Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi sebagian siswa, fisika merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Hal ini
tidak dapat dipungkiri karena Fisika merupakan mata pelajaran yang banyak
menuntut intelektualitas yang relatif tinggi. Harus kita akui bahwa guru berperan besar
dalam menjadikan pelajaran fisika sulit dan tidak menarik minat siswa untuk
mempelajarinya. Hal ini disebabkan metode atau cara yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran fisika yang kebanyakan kurang bervariatif.
Selain itu, kurikulum yang ada terlalu padat, dan tidak semua materi yang ada
pada kurikulum cocok diberikan kepada siswa sekolah menengah. Karena menurut
kurikulum ini materi pelajaran fisika yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu
sulit padahal jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas.
Salah satu ganjalan lain yang berkaitan dengan kurikulum yang membuat
pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai
standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang seharusnya dapat
dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian
nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi
pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran
fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan oleh pembahasan soal-soal
untuk menghadapi UN. Keindahan ilmu dan penerapan fisika akhirya tertutup oleh
kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan benar.
Salah satu keadaan peserta didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah
kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor rata- rata
yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang
menyadari bahwa sesungguhnya skor rata- rata tidak selalu menggambarkan
keberhasilan proses belajar mengajar di kelas.
Setiap peserta didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh
faktor- faktor bawaan, lingkungan, maupun interaksi antara keduanya, maka di dalam
tiap kelas tidak mustahil akan terdapat beberapa peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Kesulitan –kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru
sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedial yang sesuai dan
bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja
bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya.

1
Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi
kesulitan belajar secara cermat, yakni melakukan observasi secara langsung, dan
melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya
Untuk mencari pembenaran asumsi-asumsi tentang pelajaran fisika diatas dan
mendeteksi kesulitan belajar siswa, maka penulis melakukan penelitian tentang
pembelajaran Fisika. Adapun yang menjadi objek penelitian penulis adalah siswa
kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut.
Pada pembahasan makalah ini akan diuaraikan tentang status mata pelajaran
Fisika dalam mata pelajaran umum, status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran
serumpun, status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran tidak serumpun, dan
status mata pelajaran fisika di kelas. Untuk menyimpulkan peserta didik diduga
mengalami mengalami kesulitan belajar, maka dalam pembahasan juga akan diuraikan
tentang pengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok, yaitu siswa yang tergolong
kelompok tinggi, siswa yang tergolong kelompok menengah, dan siswa yang
tergolong kelompok rendah. Pengelompokakan siswa ini bertujuan untuk mengetahui
dimana letak kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau
keseluruhan materi pelajaran serta dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar
yang muncul sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Dengan
mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siwa, maka selanjutnya kita akan bisa
menentukan program pengajaran remedial yang tepat bagi siswa-siwa tersebut.
Atas dasar pemikiran diatas, maka makalah ini diberi judul “ Diagnostik dan
Remedial Kesulitan Belajar Fisika di SMA Negeri 2 Garut”

B. Rumusan dan Pertanyaan


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Sumber kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2
Garut dalam mata pelajaran umum (semua mata pelajaran)
2) Sumber kesulitan apa saja yang dialami siwa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut
dalam mata pelajaran fisika?
3) Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut Semester 1
(Nilai UAS semester 1 dan Nilai Rapot) semua mata pelajaran?
4) Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut Semester 2
(dilihat dari nilai UTS semester 2) semua mata pelajaran?
5) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran umum?

2
6) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran serumpun?
7) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran tidak serumpun?
8) Bagaimanakah status mata pelajaran fisika di kelas?
9) Siswa manakah yang tergolong kelompok tinggi, kelompok tengah dan kelompok
rendah?
10) Bagaimana rencana pengembangan program remedial yang akan dilakukan?

A. Tujuan dan Manfaat Pembahasan


Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Melatih keterampilan dalam membuat diagnostik dan remedial kesulitan belajar
fisika
2) Mengetahui sumber kesulitan belajar siswa SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4
semua mata pelajaran
3) Mengetahui sumber kesulitan belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Garut kelas XI
IPA 4
4) Mengetahui hasil belajar siswa kelas SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4
5) Mengetahui dan menganalisis status fisika dalam mata pelajaran umum
6) Mengetahui dan menganalisis status fisika dalam mata pelajaran serumpun
7) Mengetahui dan menganalisis status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran
tak serumpun
8) Mengetahui status mata pelajaran fisika di kelas
9) Mampu mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok atas,
keleompok menengah dan kelompok rendah
10) Mampu mengembangkan program remedial sesuai dengan kesulitan belajar siswa
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1) Mendalami teori diagnostik kesulitan belajar
2) Memahami prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar
3) Mengetahui cara mengembangkan program remedial

A. Metode Pembahasan
1)Studi Literatur : Kurikulum, silabus, RPP
2)Sudi Dokumenter : Daftar nilai UAS semester ganjil, daftar nilai rapot, daftar nilai
UTS semester genap (semua mata pelajaran)

3
3)Wawancara :
– wawancara kepada wakasek bertujuan untuk mengetahui tentang kurikulum,
– wawancara kepada guru mata pelajaran fisika untuk mengetahui PBM fisika di
kelas XI IPA 4, dan
– wawancara ke peserta didik bertujuan untuk mengetahui respon peserta didik
terhadap mata pelajaran fisika. Adapun peserta didik yang menjadi objek
wawancara adalah siswa kelas XI IPA 4 (6 orang, masing-masing terdiri dari 2
orang kelompok tinggi, 2 orang kelompok tengah dan 2 orang kelompok
rendah). Serta wawancara siswa kelas X.
1)Penyebaran angket ditujukan kepada siswa kelas XI IPA 4

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Kurikulum

4
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan
dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat
mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan
pembelajaran secara menyeluruh.
S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi
lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1) kurikulum
sebagai suatu ide/gagasan, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum
sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai
suatu realita atau implementasi kurikulum, (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang
merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat
strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum didalam pendidikan dan perkembangan kehidupan peserta didik, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang
kokoh dan kuat.
Komponen-komponen kurikulum meliputi : (1) komponen tujuan, (2)
komponen isi/materi, (3) metode/strategi pencapaian tujuan dan (4) komponen
evaluasi. Keempat komponen tersebut satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu
sistem yang saling mendukung dalam proses pencapaian tujuan.
B. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006:
14).
Landasan pengembangan silabus:

5
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2)
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 20
Prinsip pengembangan silabus:
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spiritual peserta didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutahir dalam
kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasikan keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor) (BNSP, 2006: 14).
Unit Waktu Silabus

6
1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang
disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan.
2. Penyusun silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan persemester,
pertahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
3. Implementasi pembelajaran persemester menggunakan penggalan silabus
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata
pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum
(BSNP, 2006: 15).
Pengembang Silabus
1. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau pada Kelompok Kerja Guru
(KKG), dan Dinas Pendidikan.
2. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu
mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
3. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan
pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat
mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk
mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
4. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI,
menyusun silabus secara bersama.
5. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya
bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/KKG untuk
bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-
sekolah dalam lingkup MGMP/KKG setempat.
6. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman dalam
bidangnya masing-masing (BSNP, 2006: 15).
Langkah-langkah pengembangan Silabus
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran,
sebagaimana tercantum pada SI, kita perlu memperhatikan:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
materi tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI.

