Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu

“diarroi” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran

tinja yang terlalu frekuen. Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah

suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu

3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja

yang berdarah. Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih

lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10

g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24

jam.

Berdasarkan Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2016

didapatkan 6.897.463 penemuan kasus diare dari 34 provinsi di Indonesia. Jawa Barat

menjadi provinsi dengan jumlah penemuan kasus diare terbanyak yaitu sejumlah 1,2 juta

orang, dan Provinsi Jawa Timur menempati posisi kedua dengan jumlah penemuan kasus

diare terbanyak yaitu sebesar 1 juta orang. Dari keseluruhan jumlah penemuan kasus

diare tersebut, hanya 2,5 juta kasus yang ditangani (36,9%). Hasil survei morbiditas dan

mortalitas oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan pada tahun

2000 diketahui bahwa kasus diare terjadi pada 301 dari 1000 penduduk, kemudian

meningkat 374 per 1000 penduduk tahun 2003, hingga mencapai 423 per 1000 penduduk

pada tahun 2006.

1
Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi

NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai

prevalensi diare klinis > 9% (NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).

Hasil kunjungan rumah terhadap keluarga Ny. P (56) teridentifikasi menderita

hipertensi dengan laporan selengkapnya adalah sebai berikut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh kondisi pasien dengan kondisi sosial dan ekonomi,

pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro,

Kabupaten Mojokerto?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Untuk menerapkan teori Kedokteran Keluarga pada pelaksanaan Home Visite

b. Untuk menganalisis terjadinya Diare pada pasien Ny. P yang tinggal di Desa

Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi keadaan pasien berdasarkan karakteristik dan klinis pasien

b. Mengidentifikasi keadaan pasien berdasarkan konsep Kedokteran Keluarga

c. Menganalisis penyebab terjadinya Diare, memprioritaskan masalah penyebab,

memprioritaskan pemecahan masalah dan intervensi kegiatan

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan dan Dokter Muda

2
a. Meningkatkan pemahaman Mahasiswa dokter muda tentang penyakit serta

kehidupan keluarga dan masyarakat sekitar;

b. Meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi antar mahasiswa dengan

pasien;

c. Mahasiswa dapat melatih diri dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan

kesehatan pasien;

d. Mahasiswa memahami apa yang dibutuhkan untuk kepuasan pasien.

2. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberi wawasan dan pemahaman kepada pasien dan keluarganya mengenai

penyakitnya dan penanganannnya agar tidak menyebabkan komplikasi yang

berat.

3. Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas

Manfaat home visite ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai sumber

evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap pasien penyakit Diare sehingga

bisa dicari solusi yang tepat dan efisien.

3
BAB II

HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

A. Identifikasi Pasien

Nama : Ny. P

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Alamat : Kecapangan

Suku : Jawa

Tanggal Periksa : 31 Agustus 2021

B. Anamnesa

4
1. Keluhan Utama : BAB encer

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang bersama suaminya dengan keluhan

diare sejak 1 hari sebelum memeriksakan diri ke puskesmas. Dikatakan bahwa

pasien buang air besar sebanyak 3 kali sejak kemarin malam dan 2 kali sejak tadi

pagi dengan volume sekitar ¼ - ½ gelas setiap kali BAB. Kotoran yang

dikeluarkan dikatakan encer, berwarna kekuningan tanpa ada lendir dan darah.

Makan dan minum dikatakan normal. Volume kencing normal, kencing terakhir

dikatakan tadi pagi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), asma (-),

dislipidemia (-), Penyakit Jantung (-), dan tidak ada alergi obat/makanan

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di

keluarga pasien.

5. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak ada mengkonsumsi obat sebelumnya dan

pasien mengatakan dirinya tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan.

6. Riwayat Kebiasaan : Tidak ada riwayat merokok maupun mengkonsumsi alkohol.

Pasien jarang berolahraga.

5
7. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien adalah istri, dan Ibu dari 1 orang anak. Anak

pertama berusia sekitar 28 tahun. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga

yang kesehariannya membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak. Pasien

mengatakan dirinya jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Makanan di rumah biasanya dimasak sendiri dan untuk minum menggunakan air

mineral dalam kemasan galon. Riwayat makan makanan pedas maupun berminyak

disangkal. Anak pertama pasien sudah tidak tinggal bersama pasien. Suami pasien

bekerja dengan membuka usaha warung yang tidak jauh dari rumahnya. Pasien

juga mendapat kiriman uang dari anaknya tapi tidak banyak. Sumber pendapatan

keluarga didapatkan dari pasien dan suami dengan total penghasilan rata-rata

perbulan Rp. 500.000, dari usaha warung tersebut.

