Anda di halaman 1dari 9

homepage: ISSN 2356-5438

ejurnalunsam.id/index.php/jurutera

ANALISIS KLASIFIKASI TANAH DENGAN METODE USCS


(MEURANDEH KOTA LANGSA)
Nina Fahriana1, Yulina Ismida1, Ellida Novita Lydia1, Hendra Ariesta1.
1)
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Samudra, Meurandeh - Langsa 24416, Aceh

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Riwayat Artikel:
Dikirim 27 September 2019 Tanah merupakan bagian terpenting dalam suatu konstruksi seperti
Direvisi 14 Oktober 2019
Diterima 31 Oktober 2019
bangunan, jalan dan beban lalu lintas karena tanah mempunyai fungsi sebagai
penyangga konstruksi. Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan
endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang terletak diatas batuan dasar
Kata Kunci:
Tanah, Metode USCS, Indeks
(Bedrock). Dalam perencanaan suatu konstruksi harus dilakukan penyelidikan
plastisitas, Meurandeh kota langsa terhadap klasifikasi tanah terutama sifat-sifat tanah yang mempengaruhi daya
dukung tanah dalam menahan beban konstruksi yang ada diatasnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi, jenis dan sifat tanah yang terdapat
di Gampong Meurandeh Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa dengan
menggunakan metode USCS (Unified Soil Classification System). Penelitian
ini menggunakan sampel tanah dari 3 titik (spot) yang terdapat wilayah
Gampong Meurandeh, daerah ini sekarang berada dalam kondisi
pengembangan terutama dalam hal pembangunan sehingga diperlukan kajian
awal mengenai klasifikasi tanah agar kekuatan konstruksi sesuai dengan
kondisi tanah. Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
mengambil sampel tanah di lokasi penelitian, yang selanjutnya dilakukan
pengujian benda uji dengan menggunakan metode USCS dan dilakukan
proses pengolahan data untuk mendapatkan hasil sesuai dengan metode yang
digunakan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh butiran halus
dari sampel 1 (sampel pertama) yang tertampung didalam pan dengan berat
tertahan = 12,30 gr, kumulatif tertahan = 100,00 gr dan nilai kumulatif (%)
tertahan = 100,00 gr. Sampel 2 (sampel ke-2) diperoleh nilai berat tertahan
dari pan = 30,00 gr dan kumulatif (%) tertahan = 100,00 gr. Serta dari sampel
3 (sampel ke-3) diperoleh berat tertahan = 25,73 gr dan kumulatif (%) tertahan
= 100,00 gr. Nilai tersebut menyatakan bahwa klasifikasi tanah yaitu tanah
berjenis pasir bergradasi buruk, pasir berkerikil sedikit atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus yang diberi simbol SP.

.
© 2019 Jurnal Ilmiah JURUTERA. Di kelola oleh Fakultas Teknik. Hak Cipta Dilindungi.

Alamat e-mail: fahriananina83@gmail.com


© 2019 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra
JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013 6