7
b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran.
c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
1. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar, kita perlu mempertimbangkan:
a. potensi peserta didik;
b. relevansi dengan karakteristik daerah;
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik;
d. kebermanfaatan bagi peserta didik;
e. struktur keilmuan;
f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h. alokasi waktu.
1. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:
a. kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional;
b. kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar;
c. harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran;
d. penentuan urutan kegiatan pembelajaran;
e. rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung
dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

8
1. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, serta potensi daerah dan dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
2. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan, kinerja, pengukuran sikap, penilaian
hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan
penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian:
a. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
b. penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya;
c. sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang
belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa;
d. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan;
e. sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik

9
wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.
1. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk
menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
2. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber,
serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar
didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
(BSNP, 2006: 15).

A. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk
1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekurang-
kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar.
Landasan Pengembangan RPP
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 20:
“Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Komponen RPP
1. Kolom Identitas Mata Pelajaran
2. Standar Kompetensi

10
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Tujuan Pembelajaran
6. Materi Ajar (Materi Pokok)
7. Materi/Kompetensi Prasyarat
8. Alokasi Waktu
9. Metode Pembelajaran
10. Kegiatan Pembelajaran
11. Penilaian
12. Sumber Belajar
Langkah-langkah menyusun RPP
1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran, yang meliputi:
a. Satuan Pendidikan;
b. Kelas/Semester;
c. Mata Pelajaran/Tema Pelajaran;
d. Jumlah Pertemuan.
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
3. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu mata pelajaran.
4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran.
5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi Ajar

11
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
7. Menuliskan Materi Prasyarat
Materi Prasyarat ini merupakan materi atau kompetensi yang harus sudah dimiliki
atau dikuasai siswa yang berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan
dipelajari. Dalam pembelajaran matematika, materi prasyarat ini sangat perlu,
karena dalam pembelajaran matematika antara materi satu dengan yang lain
saling berkaitan satu sama lain. Pada proses pembelajaran, kompetensi ini
dapat diukur melalui kegiatan pendahuluan.
8. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
9. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran. Pada bagian ini dituliskan semua metode yang akan digunakan
selama proses pembelajaran berlangsung.
10. Merumuskan kegiatan pembelajaran
11. Penilaian Hasil Belajar
12. Menentukan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar

B. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar


a. Pengertian Diagnosis
Diagnosis, merupakan istilah teknis (termilogy) yang kita adopsi dari bidang
medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan
sebagai:
(1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease)
apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symptons)
(2) Studi yang seksama terhadap fakta tenteng suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial

12
(3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas
gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal
Dari ketiga pengertian tersebut dapat kita maklumi bahwa didalam konsep
diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep pronosisnya. Dengan
demikian, didalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar mengidentifikasi
jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit
tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut :
(1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu tidak mencapai
ukuran tingkat keberhasialan atau tingkat penguasaan minimal dalam
pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru.
Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing
grade) itu ialah angka 6 atau 60 atau C. Kasus siswa seperti ini dapat
digolongkan
(2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersankutan tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang semestinya. Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya
atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan
kemampuannya. Kasus iswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers.
(3) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan
tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola
organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu,
seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-
referenced). Kasus siswa bersangkutan dapat dikatagorikan ke dalam slow
learners.
(4) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat
(prequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada pelajaran berikutnya. Kasus
siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang
(immature) sehingga mungkin harus mengikuti pengulang (repeaters)
pelajaran.
Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa
diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu(berdasarkan ukuran kriteria

13
keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau
kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan tingkat perkembangnnya).
Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-
material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-segi
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat
berarti satu periode pendidikan atau fase perkembangan, satu tingkat atau kelas
tahun pelajaran, semester atau triwulan, mingguan bahakan jam pelajran tertentu.
a. Diagnostik Kesulitan Belajar
Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar di atas (butir a dan b), kita
dapat mendefinisikan diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar
dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan
seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan
keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.
b. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Secara umum langkah-langkah pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar
selaras dengan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan belajar. Namun secara
khusus, langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar itu dapat diperinci lebih
lanjut, mengingat pada hakikatnya hanya merupakan salah satu bagian atau jenis
layanan bimbingan belajar.
Ross dan Stanley (1956:332-341) menggariskan tahapan-tahapan diagnosis
(t
5. 4.
HowWhat
can
3.
2.
Who
Why
remedies
Where
errors
are
arethe
be
are
the
are
prevented?
the
pupils
errors
suggested?
errors
having
occur?
located?
trouble?
Bagaimana
Penyembuhan-penyembuhan
Mengapa
Di manakah
kelemahan
kelemahan-kelemahan
kelemahan-kelemahan
itu dapatapakah
dicegah?
ituyang
terjadi?
itu dapat
Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan?
disarankan?
dilokalisasikan?

14
Dari skema tersebut, tampak bahwa keempat langkah yang pertama dari
diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau penyembuhan
(curative). Sedangkan langkah yang kelima merupakan usaha pencegahan
(preventive).
Burton (1950:640-652) menggariskan agak lain, yaitu berdasarkan kepada
teknik dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaanya sebagai berikut:
1) General diagnosis
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk
evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk
menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
2) Analystic diagnostic
Pada tahap ini yang lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasaranya, untuk
mengethui dimana letak kelemahan tersebut.
3) Psychological diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain:
(a) Observasi (observation)
(b) Analasis karya tulis (analysis of written work)
(c) Analisis proses dan respons lisan (analysis of oral responses and account
of procedures)
(d) Analisis berbagai catatan objektif (analysis of objectib=ves record of
various types)
(e) Wawancara (interviews)
(f) Pendekatan laboratories dan klinis (laboratory and clinical methods)
(g) Studi kasus (case studies)

Sasaran kegiatan dignosis pada langkah ini pada dasarnya ditujukan untuk
memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan.
Input
Input Identifikasi
Prognosis
Rekomendasi/Referral
1: 2:
Input 3: Identifikasi
masalah
faktor kasus
penyebab kesulitan
Informasi/data prestasi
Mengambil
Membuat
Menandai dan
saran
siswa
dan
jenisproses
kesimpulan belajar
melokalisasi
alternatif
dan
yangkarakteristik
diduga
dan
Informasi/data
Informasi/data tes/analisis
diagnistik diagnostik
psikologis
keputusan
pemecahannya
mengalami
dimana
kesulitan
letaknya
serta
dengan
kesulitan
meramalkan
kesulitan
faktor
belajar
kemungkinan
penyebabnyapenyembuhan