8. Riwayat Gizi : Pasien memiliki riwayat kebiasaan makan tidak teratur. Pasien

mengaku jarang makan buah.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Sedang

2. Kesadaran : Compos mentis (GCS : E4V5M6)

3. Tanda Vital dan Status Gizi :

a. Tanda Vital

Nadi : 80 kali/menit, reguler

Pernafasan : 20 kali/menit

Suhu : 37,5°C

Tensi : 100/60 mmHg

b. Status gizi

6
BB : 63 kg

TB : 150 cm

BB 63
BMI : BMI = 2 = 2 = 28
TB 1.5

Tabel II.1. Klasifikasi Penilaian Status Gizi berdasarkan


BMI
Nilai BMI Status Gizi

>30 Obesitas

25-29,5 Berat badan lebih

18,5- 24,5 Berat badan ideal

<18,5 Berat badan kurang

Berdasarkan tabel BMI di atas maka status gizi penderita masuk dalam
kategori berat badan lebih

4. Status Generalis :

a. Kulit

Warna : Sawo matang, tidak ikterik dan sianosis

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,

tidak ditemukan atrofi m. temporalis, makula, papula, nodula.

b. Mata

Conjunctiva tidak ada anemis, tidak ditemukan sklera ikterus, pupil isokor

(3mm/3mm) normal, reflek kornea kanan dan kiri baik, warna kelopak mata

(coklat kehitaman), dan tidak ditemukan radang/ conjungtivitis/ uveitis.

c. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), deformitas hidung (-).

d. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-).

7
e. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), sekret (-), pendengaran

berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal.

f. Tenggorokan

Tonsil tidak membesar, pharing hiperemis (-)

g. Leher

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar

limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada.

h. Thoraks

Simetris, tidak ada bekas luka ataupun jaringan parut.

- Cor : I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tidak kuat angkat

P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A : BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo :

I : gerakan napas simetris.

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A : suara dasar vesikuler (+/+),

suara tambahan Rhonki -/-, Wh -/-

i. Abdomen

8
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, tidak ada bekas operasi

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

A : peristaltik (+) meningkat

j. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

k. Ekstremitas

akral hangat oedema

+ + - -

+ + - -

l. Sistem genetalia

Tidak dilakukan

m. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik

n. Pemeriksaan Psikiatrik

Kesan Umum : Sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

9
Perhatian : Normal

Kemauan : Normal

Emosi dan afek : Appropriate

Proses berpikir : Bentuk realistik, arus koheren, isi waham (-)

Psikomotor : Normal

Daya Ingat : Normal

Insight : Baik

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

EKG : tidak dilakukan

CT Scan : tidak dilakukan

E. Resume

Pasien wanita, umur 56 tahun suku Jawa, datang dengan keluhan diare sejak 1 hari

sebelum memeriksakan diri ke puskesmas. Pasien dikatakan buang air besar lebih dari

3 kali sejak kemarin dengan volume sekitar ¼ - ½ gelas setiap kali BAB, dengan

kotoran encer kekuningan tanpa lendir dan darah. Makan dan minum dikatakan

normal. Volume kencing normal, kencing terakhir dikatakan tadi pagi.

Pasien tidak ada mengkonsumsi obat sebelumnya. Pasien mengatakan dirinya tidak

memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan tertentu. Pasien juga

mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya membersihkan

rumah, mencuci pakaian dan memasak.

10
Pasien mengatakan dirinya jarang mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Makanan di rumah biasanya dimasak sendiri dan untuk minum menggunakan air

mineral dalam kemasan galon. Riwayat makan makanan pedas maupun berminyak

disangkal.

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum sadar penuh, yang lainnya

dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada pasien. Pada

pemeriksaan fisik khusus dada, abdomen, ekstremitas dalam batas normal.

F. Diagnosis

Diagnosis : Diare Akut tanpa Dehidrasi

G. Penatalaksanaan

1. Non medikamentosa

a. Jika terdapat keluhan segera periksa kembali ke Puskesmas/RS agar segera

mendapat penanganan.

b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan minum obat.

c. Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.

d. Edukasi tentang penyakit diare.

2. Medikamentosa

a. Paracetamol 3 x 500 mg

b. Attapulgite setiap BAB maksimal 12 tab/hari

11
BAB III

PENGELOLAAN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT)

A. Patient Centered Management

Medikamentosa

a. Paracetamol 3 x 500 mg

b. Attapulgite setiap BAB maksimal 12 tab/hari

Non medikamentosa

1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada keluarga

a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan dan mencuci

tangan dengan bersih.

b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat

12
c. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga mental pasien

menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit

1. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit diare.

b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah penyakit ini

dengan pola hidup sehat seperti rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah

makan, sehabis dari toilet. Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air

bersih

c. Harus minum obat dengan teratur.

d.