1. PENDAHULUAN Ruang Lingkup dan batasan masalah dalam penelitian


adalah:
1. Sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian
Tanah merupakan bagian terpenting dalam suatu
konstruksi seperti bangunan, jalan, dan beban lalu lintas yaitu Gampong Meurandeh Kecamatan Langsa
karena tanah mempunyai fungsi sebagai penyangga Lama Kota Langsa,
konstruksi atau dengan kata lain pada tanah inilah suatu 2. Menganalisis jenis ukuran butiran, koefisien
konstruksi bertumpu. Tanah merupakan material yang keseragaman dan batas-batas Atterberg.
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel 2. TINJAUAN PUSTAKA
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi 2.1. Studi Literatur
ruang-ruang kosong diantara partikel padat tersebut (Das Dalam penelitian Stabilisasi Tanah Expansif Dengan
dkk, 2010). Penambahan Pasir, kadar pasir yang digunakan untuk
Tanah membagi bahan-bahan yang menyusun kerak stabilisasi sebesar 15%, 20%, 25%, 30% dan 35%. dari
bumi secara garis besar menjadi dua kategori: tanah (soil) hasil pengujian tanah asli memiliki batas cair sebesar
dan batuan (rock), sedangkan batuan merupakan agregat
mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya-gaya 90,86%, batas plastis sebesar 36,97% dan indeks
kohesif yang permanen dan kuat (Terzaghi, 1996). plastisitas 53,89%. dari hasil klasifikasi USCS tanah asli
Tanah selalu memiliki peranan yang penting disetiap merupakan tanah lempung plastisitas tinggi. sedangkan
lokasi pekerjaan konstruksi. Hal ini dikarenakan tanah dari hasil pengujian tanah campuran didapatkan bahwa
adalah struktur bawah (pondasi) yang mendukung semua semakin besar kadar pasir dapat mengurangi sifat
beban bangunan yang akan didirikan di atasnya. Akan plastisitas, kadar air dan pengembangan tanah.
tetapi, sering dijumpai beberapa kasus dimana lokasi (Ridwansyah dkk, 2017)
memiliki daya dukung tanah yang kurang baik, sehingga
sulit untuk membangun sebuah konstruksi di atas tanah Dari penelitian Pengaruh Campuran Abu sabut kelapa
tersebut. Tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi dengan tanah lempung terhadap nilai CBR terendam
yang diatas sekali. Adapun bahan-bahan penyusun tanah (soaked) dan CBR tak terendam (unsoaked) dengan
adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan- variasi campuran dengan variasi campuran 5%, 10%, dan
endapan yang relative lepas (loose) yang terletak diatas 15%. pada pengujian ini didapatkan bahwa campuran 5%
batuan dasar (Bedrock). Berdasarkan letak geografis suatu sabut kelapa dapat meingkatkan nilai ( Desmi dkk, 2016)
tempat, jenis tanah, karakteristik dan sifat tanah, tidak
semua jenis tanah itu sama sehingga belum tentu tanah Dalam penelitian Pemanfaatan Limbah Plastik Pet
tersebut baik digunakan untuk pendukung kekuatan (Polyethylene terephthalate) Sebagai Bahan stabilisasi
struktur konstruksi. Tidak mengherankan apabila kita Tanah Lempung Ekspansif , pengujian ini bertujuan untuk
sering melihat naik turunnya tanah pada pondasi bangunan mengetahui Klalsifikasi Tanah berdasarkan sistem
maupun jalan raya yang diakibatkan penurunan tanah klasifikasi USCSdan untuk mengetahuii nilai kuat tekan
(deformasi). bebas (qu) dengan penambahan serbuk plastik jenis PET
Tanah juga merupakan material kontruksi yang dengan Variasi persentase yaitu 0%-5%. (Fathonah dkk,
paling tua dan juga sebagai material dasar yang sangat
penting karena merupakan tempat dimana stuktur 2018)
bangunan didirikan dalam bidang pekerjaan konstruksi.
Dalam penelitian ini diambil sampel tanah di Gampong 2.2. Tanah
Meurandeh yang merupakan salah satu desa yang terletak Tanah menurut teknik sipil dapat didefinisikan
di Kota Langsa tepatnya di Kecamatan Langsa Lama. sebagai sisa atau produk yang dibawa dari pelapukan
Sebagaimana kita ketahui bahwa dengan berdirinya batuan dalam proses geologi yang dapat digali tanpa
Universitas Samudra dan ditetapkan menjadi perguruan peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan
tinggi negeri, daerah ini sekarang berada dalam kondisi pengambilan contoh (sampling) pada saat pemboran
pengembangan terutama dalam hal pembangunan (Hendarsin, 2000).
sehingga diperlukan kajian awal mengenai klasifikasi Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak
tanah agar kekuatan konstruksi sesuai dengan kondisi mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, terbentuk
tanah. karena pelapukan dari batuan. Diantara partikel-partikel
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan rumusan tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori (void
masalah yaitu mengklasifikasikan tanah dengan space) yang berisi air atau udara (Hardiyatmo , 2012).
menggunakan metode USCS di Gampong Meurandeh Tanah juga didefinisikan sebagai material yang
Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa dengan tujuan terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat
untuk mengetahui klasifikasi tanah di Gampong tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari
Meurandeh dengan menggunakan metode USCS. bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong diantara partikel padat tersebut (Das,
2010).
7 JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013

