Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL PENELITIAN

KINERJA PENDAMPING PROGRAM KELUARGA


HARAPAN (PKH) DALAM PERTEMUAN PENINGKATAN
KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2) DI KECAMATAN
BOJONGSOANG, KABUPATEN BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pekerjaan Sosial (S.Tr.Sos.)

DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Teta Riasih, MP
Rosilawati, MPS.Sp

Oleh
REIKI POLO BRICE DEPARI
18.03.010

PROGRAM STUDI PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI....................................................................................................................... i
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 8
F. KAJIAN KONSEPTUAL ................................................................................... 10
1. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 10
2. Teori yang Relevan dengan Penelitian .............................................................. 20
G. METODE PENELITIAN ................................................................................... 40
1. Desain Penelitian ................................................................................................. 40
2. Penjelasan Istilah ................................................................................................ 41
3. Penjelasan Latar Penelitian ............................................................................... 42
4. Sumber Data dan Cara Menentukan Sumber Data ........................................ 42
5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 44
6. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................................... 45
7. Teknik Analisa Data ........................................................................................... 49
8. Jadwal dan Langkah-Langkah Penelitian ........................................................ 50
DAFTAR PUSAKA ........................................................................................................ 52

i
A. Latar Belakang

Perwujudan dan komitmen yang nyata dari akuntabilitas public hanya

ditunjukkan dalam bentuk kinerja. Kinerja sumber daya manusia merupakan salah

satu aspek penting dalam pekerjaan yang menentukan keberhasilan sebuah

pekerjaan. Kinerja merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh

seluruh manajemen, baik pada tingkatan organisasi kecil maupun besar. Menurut

Sutrisno (2016:172) “ Kinerja adalah hasil kerja karyawan dilihat dari aspek

kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan oleh organisasi. “ Hal serupa juga dikatakan oleh Fahmi (2017:188) “

Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan diukur selama periode

waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan

sebelumnya.” (portaluniversitasquality.ac.id 27/01/2022)

Kinerja yang baik dipengaruhi oleh berbagai factor pendukung. Menurut

Timpel dalam Hamzah dan Nina (2014:127) factor pendukung kinerja diantaranya

adalah lingkungan yang baik, perilaku manajemen yang baik, desain jabatan yang

baik, penilaian kerja, umpan balik dari atasan maupun rekan kerja dan administrasi

pengupahan dapat mempengaruhi kinerja menjadi lebih baik. Menurut

Simanjuntak dalam Widodo (2015:133) kinerja dipengaruhi oleh kualitas dan

kemampuan pegawai, sarana pendukung, dan supra sarana. (repository.umy.ac.id

27/01/2022) Dalam Kinerja Pendamping PKH di Kecamatan Bojongsoang para

pendamping dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai jadwal hal ini

dikarenakan Pendamping PKH di Kecamatan Bojongsoang memiliki lingkungan

yang baik dan umpan balik dari atasan maupun rekan kerja yang baik juga. Dan

1
2

Pendamping PKH juga memiliki kemampuan memadai karena mengikuti kegiatan

diklat dan didukung dari Pendidikan yang baik, serta sarana pendukung yang

tersedia dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pendamping PKH

Kecamatan Bojongsoang.

Kinerja pendamping PKH berkaitan dengan kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2) karena hal ini merupakan salah satu tugas dan

fungsi Pendamping PKH melakukan kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2) setiap bulan untuk tujuan perubahan perilaku di

bidang Pendidikan, perlindungan anak, Kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan

sosial yang lebih baik lagi bagi seluruh Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Diketahui secara garis besar tugas dan fungsi pendamping adalah pengembangan

kepesertaan PKH di lapangan, seperti sosialisasi PKH, validasi, verifikasi,

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau sering disebut Family

Development Session (FDS).

Kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) adalah proses

belajar secara terstruktur untuk mempercepat terjadinya perubahan perilaku pada

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH. Secara umum P2K2 bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman mengenai pentingnya pengasuhan dan

Pendidikan anak, Kesehatan, pengelolaan keuangan, perlindungan anak dan

kesejahteraan sosial dalam lingkup keluarga, sehingga mendorong terciptanya

percepatan perubahan perilaku (Pedoman Pelaksanaan PKH, 2021 : 36).

Pelaksanaan P2K2 ini merupakan kegiatan rutin bulanan yang dilaksanakan oleh

pendamping PKH. Adapun Modul FDS (Family Development Session) antara lain,
3

Modul Perlindungan Anak, Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak, Modul

Kesehatan dan Gizi, Modul Kesejahteraan Sosial, Modul Pengelolaan Keuangan

dan Perencanaan Usaha. Kegiatan FDS ini difasilitasi oleh Pendamping Sosial

PKH yang sudah mengikuti kegiatan diklat FDS serta dinyatakan lulus oleh Balai

Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Kementerian

Sosial RI.

P2K2 atau yang sering disebut FDS merupakan salah satu Program Keluarga

Harapan (PKH) yang bertujuan untuk mempercepat perubahan perilaku kepada

penerima manfaat PKH. PKH (Program Keluarga Harapan) merupakan program

sebagai upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan. Peraturan ini diterbitkan

sebagai pendukung dalam menjalankan implementasi program perlindungan sosial

yang terencana, terarah dan berkelanjutan dalam bentuk Program Keluarga

Harapan (PKH) sebagai bantuan sosial bersyarat yang bertujuan untuk mengurangi

beban pengeluaran serta mampu meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan

rentan. Bantuan sosial PKH sebagai salah satu upaya mengurangi kemiskinan dan

kesenjangan dengan mendukung perbaikan aksesibilitas terhadap layanan

kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial guna meningkatkan kualitas hidup

keluarga miskin dan rentan. Ada beberapa sumber daya yang tercantum di dalam

Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 mengenai Program Keluarga

Harapan (PKH) yakni terdiri atas penasehat nasional, tenaga bantuan teknis, tenaga

ahli, koordinator regional, koordinator wilayah, koordinator daerah kabupaten atau

kota, supervisor pekerja sosial, pendamping sosial, asisten pendamping sosial, dan

administrator pangkalan data. Setiap sumberdaya dalam program dibuat agar


4

mempermudah proses bantuan secara struktur dapat diberikan kepada Keluarga

Penerima Manfaat (KPM).

Jawa Barat salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk miskin

terbanyak. Per Maret 2021, jumlah penduduk miskin Jawa Barat tercatat tembus

4,2 juta jiwa dan merupakan paling tinggi di perkotaan. Menurut data Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Jawa Barat

mengalami kenaikan sekitar 6,82 rb jiwa, sejak September 2020. Dari awalnya 4,19

juta jiwa (8,43 persen) pada September 2020 menjadi 4,20 juta jiwa (8,40 persen)

pada Maret 2021 (jabar.bps.go.id).

Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena banyak factor. Menurut Hartomo

dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yang dikutip oleh Sarul Mardianto

mengemukakan bahwa penyebab kemiskinan di Indonesia yaitu, Pendidikan yang

Terlampau Rendah, Malas Bekerja, Keterbatasan Sumber Alam, Terbatasnya

Lapangan Pekerjaan, Keterbatasan Modal, dan Beban Keluarga (Tazkiya.

Jurnal.uinbanten.ac.id 26/01/2021).

