PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu
“diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran
tinja yang terlalu frekuen. Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu
3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
yang berdarah. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10
g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24
jam.
Berdasarkan Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2016
didapatkan 6.897.463 penemuan kasus diare dari 34 provinsi di Indonesia. Jawa Barat
menjadi provinsi dengan jumlah penemuan kasus diare terbanyak yaitu sejumlah 1,2 juta
orang, dan Provinsi Jawa Timur menempati posisi kedua dengan jumlah penemuan kasus
diare terbanyak yaitu sebesar 1 juta orang. Dari keseluruhan jumlah penemuan kasus
diare tersebut, hanya 2,5 juta kasus yang ditangani (36,9%). Hasil survei morbiditas dan
2000 diketahui bahwa kasus diare terjadi pada 301 dari 1000 penduduk, kemudian
meningkat 374 per 1000 penduduk tahun 2003, hingga mencapai 423 per 1000 penduduk
1
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi
prevalensi diare klinis > 9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Mojokerto?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
b. Untuk menganalisis terjadinya Diare pada pasien Ny. P yang tinggal di Desa
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
2
a. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dokter muda tentang penyakit serta
pasien;
kesehatan pasien;
berat.
Manfaat home visite ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber
3
BAB II
A. Identifikasi Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kecapangan
Suku : Jawa
B. Anamnesa
4
1. Keluhan Utama : BAB encer
pasien buang air besar sebanyak 3 kali sejak kemarin malam dan 2 kali sejak tadi
pagi dengan volume sekitar ¼ - ½ gelas setiap kali BAB. Kotoran yang
dikeluarkan dikatakan encer, berwarna kekuningan tanpa ada lendir dan darah.
Makan dan minum dikatakan normal. Volume kencing normal, kencing terakhir
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), asma (-),
dislipidemia (-), Penyakit Jantung (-), dan tidak ada alergi obat/makanan
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di
keluarga pasien.
5
7. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien adalah istri, dan Ibu dari 1 orang anak. Anak
pertama berusia sekitar 28 tahun. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
Makanan di rumah biasanya dimasak sendiri dan untuk minum menggunakan air
mineral dalam kemasan galon. Riwayat makan makanan pedas maupun berminyak
disangkal. Anak pertama pasien sudah tidak tinggal bersama pasien. Suami pasien
bekerja dengan membuka usaha warung yang tidak jauh dari rumahnya. Pasien
juga mendapat kiriman uang dari anaknya tapi tidak banyak. Sumber pendapatan
keluarga didapatkan dari pasien dan suami dengan total penghasilan rata-rata
8. Riwayat Gizi : Pasien memiliki riwayat kebiasaan makan tidak teratur. Pasien
C. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 37,5°C
b. Status gizi
6
BB : 63 kg
TB : 150 cm
BB 63
BMI : BMI = 2 = 2 = 28
TB 1.5
>30 Obesitas
Berdasarkan tabel BMI di atas maka status gizi penderita masuk dalam
kategori berat badan lebih
4. Status Generalis :
a. Kulit
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,
b. Mata
Conjunctiva tidak ada anemis, tidak ditemukan sklera ikterus, pupil isokor
(3mm/3mm) normal, reflek kornea kanan dan kiri baik, warna kelopak mata
c. Hidung
d. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-).
7
e. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), sekret (-), pendengaran
f. Tenggorokan
g. Leher
h. Thoraks
- Pulmo :
P : sonor/sonor
i. Abdomen
8
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, tidak ada bekas operasi
P : NKCV (-)
k. Ekstremitas
+ + - -
+ + - -
l. Sistem genetalia
Tidak dilakukan
m. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi motorik
n. Pemeriksaan Psikiatrik
9
Perhatian : Normal
Kemauan : Normal
Psikomotor : Normal
Insight : Baik
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Resume
Pasien wanita, umur 56 tahun suku Jawa, datang dengan keluhan diare sejak 1 hari
sebelum memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien dikatakan buang air besar lebih dari
3 kali sejak kemarin dengan volume sekitar ¼ - ½ gelas setiap kali BAB, dengan
kotoran encer kekuningan tanpa lendir dan darah. Makan dan minum dikatakan
Pasien tidak ada mengkonsumsi obat sebelumnya. Pasien mengatakan dirinya tidak
memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan tertentu. Pasien juga
10
Pasien mengatakan dirinya jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
Makanan di rumah biasanya dimasak sendiri dan untuk minum menggunakan air
mineral dalam kemasan galon. Riwayat makan makanan pedas maupun berminyak
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum sadar penuh, yang lainnya
dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada pasien. Pada
F. Diagnosis
G. Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
mendapat penanganan.
