SKRIPSI
Disusun Oleh:
AGNI KUSUMAWATI
NIM. C2B009073
GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG
Dosen Pembimbing,
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG
Tim Penguji
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul RANTAI NILAI (VALUE
CHAIN) AGRIBISNIS LABU DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG adalah hasil karya saya dan tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di daftar
pustaka.
Saya mengakui bahwa karya Skripsi ini dapat dihasilkan berkat bimbingan dan
dukungan penuh dari Dosen Pembimbing saya yaitu
Apabila di kemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan pernyataan,
saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Agni Kusumawati
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
-Mother Theresa-
v
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) AGRIBISNIS LABU DI KECAMATAN
GETASAN, KABUPATEN SEMARANG”. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak. Untuk itu penulis dengan segala
kerendahan hati ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, khususnya kepada:
viii
10. Teman-teman IESP Angkatan 2009, terimakasih atas keceriannya selama
4 tahun dan teruslah berjuang menggapai cita-cita.
11. Teman-teman MIESP Angkatan XIX, terimakasih atas dukungannya dan
tetap berjuang hingga akhir.
12. Petani-petani labu di Desa Getasan, terimakasih telah mengajarkan
kesederhanaan dan kerendahan hati.
13. Adik-adik ku SATOE ATAP, terimakasih telah mengajarkan pelajaran
kehidupan tentang sayang itu tanpa pamrih.
14. Kepada pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu,
yang telah memberikan dorongan, motivasi dan bantuan kepada penulis.
Agni Kusumawati
ix
x
DAFTAR ISI
BAB I1PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar belakang................................................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................ 19
1.3. Tujuan penelitian ......................................................................................... 21
1.4. Sistematika penulisan .................................................................................. 21
BAB II23TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 23
2.1. Landasan Teori .......................................................................................... 23
2.1.1. Produksi ..................................................................................................... 23
2.1.2. Rantai Nilai ............................................................................................... 25
2.1.3. Nilai Tambah ............................................................................................. 27
2.1.4. Biaya.......................................................................................................... 29
2.1.4.1. Biaya Jangka Pendek .............................................................................. 30
2.1.4.2. Biaya Jangka Panjang ............................................................................. 31
2.1.5. Margin Pemasaran ..................................................................................... 32
2.1.6. Agribisnis .................................................................................................. 33
2.2. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 42
2.3. Penelitian terdahulu ................................................................................... 43
BAB III46METODE PENELITIAN ................................................................. 46
3.1. Penentuan Lokasi dan Objek Penelitan ..................................................... 46
3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 48
3.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 48
3.4. Penentuan Sampel ..................................................................................... 50
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 52
3.6. Metode Analisis......................................................................................... 53
3.6.1. Analisis Rantai Nilai ................................................................................. 53
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 55
4.1. Profil Kecamatan Getasan ......................................................................... 55
4.2. Karakteristik Responden ........................................................................... 56
4.3. Peta Rantai Nilai (Value Chain) Agribisnis Labu ..................................... 57
4.4. Fungsi dan Pelaku Peta Rantai Nilai (Value Chain) Agribisnis Labu ...... 60
x
xi
xi
xii
DAFTAR TABEL
xii
xiii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
strategis. Selain itu, kandungan sumber daya energi dan hayatinya sangat
Tabel 1.1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Indonesia
Tahun 2009-2011(Juta Rupiah)
N Grow Gro Gro
Lapangan Usaha 2009 % 2010 % 2011 %
o. th wth wth
1 Pertanian,
Peternakan,
857.196 15 3,9 985.448 15 2,9 1.093.466 14 2,9
Kehutanan dan
Perikanan
2 Pertambangan dan
592.060 10 4,4 718.136 11 3,5 886.243 11 1,3
Penggalian
3 Industri
1.477.541 26 2,2 1.595.779 24 4,7 1.803.486 24 6,2
Pengolahan
4 Listrik, Gas dan
46.680 0,8 14,2 49.119 0.7 5,3 55.700 0,7 4,8
Air Bersih
5 Konstruksi 555.192 9,9 7,0 660.890 10 6,9 756.537 10 6,7
6 Perdagangan,
Hotel dan 744.513 13 1,2 882.487 13 8,6 1.022.106 13 9,1
Restoran
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 353.739 6 15,8 423.165 6 13,4 491.240 6 10,6
8 Keuangan, Real
Estat dan Jasa 405.162 7 5,2 466.563 7 5,6 534.975 7,2 6,8
Perusahaan
9 Jasa-jasa 574.116 10 6,4 654.680 10 6 783.330 10 6,7
Total 5.606.203 100 6.436.270 100 7.427.086 100
Sumber: Statistik Indonesia (2012)
2
terbanyak yaitu sektor industri pengolahan menyusul sektor pertanian dan sektor
perdagangan dan jasa. Presentase distribusi sektor industri pengolahan dari tahun
pertanian hanya dikisaran 15% disusul dengan sektor perdagangan sebesar 13%.
