Anda di halaman 1dari 37

KELAYAKAN BERITA

Donny de Keizer
Speakerpreneur & TV Broadcaster
CEO Media Dreyasa Komunitama
Newscaster Beritasatu TV
BERITA

• Anjing menggigit orang : Biasa


• Orang menggigit anjing :
Berita
• Penting
• Aktual
• Unik
• Proximity (Kedekatan)
• Prominence (Keterkenalan)
• Magnitude
• Human Interest
• Konflik
• Trend

KELAYKAN BERITA
Penting

Suatu peristiwa diliput jika


dianggap punya arti penting bagi
mayoritas khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsa.

Contoh : ISIS , Terorisme,


Reshuffle Kabinet,Harga Bahan
Pokok
Aktual

Suatu peristiwa dianggap


layak diliput jika baru terjadi.
 Hangat

Contohnya, Aksi 212


Unik

Suatu peristiwa diliput karena punya unsur


keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Di
sekitar kita, selalu ada peristiwa yang unik
dan tidak biasa.

Contoh : Pernikahan massal,anjing


penyelamat,dll
Proximity (Kedekatan)

Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita


(khalayak media), lebih layak diliput ketimbang
peristiwa yang terjadi jauh dari kita
Dekat bukan soal fisik atau jarak,kedekatan
emosional

Misal : Kebakaran atau banjir di Jakarta


Serangan Israel ke Palestina
Prominence
(Keterkenalan)
Nama terkenal bisa menjadikan berita

Contoh : Pernikahan Artis


Magnitude

Magnitude ini berarti "kekuatan"


dari suatu peristiwa

Contoh : Demo 1juta orang


magnitudenya lebih besar
daripada demo 100 Orang
Kecelakaan Sukhoi lebih
dibanding tabrakan bajaj
Human Interest

Suatu peristiwa yang menyangkut


manusia, selalu menarik diliput.

Contoh :penderitaan, kesedihan,


kebahagiaan, harapan,
perjuangan, dan lain-lain.
Konflik

Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang


menyangkut hubungan antar-manusia,
juga menarik untuk diliput

Contoh : Jupe dan DP


Trend

Sesuatu yang sedang menjadi trend atau


menggejala di kalangan masyarakat, patut
mendapat perhatian untuk diliput media

Contoh : Fashion,mode,tawuran,dll
SUMBER INFORMASI

LAPIS 1 LAPIS 2 LAPIS 3

Siaran pers, konferensi


pers, rekaman pidato,
Liputan Interpretasi (penafsiran)
dan sebagainya
Investigasi dan analisis reporter
Isinya dikontrol oleh
sumber berita (sepihak)
NEWS WRITING
TULISKAN SATU KATA
TUKAR KERTAS DENGAN REKAN
TULISKAN KATA TERSEBUT MENJADI
RANGKAIAN KALIMAT CERITA

BACAKAN !!!
Karya Tulis Akademis Karya Tulis Jurnalistik Karya Tulis Sastrawi
Bahasa Indonesia Kaku dan Resmi, Bahasa Indonesia Harus Baku tapi Bahasa Indonesia Tidak Harus Baku
Sering Kaku Fleksibel, Dituntut memikat dan Resmi, tapi Indah-Memikat

Bersifat Impersonal (Tidak Ada Lisensi Boleh Bersifat Personal dan Bersifat Personal (Lisensi
Prosa/Poetika) Impersonal Prosa/Poetika Mutlak)

Memegang Asas Objektivitas Lebih Banyak yang Menganut Asas Menuntut Subjektivitas Demi kekuatan
Objektivitas, tapi Mulai Banyak yang Tulisan
Subjektif

Beredar di Kalangan Akademisi Dibaca oleh Khalayak Umum Dibaca oleh Khalayak Umum
Bentuk-bentuknya: Makalah, Laporan Ragam-ragamnya: Berita, Artikel, Esai, Jenis-jenisnya: Novel, Cerpen, Puisi,
Riset, Skripsi, Tesis, Disertasi, Feature, Laporan Wawancara, Pojok, dll.
Peraturan-peraturan, Naskah Pidato dll.
Resmi, dll.

Faktual dan Analisis Faktual, Analisis, Subjektif, atau Fiktif, Menghibur, Subjektif
Menghibur

Sumber: Adaptasi dari Stanley (1999), dalam Makalah Hasan Bachtiar “Bahasa Bukanlah Penjara”,
Diklat Jurnalistik Bulaksumur Pos , 18 November 2000.
Ekonomi kata
adalah segalanya
dalam penulisan
berita
1. Gunakan Kalimat pendek, tajam, dan jelas.
Anda harus selalu memilih kata-kata dan kalimat yang memberi arti
paling tepat dengan risiko membingungkan sekecil mungkin. Secara
umum ini berarti pemilihan kata-kata dan kalimat pendek dan sederhana.

2. Jaga panjang kalimat.


Tidak ada satupun peraturan mengenai panjang kalimat dalam penulisan
berita, tapi Anda harus menentukan sendiri untuk jumlah kata maksimum
yang Anda gunakan. Misalnya tiap kalimat jangan sampai lebih dari 25
kata. Jika Anda mengikuti peraturan ini, kalimat menjadi lebih sederhana,
sedikit ruang untuk kesalahan dan Anda lebih efisien menggunakan kata.

3. Gunakan bahasa yang hidup.


Kata-kata yang Anda gunakan akan membantu membuat cerita Anda
menjadi mudah dimengerti. Tetapi hati-hati jangan sampai mengobral
kata-kata.
Untuk melihat cara kerja kalimat efektif, cermati kalimat berikut:
Orang itu berlari cepat menyeberangi jalan untuk menolong bocah lelaki tak
berdaya yang sedang dipukuli secara brutal.