Menurut Bowles dkk , tanah adalah campuran yaitu lanau anorganik (inorganik silt) yang merupakan
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh tanah berbutir halus dengan plastisitas kecil
jenis berikut : mengandung butiran kuarsa sedimensi yang kadang di
1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang sebut tepung batuan (rockflour) dan tanah lanau
besar, biasanya lebih besar dari 250 mm sampai 300 organik (organik silt) tanah agak plastis berbutir halus
mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm, dengan campuran partikel partikel bahan organik
fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles). terpisah secara halus, warna tanah bervariasi dari abu-
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm abu terang ke abu-abu gelap.
sampai 150 mm. 3. Tanah Lempung
3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm Tanah lempung adalah tanah yang terdiri dari butiran
sampai 5 mm, berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai yang sangat kecil dan menunjukan sifat-sifat plastis
halus (kurang dari 1 mm). dan kohesi. Kohesi menunjukan bahwa bagian-bagian
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm itu melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas
sampai 0,074 mm. Lanau dan lempung dalam jumlah merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu
besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan diubah-ubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke
ke dalam danau atau didekat garis pantai pada muara bentuk aslinya tanpa terjadi retakan atau pecah-pecah.
sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral yang berukuran lebih c. Sistem Klasifikasi Tanah
kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan Adapun sistem klasifikasi tanah yang umum
sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif. digunakan dalam teknik jalan raya adalah sistem
klasifikasi tanah USCS (Unified Soil Classification
System) yang dikelompokan dalam dua kelompok:
a. Sifat-Sifat Tanah
Secara umum dari hasil survey lapangan dan test 1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu
laboraturium tanah memiliki sifat-sifat sebagai berikut tanah kerikil dan pasir yang kurang dari 50% berat
1. Permeabilitas tanah
2. Kemampuan dan konsoliditas tanah total contoh tanah lolos saringan No.200. Simbol
3. Kekutan tegangan geser tanah. untuk kelompok ini adalah G untuk tanah
4. Klasifikasi Tanah berkerikil dan S untuk tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah
Sifat tanah berdasarkan lekatnya adalah sebagai yang lebih dari 50% berat contoh tanahnya lolos
berikut : dari saringan No.200. Simbol kelompok ini adalah
1. Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau
sifat lekatan antara butir-butirnya seperti tanah organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat),
lempung. dan tanah dengan kandungan organik tinggi.
2. Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak
mempunyai atau sedikit sekali lekatan antara Kelompok-kelompok tanah utama sistem klasifikasi
butir - butirnya atau hampir tidak mengandung USCS dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :
lempung misal pasir.
3. Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Tanah USCS (Djarwanti dkk,
dipengaruhi oleh bahan-bahan organic seperti 2009)
sisa-sisa hewani maupun tumbuh-tumbuhan.
b. Jenis-Jenis Tanah Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Jenis tanah berdasarkan ukuran butir digolongkan
Gradasi baik W
menjadi : Kerikil G
Gradasi buruk P
1. Batu kerikil dan pasir Berlanau M
Golongan ini terdiri dari pecahan-pecahan batu Pasir S
Berlempung C
dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butiran batu Lanau M
kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, tetapi Lempung C W2 <50% L
mungkin terdiri dari satu macam zat mineral Organik O W2 >50% H
tertentu, butiran tersebut biasa terdapat dalam Gambut Pt
satu ukuran saja atau mencakup seluruh ukuran
dari batu besar sampai pasir halus, keadaan ini 2.2. Batas-Batas Konsistensi
disebut bahan yang bergradasi baik. Dalam masalah tanah penting bagi kita untuk
mengetahui pengaruh kadar air terhadap sifat-sifat
2. Lanau (slit) mekanis tanah, misalnya kita campurkan air terhadap
Yaitu tanah berbutir halus yang berukuran lebih kecil suatu sampel tanah berbutir halus (lanau, lempung atau
dari 0,074 mm (No.200). Lanau terdiri dari dua jenis lempung berlumpur) sehingga mencapai keadaan cair. Bila