menempati urutan pertama dibandingkan sektor yang lain seperti tertera dalam
Tabel 1.2
Tabel 1.2
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia
Tahun 2009-2011
menempati urutan pertama sektor yang paling menyerap tenaga kerja. Presentase
jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapi 1/3 secara nasional.
distribusi sektor pertanian ke PDRB karena jumlah penyerapan tenaga kerja yang
Permasalahan tersebut juga tidak hanya terjadi secara nasional tapi level
daerah pun juga mengalami masalah yang sama. Provinsi Jawa Tengah misalnya
permasalahan yang sama. Berikut PDRB menurut lapangan usaha Provinsi Jawa
Tabel 1.3
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009-2011(Juta Rupiah)
presentase dari tahun 2009-2011 berkisar 21%. Sektor Pertanian justru menempati
urutan ketiga dengan jumlah dan presentase tiap tahun yang semakin menurun.
Tabel 1.4
Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2009-2011
Lapangan
No. 2009 % 2010 % 2011 %
Usaha
1 Prtanan, 5.864.827 37 5.616.529 35,5 5.376.452 33,7
Peternkan,Kh
utnan dan
Periknan
2 Pertambangan 122.572 21,8 117.048 21,4 79.440 21,3
dan
Penggalian
3 Industri 2.656.673 16,7 2.815.292 17,8 3.046.724 19,1
Pengolahan
4 Listrik, Gas 25.425 11,6 19.577 12,4 29.152 12,9
dan Air
Bersih
5 Konstruksi 1.028.429 6,4 1.046.741 6,6 1.097.380 6,8
6 Perdagangan, 3.462.071 4,3 3.388.450 4,2 3.402.091 3,5
Hotel dan
Restoran
7 Pengangkutan 683.675 0,9 664.080 0,8 563.144 0,6
dan
Komunikasi
8 Keuangan, 154.739 0,9 179.804 1,1 264.681 1,6
Real Estat
dan Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1.836.971 11,6 1.961.926 12,4 2.057.071 12,9
Total 15.835.382 100 15.809.447 100 15.916.135 100
Sumber: Statistik Indonesia 2012, diolah
5
kerja paling banyak di Provinsi Jawa Tengah. Presentase atau jumlah tenaga kerja
30%. Hal ini berarti terdapat suatu masalah disektor pertanian karena jumlah
tenaga kerja disektor ini cukup besar tetapi distribusi PDRB nya tidak
Tabel 1.5
6
Tabel 1.5
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Semarang
Tahun 2009-2011 (Juta Rupiah)
Dalam Tabel 1.5 dapat dilihat kontribusi tiap sektor pada PDRB di
kontribusinya hampir setengah dari total kontribusi semua sektor pada PDRB
Kabupaten Semarang yaitu 44 % pada tahun 2009 dan masih mendominasi hingga
penting dan memiliki pengaruh pada perekonomian secara makro. Hal ini
berkaitan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja seperti tertera dalam Tabel 1.6
berikut:
Tabel 1.6
Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Semarang
Bulan Agustus Tahun 2009-2011
Dalam Tabel 1.6 dijelaskan bahwa penyerapan tenaga kerja paling tinggi
tahun 2010 sebesar 34,20 % dan tahun 2011 sebesar 38,09 %. Sektor Industri
Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya
nasib petani tidak beranjak membaik. Sektor pertanian juga semakin tergeser oleh
sektor industri, dengan semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian dan semakin
pedesaan membuat lahan pertanian yang subur tidak lagi menghasilkan bahan
salah satu hal yang menyebabkan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
tinggi.