B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga Lainnya (Orang tua dan Anggota Keluarga

Lainnya)

Pada prinsipnya secara pencegahan Diare adalah mengenai pola hidup sehat baik

terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit

khususnya diare. Berikut contoh pencegahan penyakit diare ;

 Rajin mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh

daging yang belum dimasak, sehabis dari toilet, atau setelah bersin dan batuk.

Bersihkan tangan dengan sabun, dan bilas dengan air bersih.

 Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak.

 Minum air matang.

13
BAB IV

IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri Ny P, suaminya Tn Y dan satu anaknya. Ny P berusia 56

tahun, suami dari Ny P berusia 64 tahun dan anaknya berusia 28 tahun. Anak

pertama sudah menikah dan tidak tinggal bersama dengannya. Dalam satu rumah

tidak terdapat anggota keluarga yang sedang menderita sakit baik itu penyakit

menular ataupun tidak menular, akut maupun kronis, dan menurun maupun tidak

menurun.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan komunikasi antar individu dalam keluarga tersebut terjalin cukup baik.

Bila ada permasalahan dapat dibicarakan dan diselesaikan dengan baik. Contohnya

saat anak Ny. P yang hingga saat ini belum dapat mengambil ijasah SMA karena

keterbatasan dana, anak Ny. P tersebut tidak masalah ijasahnya ditahan dan diambil

saat keluarganya memiliki cukup dana untuk mengambilnya. Saat Ny P atau Tn Y

sakit, anak Ny P juga mengalah biaya untuk mengambil ijasahnya digunakan untuk

biaya berobat ibunya atau ayahnya. Suami Ny P juga mendukung keputusan untuk

hasil pendapatan saat ini diutamakan untuk biaya pengobatan keluarga.

3. Fungsi Sosio Spiritual

Ny. P memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. Ny. P juga aktif

dalam berbagai kegiatan di kampung dan masih rutin berpartisipasi apabila ada

kegiatan di balai desa karena masih satu halaman dengan rumah Ny. P, walupun

banyak aktifitas kampung lain yang tidak dapat di ikuti pasien.

14
Untuk kegiatan spiritual, saat sakit Ny. P masih tetap beribadah dan mengaku

lebih rajin beribadah bila dibandingkan saat sakit. Ny. P mengaku sangat percaya

bahwa selain berusaha dengan obat, kehendak Tuhan akan kesembuhannya

merupakan hal yang terpenting.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Sebelum sakit, Ny. P berkerja sebagai IRT dan menjaga warung miliknya dan

suaminya. Ny. P dan suaminya selalu menjadikan usaha warugnnya sebagai

kebutuhan sehari-hari.

Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari pasien dan suami dengan total

penghasilan rata-rata perbulan Rp. 500.000, dari usaha warung tersebut. Berdasarkan

pengakuan Ny. P dan Tn. Y pendapatan tersebut masih belum cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Pasien termasuk orang yang terbuka sehingga bila mengalami kesulitan atau

masalah selalu bercerita kepada suaminya. Pasien juga mudah beradaptasi dengan

keadaan saat ini, walaupun ada beberapa hal yang dilakukannya perlu bantuan orang

lain.

B. APGAR Score

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan

nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini

akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk

menentukan fungsi fisiologis keluarg a secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7

= sedang, 8-10 = baik.

15
1. Adaptation

Ny. P selalu mendapat dukungan dari suami dan anaknya mengenai masalah

kesehatannya. Dukungan berupa suami mengantarkan berobat, anak Ny. P membantu

menjaga warung saat ayahnya mengantar ibunya. Ny. P termasuk orang yang terbuka,

begitu pula dengan suami dan anaknya sehingga apabila ada permasalahan maka dapat

dibicarakan dan diselesaikan dengan baik.

2. Partnership

Komunikasi yang terjalin antara anggota keluarga Ny. P cukup baik. Dalam

mengatasi permasalahan yang ada, baik itu masalah kesehatan Ny. P, antar anggota

keluarga mendiskusikan pemecahannya bersama-sama.

3. Growth

Dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya Ny. P dibantu oleh BPJS dimana Tn G

merupakan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Namun biaya transportasi menuju fasilitas

kesehatan tetap berasal dari dana pribadi. Ny. P dan suami mengaku masih mampu

memenuhi kebutuhan untuk dana tersebut.

4. Affection

Hubungan antara anggota keluarga baik suami – istri, ayah – anak, ibu – anak terjalin

cukup harmonis. Hubungan ayah dan anak masih tetap baik. Anak Ny. P tetap

mengekspresikan rasa sayang dan dukungannya kepada Ny. P.