2. Medikamentosa
a. Paracetamol 3 x 500 mg
11
BAB III
Medikamentosa
a. Paracetamol 3 x 500 mg
Non medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan dan mencuci
12
c. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga mental pasien
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah penyakit ini
dengan pola hidup sehat seperti rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah
makan, sehabis dari toilet. Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air
bersih
d.
B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga Lainnya (Orang tua dan Anggota Keluarga
Lainnya)
Pada prinsipnya secara pencegahan Diare adalah mengenai pola hidup sehat baik
terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit
Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh
daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah bersin dan batuk.
13
BAB IV
A. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
tahun, suami dari Ny P berusia 64 tahun dan anaknya berusia 28 tahun. Anak
pertama sudah menikah dan tidak tinggal bersama dengannya. Dalam satu rumah
tidak terdapat anggota keluarga yang sedang menderita sakit baik itu penyakit
menular ataupun tidak menular, akut maupun kronis, dan menurun maupun tidak
menurun.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan komunikasi antar individu dalam keluarga tersebut terjalin cukup baik.
Bila ada permasalahan dapat dibicarakan dan diselesaikan dengan baik. Contohnya
saat anak Ny. P yang hingga saat ini belum dapat mengambil ijasah SMA karena
keterbatasan dana, anak Ny. P tersebut tidak masalah ijasahnya ditahan dan diambil
sakit, anak Ny P juga mengalah biaya untuk mengambil ijasahnya digunakan untuk
biaya berobat ibunya atau ayahnya. Suami Ny P juga mendukung keputusan untuk
Ny. P memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. Ny. P juga aktif
dalam berbagai kegiatan di kampung dan masih rutin berpartisipasi apabila ada
kegiatan di balai desa karena masih satu halaman dengan rumah Ny. P, walupun
14
Untuk kegiatan spiritual, saat sakit Ny. P masih tetap beribadah dan mengaku
lebih rajin beribadah bila dibandingkan saat sakit. Ny. P mengaku sangat percaya
Sebelum sakit, Ny. P berkerja sebagai IRT dan menjaga warung miliknya dan
kebutuhan sehari-hari.
Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari pasien dan suami dengan total
penghasilan rata-rata perbulan Rp. 500.000, dari usaha warung tersebut. Berdasarkan
pengakuan Ny. P dan Tn. Y pendapatan tersebut masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Pasien termasuk orang yang terbuka sehingga bila mengalami kesulitan atau
masalah selalu bercerita kepada suaminya. Pasien juga mudah beradaptasi dengan
keadaan saat ini, walaupun ada beberapa hal yang dilakukannya perlu bantuan orang
lain.
B. APGAR Score
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan
nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini
akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk
menentukan fungsi fisiologis keluarg a secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7
15
1. Adaptation
Ny. P selalu mendapat dukungan dari suami dan anaknya mengenai masalah
menjaga warung saat ayahnya mengantar ibunya. Ny. P termasuk orang yang terbuka,
begitu pula dengan suami dan anaknya sehingga apabila ada permasalahan maka dapat
2. Partnership
Komunikasi yang terjalin antara anggota keluarga Ny. P cukup baik. Dalam
mengatasi permasalahan yang ada, baik itu masalah kesehatan Ny. P, antar anggota
3. Growth
merupakan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Namun biaya transportasi menuju fasilitas
kesehatan tetap berasal dari dana pribadi. Ny. P dan suami mengaku masih mampu
4. Affection
Hubungan antara anggota keluarga baik suami – istri, ayah – anak, ibu – anak terjalin
cukup harmonis. Hubungan ayah dan anak masih tetap baik. Anak Ny. P tetap
5. Resolve
Dalam keluarga Ny P, anak Ny P yaitu Sdr C sebelum menikah dirinya masih belum
mampu membagi waktu dengan baik dengan keluarga dimana dirinya hampir tiap hari yang
merupakan waktu yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga, Sdr C tidak pernah berada di
rumah. Berdasarkan pengakuan anaknya yaitu Sdr C, hal ini karena tiap hari dirinya bermain
16
dengan teman-temanya. Selebihnya seluruh anggota keluarga cukup puas dengan sikap dan
17
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
G
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
18
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Kesimpulan:
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. P adalah 27, sehingga rata-
rata APGAR dari keluarga Ny. P adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. P dan anggota keluarganya dalam keadaan baik
C. SCREEM Score
sebagai berikut :
19
Tabel SCREEM Ny. P
20
kesehatan lain masih rendah. Walaupun
demikian keluarga Ny. P memperoleh
informasi tentang kesehatan dari TV yang
dimilikinya.
