Anda di halaman 1dari 15

PERAN MANUSIA DALAM KEHIDUPAN DAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah Swt yang mulia. Sejak awal kejadiannya
seperti telah di jelaskan dalam alQuran bahwa penciptaannya adalah “Fi
Ahsani Taqwim”1 dan dengan dibekali ilmu pengetahuan manusia mengemban
amanat dwiperan; ia sebagai Hamba Allah Swt dan kholifah dimuka bumi ini
sebagai pengganti Allah Swt untuk mengatur dan memakmurkannya. Selain
dari pada itu manusia juga mengemban amanat berat untuk menjaga dirinya
dari api neraka dan keturunannya yang terakhir ini dikenal dengan istilah
pendidikan dan dawah.
Bahkan puncaknya bahwa manusia adalah makhluk Allah swt yang
hidupnya akan kekal selamanya, baik itu di dalam surga atau pun masuk ke
dalam neraka. Mereka yang masuk ke dalam surga adalah yang sukses dalam
mengemban amanat dan fungsi serta melaksanakan perannya semasa di dunia
dan bagi yang gagal serta ingkar nerakalah tempatnya yang paling hina, sebagi
mana ayatNya “Tsumma Rodadnahu Asfalasa filin”2
Berkenaan dengan hal tersebut di atas makalah ini ingin mencoba menggali
lebih jauh lagi tentang peran fungsi manusia dalam kehidupan ini dan peran
pendidikan Islam menuju kepada kehidupan bahagia dunia akherat.

B. Rumusan masalah
Dari pemaparan diatas dapatlah dikaji lebih jauh lagi mengenai :
1. Bagaimana Asal-usul Manusia menurut perspektif Islam?
2. Apa fungsi dan peran manusia di muka bumi ini?
3. Bagaimanakah peran manusia dalam pendidikan Islam?

1
QS: Al-Tiin: 4
2
QS: Al-Tiin: 5

Tafsir Tarbawi | 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal usul Manusia Menurut Perspektif Islam

Memang tidak dipungkiri bahwa sebelum manusia diciptakan telah ada


mahluk lain diciptakan oleh Allah Swt. Alam, Malaikat, Jin dan lain
sebagaimnya. Sebagaimana yang dicatat dalam alQuran bahwa Allah Swt
pernah sebelumnya mengutarakan rencana membuat manusia yang akan
memakmurkan bumi ini. Untuk lebih julasnya dibawah ini di jelaskan tahapan
-tahapan kejadian awal manusia sebagai berikut :

a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah


dari tanah liat kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-
baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya
maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-
Nya :

           

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan


Yang memulai penciptaan manusia dari tanah".3

        

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari


tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". 4

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang


penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .

b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia


ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan

3
(QS. As Sajdah (32) : 7)
4
(QS. Al Hijr (15) : 26)

Tafsir Tarbawi | 2
manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan
kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati
firman-Nya :
        
    
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" 5

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di


dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :

        


        ........ 
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak."6

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan


Muslim dijelaskan :

،‫ وإن أعوج شيء يف الضلع أعاله‬،‫ "إن املرأة خلقت من ضلع‬:‫ويف احلديث الصحيح‬

‫ وإن استمتعت هبا استمتعت هبا وفيها ِع َوج‬،‫فإن ذهبت تقيمه كسرته‬

"Sesungguhnya perempuan itu (Hawa) diciptakan dari tulang


rusuk )Adam( dan yang paling bengkok dari rusuk itu adalah ujungnya.
Jika anda meluruskannya maka anda telah memecahkannya, dan jika
menikmatinya maka anda menikmatinya dan padanya ada yang
bengkok"7

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara
tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui
perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang

5
(QS. Yaasiin (36) : 36)
6
(QS. An Nisaa’ (4) : 1)
7
(HR. Bukhari-Muslim)

Tafsir Tarbawi | 3
telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasinya.

c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam


dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau
menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.

Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis


dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :

         
         
      
         



"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari


suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." 8

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan


dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama
empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk

8
(QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Tafsir Tarbawi | 4
meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik
(nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah


menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu
tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam
Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar
kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan
yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon
(sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka
terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita)
di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk
manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio


secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955,
tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini
sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau
mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al
Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu".

Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan


hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk
mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel
tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi
oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh
Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian
pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik
dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi
jauh sebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah)
menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)
menentukan sifat-sifat dan nasibnya."

