu :
1. Transparansi
yaitu keterbukaan informasi Rumah Sakit sehingga dapat mencegah benturan
kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak.
2. Akuntabilitas
yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ lembaga
sehingga pengelolaan lembaga dapat terlaksana dengan baik.
3. Responsibiliti
yaitu kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan lembaga terhadap prinsip
korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku, termasuk yang
berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian dan persaingan yang sehat.
4. Independensi
yaitu suatu keadaan dimana lembaga dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4
RSKD Duren Sawit sebagai Good Corporate Governance sudah melaksanakan ke
empat prinsip tersebut. Namun dari ke empat prinsip tersebut masih terdapat
kekurangsempurnaan di bagian transparansi. Kurangnya transparansi soal metoda
penghitungan pemberian upah/ jasa pelayanan medis bagi dokter spesialis. Hal ini dikeluhkan
oleh dokter spesialis sehingga membuat menurunnya “trust” tenaga medis kepada pihak
pimpinan. Secara tidak langsung hal ini dapat menghambat tercapainya tujuan organisasi.
Sebaiknya pihak manajemen membuka sistem informasi yang transparan mengenai metoda
penghitungan jasa medis, dan dokter spesialis dapat melihat dan mengevaluasi jumlah pasien
yang diperiksa dan tindakan medis yang telah dilakukan.
Rumah Sakit sebagai Good Corporate Governance, maka harus memiliki tata kelola
akuntansi dan keuangan yang baik. Aktivitas akuntansi dan keuangan dalam organisasi
kesehatan harus tercatat dan terevaluasi penggunaannya baik internal maupun eksternal.
Aktivitas keuangan dapat dikendalikan dengan cara penyediaan data akurat tentang pendapatan,
biaya kegiatan dan rencana skenario alternatif di masa depan.7
Rumah Sakit dengan pengelolaan peuangan Badan Layanan Umum (PK BLU)
mendapat dana dari pemerintah dan non pemerintah. Pembiayaan dari anggaran pemerintah
(subsidi) diberlakukan sebagai pendapatan operasional yang akan diukur akuntabilitasnya
berdasarkan kinerja layanan untuk kelompok masyarakat yang ditanggung oleh pemerintah.
Pencatatan dan pelaporan keuangan dalam bentuk laporan posisi keuangan (Neraca), laporan
aktivitas (laba-rugi), laporan arus kas.
BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa
layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang ditetapkan dalam bentuk tarif
yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan. Tarif layanan diusulkan oleh BLU
kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya. Usul tarif
layanan kemudian ditetapkan oleh Menteri Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota, sesuai
dengan
kewenangannya. Tarif layanan sebagaimana harus mempertimbangkan: (1)kontinuitas dan
pengembangan layanan (2) daya beli masyarakat (3) asas keadilan dan kepatutan (4)ckompetisi
yang sehat.8
Rumah Sakit juga harus memiliki unit logistik yang bertugas untuk mengatur dan
mengendalikan peralatan dari proses akuisisi sampai disposisi. Proses pembelian, penerimaan,
penyediaan, penyimpanan, dan distribusi logistik di dalam rumah sakit harus dapat dikontrol
5
oleh unit. Hal yang terpenting dalam manajemen logistik adalah total biaya yang dikeluarkan
rendah, produk berkualitas dan barang yang dimiliki memberikan dampak finansial yang besar.
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). SIRS
merupakan proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit yang dilaporkan
kepada Kementerian Kesehatan.9 Laporan tersebut meliputi :
a. Data identitas rumah sakit
b. Data ketenagaan yang bekerja di rumah sakit
c. Data rekapitulasi kegiatan pelayanan
d. Data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap
e. Data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan.
Penyelenggaraan SIRS bertujuan untuk:
a. Merumuskan kebijakan di bidang perumahsakitan
b. Menyajikan informasi rumah sakit secara nasional
c. Melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi penyelenggaraan rumah sakit
secara nasional.
BAB 3
KESIMPULAN
Rumah Sakit sebagai organisasi yang kompleks wajib memiliki tata Kelola Good
Corporate Governance dan Good Clinical Governance. Dalam rangka mencapai tata kelola
yang baik dan untuk melindungi pasien, pemilik Rumah Sakit, Direksi dan staf medis maka
Rumah Sakit Wajib menyusun peraturan internal Rumah Sakit yang terdiri dari Hospital by
Laws dan Medical Staff by Laws. Rumah Sakit sebagai unit sosio-ekonomi yang senantiasa
berubah dan berkembang dengan kompleks berpotensi menimbulkan konflik hubungan antara
pemilik, pengelola dan staf medis. Oleh karena itu, Rumah Sakit wajib memiliki peraturan
yang mengatur hubungan antar elemen dalam Rumah Sakit yang disebut sebagai peraturan
internal Rumah Sakit.10
Peraturan internal Rumah Sakit dapat berbeda antara Rumah Sakit yang satu dengan
Rumah Sakit yang lainnya. Peraturan internal Rumah Sakit dapat disesuaikan sesuai dengan
kondisi internal Rumah Sakit itu sendiri, seperti sejarah pendirian, kepemilikan dan situasi
kondisi internal lainnya. Peraturan internal Rumah Sakit ditetapkan oleh pemilik atau yang
mewakili (direktur) yang berisikan aturan-aturan yang mengatur tiga elemen rumah
sakit(pemilik,pengelola, staf medis) serta peraturan-peraturan dasar Rumah Sakit.
6
Staf medis Rumah Sakit merupakan ujung tombak dalam mutu layanan Kesehatan di
Rumah Sakit. Mobilitas staf medis sangat tinggi, mengingat satu orang dokter memiliki tiga
buah Surat Izin Praktek (SIP) sehingga memungkinkan dokter untuk berpraktek lebih dari satu
tempat. Untuk itu, dibutuhkan pengaturan profesi medis yang disebut dengan Medical Staff by
Laws sehingga diharapkan profesi dapat melakukan self governing, self controlling dan self
disciplining. Medical Staff by Laws mengatur pengorganisasian staf medis, komite medis,
peran, tugas dan kewenangan staf medis. Medical Staff by Laws tidak mengatur manajemen
keuangan dan peralatan medis. Staf medis yang dimaksud dalam Medical Staff by Laws adalah
dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter spesialis gigi.11 Diharapkan dengan adanya
Medical Staff by Laws tenaga medis yang merupakan ujung tombak layanan dapat terorganisasi
dengan baik sehingga meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit serta dapat menjadi
perlindungan hukum bagi staf medis dan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
7
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
9. Peraturan Mentrti Kesehatan Nomor 1171 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 772/MENKES/SK/VI/2002
tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws)
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631/MENKES/SK/IV/2005
tentang Medical Staff by Laws di Rumah Sakit