Kabupaten Bandung memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi. Menurut

data Badan Pusat Statistik tahun 2016, angka kemiskinan di Kabupaten Bandung

mencapai 272,7 rb. Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten di Jawa

Barat menjadi sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai wujud

penanggulangan kemiskinan. Pada tahun 2016, pendamping di Kecamatan

Bojongsoang hanya ada 2 orang. Pada tahun berikutnya 2017, angka kemiskinan

berkurang menjadi 268,0 rb. Hal ini menunjukkan besarnya peran para
5

sukarelawan pendamping PKH dalam mengentaskan kemiskinan. Ditahun

selanjutnya, Pendamping PKH di Kecamatan Bojongsoang bertambah menjadi 8

orang. Hal ini mendukung dalam menekan angka kemiskinan di Kabupaten

Bandung. Ditahun 2018, angka kemiskinan di Kabupaten Bandung turun menjadi

246,1 rb dan ditahun 2019, angka kemiskinan di Kabupaten Bandung menjadi

223,21 rb. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung) Dari tahun ke tahun,

penerima KPM PKH di Kabupaten Bandung semakin sedikit terutama di

Kecamatan Bojongsoang, karena banyak masyarakat yang sudah dikatakan mampu

atau dapat memenuhi kebutuhannya sehari hari. Sehingga pada tahun 2021,

penerima KPM PKH di Kecamatan Bojongsoang hanya ada 2336 KPM yang

memenuhi minimal salah satu syarat, seperti ibu hamil/menyusui, memiliki anak

berusia 0 sampai 5 tahun 11, lanjut usia mulai dari umur 70 tahun dan penyandang

disabilitas.

Kinerja pendamping PKH merupakan hal yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan program keluarga harapan serta peningkatan

kesejahteraan keluarga penerima manfaat, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana kinerja pendamping PKH di Kecamatan

Bojongsoang serta penelitian ini didukung dari data kemiskinan di Kecamatan

Bojongsoang yang setiap tahunnya semakin berkurang. Sehingga hal ini

merupakan hal yang perlu di teliti oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana

Kinerja Pendamping PKH di Kecamatan Bojongsoang dalam melaksanakan P2K2

sebagai percepat perubahan perilaku KPM dan peneliti tertarik untuk melihat

sejauh mana optimalisasi kinerja yang diberikan oleh pendamping PKH kepada
6

KPM di Kecamatan Bojongsoang sehingga taraf kehidupan dan kesejahteraan

KPM meningkat. Berdasarkan latar belakang inilah makan penulis tertarik dan

termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “ Kinerja Pendamping

Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan

Keluarga (P2K2) Di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan rumusan masalah

yaitu “ Bagaimana Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan dalam

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga di Kecamatan Bojongsoang,

Kabupaten Bandung “. Rumusan masalah dijabarkan ke dalam sub-sub rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik Pendamping PKH?

2. Bagaimana kualitas kerja Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan

Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)?

3. Bagaimana ketepatan waktu Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan

Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)?

4. Bagaimana inisiatif Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2)?

5. Bagaimana kemampuan Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan

Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)?

6. Bagaimana komunikasi Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan

Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)?


7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran secara empiris mengenai

kinerja Pendamping Program Keluaga Harapan (PKH). Secara khusus, tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang:

1. Karakteristik Pendamping PKH;

2. Kualitas Kerja Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2);

3. Ketepatan Waktu Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2);

4. Inisiatif Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2);

5. Kemampuan Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2);

6. Komunikasi Pendamping PKH dalam Kegiatan Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian terbagi menjadi Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis yaitu

sebagai berikut :

1) Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan praktik Pekerjaan Sosial


8

terutama dalam bidang sumber daya manusia dan kelembagaan kesejahteraan

social yang terkait dengan evaluasi atau penilaian kerja dalam meningkatkan

kinerja dalam meningkatkan kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan.

b. Menambah kekayaan perpustakaan ilmu kesejahteraan social yang dapat

dijadikan referensi bagi mahasiswa yang fokus pada permasalahan kinerja

pendamping PKH

2) Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap

pemecahan masalah yang berkaitan dengan kinerja pendamping Program

Keluarga Harapan dalam mendampingi keluarga penerima manfaat.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi alternatif program dalam

meningkatkan kinerja pada pendamping Program Keluarga Harapan terkhusus

kepada pendampingan penerima manfaat di Kecamatan Bojongsoang

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN,

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN KONSEPTUAL,

Berisi penelitian terdahulu dan tinjauan kepustakaan yang relevan

dengan penelitian

BAB III : METODE PENELITIAN,


9

Berisi tentang desain penelitian, sumber data, definisi operasional,

populasi dan sampel, uji validitas dan reabilitas alat ukur, Teknik

pengumpulan data, Teknik analisis data, jadwal penelitian dan

Langkah-langkah penelitian

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN,

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan

BAB V : USULAN PROGRAM,

Berisi tentang dasar pemikiran, nama program, tujuan, sasaran,

pelaksanaan program, metode dan Teknik, kegiatan yang dilakukan,

Langkah-langkah pelaksanaan, rencana anggaran biaya, analisis

kelayakan, serta indicator keberhasilan.

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN,

Berisi simpulan dan saran terkait dengan penelitian yang dilakukan


F. KAJIAN KONSEPTUAL

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan oleh peneliti sebagai studi literatur atau tolak

ukur peneliti sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam penelitian.

Selain itu, dengan menelaah penelitian terdahulu, peneliti akan mudah

mendapatkan perbandingan dan membantu peneliti dapat memposisikan penelitian

serta menunjukkan orisinalitas dari penelitian. Berikut ini merupakan penelitian

terdahulu yang memiliki hubungan atau keterkaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan.

Lidyawati Masulili (2020) Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan

di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

Penelitian ini diteliti oleh Lidyawati Masulili pada tahun 2020. Penelitian ini

meneliti tentang Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan di Kecamatan

Limboto Kabupaten Gorontalo yang meliputi aspek kualitas, ketepatan waktu,

inisiatif, kemampuan, dan komunikasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang kinerja pendamping program

keluarga harapan di Kecamatan Limboto berdasarkan karakteristik responden,

aspek kualitas kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan dan komunikasi.

Metode yang digunakan adalah metode kuantitaif. Teknik penarikan sampel dalam

penelitian ini menggunakan sampling cluster. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah angkt/kuisioner dan studi dokumentasi. Alat ukur yang

10
11

digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert, serta uji validitas muka (face

validity)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pendamping program keluarga

harapan di Kecamatan Limboto pada kategori baik di setiap aspek. Namun perlu

adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas pendamping

program keluarga harapan berkaitan dengan aspek kualitas kerja. Oleh karena itu,

peneliti mengusulkan program “Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan

dalam Meningkatkan Kualitas Kerja” yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja

pendamping program keluarga harapan di Kecamatan Limboto Kabupaten

Gorontalo.

Syarif Hidayatulloh (2021) Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan

(PKH) dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) di

Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung

Penelitian ini diteliti oleh Syarif Hidayatulloh pada tahun 2021. Penelitian ini

mengenai Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dalam

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) di Kecamatan Pasirjambu

Kabupaten Bandung. Kinerja merujuk pada aspek kualitas kerja, ketepatan waktu,

inisiatif, kemampuan dan komunikasi. Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk

memperoleh gambaran atau deskripsi tentang bagaimana kualitas kinerja

pendamping, ketepatan waktu pendamping, inisiatif pendamping, kemampuan

pendamping, dan komunikasi pendamping di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten

Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitaif


12

dekriptif dengan melakukan Teknik wawancara mendalam, observasi non

partisipatif, dan studi dokumentasi. Penentuan informan menggunakan purposive

samping yang berjumlah tiga pendamping PKH, satu coordinator PKH, dan dua

KPM. Keabsahan data yang digunakan yaitu uji credibility, transferability,

dependability, dan confirmability.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pendamping program keluarga

harapan cukup baik dikarenakan pendamping PKH memiliki kualitas kerja yang

baik dikarenakan pendamping dapat melaksanakan tugas disetiap aspek dengan

baik. Permasalahan yang dialami yaitu kurangnya fasilitas dalam pelaksanaan

P2K2 dan kurangnya pendamping PKH dalam memanfaatkan system sumber.