© 2019 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra


JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013 8

campuran itu dikeringkan sedikit demi sedikit maka PI = LL – PL ……………………………………2.1


sampel tanah itu akan melalui beberapa keadaan tertentu
dari cair sampai keadaan beku (padat). Keterangan:
PI = Indeks Plastisitas
2.2.1 Kegunaan batas-batas konsistensi tanah LL = Batas cair
Batas cair dan batas plastis tidak secara langsung PL = Batas plastis
memberi angka-angka yang dapat dipakai dalam
perhitungan desain atau desain. Yang kita peroleh dari Tabel 2.2. Hubungan Indeks Plastis dengan Tingkat
percobaan Atterberg limit ini adalah gambaran secara garis Plastisitas dan Jenis Tanah Menurut Atterberg (Jumikis
besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah 1979)
yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat-sifat
teknis yang buruk, yaitu kekuatannya rendah, PI Tingkat Plasisitas Jenis Tanah
kompresibilitasnya tinggi dan sulit dalam pemadatannya. 0 Tidak Plastis Pasir
Untuk macam-macam tanah tertentu Atterberg limit dapat
dihubungkan secara empiris dengan sifat-sifat lainnya, 0<PI<7 Plasisitas Rendah Lanau
misalnya dengan kekuatan geser atau compression index
dan sebagainya. 7-17 Plasisitas Sedang Lanau-Lempung
>17 Plasisitas Tinggi Lempung
2.2.2 Batas cair
Batas cair (liquid limit) adalah kadar air tanah pada
batas antara keadaan cair dan keadaan plastis (yaitu batas 3. METODOLOGI PENELITIAN
atas atau daerah plastis) atau menyatakan kadar air
minimum dimana tanah masih dapat mengalir dibawah 3.1. Lokasi Penelitian
beratnya. Cara menentukan nya adalah dengan Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau
menggunakan alat Cassagrande. Tanah yang telah wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan.
dicampur dengan air ditaruh di dalam mangkuk Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis
Cassagrande dan di dalamnya dibuat alur dengan mengambil lokasi di Gampong Meurandeh Kecamatan
menggunakan alat spatel (grooving tool). Bentuk alur Langsa Lama Kota Langsa.
sebelum dan sesudah percobaan tampak berbeda. Engkol
dibuka sehingga mangkuk dinaikkan dan dijatuhkan pada 3.2. Metode pengumpulan data
dasar dan banyaknya pukulan dihitung sampai kedua tepi Data yang diperlukan dalam penelitian ini
alur tersebut berhimpit. Biasanya percobaan ini dilakukan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
terhadap beberapa contoh tanah dengan kadar air berbeda 1. Data Primer yang diperoleh dengan cara mengadakan
dan banyaknya pukulan dihitung untuk masing-masing peninjauan atau survei langsung di lapangan.
kadar air.(Das dkk,1995) Peninjauan langsung di lapangan dilakukan dengan
beberapa pengamatan dan identifikasi. Pengamatan
2.2.3 Batas plastis dan identifikasi langsung tersebut mencakup hal-hal
Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada sebagai berikut:
batas bawah daerah plastis atau kadar air minimum a. Letak dan kondisi wilayah Gampong Meurandeh
dimana tanah dapat digulung-gulung sampai diameter 3,1 Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa.
mm (1/8 inchi). Kadar air ini ditentukan dengan b. Sampel Tanah.
menggiling tanah pada plat kaca hingga diameter dari
batang yang dibentuk mencapai 1/8 inchi. Bilamana tanah 2. Data Sekunder yang diperoleh dari catatan-catatan,
mulai pecah pada saat diameternya 1/8 inchi, maka kadar laporan, buku dan bagian/instansi yang terkait. Data
air tanah itu adalah batas plastis. sekunder yang dikumpulkan adalah peta lokasi.

2.2.4 Batas susut 3.3. Tahapan Penelitian


Batas susut menunjukkan kadar air atau batas dimana Tahapan penelitian merupakan faktor yang
tanah dalam keadaan jenuh yang sudah kering tidak akan berpengaruh dan sangat diperlukan untuk menentukan
menyusut lagi, meskipun dikeringkan terus atau batas klasifikasi tanah.
dimana sesudah kehilangan kadar air selanjutnya tidak
menyebabkan penyusutan volume tanah. Percobaan batas 3.3.1 Pengambilan sampel
susut (shrinkage limit) ini bertujuan untuk mengetahui
batas menyusut tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak
terganggu (undisturbed soil) yaitu tanah yang masih alami
yang tidak terganggu oleh lingkungan luar. Sampel tanah
2.2.5 Indeks plastisitas diambil dibeberapa titik, sampel tanah yang diambil
Selisih antara batas cair dan batas plastis ialah daerah merupakan sampel tanah yang mewakili tanah di lokasi
dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis (plasticity pengambilan sampel
index).

