Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN BAHASA DAN

PERKEMBANGAN EMOSIONAL

Disusun Oleh:
Siti Tri Rahayu (A1C021013)

Dosen pengampu:
Dra. Anni Suprapti, M.Psi.

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL

Perkembangan anak akan berlangsung secara optimal jika berkembangnya sesuai


dengan fase dan tugas perkembangannya masing-masing. Perkembangan anak juga
memiliki pola-pola tersendiri yang khas sesuai dengan aspek perkembangan. Menurut
(Yusuf & Samsu, 2006) perkembangan pada hakikatnya merupakan suatu perubahan
yang berkesinambungan dan progresif yang berasal dari dalam dalam diri anak dari ia
mulai berada di dunia sampai meninggal. Hurlock menyebutkan perkembangan
pada dasarnya adalah serangkaian bentuk perubahan yang progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Masganti, 2012).
Bahasa merupakan aspek penting bagi kehidupan anak terutama pada era
komunikasi global yang tentunya menggunakan bahasa sebagai media komunikasi
(Silawati, 2016). Jika perkembangan bahasa anak mengalami gangguan maka akan
berdampak pada kemampuan anak dalam menggunakan informasi dan komunikasi.
Selain bahasa, emosi anak juga sangat berperan penting terhadap perkembangan anak.

A. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang berfungsi sebagai alat
untuk menyampaikan pesan dalam bentuk simbol-simbol yang telah disetujui
bersama, kemudian merangkainya sesuai urutan sehingga menjadi kalimat yang
bermakna dan sesuai dengan tata bahasa yang digunakan dalam masyarakat
tersebut (Latifa, 2017). Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan
perkembangan fungsi otak. Sebagaimana kita pahami bahwa otak manusia
memiliki fungsi yang paling fundamental dalam struktur biologis manusia.
Penelitian neurolinguistik menyatakan bahwa dalam otak terdapat dasar yang
paling fundamental untuk kemampuan berbahasa.

Berikut tahap perkembangan bahasa anak dari usia ke usia:


1. Usia 3 sampai 12 bulan
Tahap perkembangan bahasa anak pada usia 3 bulan biasanya akan lebih
dominan untuk membuat suara-suara yang belum berbentuk kata. Dua bulan
kemudian, Si Kecil akan mulai ‘berbicara’ dengan menggunakan nada tertentu
dan berusaha mengikuti nada maupun gerak tubuh. Lalu, beberapa bulan
selanjutnya, Si Kecil akan mulai memainkan ‘kata’ dengan nada yang lebih
panjang. Pada masa ini kemungkinan anak mampu mengucapkan kata ‘papa’
atau ‘mama’, walaupun belum mengerti artinya. Selanjutnya, pada usia 10
bulan kata-kata yang diucapkan memiliki maksud tertentu, seperti meminta
sesuatu, menolak, menyapa seseorang, dan lain sebagainya.
2. Usia 12 sampai 18 bulan
Pada tahun pertamanya, anak mulai berbicara dengan maksud dan tujuan
yang diinginkan. Si Kecil baru mengerti arti kata ‘papa’ dan ‘mama’ di usia ini.
Anak juga mulai dapat mengenali nama benda di sekitarnya seperti baju, celana,
boneka, mobil, dan lain sebagainya. Kemudian pada umur 18 bulan, Si Kecil
mulai memahami perintah dan penjelasan yang sederhana. Ia akan datang
ketika dipanggil namanya dan lama kelamaan mengerti menggunakan kata
‘aku’.
3. Usia 2 sampai 3 tahun
Kata-kata yang diketahui dan digunakan Si Kecil akan bertambah secara
cepat. Ia mulai mampu bertanya menggunakan kata ‘siapa’, ’apa’, dan ‘di
mana’. Tahap perkembangan bahasa anak di usia 2 tahun akan mulai
menggunakan kata kepunyaan dan mulai mengerti maksudnya pada tahun
ketiga. An akan mampu menyusun kalimat dengan 3 atau 4 kata.
4. Usia 3 sampai 5 tahun
Pada umur 3 tahun, anak mulai menggunakan kalimat-kalimat yang lebih
kompleks, yakni menggunakan kata ‘karena’, ‘dan’, juga ‘kalau’. Lalu, pada
usia 4 tahun, anak bisa memahami banyak kata-kata, walaupun jarang
menggunakannya. Ia sudah bisa memahami emosi, seperti ‘senang’, ‘sedih’,
dan ‘marah’.
5. Usia 5 sampai 6 tahun
Bahasa yang digunakan anak sudah berkembang mendekati kesempurnaan.
Terdapat penambahan kosakata pada anak, dan anak mulai mengerti bahwa
kata-kata memiliki lebih dari satu arti.
6. Usia 7 sampai 8 tahun
Bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Anak telah
memahami tata bahasa, sekalipun terkadang menemui kesulitan dan
menunjukkan kesalahan tetapi anak dapat memperbaikinnya. Anak telah
mampu menjadi pendengar yang baik. Anak mampu menyimak cerita yang
didengarnya, dan mampu mengungkapkan kembali dengan urutan dan susunan
yang logis.
7. Usia 9 sampai 12 tahun
Pembendaharaan kata anak berkembang sekitar 80.000 kata, anak sudah
lancar dalam menggunakan kosa kata yang berhubungan dengan bidang
akademik, seperti menggunakan kata-kata dalam proses pembelajaran. Anak
juga sudah mampu mengelola kata menjadi kalimat, walaipun berupa sebuah
intruksi. Anak juga telah menggunakan kata sambung sesuai dengan
penggunaan bahasa dan maksud kalimat, serta mulai berkembangnya
kemampuan memahami bahasa lambang seperti metafora, peribahasa, hiperbola,
pantun, syair, dan sebagainya.

