NIM : 1930101077
Segala puji hanya milik Allahhu Rabbi. Segala zat yang Maha Ghafur, zat yang
Maha Syukur yang telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur. Nikmat
iman, nikmat islam, sampai nikmat sehat wal afiat sehingga kita bisa berkumpul di
tempat yang insyaallah diberkahi Allah SWT.
Shalawat dan salam tidak lupa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya, semoga
kita yang hadir di tempat ini mendapatkan Syafaat beliau di yaumil akhir nanti. Aamiin
Ya Rabbal A'lamin.
Dalam kehidupan manusia, nasib dan takdir adalah dua kata yang seringkali
disamakan dalam pemaknaanya. Apakah nasib dan takdir itu sama? Mungkinkah segala
yang terjadi di dalam kehidupan manusia, itu termasuk takdir semata? Lalu, darimana
datangnya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia, takdir atau nasib? Nasib
dan takdir adalah dua istilah yang sangat dan hampir mirip, tidak mengherankan apabila
sebagian orang mengatakan bahwa keduanya sama. Namun, perlu kita ingat, satu kata
itu bisa memunculkan ragam makna.
Memaknai kata dan dua macam takdir dalam Islam, penggunaan ataupun arti
dari kata takdir adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan itu datangnya dari Allah
SWT. Dalam bahasa Arab, takdir disebut qaddarullah yang berarti suatu ukuran,
ketentuan, kepastian yang akan terjadi dalam kehidupan manusia.
Pertama, Surah Al-Furqan Ayat 8 Artinya: “Yang memiliki kerajaan langit dan
bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan
Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.”
Kedua, Surah Yasin Ayat 38 Artinya: “dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui”.
Surah yang disebutkan beberapa tadi bisa kita gunakan dalam mengungkap
makna kata takdir yang belum kita temukan. Namun, takdir tidak selesai sampai di sini
saja. Takdir kemudian terbagi menjadi dua bagian, yakni takdir Mubram dan Takdir
Muallaq.
Pertama, Takdir Mubram. Takdir atau suatu keputusan dari Allah yang pasti
terjadi, yang telah ditetapkan oleh-Nya. Pada takdir ini, tidak ada satupun manusia yang
bisa memilih atau merubahnya. Sebutlah misalnya: kelahiran, jenis kelamin, kematian
manusia, peredaran planet-planet di langit dan lain sebagainya. Hal ini juga disebutkan
oleh Allah subhanahu wata’ala dalam firmannya “Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan
Aku tidak menzalimi hamba-hamba-Ku.” (QS. Qaaf: 29).
Kedua, Takdir Muallaq. Takdir ini pada awalnya sudah ditetapkan oleh Allah
SWT. Namun, bisa berubah sesuai dengan kehendak dari manusia. Misalnya:
perpanjangan umur/usia yang bisa dilakukan dengan memperbanyak silaturrahim
kepada sesama umat muslim dan amalan yang lainnya. Sebagaimana dalam hadits,
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang bisa menolak takdir Allah selain doa. Dan
tidak ada yang bisa memperpanjang umur selain silaturrahim dengan ayah dan ibu.”
(HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Thirmidzi).
Lalu memaknai kata Nasib, Kalau seandainya segala aspek kehidupan manusia
itu adalah takdir, lalu di manakah letak nasib itu berada? Pergantian waktu dari pagi,
siang, dan malam adalah takdir yang tidak bisa dirubah oleh manusia. Bagaimana
dengan masalah duniawi, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, negara dan lain-lain.
Apakah juga termasuk bagian dari takdir?. Tentu saja tidak. Nasib hampir sama dengan
takdir, keduanya berasal dari Allah SWT dan diturunkan untuk umat manusia. Hanya
saja, beberapa orang yang kemudian seringkali mengaitkan kata nasib dengan suatu
kejadian yang bernuansa buruk/jelek, sedangkan untuk hal yang baik/ bagus adalah
takdir. Di dalam nasib ini, manusia sangat mempunyai peranan yang sangat signifikan.
Dalam artian manusia boleh menjadi aktor utama yang bermain dan berusaha
mengubahnya. Sehingga kemudian, menuju kehidupan yang lebik baik.
Hal ini sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an Surah
Ar-Ra’d ayat 11 Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya
dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Pada surah tersebut, Allah sudah sangat jelas dalam memberikan isyarat, bahwa
manusia memiliki hak untuk merubah keadaan hidupnya. Di samping itu pula, Dia
melarang manusia untuk berputus asa atas segala cobaan dan rintangan dalam
kehidupan ini. Hal ini persis sekali dengan kisah Nabi Adam dan Hawa yang kala itu
diturunkan oleh Allah dari syurga-Nya. Bagaimana kemudian upaya dan kerja keras dan
doa yang dilakukan dan dipanjatkan oleh mereka berdua, sehingga Allah pun
memberikan ampunan kepada mereka.
Kesimpulan dari makna Takdir dan Nasib adalah dua ketetapan yang telah
ditentukan oleh Allah SWT. Tetapi, keduanya berbeda, jika takdir lebih kepada
ukurannya, sedangkan nasib adalah hasilnya. Dalam artian takdir tidak terlihat,
sedangkan nasib adalah hasil yang terlihat. Manusia tidak akan pernah tahu akan
nasibnya di dunia ini, dari situlah Rasulullah pun sangat menganjurkan umat muslim
untuk berusaha. Semua yang terjadi di dunia ini pasti ada ukuran dan ketentuannya.
Tetapi, jangan sampai kemudian dengan adanya ukuran dan ketentuan ini, akhirnya
enggan membuat kita untuk berusaha, berjuang dan berdoa. Segala nasib manusia di
dunia ini bisa diubah, tinggal bagaimana dan kapan kita mau memulainya. Tumbuhkan
kesadaran, tetap optimis, bekerja keras, dan berdoa adalah kuncinya.
Demikian kiranya yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf
jika ada salah kata yang terucap, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Akhir kata, saya ucapkan