© 2018 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra


9 JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013

3.3.2 Benda uji 5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi


Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah tanah bertemu sepanjang 13 mm sambil
yang berasal dari Gampong Meurandeh Kecamatan menghitung jumlah ketukan dengan jumlah
Langsa Lama Kota Langsa. Sebelum diuji, sampel dijemur ketukan harus berada diantara 10 – 40 kali.
terlebih dahulu untuk memudahkan dalam proses 6. Mengambil sebagian benda uji untuk
penyaringan agar butirannya tidak melekat satu sama lain, pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah
kemudian diayak lolos saringan yaitu No.4 (4,75 mm), kerja yang sama untuk benda uji dengan
No.10 (2 mm), No.40 (0,42 mm) dan No.200 (0,074 mm). keadaan adonan benda uji yang berbeda
sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan
3.3.3 Pelaksanaan pengujian
jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah
1. Uji Kadar Air dibawah 25 ketukan dan 2 buah diatas 25
Pengujian menggunakan standar ASTM D-2216. ketukan.
Adapun cara kerja yaitu:
a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan a. Batas Plastis (Plastic limit)
memasukkan benda uji kedalam cawan dan Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-
menimbangnya. 4318. Adapun cara kerjanya sebagai berikut:
b. Memasukkan cawan yang berisi sampel kedalam 1. Mengayak sampel tanah yang telah
oven dengan suhu 110°C selama 24 jam. dihancurkan dengan saringan No.40.
c. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven 2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu
dan menghitung presentase. jari kemudian digulung diatas plat kaca
hingga mencapai diameter 3 mm sampai
2. Uji Analisis Saringan retak-retak atau putus-putus.
Pengujian menggunakan standar ASTM D-422, 3. Memasukkan benda uji ke dalam container
AASHTO T88 (Bowles, 1991). Adapun langkah kerja kemudian ditimbang.
sebagai berikut: 4. Menentukan kadar air benda uji.
a. Mengambil sampel tanah, memeriksa kadar airnya.
b. Meletakkan susunan saringan diatas mesin Perhitungan:
penggetar dan memasukkan sampel tanah pada 1. Nilai batas plastis (PL) adalah kadar air rata-
susunan yang paling atas kemudian menutup rapat. rata dari ketiga benda uji.
c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan 2. Indeks plastisitas (PI) adalah harga rata-rata
mesin penggetar selama kira-kira 15 menit. dari ketiga sampel tanah yang diuji.
d. Menimbang masing-masing saringan beserta PI = LL – PL ………………………….(3.1)
sampel tanah yang tertahan diatasnya.
3.3.4 Tahap klasifikasi USCS
3. Uji Batas Atterberg
a. Batas cair (Liquid Limit) Analisa USCS (Unified Soil Classification System)
didasarkan pada sifat tekstur tanah dan sistem ini
Pengujian ini menggunakan standar ASTM D- menempatkan tanah dalam dua kelompok:
4318. Adapun cara kerja antara lain: 1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah
1. Mengayak sampel tanah dengan kerikil dan pasir kurang dari 50% berat total
menggunakan saringan No.40. 2. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Casagrande yang lebih dari 50% berat.
setinggi 10 mm.
3. Sampel tanah yang lolos saringan No.40, Adapun klasifikasi dengan metode USCS ditentukan oleh
diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga parameter-parameter:
merata kemudian dimasukkan kedalam 1. Jenis ukuran butiran kerikil lewat ayakan No.3 tertahan
mangkuk Casagrande. ayakan No. 4, dan pasir lewat ayakan No.4 tertahan
4. Membuat alur tepat ditengah-tengah dengan ayakan No. 200, Lanau dan lempung lewat ayakan No.
membagi benda uji dalam mangkuk 200
Casagrande tersebut dengan menggunakan 2. Koefisien Keseragaman
grooving tool. 3. Batas-batas Atteberg

© 2019 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra


JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013 10

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Sampel Tanah
Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini,
diambil dari tiga lokasi yang berbeda dan dengan berat
kering yang berbeda pula. Adapun Sampel tanah yang
diambil adalah:
1. Sampel 1 dengan berat kering 600 gr.
2. Sampel 2 dengan berat kering 930 gr
3. Sampel 3 dengan berat kering 890 gr