Maka dari itu peneliti mengusulkan program “Pelatihan Relasi, Komunikasi, dan

Pemanfaatan Sistem Sumber bagi Pendamping PKH “ agar pendamping PKH

dapat memanfaatkan untuk kegiatan P2K2.

Hera Darmayanti (2020) Peran Pendamping Program Keluarga Harapan di

Gampong Maheng Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar

Penelitian ini diteliti oleh Hera Darmayanti pada tahun 2020. Penelitian ini

mengenai Peran Pendamping Program Keluarga Harapan di Gampong Maheng

Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar yang meliputi aspek orang yang

mengambil bagian dalam interaksi social, perilaku yang muncul dalam interaksi

tersebut, kedudukan orang-orang dalam perilaku, kaitan antara orang dan perilaku.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran atau

deskripsi tentang bagaimana peran pendamping program keluarga harapan di


13

Gampong Maheng dan apa saja faktor penghambat dalam melakukan

pendampingan di Gampong tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode ini

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara mendetail dan objektif dengan

melakukan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran pendamping program keluarga harapan di Gampong

Maheng sudah terlihat baik dalam peran perwakilan dan peran teknis, hal ini dapat

terlihat pada setiap perubahan status anggota keluarga pendamping program

keluarga harapan menjadi perwakilan keluarga tersebut untuk menyampaikan

informasi ke Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten Aceh Besar.

Melakukan verifikasi dan pengisian form data keluarga penerima manfaat Program

Keluarga Harapan. Disisi lain penelitian ini menyimpulkan bahwa, program

keluarga harapan memberikan dampak positif pada kondisi masyarakat yang

menerima bantuan program keluarga harapan yaitu mewujudkan kemajuan di

bidang kesehatan, pendidikan maupun ekonomi masyarakat.

Sugiantoro (2018) Kinerja Pekerja Sosial dalam Pelayanan Penyandang

Disabilitas Intelektual di PSBG Nipotowe Palu

Penelitian ini diteliti oleh Sugiantoro pada tahun 2018. Penelitian ini

mengenai Kinerja Pekerja Sosial dalam Pelayanan Penyandang Disabilitas

Intelektual di PSBG Nipotowe Palu yang meliputi aspek kualitas, ketepatan waktu,

inisiatif, kemampuan, dan komunikasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk memperoleh gambaran tentang kualitas pekerja sosial, ketepatan waktu


14

pekerja sosial, inisiatif pekerja sosial, kemampuan pekerja sosial, dan komunikasi

pekerja sosial guna sebagai bahan masukan ke berbagai pihak khususnya pihak

Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode ini

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendetail dan obyektif dengan

melakukan wawancara mendalam, observasi, serta dokumentasi. Uji keabsahan

data dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas. Didalam uji kredibilitas data atau

kepercayaan terhadap hasil penelitian ini antara lain dilakukan dengan

meningkatkan ketekunan, triangulasi, dan member check. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa masih terdapat satu aspek pekerja sosial yang belum

maksimal dalam memberikan pelayanannya. Aspek kemampuan masih dirasa

kurang oleh pekerja sosial terutama dalam hal mengorganisir dan membangun

jejaring kerja penyandang disabilitas intelektual setelah direhabilitasi. Hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah pekerja sosial tidak ideal

yang hanya berjumlah 5 orang sedangkan penerima manfaat 70 orang, pekerja

sosial selalu disulitkan dengan prosedur yang rumit dan tempat kerja masih

meragukan kemampuan penyandang disabilitas intelektual.

Berdasarkan temuan hasil penelitian. Peneliti merancang program pemecahan

masalah peneliti menawarkan "Pengembangan Kapasitas Pekerja Sosial dalam

Pengorganisasian dan Membangun Jejaring Kerja Penyandang Disabilitas

Intelektual di PSBG Nipotowe Palu". Program ini diarahkan untuk

mengembangkan kemampuan pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kepada

penyandang disabilitas intelektual. Kegiatan yang dilaksanakan ini berisi


15

pemberian materi, focus group discussion, dan simulasi serta praktek tentang

bagaimana cara mengorganisir dan membangun jejaring kerja. Melalui program ini

diharapkan kinerja pekerja sosial dapat maksimal dalam memberikan pelayanan

kepada penyandang disabilitas intelektual di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

Nipotowe Palu.

Kafriliasari (2019) Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)

di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Tahun 2019

Penelitian ini diteliti oleh Kafriliasari pada tahun 2019, penelitian ini

meneliti tentang Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar. Teori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teori Mangkunegara yang meliputi indikator kinerja yaitu: kualitas kerja,

kuantitas kerja, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemilihan informan penelitian

menggunakan teknik snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kinerja pendamping PKH di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar tahun 2019

bisa dibilang baik karena para fasilitator sudah melaksanakan kegiatan PKH sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya, namun tidak semua fasilitator PKH sudah

melaksanakan dengan baik namun ada juga merupakan pendamping PKH yang

kinerjanya lemah.

Dari hasil Analisa diatas terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dari

penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu :


16
17

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu

Lidyawati Syarif Hera Sugiantoro Kafriliasari


Masulili Hidayatulloh Darmayanti

Judul Kinerja Kinerja Peran Kinerja Pekerja Kinerja


Penelitian Pendamping Pendamping Pendamping Sosial dalam Pendamping
Program Program Program Pelayanan Program
Keluarga Keluarga Keluarga Penyandang Keluarga
Harapan di Harapan (PKH) Harapan di Disabilitas Harapan
Kecamatan dalam Gampong Intelektual di (PKH) di
Limboto Pertemuan Maheng PSBG Kecamatan
Kabupaten Peningkatan Kecamatan Nipotowe Palu Kampar
Gorontalo Kemampuan Kuta Cot Glie Kabupaten
Keluarga Kabupaten Kampar
(P2K2) di Aceh Besar
Kecamatan
Pasirjambu
Kabupaten
Bandung

Metode Kuantitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif


Penelitian

Hasil Kinerja Kinerja Peran Aspek Kinerja


pendamping pendamping pendamping kemampuan pendamping
program program program masih dirasa PKH di
keluarga keluarga keluarga kurang oleh Kecamatan
harapan di harapan cukup harapan di pekerja sosial Kampar
Kecamatan baik Gampong terutama dalam Kabupaten
Limboto pada dikarenakan Maheng sudah hal Kampar tahun
kategori baik di pendamping terlihat baik mengorganisir 2019 bisa
setiap aspek. PKH memiliki dalam peran dan membangun dibilang baik
Namun perlu kualitas kerja perwakilan dan jejaring kerja karena para
adanya yang baik peran teknis, hal penyandang fasilitator
peningkatan dikarenakan ini dapat terlihat disabilitas sudah
pengetahuan, pendamping pada setiap intelektual melaksanakan
18

keterampilan, dapat perubahan setelah kegiatan PKH


dan kreatifitas melaksanakan status anggota direhabilitasi. sesuai dengan
pendamping tugas disetiap keluarga Hal tersebut tugas dan
program aspek dengan pendamping dipengaruhi tanggung
keluarga baik. program oleh beberapa jawabnya,
harapan Permasalahan keluarga faktor namun tidak
berkaitan yang dialami harapan menjadi diantaranya semua
dengan aspek yaitu kurangnya perwakilan jumlah pekerja fasilitator PKH
kualitas kerja. fasilitas dalam keluarga sosial tidak sudah
pelaksanaan tersebut untuk ideal yang melaksanakan
P2K2 dan menyampaikan hanya dengan baik
kurangnya informasi ke berjumlah 5 namun ada
pendamping Unit Pelaksana orang juga
PKH dalam Program sedangkan merupakan
memanfaatkan Keluarga penerima pendamping
system sumber. Harapan manfaat 70 PKH yang
Kabupaten orang, pekerja kinerjanya
Aceh Besar. sosial selalu lemah.
disulitkan
dengan prosedur
yang rumit dan
tempat kerja
masih
meragukan
kemampuan
penyandang
disabilitas
intelektual.