5. Resolve

Dalam keluarga Ny P, anak Ny P yaitu Sdr C sebelum menikah dirinya masih belum

mampu membagi waktu dengan baik dengan keluarga dimana dirinya hampir tiap hari yang

merupakan waktu yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga, Sdr C tidak pernah berada di

rumah. Berdasarkan pengakuan anaknya yaitu Sdr C, hal ini karena tiap hari dirinya bermain

16
dengan teman-temanya. Selebihnya seluruh anggota keluarga cukup puas dengan sikap dan

dukungan antar anggota keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

Tabel 2.1 Skor APGAR Tn. Y

Sering/ Kadang- Jarang/


APGAR Tn. Y Terhadap Keluarga
Selalu Kadang Tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


P membahas dan membagi masalah dengan 
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
G 
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A 
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


R 
saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tabel 2.2 Skor APGAR Ny. P


Sering/ Kadang- Jarang/
APGAR Ny. P Terhadap Keluarga
Selalu Kadang Tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah

17
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah dengan 
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
G 
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A 
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


R 
saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tabel 2.3 Skor APGAR Sdr. C


Sering/ Kadang- Jarang/
APGAR Sdr C Terhadap Keluarga
Selalu Kadang Tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


A 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


P membahas dan membagi masalah dengan 
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
G 
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

18
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A 
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


R 
saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Kesimpulan:

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. P adalah 27, sehingga rata-

rata APGAR dari keluarga Ny. P adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi

fisiologis yang dimiliki keluarga Ny. P dan anggota keluarganya dalam keadaan baik

C. SCREEM Score

Fungsi patologis dari keluarga Ny. P dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M

sebagai berikut :

19
Tabel SCREEM Ny. P

SUMBER PATHOLOGY KET

Interaksi sosial yang baik antar anggota


keluarga dan saudara maupun lingkungna
sekitar. Dapat dilihat dari keluarga, saudara
Social dan tetangga yang mau membantu saat Ny. P -
membutuhkan bantuan. Keluarga Ny. P itu
baik dan Ny. P juga aktif dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan.

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya


baik, dimana anggota keluarga Ny. P masih
sering mengikuti acara-acara yang bersifat
Cultural -
hajatan, sunatan, wetonan dan lain-lain.
Anggota keluarga Ny. P juga menggunakan
bahasa jawa dengan tata krama dan sopan.

Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran


agama baik, hal ini dapat dilihat dari pasien
Religion
dan keluarga menjalankan sholat dengan -
tepat waktu. Kadang anggota keluarga Ny. P
juga mengikuti pengajian.

Ekonomi keluarga ini tergolong rendah,


Economic pendapatan hanya cukup memenuhi +
kebutuhan primer.
Education Pendidikan anggota keluarga cukup baik +
dimana tiap anggota keluarga lulusan tamat
SLTA. Namun pengetahuan tentang

20
kesehatan lain masih rendah. Walaupun
demikian keluarga Ny. P memperoleh
informasi tentang kesehatan dari TV yang
dimilikinya.
Ny. P merupakan peserta BPJS PBI dimana
biaya pengobatannya ditanggung oleh
Medical pemerintah. Dalam mencari pelayanan
-
kesehatan keluarga ini biasanya
menggunakan Puskesmas atau Pustu dan hal
ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

Kesimpulan :

Dalam keluarga Ny. P fungsi patologis yang positif adalah fungsi ekonomi dan fungsi

edukasi.

D. Karakteristik Demografi Keluarga

Adapun bentuk keluarga Ny P adalah Nuclear Family.

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. P.

Dibuat tanggal 10 September 2021

Ny. P (56 tahun) tinggal bersama suaminya yang bekerja sebagai pedagang. Dalam

satu rumah tinggal 2 orang anggota keluarga yaitu pasien dan suaminya. Dikarenakan

anaknya sudah menikah dan tinggal bersama suaminya.

Gambar IV.1: Genogram Keluarga Ny. P

21
Keterangan Gambar :

: Perempuan

: Laki-laki

: Perempuan yang mengalami diare

Keterangan lain:

Ny P : Pasien

Tn Y : Suami pasien

Sdr C : Anak pasien

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Ny P, Tn Y,
pasien suami

Sdr C,
anak
Gambar IV.2: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. P dan Anggota

Keluarganya.

Keterangan :

: Hubungan baik

: Laki-laki

: Anak

: Pasien

Kesimpulan :

Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny P terjalin baik, harmonis dan saling

mendukung.

22
F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarga?

Jawab : Suami atau anggota keluarga yang lain segera membawa pasien ke

puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan terdekat.