4.2 Analisis Ayakan


Analisis ayakan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dan kasar dengan menggunakan
saringan. Gambar 4.1komposisi campuran
Tabel 4.2 Data Ayakan
Gambar 4.1 (komposisi campuran), menunjukan
Sampel Diameter Berat Kumulatif (%) bahwa persen kumulatif lolos ayakan No.4 dan No.200
Tanah
Saringan
(mm) Tertahan Tertahan Lolos
pada ketiga sampel tidak berbeda jauh yaitu >90% dan
<10%, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh sampel
No 4 4,75 0,00 0,00 100,00 baik itu sampel termasuk dalam divisi tanah berbutir kasar
No 10 2 7,80 1,30 98,70 dengan ≥ 50% butiran tertahan saringan No.200 dan pasir
Sampel No 40 0.42 323,00 53,83 46,17 dengan ≥ 50% fraksi kasar lolos saringan No.4.
1 No 200 0.074 256,90 42,82 2,05
Pan 12,30 2,05 0,00 4.3. Analisis Atterberg Limit
Jumlah 600,00 100,00
No 4 4,75 0,00 0,00 100,00 4.3.1 Batas cair (liquid limit)
No 10 2 3,16 0,34 99,66 Batas cair atau liquid limit (LL) didefinisikan sebagai
Sampel No 40 0.42 224,83 24,18 75,48 nilai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan
2 No 200 0.074 672,00 72,26 3,23 plastis atau pada 25 ketukan. Adapun batas cair untuk
Pan 30 3,23 0,00
masing-masing sampel dapat dilihat pada grafik-grafik
Jumlah 930,00 100,00
No 4 4,75 0,80 0.08 100,00
berikut:
No 10 2 10,47 1.18 99,66 100,00
Sampel No 40 0.42 344,00 38,65 75,48 90,00
Kadar Air (%)

3 No 200 0.074 509,00 52,70 3,23 80,00


70,00
Pan 25,73 2,89 0,00 60,00
Jumlah 890,00 100,00 50,00
40,00
30,00
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sampel , 2 dan 3 20,00
termasuk dalam divisi tanah berbutir kasar dengan ≥ 50% 10,00
-
butiran tertahan saringan No.200 yaitu sebesar :
1. Sampel 1 yaitu 42,82% butiran yang tertahan dan 0 5 10 15 20 25 30 35 40
termasuk dalam pasir dengan ≥ 50% fraksi kasar lolos Jumlah Pukulan
saringan No.4 yaitu 100% butiran yang lolos.
2. Sampel 2 72,26% butiran yang tertahan dan termasuk
dalam pasir dengan ≥ 50% fraksi kasar lolos saringan Gambar 4.2. Pengujian Batas Cair Sampel 1
No.4 yaitu 100% butiran yang lolos.
Dari grafik yang didapat maka nilai batas cair atau
3. Sampel 3 yaitu 57,20% butiran yang tertahan dan
liquid limit (yaitu nilai kadar air pada jumlah ketukan
termasuk dalam pasir dengan ≥ 50% fraksi kasar lolos sebanyak 25) untuk sampel 1 nilai Liquid Limit-nya (LL)
saringan No.4 yaitu 99,91% butiran yang lolos. adalah 30,56%.

© 2018 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra


11 JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013

Tabel 4.6 Data Batas Plastis


100,00
90,00 Jenis Jenis
80,00 Batas Plastis
Tanah Pekerjaan
Kadar Air (%)

70,00 Nomor Cawan 5 6


60,00 Berat Cawan +
50,00 3,72 3,87
Contoh Basah (gr)
40,00 Berat Cawan +
30,00 3,67 3,80
Contoh Kering (gr)
20,00 Berat Air (gr) 0,05 0,07
10,00 Sampel 1 Berat Cawan
- 3,64 3,53
Kosong (gr)
0 5 10 15 20 25 30 35 Berat Contoh
0,12 0,19
Kering (gr)
Jumlah Pukulan
Kadar Air (%) 41,66 36,84
Kadar Air Rata-
39,25
Gambar 4.3. Pengujian Batas Cair Sampel 2 rata (Average)
Nomor Cawan 5 6
Dari grafik yang didapat maka nilai batas cair atau Berat Cawan +
3,73 4,20
liquid limit (yaitu nilai kadar air pada jumlah ketukan Contoh Basah (gr)
sebanyak 25) untuk sampel 2 nilai Liquid Limit-nya (LL) Berat Cawan +
adalah 22,61%. 3,68 4,05
Contoh Kering (gr)
Berat Air (gr) 0,05 0,15
100,00 Sampel 2 Berat Cawan
3,60 3,54
90,00 Kosong (gr)
Berat Contoh
80,00 Kering (gr)
0,08 0,51
70,00
Kadar Air (%)