Ny. P merupakan peserta BPJS PBI dimana
biaya pengobatannya ditanggung oleh
Medical pemerintah. Dalam mencari pelayanan
-
kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan Puskesmas atau Pustu dan hal
ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. P fungsi patologis yang positif adalah fungsi ekonomi dan fungsi
edukasi.
Ny. P (56 tahun) tinggal bersama suaminya yang bekerja sebagai pedagang. Dalam
satu rumah tinggal 2 orang anggota keluarga yaitu pasien dan suaminya. Dikarenakan
21
Keterangan Gambar :
: Perempuan
: Laki-laki
Keterangan lain:
Ny P : Pasien
Tn Y : Suami pasien
Ny P, Tn Y,
pasien suami
Sdr C,
anak
Gambar IV.2: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. P dan Anggota
Keluarganya.
Keterangan :
: Hubungan baik
: Laki-laki
: Anak
: Pasien
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny P terjalin baik, harmonis dan saling
mendukung.
22
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarga?
Jawab : Suami atau anggota keluarga yang lain segera membawa pasien ke
4. Selanjutnya siapa?
23
BAB V
tindakannya. Disini semua anggota keluarga Ny. P tidak memiliki pengetahuan yang baik
mengenai faktor risiko penyakit diare, selain itu pengetahuan tentang PHBS di rumah
tangga dan masalah kesehatan lain masih rendah. Namun untuk sikap sadar akan
pentingnya kesehatan pada anggota keluarga Ny. P baru muncul setelah Ny. P sakit, tiap
anggota keluarga sadar bahwa kesehatan itu penting. Tindakan yang mencerminkan
hidup sehat masihlah sangat kurang, contohnya adalah anggota keluarga masih ada yang
merokok di dalam rumah. Hal ini dapat diakibatkan dari rendahnya pengetahuan tentang
PHBS. Namun dalam hal lain kesehariannya keluarga pasien tidak mencuci tangan
sebelum makan dan menggunakkan sabun saat hanya sesudah makan saja. Keluarga ini
dan halaman. Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Untuk melakukan
kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan yang ada di rumah.
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi menengah
ke bawah. Keluarga ini sumber penghasilannya dari hasil jualan diwarung. Ruangan
rumah yang pencahayaannya kurang, ventilasi juga kurang dan jarang di buka. Kamar
mandi nampak kurang bersih dan air di bak mandi dikuras dua minggu sekali. Sampah
keluarga dibuang di tempat pembuangan sampah yang ada di depan rumah. Fasilitas
24
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit dan ingin konsultasi
1. Gambaran Lingkungan
memiliki pintu pagar, memiliki teras sempit, seluruh lantai rumah menggunakan
keramik. Atap rumah sudah dilengkapi plafon. Dinding rumah dibagian ruang tamu,
kamar tidur, dapur dan kamar mandi terbuat dari tembok dan dicat terang. Rumah
terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Luas rumah Ny.
P yang tidak begitu luas dan perabotan rumah tangga yang tidak tertata rapi
2. Denah Rumah
C
B
E
A
Keterangan :
A : Ruang Tamu
25
B : Kamar Tidur
C : Kamar Tidur
D : Kamar Mandi
E : Dapur
26
BAB VI
Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang terdapat
dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi informasi penyakit
SCREEM) maupun faktor-faktor risiko tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik,
sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai
temuan masalah yang terkait dengan Ny. P dan keluarga serta masyarakat sekitar yang
A. Temuan Masalah
2. Faktor perilaku
a. Pola hidup yang tidak baik dan tidak teraturnya minum obat.