banyak faktor dan saling berhubungan satu sama lain. Komoditas pertanian sendiri
1. Musiman
relatif kecil sehingga memerlukan tempat yang luas atau besar dan
Produk pertanian tidak dapat ditanam atau diusahakan pada semua daerah
5. Harga berfluktuasi
7. Kegunaan beragam
10. Produk pertanian dapat dipakai sebagai bahan baku produk lain.
10
pertanian yang masih fresh, sehingga harga jual produk rendah, petani sulit untuk
produk pertanian diolah lebih lanjut maka nilai ekonomisnya lebih tinggi dan
jangka waktu konsumsi produk lebih lama. Pengolahan produk pertanian adalah
produksi (input) bagi pertanian primer. Kedua, sub-sektor pertanian primer (on-
mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan (industri hasil pertanian /
Salah satu jenis produk pertanian yang termasuk dalam tanaman sayuran
yaitu labu kuning atau waluh. Tanaman labu kuning berasal dari Ambon
Cucurbita pipo L1. Labu kuning termasuk jenis tanaman menjalar sehingga untuk
budidayanya butuh penyangga, seperti teralis atau para-para setinggi 2-3 meter.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis, dari dataran rendah hingga ketinggian
1.500 m dpl. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi hangat
cukup kuat, berbulu agak tajam, dan bercabang banyak. Labu Kuning berkembang
biak secara generatif, dan bisa juga secara vegetatif. Jarak tanamnya 1-1,5 m antar
baris, dan 60-120 cm antar tanaman dengan baris. Penanaman dapat dilakukan di
tanah tegalan, pekarangan, maupun di sawah setelah panen padi, baik monokultur
Gambar 1.1
Gambar 1.1
Tanaman Labu Kuning
1
( http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com, 2010)
12
dibandingkan bahan pangan lainnya seperti nasi dan jagung. Labu kuning
memiliki kandungan gizi, serat, vitamin dan karbohidrat yang tinggi. Selain itu
dalam labu juga terkandung 34 kalori, lemak 0.8 , 45 mg kalsium dan mineral 0.8,
sehingga labu kuning sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang tua
karena sangat baik untuk kesehatan tubuh. Pada anak-anak dapat digunakan untuk
menambah nafsu makan dan sebagai obat cacingan (Hidayah, 2010). Kandungan
vitamin A, B dan C, mineral serta karbohidrat dalam daging buah labu dapat
sebagai obat cacingan (Anymous,2013). Daging buah labu yang kaya vitamin A,
berbagai jenis kanker. Berikut merupakan komposisi zat gizi pada labu seperti
Tabel 1.7
Komposisi Zat Gizi Labu Kuning
Per 100 gram bahan
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 29
Protein (g) 1,1
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 6,6
Kalsium (mg) 45
Fosfor (mg) 64
Besi (mg) 1,4
Vitamin A (SI) 180
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 52
Air (g) 91,2
b.d.d (%) 77
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 1996
2
(http://dodonjerry.blogspot.com, 2008)
13
berfungsi melindungi mata dari serangan katarak. Selain itu juga berperan untuk
melindungi diri dari serangan kanker, jantung, diabetes militus, proses penuaan
Fund & American Institute for Cancer Research menyebutkan bahwa karotenoid
lambung dan ovarium. Efek penurunan tersebut diduga ada kaitannya dengan efek
Hampir semua bagian pada labu memiliki manfaat jika dikonsumsi. Dari
segi kesehatan, bunga labu dapat mengurangi penyakit rabun senja. Daging
serangan penyakit asma, menyembuhkan radang, luka bakar, demam dan diare.
Sedangkan biji labu dapat menghambat pembengkakan kelenjar prostat. Selain itu
dapat digunakan untuk mengobati demam, migrain, diare serta penyakit ginjal3.