Kadar Air (%) 62,50 29,41


60,00 Kadar Air Rata-
50,00 45,95
rata (Average)
40,00 Nomor Cawan 5 6
30,00 Berat Cawan +
3,82 3,80
20,00 Contoh Basah (gr)
10,00 Berat Cawan +
3,69 3,73
Contoh Kering (gr)
-
Berat Air (gr) 0,13 0,07
0 5 10 15 20 25 30 35 Sampel 3 Berat Cawan
3,40 3,24
Jumlah Pukulan Kosong (gr)
Berat Contoh
0,29 0,49
Kering (gr)
Kadar Air (%) 44,82 14,28
Gambar 4.4. Pengujian Batas Cair Sampel 1
Kadar Air Rata-
29,55
Dari grafik yang didapat maka nilai batas cair atau rata (Average)
liquid limit (yaitu nilai kadar air pada jumlah ketukan
sebanyak 25) untuk sampel 3 adalah sebesar 24,73%. Jadi
nilai Liquid Limit-nya (LL) adalah 24,73%. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa Batas Plastis
dari Sampel 1 adalah 39, 25, pada Sampel 2sebesar 45,95
4.3.2. Batas plastis (plastic limit)
dan pada sampel 3 29,55.
Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat
keplastisan tanah. Adapun nilai batas plastis dapat di lihat
pada Tabel-tabel berikut:

© 2019 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra


JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013 12

4.3.3. Indeks plastisitas (plasticity index) Seluruh sampel memiliki nilai kurang dari 5% lolos
Indeks plastisitas atau plasticity index (PI) yang saringan No.200 sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah
merupakan nilai selisih dari batas cair dan batas plastis. berjenis pasir baik SW ataupun SC. Selanjutnya untuk
dapat dilihat pada tabel berikut: menentukan apakah tanah berjenis pasir SW atau SP maka
langkah terakhir yang dilakukan adalah dengan
4.7 Tabel Indeks Plastisitas menentukan nilai Koefisien Keseragaman (Cu) ataupun
Koefisien Gradasi Cc. Adapun kriteria klasifikasi yaitu:
JENIS TANAH LL % PL % PI (LL-PL)
1. Tanah berjenis pasir SW jika nilai Cu>6 atau 1<Cc < 3
Sampel 1 41,89 39,2 2,64
2. Namun tanah berjenis pasir SP jika tidak memenuhi
Sampel 2 25,09 45,95 -20,86 Untuk memperoleh data diameter yang bersesuaian
Sampel 3 31,27 29,55 1,72 dengan % lolos ayakan dibutuhkan grafik ukuran tanah.
Adapun grafik ukuran tanah disajikan pada Gambar 4.5
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bawa Indexs Plastisitas berikut ini.
dari Sampel 1 adalah 2,64, Sampel 2 -20,86, dan Sampel
3 adalah 1,72. Ukuran Butiran Tanah
4.4. Pembahasan 100

% Komulatif Lolos
Analisis sampel di tiga titik berbeda dengan
menggunakan metode USCS. Sebelumnya dilakukan
analisis ayakan dan atterberg limit. Berdasarkan dari data 50 Sampel 1