Dari kedua model pola pendekatan di atas kita dapat menjabarkan ke


dalam suatu pola pendekatan opersional sebagai berikut:

15
A. Konsep Dasar Pengajaran Remedial
Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran
yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang
membuat menjadi lebih baik, maka pengajaran remedial adalah bentuk khusus
pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat
menjadi lebih baik(Ahmadi & Supriyono, 2004:152). Dapat dikatakan bahwa
pengajaran remedial itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Yang disembuhkan
adalah beberapa hambatan (ganngguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan
belajar sehingga terdapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan
pribadi juga sebaliknya.
Jadi, pengajaran remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan
berdasarkan diagnosa yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk

16
menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar, sehingga
pengajaran remedial ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memperbaiki hasil
belajar siswa.
Secara Metodologis dapat dikatakan bahwa penanganan kasus kesulitan
belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran
remedial (remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance and conselling),
pskoterapi (psycoterapy) dan pendekatan lainnya. Pendekatan yang seyogianya
dikuasai atau setidak-tidaknya dikenal oleh para guru pada umumnya dan guru bidang
studi pada khususnya ialah apa yang disebut dengan pengajaran remedial. Jika guru
tersebut bertugas sebagai wali kelas atau petugas bimbingan, seyogianya minimal
menguasai atau setidak-tidaknya mengenal prinsip-prinsip dasar bimbingan dan
konseling.
Proses Pengajaran Remedial (PPR) pada hakikatnya serupa dengan Proses
Belajar Mengajar (PBM) biasa. Perbedaannya terutama terletak pada dua masalah
diantaranya :
a. Tujuannya lebih diarahkan kepada peningkatan (improvement) prestasi (baik
kualifkasi maupun kuantitatif) dari prestasi yang telah atau mungkin optimal
dapat dicapai. Jika menggunakan PBM biasa sehingga kurang-kurangnya dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima (minimum
acceptable perfomance); dan peningkatan kemampuan penyesuaian kembali
(readjusment), baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.
b. Strategi pendekatan (termasuk pula metode/teknik, materi/program, bentuk/jenis
dan sebagainnya) lebih menekankan penyesuaian terhadap keragaman kondisi
objektif (kapasitas umum/khusus, motivasi/minat/n-ach/aspirasi,
pengetahuan/keterampilan prasyarat, sikap/kebiasaan, kematangan/kesiapan, dan
sebagainya) yang dapat dipandang sebagai remodulasi atau modifikasi (repetisi,
akselerasi, pengayaan, subtitusi/alternatif) dari PBM yang biasa (konvensional-
klasikal).
c. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang
lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara
pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut:
No. Pengajaran Biasa No. Pengajaran Remedial
1 Sebagai program belajar di kelas 1 Dilakukan setelah diketahui
dengan semua siswa turut kesulitan

17
berpartisipasi belajar dan kemudian
diberikan
pelayanan khusus sesuai
dengan jenis, sifat, dan latar
belakang

2 Bertujuan untuk mencapai TIK 2 TIK disesuaikan dengan


yang ditetapkan sesuai dengan kesulitan belajar yang
kurikulum berlaku untuk semua dihadapi siswa
siswa

3 Metode yang digunakan bersifat 3 Metode yang digunakan


sama untuk semua siswa bersifat diferensial
disesuaikan dengan sifat,
jenis, dan latar belakang
kesulitan belajar

4 Dilaksanakan oleh guru kelas


atau guru bidang studi 4 Dilaksanakan melalui
kerjasa ma berbagai pihak,
guru, pembimbing,
counselor dan sebagainya

5 Pendekatan dan teknik lebih 5


bersifat umum dan sama Pendekatan dan teknik lebih
diferensial artinya
disesuaikan dengan keadaan
siswa
6 Evaluasi menggunakan alat yang 6
bersifat seragam dan kompak Alat evaluasi yang
digunakan disesuaikan
dengan kesulitan belajar
yang dihadapi siswa

18
A. Prosedur Pengajaran Remedial dengan Beberapa Asumsi yang Mendasarinya
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam
keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian
kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. secara
skematik, prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Tugas
Diagnostik
Penelaahan
Layanan
Pelaksanaan
Post-test/pengukuran
Hasil tambahan/additional
yang
Rekomendasi
Pilihan
Re-evaluasikesulitan
kembali
layanan
alternatif
Referral
tindakan
kasus
penyuluhan/psikoterapi
pengajaran
kembali
assignment
diharapkan
hasil
remedial
belajar
Re-diagnostikk
Belajar-mengajar
mengajar

Dibawah ini merupakan langkah-langkah atau prosedur dalam melakukan


pengajaran remedial.
(1) Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
(2) Menentukan alternatif pilihan tindakan

19
(3) Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi
(4) Melaksanakan pengajaran remedial
(5) Mengadakan pengukuan potensi belajar kembali
(6) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
(7) Remedial pengayaan dan atau pengukuran (tambahan)
A. Aplikasi Diagnostik dan Kesulitan Belajar
Beberapa strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial diantaranya:
1) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat kuratif
2) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat preventif
3) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat development
4) Pengayaan
5) Percepatan
Program pengajaran remedial perlu dilaksanakan, hal ini karena kenyataan
menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai anak yang berbakat,
kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat,
disamping latar belakang mereka yang berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada
pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar yang menyangkut
masalah bahan, metode, alat, evaluasi dan sebagainya. Ada perbedaan individual yang
menjadi dasar perhatian, yaitu:
• perbedaan kecerdasan (intelejensi)
• perbedaan hasil belajar (achievement)
• perbedaan bakat (aptitude)
• perbedaan sikap (attitude)
• perbedaan kebiasaan (habbit)
• perbedaan pengetahuan (knowledge)
• perbedaan kepribadian (personality)
• perbedaan kebutuhan (need)
• perbedaan cita-cita (ideal)
• perbedaan minat (interest)
• perbedaan fisik (phisically)
• perbedaan lingkungan (enviroment)
Karena adanya perbedaan masing-masing individual seperti yang telah
disebutkan diatas maka berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan
pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya (berkaitan dengan tes
diagnostik kesulitan belajar), maka strategi yang akan dikembangkan dalam

20
program remedial siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut adalah strategi dan
teknik pendekatan remedial yang bersifat kuratif. Tindakan pengajaran remedial
yang bersifat kuratif dilakukan setelah program PBM utama selesai
diselenggarakan. Sasaran pokok dari tindakan ini agar :
a) Siswa yang prestasinya jauh sekali dibawah batas kriteria keberhasilan
minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kreteria
keberhasilan minimal tersebut;
b) Siswa yang sedikit masih kurang prestasinya dari kriteria keberhasilan
minimal, pada suatu saat dapat lebih disempurnakan.