Jika dilihat dari sisi farmakologi, labu berkhasiat melancarkan darah, vital
lemak darah yang tinggi. Labu kuning juga dapat menjadi obat bagi pria yang
3
( http:// www.gizi.net/egi-bin. Budi Soetomo. Labu Kuning Pencegah Serangan
Jantung. 10 Mei 2009)
14
mengalami disfungsi ereksi atau impoten serta meningkatkan gairah pada pria
jenisnya, akan tetapi labu dengan kandungan gizi nya yang tinggi dan rasanya
yang enak sangat potensial dijadikan alternatif pangan oleh masyarakat. Jumlah
produksi Labu di Indonesia tiap tahun juga mengalami peningkatan seperti tertera
Tabel 1.8
Jumlah Produksi dan Luas Panen Labu Di Indonesia
Tahun 2007-2011
mempunyai trend yang meningkat. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan produksi
Walaupun pada tahun 2009 produksi labu sempat mengalami penurunan diduga
karena luas lahan yang digunakan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Tabel 1.9
Jumlah Produksi Labu Menurut Provinsi di Indonesia
Tahun 2007-2011
(dalam Ton)
ada di Indonesia jumlah produksi Labu di Jawa Barat jumlahnya 10 kali lebih
besar dari jumlah produksi Labu di provinsi yang lain. Jawa Tengah sendiri
menempati posisi kedua penghasil Labu dengan trend produksi yang meningkat
tiap tahunnya. Peningkatan produksi Labu ini sangatlah tinggi dari tahun 2007
Jawa Tengah mampu memproduksi 16.351 Ton Labu menjadi 121.630 Ton Labu
pada tahun 2011. Peningkatan sebesar 800% dalam jangka 5 tahun merupakan
prestasi yang luar biasa, artinya Labu memiliki potensi yang dapat terus
Tabel 1.10
Jumlah Produksi Labu
Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007-2009 (dalam Ton)
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 posisi pertama dengan jumlah produksi
4.620 ton / tahun diduduki oleh Kabupaten Semarang. Pada tahun 2008 dan 2009
Jawa Tengah dengan produksi masing-masing 9.003 ton / tahun dan 23.304 ton /
labu menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Posisi kedua penghasil labu
pada tahun 2007 lebih banyak dari daerah yang lain tetapi pada tahun-tahun
Kabupaten Wonosobo.
peningkatan dalam jumlah maupun harganya, seperti tertera dalam Tabel 1.11
berikut,
Tabel 1.11
Jumlah Produksi, Rata-Rata Harga, Konsumsi dan Luas Lahan
Labu Di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
Tahun 2006-2012
mengalami peningkatan akan tetapi untuk jumlah konsumsi labu dari tahun 2006-
2008 mengalami peningkatan dan tetap di tahun 2009-2012. Selain itu luas lahan
dari tahun 2006-2012 mengalami peningkatan dan harga per kg labu juga
dipandang dari segi ekonomis saja tapi juga merupakan suatu budaya turun
karena penanaman labu hanya satu kali setahun, oleh masyarakat setempat
18
dilakukan sistem tumpang sari. Dimana, tanaman lain yang menjadi pokok
sektor Industri, Perdagangan dan Jasa. Hal tersebut karena kondisi alam yang
usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja menurut desa / kelurahan di
Tabel 1.12
Lapangan Usaha Yang Paling Banyak Menyerap Tenaga Kerja (persen)
Menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Getasan
Tahun 2011
No Desa/Kelrahan Jmlh Rasio Pekerja di 4 sektor yang dominan (persen)
Pddk Pkrja
Tehdp
Penddk
sektor yang dominan yaitu sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Sektor
pertanian merupakan sektor paling dominan dari sektor-sektor yang lain. Hal
tersebut terbukti dengan jumlah pekerja yang mencapai diatas 50% untuk setiap
Jumlah petani yang menanam labu tidak dapat teridentifikasi secara detail karena
menurut musim tanaman yang ada sehingga untuk mengetahui jumlah persis
ini masih sedikit tetapi kedepannya penanaman labu masih potensial karena
produksi yang terus bertambah. Agribisnis Labu merupakan suatu hal yang
Oleh karena itu untuk melihat nilai dari Agribisnis Labu salah satu caranya
adalah melihat Rantai Nilai atau Value Chain Analysis Agribisnis Labu. Dalam
rantai nilai tersebut merupakan suatu proses identifikasi dan analisis dari hulu
Labu atau waluh merupakan salah satu produk pertanian yang banyak
masih dianggap sebagai tanaman “sampingan” tapi potensi tanaman ini masih bisa
20
dioptimalkan lagi karena jumlah lahan dan produksi labu tiap tahun mengalami
peningkatan (Slamet, 2012). Penanaman labu tidak hanya dipandang dari segi
ekonomis saja oleh masyarakat setempat tapi juga merupakan budaya turun
temurun.