Perbedaan 1. Lokasi 1. Lokasi 1. Lokasi 1. Sasaran 1. Lokasi


dari penelitian penelitian penelitian penelitian Penlitian Penelitian
yang akan 2. Waktu 2. Waktu 2. Waktu 2. Lokasi 2. Waktu
dilaksanakan Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
3. Metode 3. Variabel 3. Waktu
Penelitian Penelitian Penelitian
19

4. Aspek
Penelitian
Persamaan 1. Variabel 1. Variabel 1. Metode 1. Variabel 1. Metode
dari penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian yang
yang akan 2. Aspek 2. Sasaran 2. Sasaran 2. Metode digunakan
dilaksanakan Penelitian penelitian Penelitian yang 2. Variabel
3. Sasaran 3. Aspek digunakan Penelitian
Penelitian Penelitian 3. Aspek 3. Aspek
4. Metode Penelitian Penelitian
Penelitian 4. Sasaram
Penelitian

Berdasarkan table 2.1 diatas, menjelaskan bahwa penelitian terdahulu dari

Lidyawati Masulili memiliki keterkaitan yaitu variabel yang digunakan sama

dengan yang digunakan peneliti beserta dengan aspek yang digunakan, peneliti

berfokus kepada kinerja diantaranya pengertian beserta aspek yang digunakan

sehingga dapat menjadi referensi yang sangat bermanfaat dan dapat dikembangkan

oleh peneliti. Selanjutnya penelitian terdahulu oleh Syarif Hidayatulloh memiliki

banyak keterkaitan mulai dari Variabel yang akan digunakan, metode yang akan

digunakan, hingga aspek yang akan dipakai dalam menilai kinerja pendamping

PKH tentu saja ini dapat membantu peneliti dalam proses pelaksanaan penelitian.

Selanjutnya penelitian terdahulu Hera Darmayanti memiliki keterkaitan yaitu

metode yang akan dipakai peneliti dan sasaran yang akan diteliti sehingga dapat

menjadi referensi yang sangat membantu oleh peneliti. Selanjutnya penelitian

terrdahulu Sugiantoro memiliki keterkaitan yaitu variabel yang di gunakan sama

dengan yang digunakan peneliti beserta dengan metode yang digunakan, peneliti

berfokus kepada variabel kinerja diantaranya pengertian beserta aspek yang


20

digunakan sehingga menjadi referensi yang bermanfaat dan dapat dikembangkan

oleh peneliti. Selanjutnya penelitian terdahulu Kafriliasari memiliki banyak

keterkaitan mulai dari Variabel yang akan digunakan, metode yang akan digunakan,

hingga aspek yang akan dipakai dalam menilai kinerja pendamping PKH tentu saja

ini dapat membantu peneliti dalam proses pelaksanaan penelitian.

2. Teori yang Relevan dengan Penelitian

2.1 Tinjauan tentang Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Kinerja pada dasarnya memiliki banyak arti berdasarkan sudut pandang atau

pendapat para ahli. Kinerja yang disampaikan Emron Edison (2016) menurutnya

kinerja adalah hasil yang ada pada suatu proses yang memberikan acuan dan

ukuran selama periode tertentu yang berdasarkan ketentuan dan kesepakatan yang

telah dibuat sebelumnya.

Kinerja berasal dari kata to perform yang artinya melakukan sesuatu

kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil

seperti yang diharapkan. Sementara itu dalam praktek manajemen sumber daya

manusia banyak terminology yang muncul dengan kata kinerja yaitu evaluasi kerja

(performance evaluation), dikenal juga dengan istilah penilaian kerja

(performance appraisal, performance rating, performance assessment, employe

evaluation, rating, efficiency rating, service rating) pada dasarnya merupakan

proses yang digunakan organisasi untuk mengevaluasi job performance.


21

Menurut Prasadja Ricardianto (2018) kinerja adalah suatu gambaran tentang

tingkat capaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan untuk

mewujudkan target sasaran yang meliputi tujuan visi dan misi organisasi tersebut

yang diatur dalam rencana strategis suatu organisasi.

Sedangkan menurut Hasibuan (2014) kinerja diartikan sebagai hasil kerja

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.

Suatu implementasi kinerja bisa dilakukan ketika seseorang memiliki

tingkat kompetensi yang tinggi, motivasi, dan juga rasa kepentingan. Kinerja ini

sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan tempat bekerja memperlakukan

dan menghargain pekerjanya. Kinerja karyawan dalam organisasi mengarah pada

kemampuan pekerja dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang menjadi tanggung

jawabnya.

Dengan berbagai definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan hasil atau suatu pencapaian yang telah dicapai pekerja berdasarkan

waktu yang telah ditentukan dan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki oleh

pekerja yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi. Selain

itu, kinerja dapat menunjukkan seberapa efisien dalam menyelesaikan setiap

pekerjaan yang sudah dibebankan kepada pekerja demi terwujudnya tujuan

organisasi yang telah dirancang sebelumnya.

2.1.2 Pengukuran Kinerja


22

Keberhasilan pencapaian strategi perlu diukur, karena pengukuran

merupakan aspek kunci dari manajemen kinerja atas dasar bahwa apabila tidak

diukur maka maka tidak akan dapat meningkatkannya (Dharma, 2012:93). Oleh

karena itu sasaran strategik yang menjadi basis pengukuran kinerja perlu

ditentukan ukurannya, dan ditentukan inisiatif strategik untuk mewujudkan sasaran

tersebut. Sasaran strategik beserta ukurannya kemudian digunakan untuk

menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian kinerja, untuk menetukan

penghargaan yang akan diberikan kepada personel, tim atau unit organisasi.

Menurut Moeheriono (2014:96), pengukuran kinerja (performance

measurement) mempunyai pengertian suatu proses penilaian tentang kemajuan

pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia

untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi dan atas efisiensi serta

efektivitas Tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang

paling mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja sebagai berikut:

(Moeheriono, 2014:97)

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi, dengan menetapkan secara

umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi, dan

misinya;

2. Merumuskan indicator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada

penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indicator kinerja mengacu


23

pada pengukuran kinerja langsung yang berbentuk keberhasilan utama (critical

success factors) dan kunci indicator kinerjanya (key performance indicator);

3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisa hasil

pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan

tingkat capaian tujuan, dan sasaran organisasi;

4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan

keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada

organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi

Langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.

Berdasarkan standar pengukuran diatas, peneliti lebih memfokuskan

pengukuran kinerja yang dilakukan dengan mengukur tingkat capaian oleh

Pendamping PKH di Kecamatan Bojongsoang.

2.1.3 Aspek Kinerja

Menurut Keban (2004) dalam Pasolog (2010) pengukuran kinerja pegawai

penting untuk dilakukan oleh instansi pelayanan public. Pengkajian kinerja

pegawai, dikemukakan oleh Mitchel sebagaimana dikutip Sedarmayanti

(2009:51), mengemukakan lima aspek yang dapat dijadikan tolak ukur dalam

menilai kinerja, yaitu aspek kualitas kerja, aspek ketepatan waktu, aspek inisiatif,

aspek kemampuan, dan aspek komunikasi. Aspek tersebut akan dibahas di bawah

ini untuk lebih mempermudah dalam memahami aspek kinerja sebagai berikut:

1. Aspek Kualitas Kerja

Hasil pekerjaan yang diperoleh dan manfaat hasil pekerjaan.