Hilangkan kata sifat dan keterangan yang dicetak tebal karena tidak diperlukan
dan hanya memperlambat kalimat. Kata cepat tidak perlu karena orang biasanya
tidak berlari pelan. Bocah lelaki pastilah tak berdaya, kalau tidak tentu saja ia
tidak dipukuli. Dan kata secara brutal juga tidak perlu, karena kebanyakan
pemukulan itu brutal. Kalimat itu sekarang menjadi lebih tajam.

Orang itu berlari menyeberangi jalan untuk menolong bocah lelaki yang sedang
dipukuli.
Dalam praktiknya,
penggunaan kalimat
efektif dan ekonomi
kata dapat dilakukan
dalam dua level,
yaitu

1.Unsur kata
2.Unsur kalimat.
UNSUR KATA
Dilakukan dengan menghilangkan atau mempertimbangkan pemakaian kata tertentu, misalnya:

1. “bahwa”, contoh;

“Presiden SBY berkeyakinan bahwa sejumlah menteri di kabinetnya masih bisa diandalkan”.

Sebaiknya,

“Presiden SBY berkeyakinan, sejumlah menteri di kabinetnya masih bisa diandalkan”.

2. “adalah” contoh;

“Adalah merupakan kenyataan, bahwa kenaikan harga BBM memberatkan rakyat miskin”.

Sebaiknya,

“Merupakan kenyataan, kenaikan harga BBM memberatkan rakyat miskin”.

3. “telah”, contoh;

“Kemarin Presiden SBY telah melantik kabinetnya di Istana Negara”.

Sebaiknya,

“Kemarin Presiden SBY melantik kabinetnya di Istana Negara”.


4. “untuk”, contoh;

“Gus Dur bermaksud untuk membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden”.

Sebaiknya,

“Gus Dur bermaksud membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden”.

5. “mengenai”, contoh;

“Gus Dur bermaksud membicarakan mengenai pencalonan dirinya sebagai presiden”.

Sebaiknya,

“Gus Dur bermaksud membicarakan pencalonan dirinya sebagai presiden”.

6. “dari”/”daripada”, contoh;

“Sumanto adalah bapak dari/daripada anak ini”.

Sebaiknya,

“Sumanto bapak anak ini”.


7. kata jamak, contoh;

semua pejabat-pejabat, banyak gedung-gedung

Sebaiknya,

semua pejabat, banyak gedung

8. kata-kata asing, contoh;

“Setelah score menjadi 1-1, pendukung PSS Sleman bersorak-sorai”

Sebaiknya,

“Setelah kedudukan menjadi 1-1, pendukung PSS Sleman bersorak-sorai”

9. akronim, contoh;

“Dephankam” sebaiknya “Departemen Pertahanan dan Kkemananan”

“Nekolim”sebaiknya“Neokolonialisme”

“Jagung”sebaiknya “ Jaksa Agung”


10. diksi, contoh;

“Postproklamasi” sebaiknya “pascaproklamasi”

“pascakolonial” sebaiknya “postkolonial”

”Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya tak ketulungan”.

Kesalahan yang terdapat pada kalimat di atas adalah pemilihan kata tak ketulungan yang tidak tepat.
Kata tak ketulungan (bahasa Jawa) bermakna negatif yakni tak tertolong. Contohnya: Si Topan
bandelnya tak ketulungan. Padahal, konteks kalimat bermakna positif, yakni pahalanya besar sekali.
Perbaikan kalimat di atasn adalah sebagai berikut.

”Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya besar sekali”.

11. gejala hiperkorek, contoh;

“akhli” seharusnya “ahli”

“syurga” seharusnya “surga”

12. Kata baku/tidak baku, contoh:

“praktek” seharusnya “praktik”

“Nopember” seharusnya “November”

“Pebruari” seharusnya “Februari”

“resiko” seharusnya “risiko”

“sekedar” seharusnya “sekadar”

“olah raga” seharusnya “olahraga”


UNSUR KALIMAT

1. Kerancuan (kontaminasi)

“Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam sembilan jilid
besar”.

Struktur kalimat tersebut rancu. Sebenarnya bentuk kalimat itu adalah kalimat pasif jika dilihat
dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi, karena disisipi predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut
tidak jelas, apakah pasif atau aktif. Berhasil merupakan penanda predikat kalimat aktif, seperti
halnya bermain, bertemu, berkelahi.

Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

”Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan dalam sembilan jilid
besar”.

2. Kejenuhan, contoh;

“dalam rangka”, “sementara itu”, “dapat ditambahkan”


3. Subjek Tidak Jelas, contoh;

“Dengan ranking itu, maka nenempatkan Indoensia sebagai negara paling korup di dunia”

Sebaiknya,

“Ranking itu nenempatkan Indoensia sebagai negara paling korup di dunia”

4. Penyatuan Bentuk Aktif dan Pasif, contoh;

“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Senin kemarin memulai rapat kerjanya di Hotel
Mercure Jakarta, dibuka oleh Ketua KPK, Bagir Manan”.

Sebaiknya,

“Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Senin kemarin memulai rapat kerjanya di Hotel
Mercure Jakarta. Rapat itu dibuka oleh Ketua KPK, Bagir Manan”.
SIMULASI

1. PILIH SATU OBYEK / LOKASI / TEMPAT / KOTA


2. LAKUKAN RISET TENTANG LOKASI TERSEBUT
3. TULISKAN SCRIPT MINIMAL 4 PARAGRAF
4. BACA !!
JL. SULTAN ISKANDAR MUDA NO. 8 C
ARTERI PONDOK INDAH
JAKARTA SELATAN
www.communicastingacademy.com

Anda mungkin juga menyukai