Teori-teori Perkembangan bahasa:


1. Teori Nativis
Pandangan ini diwakili oleh Noam Chomsky (1974). Ia berpendapat bahwa
penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat alamiah atau nature. pandangan ini
tidak berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan
bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis,
sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual yang secara genetis telah di
programkan. Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan
bahasa pertama, anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya
yang secara genetis telah diprogramkan. Jadi lingkungan sama sekali tidak
punya pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa pertama (acquisition).
2. Teori Behavioristik
Pandangan ini diwakili oleh B.F Skinner, yang menekankan bahwa proses
pemerolahan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum
behavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratlan suatu
wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan sesuatu yang di lakukan.
Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku-perilaku manusia lainnya.
Oleh karena itu, mereka lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal
behavior), agar tampak lebih mirip dengan perilaku kain yang harus dipelajari.
3. Teori kognitif
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri
alamiah yang terpisah, melainkah salah satu di antara beberapa kemampuan
yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka
perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar
dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif
menentukan urutan perkembangan bahasa. Piaget menegaskan bahwa stuktur
yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan
bukan pula sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul
sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif
anak dengan lingkungan kenahsaannya (juga lingkungan yang lain).
4. Teori sosial kultural
perkembangan bahasa menurut teori yang dikembangkan oleh Vygotsky
bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi perkembangan bahasa, Artinya
internalisasi nilai budaya akan memberi makna tertentu pada anak dalam
mengembangkan pengetahuannya dan kemampuan berbicaranya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa:


1. Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta kelompok sosial dan
berkomunikasi dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila pada usia dua
tahun pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak tersebut
cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan dala perkembangan
bahasannya.
2. Intelegensi
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang
tingkat kecerdasannya rendah.
3. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan hal ini
menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami
kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan anak yang berasal
dari keluargayang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh
perbedaan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan)perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya (Hetzer &
Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).
4. Jenis kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan vokalisasi antara laki-laki
dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak perempuan menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat dari pada anak pria. Pada setiap jenjang umur,
anak laki-laki lebih pendak dan kurang betul tatabahasanya, kosa kata yang
diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak
perempuan.
5. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat
motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan
waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
6. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya, dan semakin besar
keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta kelompok sebayanya akan
semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.