24

2. Aspek Ketepatan Waktu

Penataan rencana kerja, ketepatan rencana kerja dengan hasil kerja, dan

ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas.

3. Aspek Inisiatif

Pemberian ide dan gagasan untuk menyelesaikan masalah

4. Aspek Kemampuan

Kemampuan yang dimiliki dan kemampuan dalam memanfaatkan sumber

daya.

5. Aspek Komunikasi

Internal dan Eksternal serta Relasi dan Kerjasama dalam melaksanakan tugas.

Dari kelima aspek diatas cenderung mengukur kinerja pada level individu.

Oleh dari itu peneliti menggunakan aspek kinerja menurut T.R Mitchell untuk

menilai kinerja dari setiap individu Pendamping PKH di Kecamatan Bojongsoang.

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Hamali (2018:120) menyatakan tujuan penilaian kinerja adalah

sebagai berikut:

1. Administrasi Penggajian

2. Umpan balik kinerja

3. Identifikasi kekuatan dan kelemahan individu

4. Mendokumentasikan keputusan karyawan

5. Penghargaan terhadap kinerja individu

6. Mengidentifikasikan kinerja buruk


25

7. Membantu dalam mengidentifikasikan tujuan

8. Menetapkan keputusan promosi

9. Pemberhentian karyawan

10. Mengevaluasi pencapaian tujuan

Menurut Wibowo (2017:43) menyatakan bahwa “ tujuan kinerja adalah

tentang arah secara umum sifatnya luas, tanpa Batasan waktu dan tidak berkaitan

dengan prestasi tertentu dalam jangka waktu tertentu.”

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Dalam praktiknya tidak selamanya bahwa kinerja karyawan dalam kondisi

seperti yang diinginkan baik oleh karyawan itu sendiri ataupun organisasi. Banyak

kendala yang mempengaruhi kinerja baik kinerja organisasi maupun kinerja

individu. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kinerja baik hasil maupun

perilaku kerja menurut Simanjuntak dalam Widodo (2015:133) kinerja

dipengaruhi oleh:

1. Kualitas dan kemampuan pegawai, hal-hal yang berhubungan dengan

Pendidikan/pelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap mental, dan kondisi fisik

pegawai

2. Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja

(keselamatan kerja, Kesehatan kerja, sarana produksi, teknologi) dan hal yang

berhubungan dengan kesejahteraan pegawai(upah/gaji, jaminan social,

keamanan kerja)
26

3. Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan

pemerintah dan hubungan industrial manajemen

Menurut Sutrisno (2016:151) mengatakan bahwa terdapat dua factor yang

mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja yaitu factor individu dan factor

lingkungan, factor-faktor individu yang dimaksud adalah:

1. Faktor Individu

a. Usaha (Effort) yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan mental yang

digunakan dalam menyelenggarakan Gerakan tugas

b. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan

suatu tugas

c. Role/Task Perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu

oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

2. Faktor Lingkungan

a. Kondisi Fisik

b. Peralatan

c. Waktu

d. Material

e. Pendidikan

f. Supervisi

g. Desain Organisasi

h. Pelatihan

i. Keberuntungan
27

2.2 Tinjauan tentang Program Keluarga Harapan

2.2.1 Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

Merujuk dari Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2018 tentang Program Keluarga Harapan, PKH merupakan program pemberian

bantuan social bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan

yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, diolah Pusat

Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga penerima

manfaat PKH.

Program Keluarga Harapan merupakan salah satu program perlindungan

social di Indonesia dalam bentuk bantuan social. Bantuan ini diberikan kepada

keluarga miskin dan rentan miskin dengan persyaratan tertentu dimana mereka

terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). (Buku Pedoman

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, 2021:1)

2.2.2 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Pedoman Pelaksanaan PKH menyebutkan beberapa tujuan PKH yaitu

sebagai berikut :

1. Meningkatkan taraf hidup KPM melalui akses layanan Pendidikan,

Kesehatan, dan kesejahteraan social;

2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga

miskin dan rentan;


28

3. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian KPM dalam mengakses

layanan kesehatan dan Pendidikan serta kesejahteraan social

4. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

5. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada KPM

2.2.3 Kriteria Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (PKH)

Penerima Program PKH dapat dibedakan berdasarkan komponen, yaitu komponen

Kesehatan, Pendidikan, dan kesejahteraan social. Setiap komponen memiliki

kriteria dengan rincian sebagai berikut:

1. Komponen Kesehatan

Kriteria penerima manfaat PKH komponen Kesehatan adalah sebagai

berikut :

j. Ibu Hamil/Menyusui

k. Anak Usia Dini, Anak usia dini adalah anak dengan rentan usia 0-6 tahun

2. Komponen Pendidikan

Kriteria Penerima PKH komponen Pendidikan yakni anak usia sekolah.

Anak usia sekolah yang dimaksud adalah seseorang anak dengan usia 6-21 tahun

yang belum menyelesaikan wajib belajar, yang menempuh tingkat Pendidikan

SD/Mi sederajat atau SMP/Mts sederajat, dan/atau SMA/MA sederajat.

3. Komponen Kesejahteraan Sosial


29

Kriteria penerima PKH komponen kesejahteraan social adalah sebagai

berikut :

a. Lanjut Usia

b. Penyandang Disabilitas Berat

2.2.4 Landasan Program Keluarga Harapan (PKH)

Landasan hukum yang menjadi dasar PKH antara lain:

a. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

b. Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.

c. Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan.

d. Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan

poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga

Harapan.

e. Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan

Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai

Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).

f. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

g. Undang-Undang No.8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

2.2.5 Sasaran Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Ada beberapa sasaran dari Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu :


30

1. Ibu hamil

2. Ibu melahirkan

3. Ibu Nifas

4. Bayi usia 0-6 bulan

5. Bayi usia 6-11 bulan

6. Anak 1-5 tahun

7. Anak 5-6 tahun

2.3 Tinjauan tentang Pendamping Program Keluarga Harapan

2.3.1 Pengertian Pendamping Keluarga Harapan

Berdasarkan Buku Kerja Pendamping dan Operator PKH (2015:10)

Pendamping PKH adalah warga negara Indonesia yang memenuhi kualifikasi

tertentu dan lulus tes seleksi serta ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur

Jaminan Sosial, Ditjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI

untuk melakukan pendampingan kepada Peserta PKH berdasaran kontrak kerja

dalam kurun waktu tertentu.