3. Faktor lingkungan
a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
27
c. Kurang optimalnya komunikasi tenaga kesehatan dengan pasien
B. Analisis
Faktor Pelayanan
kesehatan
Kurangnya edukasi dan
konseling terhadap pasien
Faktor Perilaku
Kurangnya pengetahuan dan keluarga pasien
Ny. P tentang diare. Kurangnya monitoring dan
STATUS PASIEN evaluasi terhadap pasien
Pola hidup yang tidak Ny. P (56)
baik dan tidak teraturnya Diare
(Diabetes Melitus)
minum obat Kurangnya komunikasi
nakes dan pasien
Kurangnya media
informasi/promosi
kesehatan
Faktor Lingkungan
Kondisi ekonomi rendah
Tingkat pendidikan keluarga
dan masyarakat rendah
Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang belum
optimal untuk menjaga pola
hidup sehat
Pola hidup bersih dan sehat
belum membudaya di tengah
masyarakat
Gambar VI.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Diare dari Ny. P (Modifikasi Diagram
Blum).
1. Faktor lingkungan
28
produktif, seperti kebiasaan tidak berolahraga, dan sebagainya yang nantinya akan
yang umumnya masih rendah membawa pengaruh yang tidak menguntungkan pada
pasien Diare karena tingkat pendidikan umum yang rendah dapat dianalogikan
kesehatan yang telah dijalankan di desa juga membuat masyarakat untuk bersikap
optimal untuk menjaga pola hidup sehat. Pola hidup dan perilaku dalam keseharian
dari masyarakat akan menjadi arus yang membawa kebiasaan pasien dimana dia
tinggal. Pola hidup masyarakat sekitar pasien yang kurang sehat juga tidak
2. Faktor perilaku
a. Faktor perilaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang kurang.
Pendidikan Ny. P dan keluarga rata-rata masih kurang, hal ini menyebabkan
kurangnya informasi terkait dengan ilmu kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan
keluarga.
dengan pola hidup yang tidak sehat seperti tidak rajin berolahraga dan perilaku
pasien yang tidak teratur minum obat. Hal demikian akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi.
29
c. Dengan tingkat sosial ekonomi rendah, suatu keluarga cenderung memanfaatkan
a. Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
masalah perilaku pasien yang kurang bisa menahan diri terhadap kebiasaan yang
penyakitnya.
Apalagi ditunjang dengan kebiasaan pasien yang tidak rutin memeriksakan diri ke
penyakit kronis bisa diperoleh melalui program prolanis namun program ini belum
30
C. Pembahasan
Dalam mengatasi masalah Ny. P (56 tahun) dengan status sebagai pasien Diare yang
Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu modal yang menjadi kebiasaan yang
dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti pola makan, pola mencuci
a. Pola makan
Pola konsumsi makan merupakan yang biasa dimakan mencakup jumlah jenis
bahan makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok dalam jangka waktu
tertentu. Meskipun makanan itu tidak baik untuk kesehatannya. Oleh karena itu, pola
agama, pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang salah dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit yang dialami oleh anak balita seperti diare. Sehingga pola
makan yang baik juga perlu dikembangkan untuk menghindari interaksi negatif dari
b. Mencuci tangan
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum
31
c. Menggunakan air bersih
Sumber air bersih yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup.
Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan
sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran
seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah lebih dari 10 meter.
Minum menggunakan air yang direbus dan mencuci semua peralatan masak dan
makan dengan air yang bersih dan cukup (Kemenkes RI, 2015).
Pengendalian penyakit diare pada prinsipnya adalah dengan perilaku hidup sehat seperti
mencuci tangan menggunakan air bersih yang cukup dan lain sebagainya. Tujuan
utamanya adalah menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut dari penyakit ini. Hal
a. Farmakologi
furazolidon.