selain konsumsi labu yang masih rendah juga karena harga jual labu oleh petani
masih sangat rendah. Sehingga, petani kurang termotivasi untuk fokus terhadap
pertanian labu. Harga jual labu oleh petani dikisaran Rp 500,00- Rp 1.000,00 per
kg saat hari biasa dan Rp 2.000,00 per kg saat bulan ramadhan. Sedangkan harga
jual oleh pedagang saat hari biasa Rp 3.000,00 per kg dan Rp 5.000,00 per kg saat
disebabkan oleh adanya nilai jual labu yang lebih bagus ditingkat pedagang
dimana tracking value chain yang berhenti dan kenapa terjadi gap yang tinggi
Kabupaten Semarang?
Kabupaten Semarang.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang mengenai kontribusi sektor pertanian yang
bisa dioptimalkan lagi. Oleh karena itu untuk melihat nilai tambah dari Agribisnis
Labu digunakan pendekatan Rantai Nilai. Rumusan masalah penelitian ini terkait
Bab ini berisi landasan teori, kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu.
Grand theory dalam penelitian ini adalah Rantai Nilai. Selain itu teori-teori
pendukung yaitu nilai tambah, biaya dan agribisnis. Kerangka pemikiran berisi
Bab ini berisi mengenai deskripsi objek penelitian yaitu Desa Getasan
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Jenis dan sumber data. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu aktivitas, biaya dan aset. Penentuan sampel
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai pembahasan dari penelitian yaitu point utamanya
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai simpulan dan saran terkait hasil pembahasan
penelitian. Selain itu dalam bab ini juga penting dicantumkan keterbatasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Produksi
mencapai tujuannya.
(short run) dan fungsi produksi jangka panjang (long run). Fungsi produksi
jangka pendek yaitu suatu periode waktu dimana beberapa input / faktor produksi
jumlahnya tidak dapat ditambah. Fungsi produksi jangka panjang yaitu suatu
periode waktu dimana semua input dapat dirubah jumlahnya. Berikut merupakan
Q = f (K,L) (2.1)
Keterangan:
Q = Jumlah output
yaitu tambahan hasil yang menurun karena penambahan 1 unit faktor produksi.
Gambar 2.1
Kurva Fungsi Produksi
Keterangan:
TP = Total Product
Produksi
Fungsi produksi dapat dibagi menjadi 3 daerah dengan elastisitas produksi yang
berbeda, yaitu:
Pada daerah II, efisiensi input variabel mencapai puncaknya, merupakan daerah
rasional.
Pada daerah III, tambahan input menurunkan produksi, merupakan daerah tidak
rasional.
Kurva TP pada mulanya naik dengan lambat kemudian naik dengan cepat,
mencapai titik maksimum. Hal ini menunjukkan berlakunya hukum The Law of
Diminshing Return.