2.3.2 Tugas Pendamping Keluarga Harapan

Berdasarkan buku kerja pendamping PKH. Pendamping memiliki tugas

yang sangat penting dalam melaksanakan program di lapangan, yaitu:

1. Tugas Pokok

Tugas pokok meliputi tugas persiapan program, tugas rutin dan tugas dalam

proses pembayaran. Tugas persiapan program berupa sosialisasi program PKH


31

tingkat Kecamatan, menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon

peserta PKH dan tindak lanjut pertemuan awal

Tugas rutin pendamping adalah tugas keseharian yang harus dilakukan secara

intensif tugas rutin ini dialokasikan dalam waktu empat hari kerja antara senin s/d

kamis. Tugas rutin meliputi:

l. Melakukan pemutakhiran data

m. Memfasilitasi dan menyelesaikan kasus pengaduan

n. Mengunjungi rumah peserta PKH jika dalam pertemuan kelompok ada peserta

PKH yang tidak bisa dating

o. Melakukan koordinasi dengan apparat setempat dan pemberi layanan

Pendidikan dan Kesehatan

p. Melakukan pertemuan bulanan dengan ketua kelompok dan seluruh peserta

PKH

q. Melakukan temu kunjung bulanan dengan petugas Kesehatan dan Pendidikan

dilokasi pelayanan

r. Memberi motivasi kepada peseta PKH dalam menjalankan komitmen

s. Melakukan upaya yang bersinergi antara pendamping PKH dengan pemberi

layanan pelayanan Kesehatan dan Pendidikan

t. Melakukan pencatatan dan pelaporan

2. Tugas Pengembang

Tugas pengembangan yang dilakukan oleh pendamping PKH meliputi:


32

a. Melakukan koordinasi dengan tokoh adat dan atau agama dalam sesi

komunikasi ritual dalam rangka meneguhkan nilai moral dan spiritual bagi

keluarga peserta PKH

b. Melakukan Kerjasama dengan tim penggerak PKK dan atau LK3 dalam upaya

penyadaran pentingnya fungsi-fungsi keluarga bagi peserta PKH

c. Menumbuhkan semangat kewirausahaan keluarga peserta PKH melalui usaha

ekonomi produktif

d. Memotivasi dan advokasi anggota keluarga peserta PKH yang mengalami

disabilitas untuk memperoleh kemudahan dalam mengakses pelayanan social

e. Memfasilitasi ketersediaan media konsultasi bagi keluarga peserta PKH yang

mengalami ketidakharmonisan

f. Menggugah kesadaran keluarga peserta PKH tentang pentingnya menjaga,

memelihara, dan melestarikan lingkungan sekitar tempat tinggalnya

g. Mengidentifikasi potensi dan sumber yang ada di wilayah kerja pendamping

untuk melihat kemungkinan untuk dapat dimanfaatkan

3. Tugas Penunjang

a. Mengembangkan kapasitas diri dalam berkomunikasi, bernegosiasi,

membangun relasi dan jejaring kerja, berdasarkan pengalaman selama bertugas

dilapangan dan atau secara mandiri

b. Mendokumentasikan setiap kegiatan penting terkait dengan tugas dan fungsi

pendamping PKH

c. Melatih diri dalam kegiatan tulis menulis berkaitan dengan pengalaman selama

mendampingi peserta PKH


33

2.4 Tinjauan tentang Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

2.4.1 Pengertian tentang Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

(P2K2)

Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan tahun

2021, Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) adalah proses belajar

secara terstruktur untuk mempercepat terjadinya perubahan perilaku pada KPM

PKH. Materi P2K2 wajib disampaikan oleh pendamping social kepada seluruh

kelompok KPM PKH dampingannya dan menjadi salah satu bentuk verifikasi

komitmen bagi KPM PKH. Secara umum, P2K2 bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, pemahaman mengenai pentingnnya pendidikan, kesehatan dan

pengelolaan keuangan bagi keluarga.

2.4.2 Tujuan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)

Berdasarkan buku pedoman tentang P2K2 tahun 2017, P2K2 bertujuan

untuk mengubah perilaku KPM ke arah yang lebih baik, dengan tujuan sebagai

berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pendidikan dan

pengasuhan, ekonomi, dan perlindungan anak.

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga PKH mengenai

kondisi,kebutuhan dan perawatan yang dibutuhkan lansia dan orang dengan

disabilitas berat
34

3. Membangun kesadaran peserta PKH terhadap pentingnya pemenuhan

kewajiban dalam bidang kesehatan dan pendidikan dalam PKH

4. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan dan

pengasuhan, kesehatan, ekonomi dan perlindungan anak.

5. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait perawatan dan

pemeliharaan terhadap lansia dan orang dengan disabilitas berat

6. Meningkatkan ketrampilan orang tua dalam bidang pendidikan dan

pengasuhan anak, kesehatan, ekonomi dan perlindungan anak

7. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada diri

dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan kesejahteraan

keluarga dan masyarakat

Berdasarkan dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pelaksanaan P2K2 adalah untuk mempercepat perubahan perilaku kepada KPM

PKH melalui pembelajaran secara struktur. Materi-materi yang disampaikan oleh

pendamping PKH kepada seluruh KPM bertujuan menghasilkan perilaku yang

dapat membawa ke kehidupan yang lebih sejahtera bagi KPM PKH.

2.4.3 Tempat Pelaksanaan Kegiatan P2K2

Berdasarkan buku pedoman tentang P2K2 tahun 2017, kegiatan P2K2.

dilaksanakan di lokasi yang dipastikan dapat mendukung terlaksananya P2K2

dengan baik dengan kriteria sebagai berikut :

1. Dapat dijangkau dengan mudah oleh peserta;

2. Memadai untuk menampung semua peserta;


35

3. Memadai untuk meyajikan dan menampilkan materi pembelajaran;

4. Tidak berlokasi di dekat keramaian yang menganggu pertemuan (jalan, pasar,

dan sekolah);

5. Diselenggarakan di waktu yang disepakati oleh peserta dan pendamping, P2K2

dapat dilaksanakan di tempat fasilitas umum seperti ruang pertemuan aula

kelurahan, rumah peserta, atau sekolah. Berkoordinasi dengan pihak-pihak

terkait.

Berdasarkan uraian diatas, dapat peneliti ketahui bahwa tempat pelaksana kegiatan

P2K2 merupakan tempat yang mudah dijangkau bagi para KPM PKH dan dapat

memberikan rasa nyaman dalam pelaksanaan P2K2 agar dalam penyampaian

materi, dapat tersampaikan d engan baik.

2.5 Tinjauan tentang Pekerja Sosial

2.5.1 Pengertian Pekerjaan Sosial

Profesi pekerjaan social secara singkat diartikan suatu bentuk pertolongan

bagi individu, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah yang

dihadapinya. Dalam hal ini, pertolongan yang dimaksud adalah secara ilmiah,

professional, dan objektif. Menurut Asosiasi Nasional Pekerjaan Sosial Amerika

Serikat (NASW) dalam Fahrudin (2012:60) “ Social Work is the professional

activity of helping individuals, groups, or communities to enhance a restore their

capacity for social functioning and to create societal conditions favorable to their

goals” (Pekerjaan Sosial adalah kegiatan professional membantu individu,


36

kelompok, masyarakat untuk meningkatkan atau memulihkan kemampuan mereka

berfungsi social dan untuk menciptakan kondisi social yang mendukung tujuan-

tujuan ini).

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2019 tentang Pekerja Sosial,

Pekerja Sosial adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

nilai praktik pekerjaan social serta telah mendapatkan sertifikat kompetensi.

Menurut Zastrow (dalam Sukoco, 2011:7) juga mengemukakan bahwa

pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-

individu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau

memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan

kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.

2.5.2 Tujuan Pekerjaan Sosial

Tujuan pekerjaan sosial menurut National Assoctation of Social Workers

(NASW) dalam Fahrudin (2012:66) adalah sebagai berikut:

u. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk memecahkan masalah,

mengatasi, dan perkembangan.

v. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang memberikan kepada

mereka sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan kesempatan-kesempatan.

w. Memperbaiki keefektifan dan bekerjanya secara manusiawi dan sistem-sistem

yang menyediakan orang dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.

x. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakan sosial (dalam Zastrow 2008).