21
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Profil Sekolah


SMA Negeri 2 Garut (dulu SMA Negeri 1 Leles) didirikan pada tahun 1964,

diatas tanah seluas 7100 . SMA Negeri 2 Garut merupakan SMA kedua di
2
m

Kabupaten Garut setelah SMA Negeri 1 Tarogong (sekarang SMA Negeri 1 Garut),
yang didirikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan RI, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Nomor 79/SK/B/III, tanggal 30 Juli 1964.
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Garut
Nomor Statistik Sekolah : 301021113012
Nomor kode DIK : 150653
Izin Pendiriaan : Nomor 79/S.K/B/III, tanggal 30 Juli 1964
SK Penegrian : Nomor 79/S.K/B/IIII, tanggal 30 Juli 1964
Akreditasi : A, Tahun 2003 dan 2007
Sertifikat Tanah Nomor : 177
Luas Tanah : 7100
m2

Luas Bangunan : 2799


m2

Luas halaman/Kebun : 4301 .


m2

SK Perubahan Nama : Berdasarkan Surat Peraturan Bupati Kabupaten


GarutNomor 446 Tahun 2008 Tanggal 24

22
Desember 2008 SMA Negeri 1 Leles menjadi
SMA Negeri 2 Garut
Alamat sekolah : Jalan Guntur No. 3 Leles Garut
Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat 44152
Nomor Telepon/Fax. : (0262) 455010
Website : www.sman1leles.sch.id
Visi
Menjadikan lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia
Indonesia yang cerdas intelektual, inovatif beriman dan bertaqwa sehingga mampu
bersaing secara nasional dan global

Misi
• Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme untuk menghasilkan lulusan
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berprestasi, inovatif, terampil,
berbudi pekerti luhur, dan bertanggung jawab
• Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional dan internasional.
• Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, inovatif, kreatif, dan
menyenangkan agar tercapai proses pendidikan yang maksimal untuk mencapai
prestasi sekolah berstandar nasional dan internasional.
• Memaksimalkan sistem jaringan dan fasilitas internet sebagai sarana
informatika dan komunikasi pembelajaran serta sitem administrasi sekolah
• Memperluas dan melingkupi sarana/prasarana perpustakaan secara bertahap
hingga mampu menjadi perpustakaan yang representatif lengkap dengan
jaringan internet.
Tujuan
• Menyiapkan lulusan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, inovatif,
kreatif, berkepribadian mantap dan mandiri
• Menyiapkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang mampu menyikapi dan
hidup di era globalisasi ini dengan daya saing bermutu nasional dan
internasional dengan segala kemungkinan yang ada untuk tetap hidup sebagai
individu dan bangsa yang bermartabat dan beradab.
• Mengembangkan dan mengoptimalkan pembelajaran dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi sehingga menghasilkan lulusan berpestasi,

23
mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, dan memiliki
kemampuan bersaing didalam masyrakat nasional, regional maupun
internasional yang sarat dengan produk-produk teknologi modern.
Motto
Iman, Ilmu, Amal
Budaya kerja
Bertaqwa, kreatif, inovatif, reflektif terhadap perubahan dengan senantiasa
menjunjung tinggi nila-nilai etika dan tanggung jawab dalam nuansa kebersamaan.

1. Identitas Kepala SMA Negeri 2 Garut


Nama : Drs. Cucu Supena, MM.Pd.
Pangkat/Gol/Ruang : Pembina/ IV/b
Pendidikan Terakhir : Pasca Sarjana Universitas Nusantara

Pelatihan yang pernah diikuti :

Tahun Nama Pelatihan Lama Pelatihan


1996 Diklat Teknis Calon Kepala Sekolah 140 jam
1997 Diklat Calon Kepala Sekolah 160 jam
1998 Diklat PKLH 160 jam
2000 Diklat Imtaq 160 jam
2000 Workshop MPMBS 140 jam
2000 Pelatihan Fasilitaor PKHS 160 jam

2. Fasilitas Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Garut


Jenis sarana yang dimiliki sekolah

• Ruang Kepala Sekolah
• Ruang Wakil Kepala Sekolah
• Ruang Guru
• Ruang Kelas
• Perpustakaan
• Laboratorium dan Ruang Praktek Komputer
• Laboratorium dan Ruang Praktek Fisika
• Laboratorium dan Ruang Praktek Kimia/Biologi
• Laboratorium dan Ruang Praktek Bahasa
• Ruang Layanan Bimbingan dan Konseling
• Ruang Tamu

24
• Lapangan Volley
• Ruang UKS • Lapangan Basket
• Ruang Komite Sekolah • Ruang Penjaga Sekolah
• Ruang OSIS • Ruang/Pos Keamanan
• Mushola • Gudang
• Koperasi • Kantin Sekolah
• Ruang Multimedia • Halaman Sekolah
• Warnet
• Lapangan Tenis

25
1. Personel Sekolah
• Kepala Sekolah
• Guru tetap 45 orang
• Guru tidak tetap 22 orang
• Staf TU tetap 8 orang
• Staf TU tidak tetap 2 orang
• Pesuruh tidak tetap 4 orang
• Peserta didik 944 orang

1. Struktur Organisasi Sekolah

A. Hasil Wawancara
1. Wakasek
Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang kami lakukan dengan guru
fisika.
1) Apakah kurikulum yang dikembangkan di Sekolah ini sudah sesuai dengan
yang ditetapkan pemerintah?
Jawab:Ya, sudah sesuai. Karena pada dasarnya kebebasan yang diberikan
kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum tidak boleh

26
mengabaikan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Kami pun seoptimal
mungkin berusaha mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar agar sesuai dengan kemampuan peserta didik dan kondisi
lingkungan sekolah kami.
2) Apa upaya-upaya yang dilakukan agar kurikulum yang dikembangkan
sesuai dengan kondisi peserta didik maupun lingkungan sekolah?
Jawab: ada beberapa upaya yang kami lakukan, diantaranya: (1)
mempertimbangkan cara bagaimana peserta didik dapat mencapai hasil
belajar sesuai dengantujuan kurikulum, (2) tentu saja kerja sama dengan
berbagai pihak, baik itu dengan kepala sekolah maupun guru-guru mata
pelajaran, (3) kami berusaha mengembangkan kurikulum ini secara efktif
dan efisien
3) Apa yang menjadi keuntungan dengan diberi kebebasannya sekolah
mengembangkan kurikulum?
Jawab: Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekolah,
meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar, meningkatkan
efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran
4) Apa yang menjadi kesulitan yang dihadapi sebagai wakasek kurikulum?
Jawab: paling kesulitannya dalam penyusunan jadwal pelajaran suka
ribet, mengatur jadwal sekian mata pelajaran dengan sekian banyak guru
yang berbeda-beda pula, cukup membingngkan. Selain itu guru mata
pelajaran yang tidak merata.
1. Guru
Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang kami lakukan dengan guru
fisika.
1) Apakah standar kompetensi yang digunakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah?
Jawab: iya, sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah
2) Buku sumber apa yang digunakan sebagai rujukan mata pelajaran?
Jawab: banyak, diantaranya erlangga, grafindo, butku-buku perguruan
tinggi sebagi referensi. Tapi saya tidak membatasi maupun mewajibkan
siswa untuk menggunakan buku teretentu. Pokoknya selama berhubungan
dengan materi yang diajarkan boleh digunakan.