2. Ketika pasien membutuhkan perawatan, ijin siapa yang diperlukan?

Jawab : Ijin suami, dengan melibatkan anaknya dalam mengambil keputusan.

3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab : Tn. Y ( suami pasien )

4. Selanjutnya siapa?

Jawab : Anak pasien

5. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?

Jawab : Tidak ada

6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab : Tidak ada

7. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab : Tidak ada

23
BAB V

IDENTIFIKASI BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Fungsi perilaku keluarga meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap dan

tindakannya. Disini semua anggota keluarga Ny. P tidak memiliki pengetahuan yang baik

mengenai faktor risiko penyakit diare, selain itu pengetahuan tentang PHBS di rumah

tangga dan masalah kesehatan lain masih rendah. Namun untuk sikap sadar akan

pentingnya kesehatan pada anggota keluarga Ny. P baru muncul setelah Ny. P sakit, tiap

anggota keluarga sadar bahwa kesehatan itu penting. Tindakan yang mencerminkan

hidup sehat masihlah sangat kurang, contohnya adalah anggota keluarga masih ada yang

merokok di dalam rumah. Hal ini dapat diakibatkan dari rendahnya pengetahuan tentang

PHBS. Namun dalam hal lain kesehariannya keluarga pasien tidak mencuci tangan

sebelum makan dan menggunakkan sabun saat hanya sesudah makan saja. Keluarga ini

berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah

dan halaman. Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Untuk melakukan

kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan yang ada di rumah.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi menengah

ke bawah. Keluarga ini sumber penghasilannya dari hasil jualan diwarung. Ruangan

rumah yang pencahayaannya kurang, ventilasi juga kurang dan jarang di buka. Kamar

mandi nampak kurang bersih dan air di bak mandi dikuras dua minggu sekali. Sampah

keluarga dibuang di tempat pembuangan sampah yang ada di depan rumah. Fasilitas

24
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit dan ingin konsultasi

masalah kesehatan adalah Puskesmas.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga Ny. P tinggal di sebuah rumah berukuran 9m x 11m. Rumah tidak

memiliki pintu pagar, memiliki teras sempit, seluruh lantai rumah menggunakan

keramik. Atap rumah sudah dilengkapi plafon. Dinding rumah dibagian ruang tamu,

kamar tidur, dapur dan kamar mandi terbuat dari tembok dan dicat terang. Rumah

terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Luas rumah Ny.

P yang tidak begitu luas dan perabotan rumah tangga yang tidak tertata rapi

mengakibatkan keterbatasan ruang gerak.

2. Denah Rumah

Berikut adalah denah rumah Ny P:

C
B

E
A

Gambar V.1 : Denah Rumah Ny.P

Keterangan :

A : Ruang Tamu

25
B : Kamar Tidur

C : Kamar Tidur

D : Kamar Mandi

E : Dapur

26
BAB VI

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang terdapat

dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi informasi penyakit

genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR), patologi lingkungan keluarga (metode

SCREEM) maupun faktor-faktor risiko tentang faktor perilaku, faktor lingkungan (fisik,

sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai

temuan masalah yang terkait dengan Ny. P dan keluarga serta masyarakat sekitar yang

kemudian divisualisasikan dalam bentuk diagram Blum (Lihat Gambar VI.1).

A. Temuan Masalah

1. Masalah Aktif (individu pasien):

a. Ny. P menderita Diare.

b. Ny. P tidak memahami tentang penyakit Diare.

2. Faktor perilaku

a. Pola hidup yang tidak baik dan tidak teraturnya minum obat.

3. Faktor lingkungan

Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

1) Kondisi sosial ekonomi rendah

2) Tingkat pendidikan yang rendah

3) Pola hidup bersih sehat belum membudaya ditengah masyarakat

4. Faktor pelayanan kesehatan

a. Kurang optimalnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien

b. Kurang optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien diare.

27
c. Kurang optimalnya komunikasi tenaga kesehatan dengan pasien

d. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan

B. Analisis
Faktor Pelayanan
kesehatan
 Kurangnya edukasi dan
konseling terhadap pasien
Faktor Perilaku
 Kurangnya pengetahuan dan keluarga pasien
Ny. P tentang diare.  Kurangnya monitoring dan
STATUS PASIEN evaluasi terhadap pasien
 Pola hidup yang tidak Ny. P (56)
baik dan tidak teraturnya Diare
(Diabetes Melitus)
minum obat  Kurangnya komunikasi
nakes dan pasien
 Kurangnya media
informasi/promosi
kesehatan

Faktor Lingkungan
 Kondisi ekonomi rendah
 Tingkat pendidikan keluarga
dan masyarakat rendah
 Dukungan dari keluarga dan
masyarakat yang belum
optimal untuk menjaga pola
hidup sehat
 Pola hidup bersih dan sehat
belum membudaya di tengah
masyarakat

Gambar VI.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Diare dari Ny. P (Modifikasi Diagram

Blum).