37

Dari uraian diatas, peneliti dapat mengetahui bahwa tujuan dari pekerja sosial

adalah membantu individu, kelompok, atau masyarakat dalam mengatasi

permasalahan sosial serta memberikan pelayanan kepada individu, kelompok, atau

masyarakat dalam mengakses system sumber

2.5.3 Fungsi Pekerjaan Sosial

Pekerja Sosial memiliki salah satu tujuan yaitu memberikan pelayan kepada

individu, kelompok, atau masyarakat. Pelayanan social mempunyai bermacam-

macam bentuk sesuai dengan fungsinya, sebagaimana yang dikemukakan menurut

Max Siporin (1975) dalam Huraerah (2011:39), yaitu:

a. Pelayanan Akses, mencakup pelayanan informasi, rujukan, advokasi, dan

partisipasi.

b. Pelayanan Terapis, pertolongan, dan rehabilitasi, termasuk didalamnya

perlindungan dan perawatan pengganti

c. Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, seperti tempat penitipan bayi/anak,

Keluarga Berencana, Pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda,

pusat kegiatan masyarakat, dan sebagainya.

Dari hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pekerja social mempunyai

fungsi sebagai pemberi pelayan bagi individu, kelompok, dan masyarakat sehingga

masyarakat dapat mengatasi permasalahannya secara mandiri dan dapat

memecahkan permasalahan yang dihadapi.

2.5.4 Peran Pekerja Sosial


38

Terdapat beberapa peran dalam pekerjaan social menurut Zastrow

(1999:14-15) yaitu :

a. Pemercepat Perubahan

Sebagai enabler, seorang pekerja social berperan untuk memberikan

pertolongan pada individu, kelompok, dan masyarakat yang salah satu tugasnya

untuk membantu mengakses system sumber yang ada, mengidentifikasi masalah,

serta mengembangkan kapasitasnya agar bisa mengatasi masalah untuk

pemenuhan kebutuhannya.

b. Perantara

Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan indivud, kelompok, dan

masyarakat dengan Lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal ini, Dinas

Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat memberikan

pelayanan kepada individu, kelompok, atau masyarakat yang membutuhkan

bantuan atau layanan masyarakat.

c. Pendidik

Jika seorang pekerja social ingin menjalankan peran sebagai pendidik,

community worker dituntut untuk memiliki kemampuan untuk mendeliver dan

mempresentasikan sejumlah informasi dengan baik dan benar serta tidak sulit

untuk diterima oleh individu, kelompok, atau masyarakat yang menjadi objek dari

perubahan

d. Menjadi Tenaga Ahli


39

Dalam menjalankan perannya sebagai expert, pekerja social dituntut untuk bisa

menyampaikan masukan, saran, serta dukungan informasi dalam cakupan area

apapun.

e. Perencana Sosial

Jika seorang pekerja social ingin menjalankan peran perencana social, maka

pekerja social dituntut untuk bisa menghimpun data apapun mengenai masalah

social yang dihadapi individu, kelompok, atau masyarakat, melakukan

penganalisaan dan penyajian alternatif Tindakan logis dalam pengaksesan system

sumber yang ada untuk menyelesaikan masalah.

f. Fasilitator

Apabila pekerja social ingin menjalankan peran fasilitator, maka pekerja sosial

tersebut dituntut untuk bisa menstimulasi dan mendukung pengembangan

masyarakat dengan cara menyediakan atau setidaknya menjembatani penyediaan

fasilitas yang dibutuhkan oleh klien untuk menyelesaikan masalahnya.


G. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif. Menurut Sugiyono

(2017:9) menyatakan bahwa “Metode Penelitian Kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau enterpretetif,

digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah

instrument kunci, Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung

kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian bersifat

untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena, dan

menemukan hipotesis.”

Dalam penelitian kulitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

kegiatan menggunakan Teknik wawancara, observasi, serta studi dokumentasi

untuk memahami fenomena yang akan diteliti. Penelitian dalam hal ini bertujuan

untuk menggali lebih dalam tentang Kinerja Pendamping Program Keluarga

Harapan (PKH) dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) di

Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. Alasan menggunakan metode ini

karena peneliti ingin mendeskripsikan atau menggambarkan mengenai kinerja

pendamping PKH dalam P2K2 di Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Menurut Mahmud

(2011:100) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mengamati

permasalahan secara sistematis dan akurat terhadap suatu fakta dan sifat objek

40
41

tertentu. Desain penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan

suatu fenomena atau peristiwa yang ingin diteliti. Lingkup pada desain penelitian

deskriptif bersifat fleksibel dan hasilnya didapatkan langsung dari lapangan

kemudian oleh peneliti dikembangkan untuk bisa digambarkan sejelas dan

mendetail mungkin. Peneliti menggunakan desain deskriptif, dengan harapan dapat

memperoleh suatu gambaran permasalahan secara lengkap, mendetail, dan

mendalam mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

2. Penjelasan Istilah

Untuk memperjelas pengertian dan membatasi ruang lingkup konsep-konsep

yang digunakan dalam penelitian ini, maka dirumuskan penjelasan istilah sebagai

berikut:

a. Kinerja adalah hasil kerja atau capaian yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan padanya dan

sesuai yang telah ditetapkan sebelumnya oleh organisasi

b. Program Keluarga Harapan adalah program pemberian bantuan social

bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar

dalam data terpadu program penanganan fakir miskin

c. Pendamping Program Keluarga Harapan adalah orang yang memfasilitasi,

memandu, dan melaksanakan kegiatan Program Keluarga Harapan

d. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga adalah kegiatan belajar yang

harus diikuti oleh penerima manfaat dan difasilitasi oleh pendamping PKH

serta dilaksanakan rutin sebulan sekali.


42

3. Penjelasan Latar Penelitian

Penelitian ini dapat dilakukan di latar yang terbukan dan latar tertutup. Lokasi

penelitian tentang Kinerja Pendamping PKH dalam P2K2 berada di Kecamatan

Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Penelitian terhadap informan dapat dilakukan

di lingkungan tempat kerja pendamping di wilayah Keluarga Menerima Manfaat

(KPM) maupun di dalam rumah pendamping. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan dua situasi dalam melakukan penelitian, dengan latar terbuka yaitu

dilakukan wawancara, observasi mengenai informan, dan dokumentasi untuk

melihat situasi pendamping pada saat informan sedang beraktifitas dalam

pelaksanaan pelayanan dan kinerjanya.

4. Sumber Data dan Cara Menentukan Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang diteliti

dan cara menentukan sumber data. Hal tersebut dijabarkan sebagai berikut:

4.4.1 Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai penelitian terkait. Data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan dua jenis sumber data, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer merupakan sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri

oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
43

dilakukan. Data primer dalam penelitian ini adalah pendamping PKH, dan

Keluarga Penerima Manfaat. Melalui wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti.

2. Sumber Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder yaitu sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau dokumen. Dalam penelitian ini, yang menjadi data sekunder adalah berita

terkait isu P2K2, website PKH, dll.

4.4.2 Penentuan Sumber Data

Menurut Lofland (dalam Moleong, 2013:157) “ Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan Tindakan, selebihnya adalah tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. ” Sumber data akan diambil dari dokumen, hasil

wawancara, catatan lapangan, dan hasil observasi. Untuk mendapatkan data dan

informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja dari

informan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Informan merupakan orang yang

mengetahui atau terlibat dalam masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu,

informan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Pendamping PKH Kecamatan Bojongsoang yang memiliki banyak informasi

terkait pelaksanaan peran pendamping dan mendampingi KPM

2. Keluarga Penerima Manfaat sebagai penerima dampak penyaluran manfaat dan

menjadi salah satu faktor penilaian yang memiliki informasi terkait


44

pelaksanaan penyaluran bantuan dan kegiatan P2K2 di Kecamatan

Bojongsoang yang merupakan Perempuan yang menerima PKH

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data sesuai tata

cara penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Menurut Sugiyono

(2012:224) Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Teknik dokumentasi,

observasi, dan wawancara.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mengkaji dan mengolah data dari dokumen-

dokumen yang sudah ada sebelumnya dan mendukung data penelitian.

“Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri historis”,

(Burhan, 2008:122). Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dan

mempelajari file-file dokumen seperti foto maupun video hasil kegiatan dan

literatur seperti artikel yang berkaitan dengan Kinerja Pendamping PKH dalam

P2K2. Studi dokumentasi bertujuan untuk melengkapi hasil penelitian.

2. Observasi

Menurut pendapat Sugiyono (2012:166), observasi adalah Teknik

pengumpulan data untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-

gejala alam, dan responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan
45

langsung untuk menemukan fakta-fakta di lapangan. Observasi ini dilakukan untuk

memperoleh data atau gambaran tentang kinerja Pendamping PKH dalam aspek

kualitas, ketepatan waktu, inisiatif, kemampuan dan komunikasi pendamping.

3. Wawancara

Wawancara terjadi dimana Ketika peneliti dan informan berbincang-bincang

dengan narasumber yang bertujuan untuk menggali data atau informasi melalui

pertanyaan dan menggunakan Teknik tertentu. “Wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan dua orang, pewawancara sebagai yang

mengajukan pertanyaan dan narasumber yang memberikan jawaban “, (Moleong,

2007:186). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh data

hinga jenuh

6. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan hasil yang valid, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggung

jawabkan, maka akan dilakukan pemeriksaan keabsahan menurut Sugiyono (2014)

yaitu terdiri dari:

1. Uji Kredibilitas (derajat kepercayaan) untuk membujuk agar peserta (termasuk

dirinya) bahwa temuan-temuan penelitian dapat dipercaya atau dapat

dipertimbangkan

a. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah


46

ditemuin maupun yang baru. Dengan pengamatan ini berarti hubungan peneliti

dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada

jarak lagi), semakin terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada

informasi yang disembunyikan lagi.

Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian

ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah

data yang diperoleh itu setelah dicek Kembali kelapangan benar atau tidak,

berubah atau tidak. Bila setelah di cek Kembali kelapangan data sudah benar

berarti kredibel (Sugiyono, 2014:271)

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita

mengecek soal-soal, atau makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau

tidak. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati

(Sugiyono,2014:272)

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengecekan kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, Teknik, dan waktu.

d. Mengadakan Member Check


47

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data

tersebut valid, sehingga semakin kredibel, tetapi jika data yang ditemukan tidak

disepakati oleh pemberi data dan jika perbedaannya tajam, maka peneliti harus

merubah temuannya.

Jadi tujuan membercheck agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan

dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau

informan (Sugiyono, 2014:276)

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah adanya pendukung

untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh,

data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

Dalam laporan penelitian, sebaiknya data-data yang telah dikemukakan perlu

dilengkapi dengan foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih akurat

(Sugiyono, 2014:275).

2. Pengujian Transferbility

Merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Supaya orang lain

dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk

menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya

harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan
48

demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut., sehingga

dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian

tersebut di tempat lain (Sugiyono, 2014:276)

3. Pengujian Dependability

Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi proses

penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak

melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti ini

perlu diuji dependability nya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi

datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk

pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian (Sugiyono, 2014:277).

4. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability,

sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability

berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standard konfirmability. Dalam penelitian,

jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilny ada. (Sugiyono,2014:277)


49

7. Teknik Analisa Data

Analisis data menurut Sugiyono (2014:247) yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi data)

Reduksi Data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan,

keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum,

menilai hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

serta mencarinya bila diperlukan. Reduksi Data dapat dibantu dengan peralatan

elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek

tertentu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Menyajikan data paling sering

menggunakan teks yang sifatnya bersifat narasi, penyajian data juga dapat berupa

grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. Mendisplaykan data akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah di pahami tersebut.

3. Conclusion Drawing atau Verification

Langkah akhir yang dilakukan dari proses analisa data adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah


50

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan bisa berupa

deskripsi atau gambaran suatu subjek yang sebelumnya masih remang-remang atau

gelap sehingga telah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis, atau teori. Kesimpulan merupakan jawaban akhir dari

pertanyaan peneliti sehingga selanjutnya dapat disusun solusi pemecahan masalah

berdasarkan temuan hasil penelitian. Kesimpulan mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena

rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti

berada di lapangan.

8. Jadwal dan Langkah-Langkah Penelitian

Matriks rencana kegiatan yang telah dibuat oleh peneliti ditujukan untuk

memberikan gambaran proses penelitian yang akan dilakukan. Berikut merupakan

matriks rencana kerja penelitian yang dibuat:

Tabel 3.1 Jadwal dan Langkah-Langkah Penelitian

2021
No. Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni

1. Pengajuan
Judul

2. Bimbingan
Proposal
Skripsi
51

3. Seminar
Proposal

4. Penyusunan
Instrumen

5. Mengurus Izin

6. Pengumpulan
Data

7. Pengolahan
Data

8. Penyusunan
Laporan

9. Sidang Skripsi
DAFTAR PUSAKA

Ayu, ida dkk. (2003, Oktober). The Manager Review. Diakses melalui

http://repository.unib.ac.id/10825/1/ida%20ayu%20files.pdf

Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2021, 15 July). Tingkat Kemiskinan Jawa Barat

Maret 2021 sebesar 8,40 % dan Ketimpangan Pendapatan Sebesar 0,412.

Diakses pada tanggal 27 Januari 2022 melalui

https://dtks.kemensos.go.id/uploads/topics/15969823807001.pdf

Daniyaturrizkiyah, Dini. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ciamis.

DIakses melalui

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/download/383/383

Darmayanti, Hera. (2020). Peran Pendamping Program Keluarga Harapan di

Gamong Maheng Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar.

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Diakses melalui

https://repository.ar-

raniry.ac.id/id/eprint/13719/1/Hera%20Darmayanti%2C160802074%2C%2

0FISIP%2C%20IAN%2C%20085373727957.pdf

Kafriliasari. (2019). Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Tahun 2019. Universitas Riau.

Diakses melalui

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/28174/27150

Kementerian Sosial. (2015). Buku Kerja Pendamping dan Operator PKH. Diakses

melalui

52
https://www.academia.edu/28297357/BUKU_KERJA_PENDAMPING_DA

N_OPERATOR_PKH

Kementerian Sosial. (2018). Gambaran Umum Pertemuan Peningkatan

Kemampuan Keluarga (P2K2). Diakses melalui

https://pkh.kemensos.go.id/dokumen/DOCS20181008120124.pptx

Kementerian Sosial. 2021. Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

Tahun 2021. Jakarta.

Kementerian Sosial. Program Keluarga Harapan. Diakses melalui

https://kemensos.go.id/program-keluarga-harapan-pkh

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatf, dan R&D. cetakan ke-23. Bandung:

Alfabeta.

Suradi, Habibulloh, dkk. 2019. Kinerja Pendaming Program keluarga Harapan

Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga.

http://puslit.kemsos.go.id/hasil-penelitian/475/kinerja-pendamping- diakses

pada Selasa, 28 Januari 2022

Undang-Undang No. 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan. Diakses

melalui https://dtks.kemensos.go.id/uploads/topics/15969823807001.pdf

Undang-Undang No. 14 Tahun 2019 tentang Pekerjaan Sosial. Diakses melalui

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/122024/uu-no-14-tahun-2019

53

Anda mungkin juga menyukai