B. Perkembangan Emosional
Emosi merupakan perasaan intens yang ditunjukkan oleh seseorang atas suatu
kejadian atau peristiwa (Latifa, 2017). Perkembangan emosi menjadi sebuah
krisis dalam perkembangan anak. Dimana, emosi merupakan faktor yang
dominan dalam mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula
perilaku belajar. American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa
perkembangan emosi mengacu pada kemampuan anak untuk memiliki
pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi dengan baik seperti
ungkapan emosi positif maupun emosi negatif, anak mampu menjalin hubungan
dengan anakanak lain dan orang dewasa. (Nurmalitasari, 2015).
Perkembangan emosi sangat berkaitan erat dengan perkembangan sosial anak.
Jika anak telah dapat berhubungan dan memiliki emosi postif dengan orang lain
maka anak akan lebih mudah untuk berinteraksi sosial dengan orang lain. Oleh
karena itu perkembangan emosi dan sosial sering disebut sebagai perkembangan
sosial-emosi. Perkembangan sosial merupakan proses pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial dan pembelajaran agar dapat menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang berlaku pada kelompok tradisi dan moral. Perkembangan
emosi anak berkaitan dengan reaksi anak terhadap berbagai perasaan berbeda
yang mereka alami. Perkembangan emosi ini nantinya akan berpengaruh terhadap
bagaimana sikap dan cara anak dalam mengambil keputusan dan bagaimana cara
anak menikmati kehidupannya.

Karakteristik emosi anak:


a. Reaksi emosi anak sangat kuat
Anak akan memperlihatkan reaksi emosi yang smaa kuatnya ketika
menghadapi setiap peristiwa, baik yang sederhana maupun yang berat. Bagi
anak semua peristiwa menarik dan menakjubkan. Dalam hal kekuatan, makin
bertambah usia anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih kadar
keterlibatan emosionalnya.
b. Reaksi emosi pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkan anak
Seringkali anak menangis atau merajuk tanpa sebab yang jelas. Hal ini
sebenarnya sesuatu hal yang anak inginkan. Namun semakin emosi anak
berkembang menuju kematangan, mereka akan belajar mengontrol diri dan
memperlihatkan emosi dengan cara yang dapat diterima dilingkunga.
c. Reaksi emosi anak mudah berubah
Reaksi emosi anak mudah teralihkan dna mudah berganti dari satu kondisi ke
kondisi yang lain. Contoh ketika anak menangis dengan keras maka anak
akan segera berhenti apabila ibunya mengalihkan perhatiannnya pada
benda-benda yang disukai anak.
d. Reaksi emosi bersifat individual
Dalam satu peristiwa, dua anak kehilangan mainan, satu anak menyikapinya
dengan marah dan menangis sedangkan anak yang lain hanya menujukkan
ekspresi wajah yang sedih.
e. Emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku
Anak biasanya sering memperlihatkan gejala tingkah laku, antara lain
melamun, gelisah, mengisap jari, mengigit kuku, kesulitan bicara (stuttering).
Menurut Hurlock, perkembangan sosial emosional adalah perkembangan
perilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial, dimana perkembangan emosional
edalah suatu proses dimana anak melatih rangsangan-rangsangan sosial terutama
yang didapat dari tuntutan kelompok serta belajar bergaul dan bertingkah laku.
Untuk menjalani kehidupan bermasyarakat diperlukan 3 proses yaitu:
a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima di dalam
bermasyarakat.

b. Belajar bagaimana memainkan peran sosial dalam bermasyarakat.

c. Mengembangkan sikap dan tingkah laku terhadap individu lain dan aktivitas
sosial bermasyarakat.