Minum obat yang telah disediakan dokter adalah kewajiban yang harus
berakibat buruk bagi pasien. Untuk saat ini Ny. P mendapatkan obat Attapulgite
32
c. Rutin kontrol ke puskesmas
Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan keluarganya sebagai
menyangkut :
(3) Pola makan dan pola hidup yang tidak mendukung pengendalian penyakit Diare
kesehatan yang lebih baik dari pada orang dengan pendidikan yang rendah. Hal ini
akan tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang
misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan pola makan yang tidak
terkontrol.
33
Pemahaman tentang penyakit Diare perlu dijelaskan secara sederhana baik
kebersihan hidup dan minum obat secara rutin. Ketidakpatuhan untuk minum obat
b. Mengubah kebiasaan
Tingkah laku tentang pola makan yang tidak sehat, tidak rutin memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan dan ketidak patuhan minum obat merupakan gambaran
diare. Bahwa kebiasaan tersebut tidak pernah akan membawa penyakitnya kearah
lebih baik sama sekali belum disadari. Sekali lagi faktor pendampingan keluarga
untuk terus-menerus rutin memeriksakan diri ke puskesmas, minum obat teratur dan
beraktivitas fisik secara cukup harus diupayakan menjadi perilaku yang mutlak
Terhadap anggota keluarga Ny. P yang tidak menderita Diare justru harus
memahami lebih dulu bagaimana cara mencegah agar tidak terkena Diare, cara
yang diperoleh keluarga dengan edukasi ini diharapkan akan mampu dalam
Deskripsi mengenai kasus diare pada Ny. P dan keluarganya kemungkinan juga
merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar keluarga pasien
juga terbiasa seperti dilakukan masyarakat sekitarnya. Kebiasaan pola makan yang
34
tidak sehat serta belum terbiasanya menjaga kesehatan sebelum sakit adalah kebiasaan
budaya seperti di sekitar keluarga Ny. P. Kegiatan kunjungan rumah (home visit)
sederhana seperti:
bersangkutan.
d. Puskesmas dibantu dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan kegiatan
35
BAB VII
A. KESIMPULAN
Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar terjadi suatu laporan
kasus.
Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sampai pada
kerimpulan bahwa Ny. P (56 tahun) menderita Diare Akut tanpa Dehidrasi
family, dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan dalam menghadapi
b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit Diare Akut tanpa Dehidrasi yang diderita
oleh Ny. P.
36
c. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota keluarga
khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. P sebagai penderita Diare Akut tanpa
menunjukkan bahwa keluarga Ny. P merasa ada tekanan secara finansial (ekonomi)
dan edukasi.
d. Secara umum kondisi lingkungan sosial ekonomi keluarga Ny. P termasuk lingkungan kelas
menengah ke bawah.
Faktor risiko dari pasien (Ny. P) sebagai penderita Diare Akut Tanpa Dehidrasi adalah
sebagai berikut:
b. Perilaku pasien: pola hidup yang tidak baik dan kurangnya perilaku hidup sehat
seperti mencuci tangan menggunakan air bersih yang cukup dan lain sebagainya.
c. Faktor lingkungan: lingkungan sosial belum mendukung pola hidup sehat karena masih
pemahaman tentang Diare belum banyak dikenal pasien, demikian juga program
Prolanis.
B. SARAN-SARAN
diantaranya:
Penularan penyakit Diare Akut tanpa Dehidrasi dapat dicegah dengan perilaku hidup
sehat seperti mencuci tangan, menggunakan air bersih yang cukup dan lain sebagainya.
37
Dengan minum obat secara benar dan teratur, dan disertai kontrol ke Puskesmas
Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan agar pasien
terjadinya komplikasi.
Pentingnya mencegah penularan penyakit Diare sebelum menimpa pada diri mereka
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
2. Juffrie, M & Mulyani, S,M. 2009. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta: UKK
Gastro-Hepatologi IDAI
3. WHO. 2009. Pedoman Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO
Indonesia
4. Juffrie, M & Mulyani, S,M. 2009. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta: UKK
Gastro-Hepatologi IDAI
Isolated from Diarrheal Outbreaks, Journal of Clinical Microbiology, Vol. 40, No. 1 ,
39
LAMPIRAN
40
Gambar 2 : Bagian Dapur
41