Rantai nilai merupakan suatu cara pandang dimana bisnis dilihat sebagai
rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi
pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang
membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk, dan aktivitas yang
tersebut. VCA mengambil sudut pandang proses, analisis ini membagi bisnis
dengan input yang diterima oleh perusahaan dan berakhir dengan produk atau jasa
perusahaan dan layanan purnajual bagi pelanggan. VCA berupaya melihat biaya
lintas rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh bisnis tersebut untuk menentukan
dimana terdapat keunggulan biaya rendah atau kelemahan biaya. VCA melihat
pada atribut-atribut dari setiap aktivitas yang berbeda untuk menentukan dengan
cara bagaimana setiap aktivitas yang terjadi antara pembelian input dan layanan
perusahaan dengan melihat perusahaan sebagai suatu proses rantai aktivitas yang
betul-betul terjadi dalam bisnis dan bukan hanya pembagian organisasi atau
kategori umum yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer
atau fungsi lini yaitu aktivitas yang terlibat dalam penciptaan fisik produk,
pemasaran dan transfer ke pembeli, serta layanan purna jual. Aktivitas pendukung
secara berkelanjutan. Rantai nilai mencakup margin laba karena markup diatas
Berikut merupakan gambar dari Rantai Nilai tertera dalam Gambar 2.2
27
Gambar 2.2
Rantai Nilai
Konsep nilai tambah adalah salah satu pengembangan nilai yang terjadi
karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang
menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari
menghitung nilai tambah. Pertama nilai untuk pengolahan dan kedua nilai tambah
pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor
pasar. Faktor teknis adalah kapasitas produk, jumlah bahan baku yang digunakan
dan tenaga kerja. Faktor pasar adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan
baku dan nilai input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.
28
Dasar perhitungan dari analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar
harga yang digunakan untuk bahan baku dan produksi ditingkat pengolah /
produsen. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan
dimana,
tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Informasi yang
diperoleh dari hasil analisis nilai tambah adalah besarnya nilai tambah, rasio nilai
tambah, marjin dan balas jasa yang diterima oleh pemilik-pemilik faktor produksi
(Sudiyono, 2004).
29
2.1.4. Biaya
Fungsi biaya adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara biaya dan
diproduksi
akuntansi
dapat mengubah kuantitas input tetap yang digunakan. Ukuran waktu jangka
pendek antar produsen dapat berbeda-beda (bisa dalam ukuran hari, minggu,
bulan atau tahun). Dalam jangka pendek, input terdiri dari atas input tetap dan
vaiabel. Semakin panjang periode waktu, semakin banyak input tetap yang
menjadi input variabel. Berikut ini biaya-biaya produksi dalam jangka pendek:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost atau FC), biaya yang besarnya tidak dipengaruhi
2. Biaya Variabel (Variabel Cost atau VC), biaya yang besarnya dipengaruhi
3. Biaya Total (Total Cost atau TC), jumlah dari total biaya tetap dan
TC = FC + VC (2.6)
4. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost atau AFC), biaya tetap total
AFC = (2.7)
31
6. Biaya Rata-rata (Average Cost atau AC), yaitu biaya total dibagi dengan
jumlah output.
AC = (2.8)
Biaya Marjinal (Marginal Cost atau MC) merupakan tambahan biaya total
karena tambahan 1 unit output atau perubahan biaya perkesatuan produksi. Dalam
biaya marjinal berlaku hukum The Law of Diminishing Return (Tambahan Hasil
semua input yang digunakan, sehingga semua input termasuk input variabel.
tertentu, misalnya STC (Shortrun Total Cost). LTC (Longrun Total Cost)
besarnya FC. LTC menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output dalam
jangka panjang.
semakin rendahnya biaya rata-rata dan kurva LAC yang menurun. Faktor-faktor
yang mempengaruhi:
32
merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang
diterima petani. Kedua, margin pemasaran yaitu biaya dari jasa-jasa pemasaran
yang dibutuhkan sebagai akibat dari permintaan dan penawaran dari jasa-jasa
pemasaran.
M= ij + (2.9)
Dimana
M= Margin pemasaran
2.1.6. Agribisnis
Indonesia pada tahun 1997. Pada saat itu sektor pertanian, satu-satunya sektor
yang tumbuh positif dibandingkan sektor yang lain. Davis dan Golberg (1957)
serta sub sektor penunjang lainnya. Karena memakai pendekatan sistem, maka
Apabila salah satu sub-sistem mengalami gangguan dan kelambatan, maka akan
komoditas pertanian.
