Anda di halaman 1dari 3

NAMA : BELLA EFRIDA

NIM : 1930101077

KELAS : HUKUM KELUARGA ISLAM 3

TAKDIR DAN NASIB, APAKAH PUNYA KESAMAAN MAKNA?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin wasshalatu wassalamu 'ala asyrafil ambiya'i wal


mursalin, wa'ala alihi wasahbihi ajma'in 'amma ba'du.

Segala puji hanya milik Allahhu Rabbi. Segala zat yang Maha Ghafur, zat yang
Maha Syukur yang telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur. Nikmat
iman, nikmat islam, sampai nikmat sehat wal afiat sehingga kita bisa berkumpul di
tempat yang insyaallah diberkahi Allah SWT.

Shalawat dan salam tidak lupa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya, semoga
kita yang hadir di tempat ini mendapatkan Syafaat beliau di yaumil akhir nanti. Aamiin
Ya Rabbal A'lamin.

Dalam kehidupan manusia, nasib dan takdir adalah dua kata yang seringkali
disamakan dalam pemaknaanya. Apakah nasib dan takdir itu sama? Mungkinkah segala
yang terjadi di dalam kehidupan manusia, itu termasuk takdir semata? Lalu, darimana
datangnya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia, takdir atau nasib? Nasib
dan takdir adalah dua istilah yang sangat dan hampir mirip, tidak mengherankan apabila
sebagian orang mengatakan bahwa keduanya sama. Namun, perlu kita ingat, satu kata
itu bisa memunculkan ragam makna.

Memaknai kata dan dua macam takdir dalam Islam, penggunaan ataupun arti
dari kata takdir adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan itu datangnya dari Allah
SWT. Dalam bahasa Arab, takdir disebut qaddarullah yang berarti suatu ukuran,
ketentuan, kepastian yang akan terjadi dalam kehidupan manusia.

Beberapa surah di dalam Al-Qur’an juga menyebutkan beberapa tentang takdir,


antara lain:.

Pertama, Surah Al-Furqan Ayat 8 Artinya: “Yang memiliki kerajaan langit dan
bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan
Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.”
Kedua, Surah Yasin Ayat 38 Artinya: “dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui”.

Surah yang disebutkan beberapa tadi bisa kita gunakan dalam mengungkap
makna kata takdir yang belum kita temukan. Namun, takdir tidak selesai sampai di sini
saja. Takdir kemudian terbagi menjadi dua bagian, yakni takdir Mubram dan Takdir
Muallaq.

Pertama, Takdir Mubram. Takdir atau suatu keputusan dari Allah yang pasti
terjadi, yang telah ditetapkan oleh-Nya. Pada takdir ini, tidak ada satupun manusia yang
bisa memilih atau merubahnya. Sebutlah misalnya: kelahiran, jenis kelamin, kematian
manusia, peredaran planet-planet di langit dan lain sebagainya. Hal ini juga disebutkan
oleh Allah subhanahu wata’ala dalam firmannya “Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan
Aku tidak menzalimi hamba-hamba-Ku.” (QS. Qaaf: 29).

Kedua, Takdir Muallaq. Takdir ini pada awalnya sudah ditetapkan oleh Allah
SWT. Namun, bisa berubah sesuai dengan kehendak dari manusia. Misalnya:
perpanjangan umur/usia yang bisa dilakukan dengan memperbanyak silaturrahim
kepada sesama umat muslim dan amalan yang lainnya. Sebagaimana dalam hadits,
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada yang bisa menolak takdir Allah selain doa. Dan
tidak ada yang bisa memperpanjang umur selain silaturrahim dengan ayah dan ibu.”
(HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Thirmidzi).

Lalu memaknai kata Nasib, Kalau seandainya segala aspek kehidupan manusia
itu adalah takdir, lalu di manakah letak nasib itu berada? Pergantian waktu dari pagi,
siang, dan malam adalah takdir yang tidak bisa dirubah oleh manusia. Bagaimana
dengan masalah duniawi, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, negara dan lain-lain.
Apakah juga termasuk bagian dari takdir?. Tentu saja tidak. Nasib hampir sama dengan
takdir, keduanya berasal dari Allah SWT dan diturunkan untuk umat manusia. Hanya
saja, beberapa orang yang kemudian seringkali mengaitkan kata nasib dengan suatu
kejadian yang bernuansa buruk/jelek, sedangkan untuk hal yang baik/ bagus adalah
takdir. Di dalam nasib ini, manusia sangat mempunyai peranan yang sangat signifikan.
Dalam artian manusia boleh menjadi aktor utama yang bermain dan berusaha
mengubahnya. Sehingga kemudian, menuju kehidupan yang lebik baik.

Hal ini sebagaimana yang telah Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an Surah
Ar-Ra’d ayat 11 Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya
dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Pada surah tersebut, Allah sudah sangat jelas dalam memberikan isyarat, bahwa
manusia memiliki hak untuk merubah keadaan hidupnya. Di samping itu pula, Dia
melarang manusia untuk berputus asa atas segala cobaan dan rintangan dalam
kehidupan ini. Hal ini persis sekali dengan kisah Nabi Adam dan Hawa yang kala itu
diturunkan oleh Allah dari syurga-Nya. Bagaimana kemudian upaya dan kerja keras dan
doa yang dilakukan dan dipanjatkan oleh mereka berdua, sehingga Allah pun
memberikan ampunan kepada mereka.

Begitupun dalam kehidupan manusia, terkhusus di dalam kehidupan duniawi.


Bekerja keras, ikhlas, dan selalu berdoa adalah kunci utama dalam mengarungi kerasnya
kehidupan ini. Merubah nasib dari yang buruk menuju yang lebih baik adalah keinginan
dan impian setiap manusia. Misalnya dari kemiskinan menuju kaya, bodoh menuju
pintar, gagal menuju sukses. Semua itu merupakan sebagian contoh manusia dalam
berusaha merubah nasib. Namun, lagi-lagi hal itu membutuhkan sebuah kesadaran dari
masing-masing manusia. Tumbuhkan kesadaran dan mulailah melakukan perubahan,
awali dari hal yang sederhana menuju hal yang luar biasa. Ingat, perubahan itu tidak
akan terjadi apabila manusia tidak mulai merubahnya. Saya tekankan sekali lagi, bahwa
peran manusialah yang sangat utama dalam merubah dan menentukan nasibnya di dunia
ini.

Kesimpulan dari makna Takdir dan Nasib adalah dua ketetapan yang telah
ditentukan oleh Allah SWT. Tetapi, keduanya berbeda, jika takdir lebih kepada
ukurannya, sedangkan nasib adalah hasilnya. Dalam artian takdir tidak terlihat,
sedangkan nasib adalah hasil yang terlihat. Manusia tidak akan pernah tahu akan
nasibnya di dunia ini, dari situlah Rasulullah pun sangat menganjurkan umat muslim
untuk berusaha. Semua yang terjadi di dunia ini pasti ada ukuran dan ketentuannya.
Tetapi, jangan sampai kemudian dengan adanya ukuran dan ketentuan ini, akhirnya
enggan membuat kita untuk berusaha, berjuang dan berdoa. Segala nasib manusia di
dunia ini bisa diubah, tinggal bagaimana dan kapan kita mau memulainya. Tumbuhkan
kesadaran, tetap optimis, bekerja keras, dan berdoa adalah kuncinya.

Demikian kiranya yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf
jika ada salah kata yang terucap, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Akhir kata, saya ucapkan

Wassalamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh.

Anda mungkin juga menyukai