27
3) Metode/teknik/pendekatan/strategi apa yang digunakan dalam PBM?
Jawab : macam-macam, tergantung potensi anak dan tergantung materi
4) Media yang dipilih dalam PBM?
Jawab: kadang demonstrasi, praktek, kadang pake simulasi sederhana.
5) Faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat dalam PBM?
Jawab: Penunjang diantaranya failitas, potensi anak, dukungan teman
sejawat. Penghambat diantaranya keberagaman anak, intelektualitas
siswa, ada beberapa materi yang sulit dipahami siswa
6) Usaha-usaha atau bentuk solusi apa yang dilakukan oleh guru matpel
dalam merespons pertanyaan nomor 5? Sebutkan dengan contoh nyata!
Jawab: misalkan ketika menerangkan materi yang sulit dipahami siswa
bisa menggunakan analogi yang konstektual yang mudah terjangkau oleh
indra anak meskipun tidak sampai 100%
7) Cara evaluasi matpel yang diajarkan? Contohnya!
Jawab: PG, essay, ulangan praktek(jarang), open book
8) Kesan-kesan guru matpel terhadap matpel yang diajarkannya!
Jawab: enjoy, asik-asik aja, banyak hal-hal yang bisa dibilang metafisika,
menakjubkan, bisa bertafakur lewat fisika.
1. Siswa
Wawancara:
Kesimpulan hasil wawancara tentang pembelajaran Fisika menurut peserta
didik kelas X dan kelas XI diantaranya:
• Tuntutan standar kompetensi yang diharapkan dalam fisika tidak terlalu
berat. Tapi terkadang tuntutan standar kompetensi yang diharapkan cukup
berat. Hal ini tergantung pada berat tidaknya materi yang diajarkan.
Contoh Standar kompetensi yang tidak terlalu berat (kelas X): Menerapkan
konsep besaran fisika dan pengukurannya.
Contoh Standar kompetensi yang cukup berat (kelas X): menerapkan prinsip
kerja alat optik.
Contoh Standar kompetensi yang tidak terlalu berat (kelas XI): Menerapkan
konsep Termodinamika dalam mesin kalor.
Contoh Standar kompetensi yang cukup berat (kelas XI): Menerapkan
konsep dan prinsip mekanika klasik sistem continue dalam menyelesaikan
masalah.

28
• Perbedaan yang paling menonjol antara pembelajaran Fisika di kelas X dan
kelas XI adalah tentang pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Di
kelas X, rumus-rumusnya lebih sedikit dibanding kelas XI. Cara guru
menerangkan pun ternyata lebih bervariatif di kelas XI.
• Buku-buku sumber yang digunakan sulit dipahami, dan ada buku-buku
sumber tertentu yang sulit diadapatkan. Untuk latihan-latihan soal lebih
banyak menggunakan LKS.
• Metode/teknik/pendekatan/strategi yang digunakan dalam proses
pembelajaran fisika di kelas X itu monoton, karena metode/cara
mengajarnya yang menggunakan metode yang sama, jadi peserta didik
merasa bosan dan jenuh. Tetapi, metode/teknik/pendekatan/strategi yang
digunakan dalam proses pembelajaran Fisika di kelas XI itu monoton, tetapi
kadang bervariatif karena guru tidak hanya ceramah, melainkan lebih
memotivasi siwa untuk aktif di kelas. Misalnya mengerjakan soal-soal
latihan dan praktikum. Selain itu, komunikasi antara guru dan peserta didik
cukup efektif.
• Media yang digunakan dalam PBM belum sesuai dengan apa yang
diharapkan.
• Penghambat dalam PBM fisika diantaranya cara guru mengajar yang
monoton, fasilitas lab yang kurang lengkap, keadaan kelas yang keadang
berisik ketika guru menerangkan, banyak sekali rumus-rumus fisika yang
harus dihafal, waktu belajar yang kurang.
• Penunjang dalam PBM: banyak latiha soal, gurunya yang baik dan sabar.
• Hal yang menarik dari mata pelajaran Fisika adalah banyak rumus, hitung
menghitung, soal-soal fisika membuat penasaran, ketika praktikum alat-alat
yang digunakan unik, fisika banyak berhubungan denga kehidupan sehari-
hari, fisika dapat melahirkan metode yang menjamin seseorang dapat
menemukan inovasi baru.
• Evaluasi yang digunakan : essay, PG, open book, tugas, ulangan harian per
bab
• Kesan-kesan belajar fisika bagi peserta didik: rumus-rumusnya rumit tapi
menantang, jadi ketika mengerjakan soal ingin terus mencoba, seru, rame,
pusing, kesel, menarik, mengasah otak, bingung, menyenangkan ketika
praktikum.
Angket mengenai kesulitan belajar secara umum

29
Jumlah siswa yang menjadi sampel berjumlah 46 orang. Jawaban dari
pertanyaan tersebut adalah jawaban yang terbanyak.
1) Apakah masuk jurusan IPA merupakan keinginan sendiri?
Jawab: iya
2) Mata pelajaran apa yang paling anda senangi?
Jawab: Biologi
Alasan: karena gurunya baik, menyenangkan, materinya menarik, dan
cara mengajarnya tidak monoton.
3) Mata pelajaran apa yang tidak disenangi?
Jawab: Kimia dan B.Inggris
Alasan: Kimia materinya sulit dipahami, setiap ujian soalnya pasti sulit.
B.Inggris metode guru menerangkannya monoton
4) Lebih menyukai belajar kelompok atau sendiri?
Jawab : kelompok
Alasan : bisa sharing, jadi kalau ada materi yang tidak dimengerti bisa
bertanya kepada teman yang lebih paham.
5) Lebih senang berhitung/menghafal?
Jawab: berhitung
Alasan: kalo berhitung terasa lebih menantang, seperti permainan teka-
teki yang mencari jawaban. Kalu mengahafal, hari ini ingat, besoknya
sudah lupa lagi.
6) Apakah menurut anda mata pelajaran fisika sulit?
Jawab:Ya.
Alasan: karena terlalu banyak rumus yang harus dipahami, dan
terkadang cara penyampaian materi nya tidak begiu jelas.
7) Materi/bab apa pada mata pelajaran fisika yang menurut anda paling
mudah?
Jawab: Termodinamika, gas ideal
8) Materi/bab apa pada mata pelajaran fisika yang menurut anda paling sulit?
Jawab: kinematika rotasi, GLBB
9) Apakah media yang digunakan dalam mata pelajaran fisika sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan?
Jawab: Tidak
10) Apakah metode yang digunakan oleh guru fisika dalam PBM di kelas
bervariatif?