Tahapan perkembangan emosional:

1. Tahap 0-18 bulan

Ini merupakan masa perkembangan awal, bayi memperlihatkan rasa aman


dalam keluarganya apabila kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungan. Untuk
membangun dasar kepercayaan tersebut maka pemenuhan kebutuhan bayi perlu
dilakukan secara teratur. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan terhadap
makanan, kebersihan (mandi dan sebagainya). Di samping itu diperlukan juga
cara-cara penanganan dalam merawat bayi. Bayi akan mengeksplorasi melalui
sentuhan, rasa, dan lain-lain. Dari mengeksplorasi itulah bayi akan belajar. Hal
sebaliknya terjadi, apabila bayi merasa dirinya tidak aman dalam lingkungan
keluarga, bayi cenderung akan mengatur dirinya sehingga bayi tidak memiliki
kesempatan untuk mengeksplorasi. Ketika bayi tidak dapat kesempatan untuk
bereksplorasi, bayi tidak memiliki kesempatan untuk belajar.

Masa perkembangan bayi hingga memasuki sekolah dasar menjadi


tumpuan belajar yang kuat bagi anak untuk mengembangkan kemampuan sosial
emosinya menjadi lebih sehat dan anak siap menghadapi tahapan
perkembangan selanjutnya yang lebih rumit. Tahap ini merupakan tahap yang
sangat tepat untuk mengembangkan dasar-dasar pengembangan kemampuan
sosial emosi pada anak. Tahapan ini juga merupakan tahap perkembangan kritis
atau usia emas (golden age). Pada tahap ini sebagian besar sel-sel otak
berfungsi sebagai pengendali setiap aktivitas dan kualitas manusia.
2. Tahap 18 bulan - 3 tahun

Pada tahun pertama kehidupan manusia sangat penting bagi perkembangan


anak. Anak mulai mengembangkan kemampuan motorik panca indra, visual
dan auditori yang distimulasikan melalui lingkungan sekitarnya. Perkembangan
sosial merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana anak diminta
untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat. Dengan kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar
anak dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam sebuah
kelompok. Pada tahapan ini juga akan timbul rasa percaya diikuti dengan
perkembangan fisik, kognitif dan bahasa. Anak akan mulai bereksplorasi
dengan lingkungan sekitarnya dan pada tahapan ini juga mereka akan
merasakan kebebasannya.

Pada tahapan ini biasanya anak akan mulai peka dengan sesuatu yang benar
dan yang salah dan diperlihatkan dalam bentuk rasa malu. Andil orang tua
sangat diperlukan dalam mengarahkan dan mengawasi perkembangan
psikososial anak dalam tahapan ini. Kontrol yang terlalu ketat akan
menyebabkan anak tidak berkembang sedangkan kontrol yang terlalu longgar
juga akan membuat anak kurang peka terhadap mana yang benar dan mana
yang salah.

3. Tahap 3 - 6 tahun

Perkembangan sosial mulai agak kompleks ketika anak menginjak usia 3


tahun dimana anak mulai memasuki ranah pendidikan yang paling dasar yaitu
taman kanak-kanak. Pada masa ini anak belajar bersama teman-teman di luar
rumah. Anak sudah mulai bermain bersama teman sebaya. Tahap ini bisa
disebut juga dengan tahap belajar sosial melalui perkembangan kognitif.

Faktor perkembangan sosial emosional:

1. Keadaan individu

Keadaan individu seperti usia, keadaan fisik, intelegensi, pesan seks dan
lain-lain (Hurlock, 1991) dapat mempengaruhi perkembangan individu. Hal
yang cukup menonjol terutama berupa cacat tubuh atau apapun yang
dianggap oleh diri anak sebagai kekurangan akan sangat mempengaruhi
perkembangan emosinya.

2. Konflik-konflik dalam proses perkembangan

Didalam menjalani fase-fase perkembangan, tiap anak harus memenuhi


bermbagai macam konflik yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses,
tetapi ada juga anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam
menghadapi konflik-konflik ini. Anak yang tidak dapat mengatasi
konflik-konflik tersebut biasanya mengalami gangguan emosi.

3. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan

 Lingkungan keluarga

 Lingkungan tempat tinggal

 Lingkungan sekolah

Anda mungkin juga menyukai