berkualitas dan berdedikasi tinggi tak kalah penting. Kemudian, pada sub-sistem
pengolahan produk pertanian, perlu ada wujud nyata operasi industri pedesaan
Gambar 2.3
Keterikatan Antarsubsistem dalam Sistem Agribisnis
Pelaya-
PEMASARAN nan
Perbankan Penelit-
an
Penyimpanan Pengolahan
(Agroindustri) Penyu-
Asuransi uhan
Angkutan Penga-
Produksi Komoditas
uran
Dan lain-lain Pertanian
Kebija-
kan
Pengadaan dan
Penyaluran Sarana
Produsksi Alat-alat
dan Mesin Pertanian
produk yang dihasilkan adalah produk pertanian yang masih fresh. Selanjutnya,
yang fresh menjadi produk-produk olahan yang memiliki value added produk
yang lebih tinggi. Produk olahan yang sudah jadi dan sudah dikemas selanjutnya
di distribusikan ke pasar yang ada. Proses sistem Agribisnis dari subsistem hulu
cukup sulit untuk dipecahkan secara tiba-tiba tanpa upaya intervensi manusia dan
pengembangan teknologi, yang bisa saja amat mahal dan sukar terjangkau.
yang menjunjung tinggi mekanisme pasar dan aturan main, norma dan sistem nilai
yang lebih adil dan beradab. Beberapa karakteristik penting komoditas pertanian
1. Musiman
agar fluktuasi harga tidak terlalu ekstrem, sehingg risiko dan tingkat
2. Mudah rusak
untuk dikonsumsi dan atau diolah lebih lanjut. Apabila tidak segera
agribisnis cepat anjlok, bahkan tidak berharga sama sekali dan menjadi
3. Makan tempat
pelaku ekonomi tidak memiliki akses dan tidak mampu menggapai biaya-
4. Amat beragam
dalam volume dan mutu produk, maka akan semakin rumitlah proses
dinikmati atau tersebar pada pelaku pemasaran yang bukan petani. Petani
agribisnis.
terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang besar, yang cukup besar
pemasaran lain dalam menguasai aset dan akses ekonomi dalam proses
risiko. Maka dari itu, penetapan strategi yang memadai untuk mengeksekusi
konsep tersebut menjadi sangat penting. Ketepatan strategi itu diantaranya harus
pengangguran.
sebagai berikut:
41
2. Sarana dan prasarana ekonomi (di daerah tertentu misalnya di luar Jawa-
4. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan juga karena
kerakyatan.
agar tidak terjadi praktik kemitraan yang bersifat eksploratif. Pengolahan produk
pertanian yang disebut agroindustri ini sangat vital karena bisa mendatangkan
nilai tambah produk pertanian. Nilai tambah itu yang nantinya dapat
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tertera dalam Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Xingjian Zhou, 2013
Penellitian terdahulu:
Rantai Nilai Agribisnis Labu
Oni Timothy
Tujuan Penelitian: Landasan Teori:
Apichat Sopadang,
Olukunle, 2013
1. Produksi
1. Mengetahui 2012
John
2. Rantai Nilai AGRIBISNIS LABU
Rantai Nilai atau 3. Nilai Tambah
Jeckoniah,Ntengua
Value Chain 4. Biaya Mdoe, Carolyne
5. Margin
Full Bright
Analysis Nombo, 2013
Pemasaran
Agribisnis Labu 6. Agribisnis Consultancy, 2008
2. Mengetahui
RANTAI NILAI / VALUE CHAIN
strategi untuk ANALYSIS AGRIBISNIS LABU Value chain analysis
mengeksisikan
Agribisnis Labu
STRATEGI PENINGKATAN In-depth Interview
AGRIBISNIS LABU
43
Penelitian mengenai Value Chain sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut merupakan Tabel 2.1 data
penelitian terdahulu.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO. JUDUL DAN TUJUAN VARIABEL PENELITIAN METODE ANALISIS HASIL
PENGARANG PENELITIAN PENELITIAN
1. Apichat Sopadang, Untuk mengetahui Inbound logisctics, operation, SCOR (Supply Chain Eksportir mendapatkan
2012 (Application of situasi yang terjadi outbound logistics, marketing Operations Reference) keuntungan yang
Value Chain pada Longan (buah and sales, service dan VCA (Value Chain sangat besar sementara
Management to tropis asal Thailand) Analysis) petani mendapatkan
Longan Industry) dimana harga yang ada keuntungan yang kecil
tidak sebanding dengan terutama dalam bagian
biaya produksi yang outbond logistic.