Tafsir Tarbawi | 5
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin)
bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang
menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim),
dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam
rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak
dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan
oleh Allah di dalam Al Qur’an :

             .....
......... 

"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian


dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim,
dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..9

B. Fungsi dan Peran Manusia


AlQuran mengintroduksikan dirinya sebagai “pemberi petunjuk kepada
jalan yang lebih lurus” QS 17:19 bertujuan memberian kebahagiaan bagi manusia
baik secara pribadi maupun kelompok10. Rosulullah Saw yang dalam hal ini
penerima wahyu bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut
mensucikan dan mengajarkan manusia (QS : 67:2), Mensyucikan diidentikkan
dengan mendidik sedangkan mengajar tidak lain mengisi benak anak didik dengan
pengetahuan yang beraitan dengan Alam semesta dan alam metafisik serta fisika.11
Tujuan yang hendak dicapai dengan pembacaannya, penyuciannya dan
pengajarannya adalah pengabdian kepada Allah sejalan dengan tujuan penciptaan
manusia yang ditegaskan alQquran surat Adzariyat 5612
Aktifitas yang dimaksud diatas tersimpul dalam kandungan ayat 30, surat
albaqarah, sesungguhnya Aku hendak menjadikan kholifah di muka bumi, hud
ayat 61 Dan Dia yang menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menugaskan
kamu untuk memakmurkan. Menurut Quraisy Shihab13, ayat ini menjelaskan

9
." (QS. Az Zumar (39) : 6).
10
Quraish Shibab, “Membumikan alQuran fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan Masyarakat”
Mizan bandung, 1994), 172
11
Quraish Syihab mengutip dari Amal Hamzah almarzuki, Nadzariyyat At-Tarbiyyah al-Islamiyyah
Bayan alfard wal Mujtama’, Makkah syarikat Makkah, 1400 h hal 1
12
Musthofa alKik, Bayan Al’Amain, Darul Ma’arif 1965), 94
13
Ibid 173

Tafsir Tarbawi | 6
bahwa tujuan pendidikan alQuran adalah membina manusia secara pribadi dan
kelompok sehinnga mampu menjalannya fungsinya sebagai “Hamba Allah dan
KholifahNya” guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah
ditetapkan Allah Swt14

Kekhlifahan mengharuskan empat sisi yang saling berkaitan, 1. Pemberi


tugas (Allah), 2, penerima tugas (Manusia) perorangan maupun kelompok, 3,
tempat lingkungan, dan 4. Materi penugasan yang harus dilaksanakan.15
Seperti yang dikemukakan diatas bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh
alQuran adalah membina manusia guna meamu menjalankan fungsinya sebagai
hamba Allah dan KholifahNya. Manusia yang dibina adalah makhluk yang
memiliki unsure-unsur material (jasmani) dan Immaterial (akal dan jiwa),
Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan
kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan
keterampilan, dengan menggabungkan unsur-unsur tersebut terciptalah makhluk
manusia yang dwidimenasi, dalam satu keseimbangan dunia dan akherat, Ilmu
dan Iman. Oleh karena itu pendidikan Islam dikenal dengan istilah adabuddin dan
adabuddunya.
Makna Ibadah berasal dari kata Abada yang berarti pelayan atau hamba, yakni
melaksanakan tugas-tugas seorang hamba, diantaranya:
1. Tugas seorang hamba ialah menjadikannya tuannya satu-satunya menjadi
majikan, Allah Yang maha Agung
2. Tugas seorang hamba adalah melaksanakan semua yang diperintahkan Allah,
dan mengesampingkan keinginannya sendiri.
3. Tugas seorang hamba menghormati dan memuji tuhannya16

Dari sekian banyak makhluk yang hidup di muka bumi, ada satu
golongan yang paling sempurna akhlak dan panca inderanya, dititipi akal dan
pengetahuan yang luas, lebih mulia dari makhluk hidup lain. Golongan yang
dimaksud adalah manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam alQuran:

14
Muhammad Qutub, Manhaj Atarbiyah al-Islamiyah, (Dar Syuruq, Kaiaro, 1400 H, cet IV Jilid 1), 13
15
Muhammad Baqir Shadar, almadrasah alQuraniyyah alSunan Attarikhiyah fil Quranil Karim, Darut
Taaruf, Berut 1980) 128
16
Abul A’a almaududi, menjadi muslim sejati, hal 171, mitra pustaka, Jogjakarta, 1998

Tafsir Tarbawi | 7
“Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam dan Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik –
baik, dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”17

C. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Hamba Allah


Fungsi dan peran manusia sebagai hamba Allah atau disebut juga
dengan Abdullah. Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi
dari mengemban amanah dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban
dari Allah yang harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah atau kalimat
tauhid, dan atau ma’rifah kepadaNya. Sedangkan Khalifah Allah merupakan
realisasi dari mengemban amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan, atau
mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial
(termasuk indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna
menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup.
Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam
      
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.18
Dari uraian terdahulu dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri
atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal
dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya
mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam
(Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah
mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah
sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf:
172). Karena itulah, jika manusia ingin konsisten terhadap eksistensi dirinya
atau alamnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah
’abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan
KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).
Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk
memilih atau mempunyai “kebebasan” (Q.S. al-Syams: 7-10), sehingga

17
Al Israa’ ayat 70
18
Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56:

Tafsir Tarbawi | 8
walaupun roh Ilahi yang melekat pada tubuh material manusia telah melakukan
perjanjian dengan Tuhannya (untuk bersedia tunduk dan taat kepadaNya),
tetapi ketundukannya kepada Tuhan tidaklah terjadi secara otomatis dan pasti
sebagaimana robot, melainkan karena pilihan dan keputusannya sendiri. Dan
manusia itu dalam perkembangannya dari waktu ke waktu melupakan perjan-
jian tersebut, sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya
(jalan ketaqwaan) dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan
kefasikan). Karena itu Allah selalu mengingatkan kepada manusia, melalui
para Nabi atau Rasul-rasulNya sampai dengan Nabi Muhammad SAW. sebagai
nabi/rasul terakhir, agar manusia senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri,
yaitu taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT. (’abdullah).
Setelah rasulullah SAW. wafat, maka tugas memperingatkan manusia
itu diteruskan oleh para shahabat, dan para pengikut Nabi SAW. (dulu sampai
sekarang) yang setia terhadap ajaran-ajaran Allah dan rasulNya, termasuk di
dalamnya adalah para pendidik muslim.

D. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Khalifah Allah


Karena kesempurnaan yang dimilikinya, manusia dijadikan Allah sebagai
khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Fungsi manusia sebagai khalifah adalah
manusia sebagai penguasa yang mengatur apaapa yang ada di bumi seperti air,
hutan, sungai, laut, termasuk hewan dan tumbuhannya agar dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Dalam Surat Al Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman :
          
         
         
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaiat ”Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata,”Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui yang tidak kamu
ketahui.”

Tafsir Tarbawi | 9
Manusia memiliki dua peran penting yang diamanahkan padanya untuk
dijalankan sampai hari kiamat. Dua peran tersebut sebagai bagian dari fungsi
kekhalifahannya di bumi.

1. Memakmurkan bumi atau al ‘imarah, manusia secara kelompok memiliki


kewajiban untuk mengeksplorasi kekayaan alam agar dapat dimanfaatkan
seluas-luasnya bagi umat manusia. Pemanfaatan tersebut haruslah adil dan
merata dengan tetap menjaga kelestarian agar tidak punah demi generasi
selanjutnya.
2. Memelihara bumi atau ar ri’ayah, termasuk di dalamnya memelihara akidah
dan akhlak manusianya sebagai Sumber Daya Manusia ( SDM ). Menjaga
dan memelihara bumi dari kerusakan dan kehancuran alam yang dilakukan
oleh manusia maupun alam itu sendiri. Sumber daya manusia yang rusak dan
tidak memiliki iman dapat berpotensi merusak alam.
3. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata
khuluq atau khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq
merupakan bentuk lahir/ jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan
manusia terdiri atas gabungan dari keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan
rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah benda mati, dan rohani tanpa
jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan
akhlak yang mulia sama halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut
mayit (bangkai), yang tidak saja membusukkan dirinya, bahkan juga
membusukkan atau merusak lingkungannya.

Beberapa tugas kekhalifahan yang harus dijalankan manusia dalam


kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

1. Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga

Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas


membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan
mawaddah wa rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-Rum: 21) dengan jalan
menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai suami-isteri atau ayah-ibu
dalam rumah tangga.

2. Tugas kekhalifahan dalam masyarakat

Tafsir Tarbawi | 10
a) Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13,
al-Anfal: 46);
b) Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2);
c) Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135);
d) Bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran:
104 dan 110); dan
e) Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di
dalamnya adalah para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-
Taubah: 60, al-Nisa’: 2), orang yang cacat tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-11),
orang yang berada di bawah penguasaan orang lain dan lain-lain.
3. Tugas kekhalifahan terhadap alam

a) Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia


ini agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang
bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia;
b) Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil
karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai
merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan
malapetaka bagi manusia dan lingkungannya; dan
c) Meng Islamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya
harus tetap komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan
lil-’alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga,
cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan mene-
mukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta
keagungan dan kebesaran Ilahi.