30
Jawab: Tidak
Alasan: monoton, membuat bosan dan jenuh
11) Apakah anda merasa kesulitan ketika ujian mata pelajaran fisika?
Jawab: iya
Alasan :karena belum paham, malas belajar,
12) Apakah buku sumber yang digunakan mudah dipahami?
Jawab: tidak
A. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Umum
Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan
oleh grafik dibawah ini.
• Nilai UAS Semester Ganjil

• Nilai Raport semester ganjil

• Nilai UTS semester genap

A. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Serumpun


Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan
oleh grafik dibawah ini.

• Nilai UAS semester ganjil

• Nilai Raport semester ganjil

31
• Nilai UTS semester genap

A. Status Fisika dalam Mata Pelajaran tidak serumpun


Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan
oleh grafik dibawah ini.
• Nilai UAS semester ganjil

• Nilai Raport semester ganjil

• Nilai UTS semester genap

A. Status Mata Pelajaran Fisika di Kelas


Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan
oleh grafik dibawah ini.

B. Hasil Pengolahan Data secara Umum


Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum, diperoleh grafik yang
menunjukan posisi peserta didik dalam seluruh mata pelajaran .
Graffik berdasarkan nilai rata-rata (mean)

Grafik 1

32
Grafik 2

Grafik 3

Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum, dapat disimpulkan bahwa


Jika 75<Nilai rata-rata siswa <84.1 maka siswa dinyatakan kelompok
atas(tinggi)
Jika 70=<Nilai rata-rata siwa=<75 maka siswa dinyatakan kelompok
menengah (sedang)
Jika Nilai rata-rata siswa<70, maka siswa dinyatakan kelompok rendah
Berdasarkan grafik diatas, peserta didik dapa dikelompokkan menjadi 3
kelompok,yaitu:
1) Kelompok atas (tinggi) = 15 orang
2) Kelompok tengah (sedang) = 23 orang
3) Kelompok rendah = 8 orang
Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan belajar diantaranya:
1) Ikhsan Rahadian
2) Rima Karimah H
3) Shinta Putri Yani
4) Wiwin Widia Nengsih
5) Wulansari
6) Yani Nurhaeni
7) Yudha Permana
8) Yudi Mulyadi

Berdasarkan tinjauan nilai fisika, grafik prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh
grafik dibawah ini:

Grafik 1

Grafik 2

33
Grafik 3
Berdasarkan ketiga grafik diatas, maka pada mata pelajaran Fisika, peserta didik di
kelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai KKM, yaitu:
1) Kelompok atas (tinggi) = 12 orang
2) Kelompok tengah (sedang) = 27 orang
3) Kelompok rendah = 7 orang
A. Kasus Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditinjau dari semua mata
pelajaran, diantaranya:
1) Ikhsan Rahadian

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Ikhsan Rahadian mengalami kesulitan
belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B. Inggris dan PKn. Nilai
Fisika Ikhsan lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia,
Matematika, B.inggris, dan PKn.
2) Rima Karimah H

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Rima karimah H mengalami kesulitan
belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, PKn,
PLH. Nilai Fisika Rima lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia,
Matematika, B. Indonesia, B.inggris, PKn dan PLH.
3) Shinta Putri Yani

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Shinta Putri Yani mengalami kesulitan
belajar pada mata pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn. Nilai Fisika Shinta lebih
baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia, B.inggris, dan PKn.
4) Wiwin Widia Nengsih

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Wiwin Widia Nengsih mengalami
kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, dan B.Inggris.
Nilai Fisika Wiwin masih dibawah nilai KKM.

34
5) Wulansari

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Wulansari mengalami kesulitan belajar
pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, B.Inggris, dan B. Jepang. Nilai
Fisika Wulansari masih dibawah nilai KKM.
6) Yani Nurhaeni

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yani mengalami kesulitan belajar pada
mata pelajaran Fisika, Kimia, B.Indonesia, B.Inggris, dan B. Jepang. Nilai
Fisika Yani masih dibawah nilai KKM.
7) Yudha Permana

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yudha mengalami kesulitan belajar
pada mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, B.Inggris, dan PKn . Nilai Fisika
Yudha masih dibawah nilai KKM.
8) Yudi Mulyadi

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yudi mengalami kesulitan belajar pada
mata pelajaran Fisika, Kimia, B.Inggris, dan PKn . Nilai Fisika Yudha masih
dibawah nilai KKM.
Beberapa siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditinjau darimata
pelajaran Fisika, diantaranya:
1) Putra Rahadian Desa

2) Rara Ismaya Putri

3) Wiwin Widia Nengsih

4) Wulansari

5) Yani Nurhaeni

6) Yudha Permana

7) Yudi Mulyadi

35
A. Penyusunan Program Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-
langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pengajaran remedial meliputi dua
langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua
memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
Berdasarkan hasil diagnosis kesulitan belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 2 Garut, maka strategi dan teknik pengajaran remedial yang akan
dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat kuratif
Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah siswa yang
prestasinya jauh dibawah batas kriteria keberhasilan minimal. Sehingga dengan
adanya pengajaran remedial yang bersifat kuratif ini siswa suatu saat dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal tersebut.
b. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat preventif
Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat preventif ini adalah siswa
yang diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu
program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Dalam kajian ini, penulis akan
mengembangkan pengajaran remedial yang bersifat preventif yang ditujukan
bagi siswa yang menunjukan prestasi belajarnya menurun. Sehingga diharapkan
dengan dikembangkannya pengajaran remedial yang bersifat preventif ini, siswa
tersebut mampu meningkatkan kembali prestasi belajarnya atau paling tidak
mempertahankan prestasi belajarnya.
c. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat development
Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat development ini adalah
agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan
yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan
diberikannya Dengan diberikan bantuan segera (immediate treatment) selama
berlangsungnya PBM, pada akhirnya siswa diharapkan dapat menyelesaikan
program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