Ayakan
analisis ayakan, maka jenis tanah berdasarkan metode
USCS sebagai berikut: Sampel 2
0
Tabel 4.8 Analisis Ayakan 0,01 0,1 1
Sampel103
KERIKIL PASIR FRAKSI
JENIS TANAH
(%) (%) HALUS(%)
Diameter (mm)
Sampel 1 0 97,95 2,05
Gambar 4.5. Ukuran Butiran Tanah
Sampel 2 0 96,77 3,23
Sampel 3 0,09 97,2 2,89 Berdasarkan Gambar 4.5, dapat dilihat nilai Cu dan
Cc untuk masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat seluruh sampel 4.9.
didominasi oleh jenis tanah pasir dengan nilai rata-rata
Tabel. 4.9 Koefisien Keragaman Dan Gradasi
mencapai 97,25%. Setelah diperoleh jenis tanah,
selanjutnya menganalisa klasifikasi tanah dengan
berdasarkan metode USCS. JENIS
D60 D30 D10 CU CC
TANAH
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat Sampel 1 0,68 0,25 0,12 5,67 0,84
disimpulkan bahwa seluruh sampel baik itu sampel 1, 2 Sampel 2 0,28 0,15 0,09 0,31 0,89
dan 3 termasuk dalam divisi tanah berbutir kasar dengan
Sampel 3 0,42 0,18 0,09 4,66 0,86
≥ 50% butiran tertahan saringan No.200 dan pasir dengan
≥ 50% fraksi kasar lolos saringan No.4.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari ketiga
Dari hasil analisis ayakan ini diketahui bahwa tanah sampel maka dapat dilihat bahwa seluruh sampel tanah
berjenis pasir baik itu SW, SP, SM, ataupun SC. berjenis pasir bergradasi buruk, pasir berkerikil sedikit
Adapun syarat klasifikasi berdasarkan prosentase butiran atau sama sekali tidak mengandung butiran halus yang
halus dalam metode USCS adalah sebagai berikut: diberi simbol SP.
1. Kurang dari 5% lolos saringan No.200: GW, GP,SW,
SP
2. 5% - 12% lolos saringan No.200: Batasan klasifikasi
yang mempunyai simbol dobel
3. lebih dari 12 % lolos saringan No.200: GM, GC,
SM,SC.

© 2018 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra


13 JURNAL ILMIAH JURUTERA VOL.06 No.02 (12.2019) 005–013

5. KESIMPULAN Das, Braja, dkk 2010. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip


Rekayasa Geoteknis) Jilid 1. Surabaya.
Djarwanti, N. ‘Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Kampus Tegal Boto
didapatkan bahwa tanah di Gampong Meurandeh Universitas Jember’, Media Teknik Sipil, 8(2), pp. 109–
Kecamatan Langsa Lama Kota Langsa dengan 114.2009
mengambil sampel di tiga titik berbeda menghasilkan Hardiyatmo H .C., 2012. Mekanika Tanah 1. Bandung. Gadjah
klasifikasi tanah yang sama dengan metode USCS yaitu Mada University Press
tanah berjenis pasir bergradasi buruk, pasir berkerikil Hendarsin, Shirley L. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Jurusan
sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus Teknik Sipil. Politeknik Negeri Bandung, Bandung. 2000.
yang diberi simbol SP. Jumikis, A. R., Rock Mechanics. United Stated of America:
Trans Tech Publications. 1979.
DAFTAR PUSTAKA Muhammad Ari Ridwansyah, M. Farid Ma’ruf dkk, Stabilisasi
Tanah Ekspansif Dengan Penambahan Pasir (Studi Kasus:
Abdul Jalil, Hajlul Fajrina, Studi Campuran Kapur Pada Tanah Dusun Jatiluhur, Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo,
Lempung Terhadap Permeabilitas Dan Kecepatan Kabupaten Banywangi, Jurnal Rekayasa Sipil Dan
Konsolidasi (Studi Kasus Tanah Desa Cot Girek Kandang Lingkungan, ISSN 2548-9518 Vol. 2, No. 1, Juli 2017
Kecamatan Muara Dua Kabupaten Aceh Utara, Teras Jurnal Terzaghi, K dan Peck R B. Mekanika Tanah dalam Praktek
Vol. 6, No. 1 Maret 2016. Rekayasa Jilid 1. Erlangga, Jakarta. 1996.
Adzuha Desmi, Utari Sniwat,Pengaruh Campuran Abu Sabut Woelandari Fathonah, Dwi Esti Intari dkk, Pemanfaatan Limbah
Kelapa Dengan Tanah Lempung Terhadap Nilai CBR Plastik PET (Polyethylene Terephthalate) Sebagai Bahan
Terendam (Soaked) Dan CBR Tidak Terendam (Unsoaked) Stabilisasi Tanah lempung Ekspansif, Jurnal Pondasi,
–Teras Jurnal, Vol.7, No.1, Maret 2017 P-ISSN 2088-0561 Volume 7 No. 2 2018
E-ISSN 2502-1680
Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika tanah). PT. Erlangga, Jakarta,
1991 ---------------------------------
Das, Braja, dkk. Batas Plastis dan Batas Cair. Surabaya. 1995.
TAR

© 2019 ISSN 2356-5438. Fakultas Teknik Universitas Samudra

Anda mungkin juga menyukai