Tidak ada kesia-siaan dalam proses penciptaan alam oleh Allah Swt.
Seperti proses penciptaan manusia dengan maksud untuk menjadikannya
khalifah yang bisa memakmurkan kehidupan bumi sesuai petunjuk, yaitu
pedoman yang ada dalam agama Islam.

E. Peran Manusia sebagai pendidik.

Diatas sudah disinggung bahwa manusia mempunyai tugas-tugas


amanah yang diembannya, disamping ia adalah kholifah yang memakmurkan

Tafsir Tarbawi | 11
bumi seisinya. Juga sebagai pendidik yang harus mendidik anak keturunannya
hingga selamat dunia dan akherat. Perintah ini tersurat dalam sebuah ayat:

       


         
    

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan 19.

Jelasnya bahwa keberhasilan pendidikan Islam sehingga diri kita dan


pendidikan anak kita hendaknya berjalan pada rel syareat islam sehingga
terselamatkan dari api neraka.

Apalagi jika melihat perintah Baginda Rosul Saw yang menyatakan bahwa
setiap manusia adalah pemimpin yang harus bertanggung jawab dengan yang
dipimpinnya. Pendidikan ini jika ia seorang kepala rumah tangga maka istri anak dan
pembantu menjadi tanggung jawabnya dalam pelaksanaan Iman Islam dan Ihsan.

19
QS Attahrim : 6

Tafsir Tarbawi | 12
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Manusia adalah makhluk Allah Swt yang mulia. Sejak awal kejadiannya
seperti telah di jelaskan dalam alQuran bahwa penciptaannya adalah “Fi
Ahsani Taqwim”
2. Fungsi dan peran manusia sebagai hamba Allah atau disebut juga dengan
Abdullah. Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari
mengemban amanah dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari
Allah yang harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid,
dan atau ma’rifah kepadaNya
3. Karena kesempurnaan yang dimilikinya, manusia dijadikan Allah sebagai
khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Fungsi manusia sebagai khalifah
adalah manusia sebagai penguasa yang mengatur apa apa yang ada di bumi.
4. Disamping ia adalah kholifah yang memakmurkan bumi seisinya. Juga sebagai
pendidik yang harus mendidik anak keturunannya hingga selamat dunia dan
akherat.

Tafsir Tarbawi | 13
DAFTAR PUSTKA

AlQuran Tarjamah, Departemen Agama RI

AlHadith, Maktabah Syamilah

Quraish Shibab, “Membumikan alQuran fungsi dan peran wahyu dalam

kehidupan Masyarakat” Mizan bandung, 1994), 172

Quraish Syihab mengutip dari Amal Hamzah almarzuki, Nadzariyyat At-Tarbiyyah

al-Islamiyyah Bayan alfard wal Mujtama’, Makkah syarikat Makkah, 1400

h hal 1

Musthofa alKik, Bayan Al’Amain, Darul Ma’arif 1965), 94

Muhammad Qutub, Manhaj Atarbiyah al-Islamiyah, (Dar Syuruq, Kaiaro, 1400 H,

cet IV Jilid 1), 13

Muhammad Baqir Shadar, almadrasah alQuraniyyah alSunan Attarikhiyah fil

Quranil Karim, Darut Taaruf, Berut 1980) 128

Abul A’a almaududi, menjadi muslim sejati, hal 171, mitra pustaka, Jogjakarta,

1998

Tafsir Tarbawi | 14
Tafsir Tarbawi | 15

Anda mungkin juga menyukai

  • Pasofi
    Pasofi
    Dokumen10 halaman
    Pasofi
    Latifatun Layli
    Belum ada peringkat
  • FIIL
    FIIL
    Dokumen10 halaman
    FIIL
    Latifatun Layli
    Belum ada peringkat
  • Hak Bangsa Negara
    Hak Bangsa Negara
    Dokumen10 halaman
    Hak Bangsa Negara
    Latifatun Layli
    Belum ada peringkat
  • Uang Cover
    Uang Cover
    Dokumen1 halaman
    Uang Cover
    Latifatun Layli
    Belum ada peringkat
  • Beras Cover
    Beras Cover
    Dokumen1 halaman
    Beras Cover
    Latifatun Layli
    Belum ada peringkat