1. Faktor lingkungan

a. Kondisi sosial ekonomi Keluarga Ny. P termasuk kelompok rendah. Kondisi

masyarakat demikian akan berpengaruh terhadap perilaku yang dinilai kurang

28
produktif, seperti kebiasaan tidak berolahraga, dan sebagainya yang nantinya akan

berpengaruh terhadap perkembangan yang tidak baik terhadap kesehatan pasien.

b. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Masyarakat dengan tingkat pendidikan

yang umumnya masih rendah membawa pengaruh yang tidak menguntungkan pada

pasien Diare karena tingkat pendidikan umum yang rendah dapat dianalogikan

dengan tingkat pengetahuan yang rendah pula tentang suatu penyakit.

c. Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang penyakit Diare dan

komplikasinya, kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan promosi

kesehatan yang telah dijalankan di desa juga membuat masyarakat untuk bersikap

abai dari pola makan dan pola hidup yang baik.

d. Dukungan dari lingkungan internal/keluarga dan masyarakat yang masih belum

optimal untuk menjaga pola hidup sehat. Pola hidup dan perilaku dalam keseharian

dari masyarakat akan menjadi arus yang membawa kebiasaan pasien dimana dia

tinggal. Pola hidup masyarakat sekitar pasien yang kurang sehat juga tidak

mendukung terjadinya pasien terhindar dari komplikasi Diare.

2. Faktor perilaku

a. Faktor perilaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang kurang.

Pendidikan Ny. P dan keluarga rata-rata masih kurang, hal ini menyebabkan

kurangnya informasi terkait dengan ilmu kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan

keluarga.

b. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit Diare dan komplikasinya ditunjukkan

dengan pola hidup yang tidak sehat seperti tidak rajin berolahraga dan perilaku

pasien yang tidak teratur minum obat. Hal demikian akan meningkatkan risiko

terjadinya komplikasi.

29
c. Dengan tingkat sosial ekonomi rendah, suatu keluarga cenderung memanfaatkan

penghasilannya pada keperluan-keperluan primer yang dianggap sangat menentukan

dalam kehidupan keluarganya,

3. Faktor pelayanan kesehatan

a. Kurangnya intensitas edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien

yang hanya terbatas pada saat kunjungan ke fasilitas kesehatan/Puskesmas, maka

masalah perilaku pasien yang kurang bisa menahan diri terhadap kebiasaan yang

merugikan perkembangan penyakitnya menjadi sulit terkendali dan memperbesar

risiko terjadinya komplikasi.

b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien Diare akan memperbesar

kemungkinan terjadinya komplikasi karena tidak diketahui perkembangan

penyakitnya.

c. Kurangnya komunikasi tenaga kesehatan dengan pasien. Komunikasi tenaga

kesehatan dengan pasien terbatas pada waktu pelayanan kesehatan di puskesmas.

Apalagi ditunjang dengan kebiasaan pasien yang tidak rutin memeriksakan diri ke

fasilitas kesehatan sehingga akan memperburuk perkembangan penyakitnya.

d. Kurangnya media informasi dan promosi kesehatan. Media informasi mengenai

penyakit kronis bisa diperoleh melalui program prolanis namun program ini belum

banyak dikenal masyarakat. Promosi kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan

juga masih jarang dan belum optimal.

30
C. Pembahasan

Dalam mengatasi masalah Ny. P (56 tahun) dengan status sebagai pasien Diare yang

tinggal di tengah-tengah masyarakat Kecapangan, Kabupaten Mojokerto dapat ditempuh

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengatur pola hidup untuk mencegah Diare

Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu modal yang menjadi kebiasaan yang

dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti pola makan, pola mencuci

tangan, dan menggunakan air bersih.

a. Pola makan

Pola konsumsi makan merupakan yang biasa dimakan mencakup jumlah jenis

bahan makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok dalam jangka waktu

tertentu. Meskipun makanan itu tidak baik untuk kesehatannya. Oleh karena itu, pola

pemberian makanan sangat penting diperhatikan. Secara umum faktor yang

mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya,

agama, pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang salah dapat menyebabkan

berbagai macam penyakit yang dialami oleh anak balita seperti diare. Sehingga pola

makan yang baik juga perlu dikembangkan untuk menghindari interaksi negatif dari

zat gizi yang masuk dalam tubuh.

b. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan air

mengalir dan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum

makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Kemenkes RI, 2015)

31
c. Menggunakan air bersih

Sumber air bersih yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

berasa. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup.

Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan

sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran

seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah lebih dari 10 meter.

Minum menggunakan air yang direbus dan mencuci semua peralatan masak dan

makan dengan air yang bersih dan cukup (Kemenkes RI, 2015).

2. Mengendalikan penyakit diare

Pasien diare seperti Ny. P harus mampu mengendalikan penyakitnya.

Pengendalian penyakit diare pada prinsipnya adalah dengan perilaku hidup sehat seperti

mencuci tangan menggunakan air bersih yang cukup dan lain sebagainya. Tujuan

utamanya adalah menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut dari penyakit ini. Hal

ini dapat dilakukan dengan:

a. Farmakologi

Kemoterapeutik. Digunakan untuk terapi kausal, yakni memberantas atau

membunuh bakteri penyebab diare seperti antibiotik, sulfonamid, kunolon, dan

furazolidon.

b. Rutin minum obat

Minum obat yang telah disediakan dokter adalah kewajiban yang harus

dipatuhi dalam pengobatan diare. Ketidakteraturan bahkan keterlambatan saja akan

berakibat buruk bagi pasien. Untuk saat ini Ny. P mendapatkan obat Attapulgite

setiap BAB maksimal 12 tab/hari.

32
c. Rutin kontrol ke puskesmas

Kontrol kepuskesmas secara rutin bertujuan untuk melihat perkembangan dari

penyakit pasien, apa ada keluhan atau tidak.

3. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit diare

Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan keluarganya sebagai

berikut menjadi pendorong tentang pentingnya pemberian edukasi yaitu yang

menyangkut :

(1) Tingkat pendidikan yang rendah

(2) Tingkat pemahaman tentang penyakit Diare yang masih rendah

(3) Pola makan dan pola hidup yang tidak mendukung pengendalian penyakit Diare

(4) Ketidak patuhan minum obat

a. Mengubah tingkat pengetahuan/pemahaman

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.

Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik dari pada orang dengan pendidikan yang rendah. Hal ini

berkaitan dengan kemudahan menerima informasi sehingga dengan adanya

pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi dalam menjaga

kesehatannya. Sebaliknya pada seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah

akan tidak mudah untuk menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang

disampaikan sehingga pengetahuan yang dimiliki terbatas dan berdampak pada

misalnya pemilihan jenis makan yang tidak tepat dan pola makan yang tidak

terkontrol.

33
Pemahaman tentang penyakit Diare perlu dijelaskan secara sederhana baik

faktor risiko yang mendorong terjadinya penyakit tersebut maupun pentingnya

kebersihan hidup dan minum obat secara rutin. Ketidakpatuhan untuk minum obat

secara teratur akan berdampak buruk terhadap perkembangan penyakitnya.

b. Mengubah kebiasaan

Tingkah laku tentang pola makan yang tidak sehat, tidak rutin memeriksakan

diri ke fasilitas kesehatan dan ketidak patuhan minum obat merupakan gambaran

betapa masih rendahnya tingkat pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit

diare. Bahwa kebiasaan tersebut tidak pernah akan membawa penyakitnya kearah

lebih baik sama sekali belum disadari. Sekali lagi faktor pendampingan keluarga

untuk terus-menerus rutin memeriksakan diri ke puskesmas, minum obat teratur dan

beraktivitas fisik secara cukup harus diupayakan menjadi perilaku yang mutlak

dilakukan secara berkesinambungan.

c. Mengubah perilaku keluarga

Terhadap anggota keluarga Ny. P yang tidak menderita Diare justru harus

memahami lebih dulu bagaimana cara mencegah agar tidak terkena Diare, cara

pengendalian dan pencegahan agar jangan sampai terjadi komplikasi. Pemahaman

yang diperoleh keluarga dengan edukasi ini diharapkan akan mampu dalam

memberikan bantuan motivasi kepada Ny P.

4. Edukasi masyarakat sekitar pasien tentang penyakit Diare

Deskripsi mengenai kasus diare pada Ny. P dan keluarganya kemungkinan juga

merupakan ilustrasi apa yang terjadi pada masyarakat di sekitar keluarga pasien

tersebut. Perilaku negatif Ny. P dalam menghadapi penyakitnya tersebut kemungkinan

juga terbiasa seperti dilakukan masyarakat sekitarnya. Kebiasaan pola makan yang

34
tidak sehat serta belum terbiasanya menjaga kesehatan sebelum sakit adalah kebiasaan

tidak baik yang masih banyak dijumpai di masyarakat-masyarakat dengan sosial

budaya seperti di sekitar keluarga Ny. P. Kegiatan kunjungan rumah (home visit)

seperti kunjungan rumah ke pasien Ny. P tersebut perlu dikembangkan dengan

penyuluhan kesehatan di sekitar pemukiman pasien. Programnya dapat disusun secara

sederhana seperti:

a. Sasaran cukup pada kelompok ibu-ibu di satu wilayah RT.

b. Waktu disesuaikan dengan kegiatan sasaran, misalnya saat pertemuan di RT yang

bersangkutan.

c. Materi disampaikan secara sederhana, jelas dan lugas.

d. Puskesmas dibantu dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan kegiatan

promosi PHBS rutin sebagai upaya pencegahan penyakit menular lainnya.