A. Pembahasan
1. Wawancara

36
• Wakasek Kurikulum
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakasek kurikukum, kurikulum
di SMA Negeri 2 Garut telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah,
karena pada dasarnya otonomi yang diberikan pada sekolah dalam mengelola
kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi sekolah tidak mengabaikan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan kurikulum ini,
pihak sekolah berusaha seoptimal mungkin untuk merealisasikan dan
merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi
dasar) dengan kebutuhan dan kondisi sekolah, sehingga kurikulum yang
dikembangkan integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan
sekolah.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan agar kurikulum yang
dikembangkan seseuai dengan peserta didik maupun lingkungan sekolah
diantaranya:
– Dengan mempertimbangkan bagaimana cara agar peserta didik dapat
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum
– Adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak
– Rangkaian kegiatan dalam memanajemen kurikulum ini dilakukan secara
efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dengan
biaya, tenaga dan waktu yang relative singkat.
Ada beberapa hal yang menjadi keuntungan sekolah diberi kebebasan
untuk mengembangkan kurikulum sendiri tanpa mengabaikan kebijaksanaan
yang telah ditetapkan pemerintah, diantaranya:
– Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekolah
– Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar
– Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran
Dalam memanejemen kurikulum ada beberapa kesulitan yang dihadapi,
misalnya: penyusunan jadwal pelajaran, Sumber Daya Manusia (guru mata
pelajaran) yang tidak merata, pengaturan dan kewajiban guru.
• Guru mata pelajaran Fisika
Standar kompetensi yang digunakan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Adapun dalam menentukan indicator disesuaikan

37
dengan kondisi sekolah, yaitu fasilitas yang tersedia, kondisi siswa,
kemampuan intelektualitas siswa, dsb).
Buku sumber yang digunakan diantaranya buku sumber terbitan
Erlangga, Garffindo, buku-buku perguruan tinggi pun digunakan sebagai
referensi. Guru tidak membatasi maupun mewajibkan buku apa yang harus
digunakan peserta didik, tetapi guru memberikan kebebasan pada siswa untuk
menggunakan buku apa saja (selama buku itu masih bersangkutan dengan
materi yang diajarkan), tergantung kemampuan peserta didik dan yang
terpenting setiap peserta didik memiliki referensi.
Metode yang digunakan dalam mengajar diantaranya demonstrasi,
praktikum, membahas materi, membahas latihan soal-soal dimana siswa aktif
mengerjakan di depan kelas. Adapun alat/media yang digunakan dalam PBM
adalah alat-alat praktikum.
Ada beberapa hal yang menunjang guru dalam mengajar fisika
diantaranya fasilitas yang media, potensi peserta didik, serta dukungan dari
teman sejawat.
Adapun penghambat guru dalam mengajar fisika diantaranya
keberagaman intelektualitas anak, ada beberapa materi/bab dalam fisika yang
tidak bisa diterangkan secara maksimal karena keterbatasan indra kita.
misalnya pada saat membahas materi tentang gas ideal.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami guru dalam
mengajar fisika solusi yang digunakan diantaranya:
– Saat menerangkan menggunakan analogi-analogi yang konstektual, yang
bisa terjangkau oleh indra peserta didik
– Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok belajar, sehingga
peserta didik yang lemah dalam pelajaran fisika setidaknya dapat
berdiskusi dengan peserta didik yang pintar dalam pelajaran fisika.
– Bentuk evalasi yang digunakan dalam mata pelajaran fisika diantaranya
essay, PG, ulangan praktek. Dalam hal ini ulangan praktek jarang
dilakukan, tetapi penilaian tetap dilakukan saat dilaksanakan praktek.
Penilaiannya ditinjau dari kemampuan peserta didik mengguanakan alat
praktek dengan benar, kemampuan kerjasama dengan teman kelompoknya,
dsb.

38
Guru memiliki kesan-kesan tersendiri selama mengajar fisika yaitu
guru merasa senang mengajar fisika, banyak hal yang bisa dipelajari, fisika itu
menakjubkan, dan kita bisa bertafakur lewat fisika.
• Siswa
Berdasarkan hasil wawancara secara umum dapat disimpulkan bahwa
mata pelajaran fisika itu merupakan mata pelajaran yang cukup sulit dan
menantang. Sebagian dari mereka tertarik mempelajari fisika, hanya saja
buku-buku yang tersedia sulit didapat dan sulit dapahami. Selain itu, metode
yang digunakan guru dalam PBM fisika cenderung monoton dan kurang
variatif. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pembelajaran
belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Jumlah siswa yang terlalu banyak
pun sebenarnya cukup mempengaruhi siswa dalam PBM karena kondisi kelas
yang kurang kondusif ketika guru menarangkan. Tapi disamping itu, mereka
menyukai fisika ketika dihadapkan dengan soal-soal latihan yang menantang.
Dalam hal evaluasi, biasanya diberikan dalam bentuk essay maupun PG.
Berdasarkan hasil jawaban angket secara umum dapat disimpulkan
bahwa sebagian dari siswa kelas XI IPA 4 menyukai pelajaran Biologi. Hal ini
dikarenakan materi yang diajarkan di kelas XI menarik serta metode yang
digunakan guru ketika menerangkan tidak monoton. Adapun pmata pelajaran
yang tidak diminati adalah mata pelajaran Kimia dan Bahasa Inggris. Mereka
mengaku mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran kimia dan bahasa
inggris. Sebagian besar siswa kelas XI IPA 4 lebih menyukai belajar
kelompok, karena dengan belajar kelompok mereka bisa saling bertanya satu
sama lain ketika ada materi/bab yang belum mereka pahami. Alasan mereka
memilih jurusan IPA karena mereka lebih suka berhitung daripada menghafal
dkarena menurut mereka berhitung itu seperti sedang melakukan sebuah
permainan yang sedang mencari jawaban yang sebenarnya.
1. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Umum
Berdasarkan data nilai hasil observasi menunjukkan bahwa status fisika
dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi
ke-10 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai
rata-rata 81,5 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 41.3.
Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport
semester ganjil menduduiki posisi ke-9 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi

39
pertama B. Jepang dengan nilai rata-rata 85,5 dan posisi terakhir kimia dengan
nilai rata-rata 70,6.
Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester
genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah
Biologi dengan nilai rata-rata 93,7 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai
rata-rata 34,3.
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran fisika mengalami peningkatan.
2. Status Mata Pelajaran Fisika dalam Mata Pelajaran Serumpun
Berdasarkan data nilai hasil observasi menunjukkan bahwa status fisika
dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi
ke-2 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai
rata-rata 81,5 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 41.3.
Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport
semester ganjil menduduiki posisi ke-3 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi
pertama Biologi dengan nilai rata-rata 78,2 dan posisi terakhir kimia dengan
nilai rata-rata 70,6.
Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester
genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah
Biologi dengan nilai rata-rata 93,7 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai
rata-rata 34,3.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fisika dalam mata
pelajaran serumpun tergolong mata pelajaran yang tidak terlalu sulit. Hal ini
dibuktikan dengan fisika tidak pernah menduduki posisi terakhir.
3. Status Mata Pelajaran Fisika dalam Mata Pelajaran tak Serumpun
Berdasarkan data nilai hasil observasi. Menunjukkan bahwa status
fisika dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki
posisi ke-11 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah PAI dengan
nilai rata-rata 79.3 dan posisi terakhir adalah PKn dengan nilai rata-rata 61,1.
Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport
semester ganjil menduduiki posisi ke-9 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi
pertama B. Jepang dengan nilai rata-rata 85,5 dan posisi terakhir B.Inggris dan
sejarah dengan nilai rata-rata 70,6.
Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester
genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah

40
PAI dengan nilai rata-rata 84,9 dan posisi terakhir adalah B. Inggris dengan
nilai rata-rata 64,3.
4. Kasus Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar dalam mata
pelajaran Fisika:
1) Ikhsan Rahadian

Dalam mata pelajaran Fisika, prestasi belajar ikhsan mengalami


peningkatan. Pada semester 1 nilai fisika nya masih di bawah nilai KKM,
tetapi di semester 2 nilai fisikanya berada jauh diatas nilai KKM. Tetapi,
meskipun ia mengalami peningkatan dalam mata pelajaran fisika, ia
mengalami kesulitan belajar pada beberapa mata pelajaran lain, yaitu
Kimia, Matematika, B. Inggris dan PKn.
2) Putra Rahadian Desa

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar putra mengalami penurunan.


Sesuai dengan grafik diatas, pada semester 2 dia mengalami penurunan
prestasi belajar yang cuku drastis. Tapi, dia tidak mengalami kesulitan
belajar pada mata pelajaran lain.
3) Rara Ismaya Putri

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rara mengalami penurunan.


Nilai fisika di semester 2 menurun drastic jauh di bawah KKM. Tapi, pada
mata pelajaran lain, ia tidak mengalami kesulitan belajar.
4) Rima Karimah H

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik.
Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia,
Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, PKn, PLH.
5) Shinta Putri Yani

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Shinta mengalami


peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran
Kimia, B.Inggris, dan PKn.
6) Wiwin Widia Nengsih

41
c pada mata pelajaran Kimia, Matematika, dan B.Inggris.
7) Wulansari

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik.
Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia,
Matematika, B.Inggris, dan B. Jepang.
8) Yani Nurhaeni

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik.
Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia,
B.Indonesia, B.Inggris, dan B. Jepang.
9) Yudha Permana

Dalam mata pelajaran mata pelajaran Fisika, prestasi belajar Yudha


mengalami peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran Biologi, Kimia, B.Inggris, dan PKn
10) Yudi Mulyadi

Dalam mata pelajaran mata pelajaran Fisika, prestasi belajar Yudha


mengalami peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn.
1. Penyusunan Program Pengembangan Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik serta penyebab
timbulnya kesulitan belajar, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan
berupa pengajaran remedial. Pengajaran remedial yang dikembangkan oleh
penulis yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan, antara lain:
(1) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami
penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang
disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian
tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep
misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.
(2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya

42
Penggunaan alternatif berbagai strategi pembelajaran akan memungkinkan
peserta didik dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi.
(3) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu
peserta didik menangkap pesan pembelajaran. Pembelajaran ulang dapat
disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana
sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan
belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan
penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang
lebih tepat.
(4) Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik.
Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin
memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta didik
seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau berkonsentrasi
dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada
materi pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan
perhatian peserta didik.
(5) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan.
Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu
dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran
pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu
atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
(6) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu
diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill)
untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
(7) Pemanfaatan tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih.
Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya
yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan

43
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan
akrab.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap siswa kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 2 Garut, diperoleh suatu kesimpulan tentang status/posisi fisika. Fisika
bukan merupakan pelajaran yang perlu ditakuti ataupun dianggap sulit. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa perbandingan antara fisika dengan mata pelajaran
lainnya baik itu serumpun maupun tak serumpun, ternyata fisika tidak pernah
menduduiki posisi paling akhir.
2) Ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar siswa yaitu sistem pengajaran,
sistem evaluasi, keterbatasan guru dalam menerangkan dsb.
3) Ada beberapa faktor organismik dalam diri siswa sendiri sebagai penyebab
kesulitan, diantaranya kurangnya motivasi untuk belajar, kurang daya tangkap
atau daya serap siswa.
4) Berdasarkan hasil penelitian, siswa keles XI IPA 4 dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok rendah.
5) Siswa yang termasuk kelompok atas memiliki krtieria nilai yang berada jauh
diatas KKM. Sedangkan siswa yang termasuk kelompok rendah kriteria nilai
berada dibawah KKM.
6) Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda.
Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka
permasalahan yang dihadapi berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan
pembelajaran, pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi peserta
didik.

44
7) Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan
pembelajaran tuntas, peserta didik yang gagal mencapai tingkat pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan perlu diberikan pengajaran remedial
(perbaikan).
8) Strategi yang digunakan dalam pengajaran remedial adalah strategi yang
bersifat kuratif, preventif dan development.

A. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, pengolahan data, serta beberapa kasus
yang ada di lapangan, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi, yaitu:
1) Guru mata pelajaran fisika maupun guru mata pelajaran lainnya hendaknya
meningkatkan motivasi dan semangat untuk mengajar mata pelajaran yang
bersangkutan.
2) Guru fisika agar lebih bisa kreatif lagi dalam menggunakan metode serta
memanfaatkan sarana dalam mengajar fisika sehingga dapat menjadi lebih
mudah.
3) Tidak menjadikan alasan fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang di
ujiankan sehingga membuat guru fisika lebih sering membahas soal-soal
sehingga keindahan ilmu dan penerapan fisika serta merta akan tertutup oleh
kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal ujian dengan benar.
4) Untuk guru fisika jangan samakan fisika dengan pelajaran sejarah yang hanya
cukup dapat dijelaskan dengan metode ceramah, melainkan harus ada variasi
dalam mengajar sehingga PBM tidak monoton.
5) Untuk guru fisika ciptakanlah sesuatu yang dapat merangsang pola berpikir
siswa ketika PBM berlangsung
6) Penyajian materi yang bukan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang
harus dihafal mati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar,
kumpulan tersebut bercampur aduk dan menjadi kusut di benak siswa. Artinya
penyajian materi harus seimbang antar penyampain konsep dan aplikasi.
7) Untuk para siswa hendaknya menumbuhkan semangat belajar
8) Para penulis buku hendaknya bisa lebih mengemas buku fisika menjadi lebih
mudah dipahami

45
9) Ada beberapa pelaksanaan remedial yang dapat diaplikasikan untuk menangani
kasus kesulitan belajar, yaitu:
– Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
– Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya
– Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu
– Menggunakan berbagai jenis media
– Pemberian bimbingan secara khusus
– Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus
– Pemanfaatan tutor sebaya

46

Anda mungkin juga menyukai