ada sehingga untuk Permasalahan utama
melihat permasalahan dalam supply chain
yang terjadi digunakan adalah penawaran yang
pendekatan supply berlebihan dari longan.
chain dan value chain
2. Oni Timothy Olukunle, Menganalisis kapasitas harga, upah dan gaji, biaya, VCA (Value Chain Dalam rantai nilai
2013 (Evaluation of dari rantai nilai ketela output per kg Analysis) dan Statistik ketela, meningkatkan
Income and untuk menciptakan Deskriptif pendapatan dan jumlah
Employment lowongan kerja dan lapangan kerja dapat
Generation from menaikkan pendapatan dibangkitkan lewat
Cassava Value Chain masyarakat. pembangunan
44
BAB III
METODE PENELITIAN
penghasil labu pertama di Kabupaten Semarang. Dengan luas area 65, 8 ha dan
Kecamatan Getasan terdiri dari 12 Desa yaitu Kopeng, Batur, Tajuk, Jetak,
Gambar 3.1
Peta Lokasi Penelitian
Kab. Semarang
Kec.Getasan
Objek dari penelitian ini adalah para petani labu yang ada di Kecamatan
terbesar di Kabupaten Semarang selain itu para pedagang baik kecil maupun besar
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer dan Data
Sekunder. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dilapangan
melalui teknik wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan
melalui studi pustaka dan dari lembaga atau instansi yang terkait.
Sumber data primer diperoleh dari wawancara para petani labu di Desa
serta sejumlah key person dari unsur AGBC (Academy, Government, Buisness,
Community).
terkait seperti BPS Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah,
Pertanian Kecamatan Getasan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku,
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya
wawancara berstruktur.
salah satu jawaban yang dirasa tepat. Kuesioner ini didistribusikan kepada
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang
berhubungan dengan topik penelitian, antara lain buku, jurnal, laporan dari
penelitian ini.
50
3. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan mengobservasi orang
yaitu sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Peneliti menganggap
bagi penelitian ini. Terdapat dua jenis sampel di purposive sampling yaitu
judgement dan quota sampling. Jenis teknik yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu quota sampling. Teknik sampel qutoa yaitu sampel yang distratifikasikan
secara proporsional namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan
saja.
informasi responden yang umumnya homogen dan tidak banyak berbeda satu
dengan yang lain. Dari 12 Desa di Kecamatan Getasan, sampel penelitian yang
diambil hanya 3 Desa yaitu Desa Batur, Desa Tajuk dan Desa Sumogawe. Tiga
desa tersebut jumlah Petani Labu paling banyak diantara Desa yang lain. Selain
itu luas lahan pertanian paling banyak diketiga desa tersebut. Berikut Tabel 3.1
mengenai luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tiap Desa di
Kecamatan Getasan.
51
Tabel 3.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Per Desa di Kecamatan Getasan
Tahun 2011
wilayah. Dengan jumlah sampel 60 orang besaran sampel untuk tiap desa yaitu
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Responden Penelitian
b. Pihak bisnis / pengusaha : Bapak Slamet (pemilik usaha IRT Mugi Rahayu)
Variabel dan Definisi Operasional dalam penelitian ini tertera dalam Tabel
3.2 berikut:
53
Tabel 3.3
Variabel dan Definisi Operasional
Langkah awal dalam analisis rantai nilai adalah memecah operasi suatu
yang berbeda. Setiap aktivitas dalam rantai nilai mengeluarkan biaya serta
mengikat waktu dan aset. Analisis rantai nilai mengharuskan manajer untuk
yang akan diteliti secara rinci oleh manajer. Jika perusahaan tersebut fokus untuk
biaya harus sangat terlihat. Selain itu, jika misi perusahaan didasarkan pada
dalam rantai nilai tersebut bervariasi dari satu industri ke indutri lain. Ketiga,
relatif pentingnya aktivitas nilai dapat bervariasi sesuai dengan posisi perusahaan
dalam sistem nilai yang lebih luas yang mencakup rantai nilai dari para
pemasoknya di hulu serta pelanggan atau rekanan di hilir yang terlibat dalam