35
BAB VII

KESIMPULAN SAN SARAN

A. KESIMPULAN

Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar terjadi suatu laporan

yang unity/utuh, coherence/adanya keterpautan, dan emphasis/ penekanan pada

kasus.

1. Hasil anamnesis penyakit pasien

Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sampai pada

kerimpulan bahwa Ny. P (56 tahun) menderita Diare Akut tanpa Dehidrasi

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien

Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.

3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya:

a. Faktor keluarga: Keluarga Ny. P termasuk keluarga patriarkal, berbentuk nuclear

family, dengan interaksi antar anggota keluarga cukup baik dan dalam menghadapi

permasalahan penyakit Ny. P setiap anggota keluarga menunjukkan dukungan

terhadap pasien agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangan penyakitnya.

b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit Diare Akut tanpa Dehidrasi yang diderita

oleh Ny. P.

36
c. Hasil analisis metode APGAR menunjukkan bahwa fungsi anggota keluarga

khususnya penerimaan anggota keluarga Ny. P sebagai penderita Diare Akut tanpa

Dehidrasi baik-baik saja. Sedangkan analisis patologi lingkungan metode SCREEM

menunjukkan bahwa keluarga Ny. P merasa ada tekanan secara finansial (ekonomi)

dan edukasi.

d. Secara umum kondisi lingkungan sosial ekonomi keluarga Ny. P termasuk lingkungan kelas

menengah ke bawah.

4. Hasil analisis faktor risiko

Faktor risiko dari pasien (Ny. P) sebagai penderita Diare Akut Tanpa Dehidrasi adalah

sebagai berikut:

a. Pasien (Ny. P) menderita Diare Akut Tanpa Dehidrasi.

b. Perilaku pasien: pola hidup yang tidak baik dan kurangnya perilaku hidup sehat

seperti mencuci tangan menggunakan air bersih yang cukup dan lain sebagainya.

c. Faktor lingkungan: lingkungan sosial belum mendukung pola hidup sehat karena masih

tergolong pada tingkat ekonomi menengah ke bawah .

d. Pelayanan kesehatan dari puskesmas belum merambah secara merata, seperti

pemahaman tentang Diare belum banyak dikenal pasien, demikian juga program

Prolanis.

B. SARAN-SARAN

Ada beberapa langkah dalam membantu memecahkan masalah keluarga Ny. P

diantaranya:

1. Mencegah penularan penyakit Diare Akut tanpa Dehidrasi

Penularan penyakit Diare Akut tanpa Dehidrasi dapat dicegah dengan perilaku hidup

sehat seperti mencuci tangan, menggunakan air bersih yang cukup dan lain sebagainya.

2. Mengobati penyakit Diare Akut tanpa Dehidrasi

37
Dengan minum obat secara benar dan teratur, dan disertai kontrol ke Puskesmas

diharapkan penderita Diare Akut tanpa Dehidrasi dapat sembuh.

3. Edukasi pasien dan keluarganya

Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan agar pasien

mampu mandiri dalam mengatasi masalah penyakitnya serta mampu menghindari

terjadinya komplikasi.

4. Edukasi masyarakat sekitar tempat tinggal pasien

Pentingnya mencegah penularan penyakit Diare sebelum menimpa pada diri mereka

dengan mengubah perilaku dan gaya hidup sehat.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi

Kesehatan, Volume 2, Triwulan 2, 2011.

2. Juffrie, M & Mulyani, S,M. 2009. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta: UKK

Gastro-Hepatologi IDAI

3. WHO. 2009. Pedoman Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO

Indonesia

4. Juffrie, M & Mulyani, S,M. 2009. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta: UKK

Gastro-Hepatologi IDAI

5. Yatsuyanagi J et al, Characterization of Enteropathogenic and Enteroaggregative E. coli

Isolated from Diarrheal Outbreaks, Journal of Clinical Microbiology, Vol. 40, No. 1 ,

Jan 2002, American Society for Microbiology, 294-296

39
LAMPIRAN

Gambar 1 : Bagian Kamar Mandi

40
Gambar 2 : Bagian Dapur

Gambar 3 : Bagian Kamar Tidur

41

Anda mungkin juga menyukai